Oleh:
Nama : Silvia Anida Umairoh
NIM : P17230203072
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
BAB I
KONSEP LANSIA
6. Usia
Berusia lebih dari 60 tahun
2.2 Etiologi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Hipertensi Primer atau juga disebut hipertensi esensial adalah kondisi tekanan darah
tinggi yang tidak jelas penyebab spesifiknya. Sebanyak 95% orang yang punya tensi
tinggi termasuk dalam kategori ini. Kebanyakan orang yang memiliki hipertensi jenis
ini tidak akan merasakan gejala darah tinggi yang berarti. Factor yang dapat
berkontribusi sebagai penyebab hipertensi primer adalah :
a. Terlalu banyak konsumsi garam
b. Sering stress
c. Malas gerak
d. Kelebihan berat badan atau obesitas
e. Kebiasaan merokok
f. Konsumsi minuman keras berlebihan
2. Hipertensi Sekunder cenderung muncul secara tiba-tiba dan dapat menjadi penyebab
tekanan darah melonjak lebih tinggi disbanding hipertensi primer. Berikut beberapa
kondisi dan obat-obatan yang bisa jadi penyebab jipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah :
a. Sleep apnea
b. Masalah ginjal
c. Tumor pada kelenjar adrenal
d. Gangguan tiroid
e. Riwayat diabetes
2.3 Pathway/Patofisiologi
Hipertensi
Intoleransi
Aktivitas Nyeri kepala Retensi Na
Resiko
Ketidakseimbangan
Cairan
2.6 Penatalaksanaan
a. Pengaturan diet rendah garam, tinggi kalium, kaya buah dan sayur, rendah kolesterol
b. Penurunan berat badan
c. Olahraga
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
BAB III
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
3.1. Pengkajian
Askep yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai Hipertensi
meliputi pengkajian mengenai:
a) Data Subyektif :
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
pusing, sakit kepala dan penurunan tingkat kesadaran
3. Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit hipertensi, stroke, DM, jantung, anemia, trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan kegemukan
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu
b) Data Obyektif :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur. Tanda: takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat
atau aktifitas letargi/disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda: perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, distrimia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas/Ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah faninsial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda: ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, polyuria (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hypovolemia berat), urine berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretic (Thiazid). Tanda: kulit
kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan
gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6. Neurosensorik
Gejala: pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot
parestesi, gangguan penglihatan. Tanda: Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau
mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut
dari DKA).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat). Tanda: wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda: lapar udara, batuk dengan/tanpa
sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamana
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit. Tanda: demam, diaphoresis, kulit
rusak, lesi/ulserasi,menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan: mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah
b. Rencana Tindakan
Rencana tindakan dari Intoleransi Aktivitas adalah :
Observasi :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara berharap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
5. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 9mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
Kolaborasi:
Terapeutik :
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan pemberian deuretik, jika perlu
Rencana tindakan dari Resiko Cedera adalah :
Observasi :
1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
2. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
3. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elasting pada ekstremitas
bawah
Terapeutik :
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis.
penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan ruangan, dan lokasi kamar
mandi)
4. Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami mengalami cedera serius
5. Sediakan alas kaki antislip
6. Sediakan pispot atau urinal atau eliminasi di tempat tidur, jika perlu
7. Pastikan bel panggilan atau telpon mudah dijangkau
8. Pertahankan posisi tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
9. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
10. Pertimbangkan penggunaan alat elektronik pribadi atau alat sensor pada
tempat tidur atau kursi
11. Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
12. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis. tongkat atau
alat bantu jalan)
13. Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
14. Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi :
1. Jelaskan alas anintervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri.
3.4. Rasional
Rasional dari Intoleransi Aktivitas adalah :
Observasi :
1. Untuk menegetahui gangguan fungsi tubuh yang dialami pasien akibat
kecelakaan
2. Untuk mengetahui tingkat kelelahan fisik dan emosional pasien
3. Untuk mengetahui pola tidur pasien apakah teratur atau tidak
4. Untuk mengetahui lokasi dan tingkat ketidaknyamanan pasien selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
1. Untuk memberikan rasa nyaman bagi pasien
2. Untuk meningkatkan dan melatih massa otot dan gerak ekstremitas pasien
3. Untuk mengalihkan rasa ketidaknyamanan yang dialami pasien
4. Untuk melatih gerak mobilitas pasien selama dirawat
Edukasi :
1. Untuk memberikan kenyamanan paasien saat istirahat
2. Untuk menunjang proses kesembuhan pasien secara bertahap
3. Agar perawat bisa dengan segera mengkaji dan merencanakan kembali
tindakan keperawatan yang bisa diberikan
4. Agar pasien dapat mengatasi kelelahannya secara mandiri dengan mudah
Kolaborasi :
1. Untuk memaksimalkan proses penyembuhan pasien
Terapeutik :
1. Agar bisa menentukan cairan yang masuk seimbang dengan cairan yang
keluar
2. Untuk mecukupi cairan yang ada di tubuh pasien
3. Meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat
kadar elektrolit tinggi atau tidak normal
Kolaborasi :
1. Untuk mepercepat pemberian cairan
Observasi :
1. Agar pasien dan keluarga tahu alasan intervensi untuk menghindari resiko
jatuh
2. Untuk menghindari hipotensi ortostatik
DAFTAR PUSTAKA
Andini, N. K., Putu, D., Nilakusmawati, E., & Susilawati, M. (2013). Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih Bekerja. Piramida, 9(1), 44–49.
Ansar J, Dwinata I, M. A. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung
Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional
Ilmu Kesehatan, 1(3), 28–35.
Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.
Maryam, S. 2009. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: PT. Salemba Medika.
Supriadi. (2018). Lanjut Usia Dan Permasalahannya. Jurnal PPKn & Hukum, 10(2), 84–94.
Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.