Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH HIPERTENSI


DI PUSKESMAS SUKOREJO

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawat Gerontik

Oleh:
Nama : Silvia Anida Umairoh
NIM : P17230203072

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah


Hipertensi Di Puskesmas Sukorejo

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

(Dr. Imam Sunarno, Drs., SST., M.Kes) (Tri Ratna K A.Md.Kep)

NIP. 19710922 199603 2 001 NIP. 198409012009012005


Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Hipertensi

BAB I
KONSEP LANSIA

1.1 Pengertian Lansia


Lanjut usia merupakan suatu tahap akhir dalam rentang kehidupan manusia (Supriadi,
2018). Lansia adalah suatu periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam
ukuran, fungsi organ dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu,
serta suatu proses menghilangnya secara berlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dalam mempertahankan struktur fungsi normalnya (Pribadi A, 2015).
Pengertian lanjut usia menurut undang-undang No. 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia yang berbunyi “ Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas (Andini et al., 2013).

1.2 Klasifikasi Lansia


Menurut (Dewi, 2014) mengklasifikasikan lansia dalam katagori berikut:
1. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun.
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Elderly : 60 - 74 tahun
2. Old : 75 – 89 tahun
3. Very old : lebih dari 90 tahun
1.3 Karakteristis Lansia
Beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui yaitu:
1. Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
2. Status Perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi
keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
3. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama anak
atau keluarga lainnya.
4. Kondisi Kesehatan
Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit menyebabkan lansia cenderung dibantu
atau tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari.
5. Keadaan Ekonomi
Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk kelangsungan
hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi pendapatan lansia menurun
sehingga tidak semua kebutuhan lansia tadat terpenuhi.

6. Usia
Berusia lebih dari 60 tahun

1.4 Perubahan pada lansia


Berbagai perubahan tubuh lansia seiring bertambahnya usia yaitu :
1 Penuaan Kulit
Kulit manusia akan menjadi lebih keriput akibat berkurangnya produksi kolagen.
Kolagen adalah salah satu protein yang berfungsi untuk menjaga kekenyalan kulit.
Kelenjar keringat di kulit juga dapat berkurang, menyebabkan seorang lansia lebih
rentan mengalami kulit kering.
2 Fungsi Jantung dan Pembuluh Darah (Kardiovaskuler)
Penuaan memengaruhi struktur jantung dan pembuluh darah, yang turut memengaruhi
fungsinya. Pembuluh darah arteri akan menebal dan menjadi keras karena proses
aterosklerosis. Selain itu, katup jantung juga dapat menjadi lebih kaku. Hal ini dapat
menyebabkan daya tahan jantung berkurang saat berolahraga maupun beraktivitas.
3 Sistem Pernapasan
Elastisitas paru dan aktivitas sel pembersih paru akan berkurang seiring bertambahnya
usia. Akibatnya, kapasitas paru dan jumlah oksigen maksimal yang dapat dihirup akan
berkurang. Demikian pula refleks batuk yang semakin berkurang.
4 Sistem Pencernaan
Lambung akan memproduksi asam lambung dalam jumlah yang lebih sedikit.
Akibatnya, tubuh lansia akan rentan terhadap infeksi dari makanan.
Sedangkan pada lidah, pengecap rasa akan bekurang jumlahnya sehingga makanan
terasa lebih hambar. Usus juga bergerak lebih pelan sehingga Anda memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencerna makanan.
5 Fungsi Ginjal
Seiring bertambahnya usia, struktur pada ginjal akan berubah. Proses aterosklerosis
juga dapat menyerang ginjal, menyebabkan menurunnya fungsi ginjal.
6 Tulang dan Sendi
Tulang akan mulai kehilangan strukturnya, yang mana dapat menyebabkan
osteoporosis jika tidak dilakukan tindakan pencegahan. Sendi juga mengalami
penipisan dan sering meradang. Akibatnya dapat timbul nyeri yang mengganggu pada
tulang maupun sendi.
7 Penglihatan
Lensa mata akan menjadi lebih keras. Akibatnya, mata akan sulit melihat pada kondisi
remang-remang. Kemampuan akomodasi juga akan berkurang, sehingga lansia
umumnya memerlukan bantuan kacamata ganda untuk melihat dengan fokus.
Ketajaman penglihatan, kepekaan warna, dan persepsi kedalaman juga berkurang.
8 Pendengaran
Terjadi berbagai perubahan pada sistem pendengaran di usia tua. Mulai dari
berkurangnya saraf pendengaran hingga melemahnya struktur telinga. Pada lansia,
gejala yang paling mudah dirasakan adalah hilangnya pendengaran pada nada tinggi
serta kesulitan membedakan nada bicara.
9 Sistem Imun
Menurunnya aktivitas sel T pada sistem imun (kekebalan tubuh) akan menyebabkan
lansia mudah mengalami infeksi. Selain itu, ketika sedang terserang penyakit pun
tubuh lansia pun jadi lebih sulit untuk mempertahankan dan memulihkan diri.
Maka, penting bagi lansia untuk rutin cek kesehatan dan segera periksa ke dokter
setiap kali memiliki keluhan atau gejala penyakit apa pun.
10 Sistem Saraf
Sistem saraf dan otak juga akan mengalami perubahan. Kemampuan intelektual,
kecepatan belajar, dan psikomotor juga akan berkurang seiring bertambahnya usia.
Lansia juga akan mengalami perubahan pola tidur, membutuhkan waktu tidur yang
lebih sedikit tapi lebih sering.
11 Sistem Hormon
Sistem endokrin (hormon) juga akan mengalami perubahan. Hormon seks akan
berkurang (esterogen maupun testoteron). Hormon lainnya bisa saja meningkat,
berkurang, atau pun tidak terpengaruh faktor usia. Proses penuaan juga secara tidak
langsung memengaruhi risiko peningkatan resistensi hormon, misalnya insulin.

1.5 Permasalahan Lansia


Usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi
oleh lansia diantaranya:
a. Masalah Ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa
pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut dihadapkan pada
berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan
yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan
rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena
memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun,
akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan
anggota keluarga (Suardiman, 2011).
b. Masalah Sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik
dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. Kurangnya kontak sosial dapat
menimbulkan perasaan sepi.
c. Masalah Kesehatan.
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan.
d. Kemampuan Berpikir Menurun
Saat usia bertambah, kemampuan kognitif atau berpikir seseorang seringkali
menurun, bahkan tidak sedikit lansia yang mengalami demensia.
e. Dianggap Tidak Mandiri
Kerapkali dianggap tidak mandiri adalah permasalahan umum yang dialami lansia
karena keluarga atau orang terdekat akan memperlakukan mereka seperti halnya
anak kecil. Hal ini secara tidak langsung dapat membuat lansia kehilangan
kepercayaan dirinya.
BAB II
KONSEP DASAR HIPERTENSI

2.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal yang dapat menjadi
penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler yang di tandai dengan tekanan darah
seseorang ≥140 mmHg (sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg (Ansar J, Dwinata I, 2019).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi ialah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. pembunuh gelap (silent killer) merupakan
sebutan dari penyakit hipertensi karena karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu.

2.2 Etiologi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Hipertensi Primer atau juga disebut hipertensi esensial adalah kondisi tekanan darah
tinggi yang tidak jelas penyebab spesifiknya. Sebanyak 95% orang yang punya tensi
tinggi termasuk dalam kategori ini. Kebanyakan orang yang memiliki hipertensi jenis
ini tidak akan merasakan gejala darah tinggi yang berarti. Factor yang dapat
berkontribusi sebagai penyebab hipertensi primer adalah :
a. Terlalu banyak konsumsi garam
b. Sering stress
c. Malas gerak
d. Kelebihan berat badan atau obesitas
e. Kebiasaan merokok
f. Konsumsi minuman keras berlebihan
2. Hipertensi Sekunder cenderung muncul secara tiba-tiba dan dapat menjadi penyebab
tekanan darah melonjak lebih tinggi disbanding hipertensi primer. Berikut beberapa
kondisi dan obat-obatan yang bisa jadi penyebab jipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah :
a. Sleep apnea
b. Masalah ginjal
c. Tumor pada kelenjar adrenal
d. Gangguan tiroid
e. Riwayat diabetes

2.3 Pathway/Patofisiologi

Umur, jenis kelamin, gaya hidup, obesitas

Hipertensi

Jantung Otak Ginjal Retina Pembuluh darah

Kerja jantung Retensi Vasokontriksi Spasme Vasokontriksi


meningkat pembuluh darah pembuluh darah arteriole afterload meningkat
otak ginjal

Risiko penurunan Risiko Cedera Cardiac out


perfusi jaringan jantung Peningkatan Rangsang put menurun
TIK aldostreon

Intoleransi
Aktivitas Nyeri kepala Retensi Na

Nyeri Akut Odema

Resiko
Ketidakseimbangan
Cairan

2.4 Tanda dan Gejala


a. Sakit kepala
b. Lemas
c. Masalah penglihatan
d. Nyeri dada
e. Sesak napas
f. Aritmia
g. Adanya darah dalam urine

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Pengkajian fisik
b. Laboratorium
c. EKG
d. Foto Rontgen

2.6 Penatalaksanaan
a. Pengaturan diet rendah garam, tinggi kalium, kaya buah dan sayur, rendah kolesterol
b. Penurunan berat badan
c. Olahraga
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
BAB III
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

3.1. Pengkajian
Askep yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai Hipertensi
meliputi pengkajian mengenai:
a) Data Subyektif :
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
pusing, sakit kepala dan penurunan tingkat kesadaran
3. Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit hipertensi, stroke, DM, jantung, anemia, trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan kegemukan
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu

b) Data Obyektif :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur. Tanda: takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat
atau aktifitas letargi/disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda: perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, distrimia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas/Ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah faninsial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda: ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, polyuria (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hypovolemia berat), urine berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretic (Thiazid). Tanda: kulit
kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan
gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6. Neurosensorik
Gejala: pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot
parestesi, gangguan penglihatan. Tanda: Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau
mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut
dari DKA).

7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat). Tanda: wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda: lapar udara, batuk dengan/tanpa
sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamana
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit. Tanda: demam, diaphoresis, kulit
rusak, lesi/ulserasi,menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan: mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah

3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien Diabetes Melitus
Hipoglikemia yaitu :
a. Aktual :
1. Intoleransi Aktivitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup
monoton
2. Nyeri Akut disebabkan oleh agen cidera fisiologis (mis. infeksi, iskemik,
neoplasma), agen pencedera kimia (mis. terbakar, bahan kimia iritan), agen
pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih).
b. Rasional :
1. Risko Ketidakseimbangan Cairan disebabkan oleh prosedur pembedahan
mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, asites, obstruksi
intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal
2. Risiko Cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Klien
melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga beresiko terjadinya kecelakaan,
bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok
3.3. Intervensi Keperawatan
a. Tujuan
 Tujuan dari Intoleransi Aktivitas adalah :
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Saturasi oksigen meningkat
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
4. Kecepatan berjalan meningkat
5. Jarak berjalan meningkat
6. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
7. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
8. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
9. Keluhan lelah menurun
10. Dyspnea saat aktivitas menurun
11. Perasaan lemah menurun
12. Aritmia setelah aktivitas menurun
13. Aritmia saat aktivitas menurun
14. Sianosis menurun
15. Warna kulit membaik
16. Tekanan darah membaik
17. Frekuensi darah membaik
18. EKG iskemia membaik

 Tujuan dari Nyeri Akut adalah :


1. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2. Keluhan nyeri menurun
3. Meringis menurun
4. Sikap protektif menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Gelisah menurun
7. Menarik diri menurun
8. Berfokus pada diri sendiri menurun
9. Dioferesis menurun
10. Perasaan depresi (tertekan) menurun
11. Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
12. Anoreksia menurun
13. Perineum terasa tertekan menurun
14. Uterus teraba membulat menurun
15. Ketegangan otot menurun
16. Pupil dilatasi menurun
17. Muntah dan mual menurun
18. Frekuensi nadi membaik
19. Pola napas membaik
20. TD membaik
21. Proses berfikir membaik
22. Focus membaik
23. Fungsi berkemih membaik
24. Perilaku membaik
25. Nafsu membaik
26. Pola tidur membaik

 Tujuan dari Risko Ketidakseimbangan Cairan adalah :


1. Asupan cairan meningkat
2. Keluaran urine meningkat
3. Kelembapan membrane mukosa meningkat
4. Asupan makanan meningkat
5. Edema menurun
6. Dehidrasi menurun
7. Asites menurun
8. Konfusi menurun
9. Tekanan darah menurun
10. Denyut nadi radial membaik
11. Tekanan arteri rata-rata membaik
12. Membrane mukosa membaik
13. Mata cekung membaik
14. Turgor kulit membaik
15. Berat badan membaik
 Tujuan dari Risiko Cedera adalah :
1. Toleransi aktivitas meningkat
2. Nafsu makan meningkat
3. Toleransi makanan meningkat
4. Kejadian cedera menurun
5. Luka/lecet menurun
6. Ketegangan otot menurun
7. Fraktur menurun
8. Perdarahan menurun
9. Ekspresi wajah menurun
10. Agitasi menurun
11. Iritabilitas menurun
12. Gangguan mobilitas menurun
13. Gangguan kognitif menurun
14. Tekanan darah membaik
15. Frekuensi nadi membaik
16. Frekuensi napas membaik
17. Denyut jantung apikal membaik
18. Denyut jantung radialis membaik
19. Pola istirahat tidur membaik

b. Rencana Tindakan
 Rencana tindakan dari Intoleransi Aktivitas adalah :
Observasi :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara berharap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
5. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

 Rencana tindakan dari Nyeri Akut adalah :


Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 9mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

 Rencana tindakan dari Risko Ketidakseimbangan Cairan adalah :


Observasi :
1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. hematocrit, Na, K, Cl,
berat jenis urine, BUN)
5. Monitor status hemodinamika (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP, jika
tersedia)

Terapeutik :
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi :
1. Kolaborasikan pemberian deuretik, jika perlu
 Rencana tindakan dari Resiko Cedera adalah :
Observasi :
1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
2. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
3. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elasting pada ekstremitas
bawah
Terapeutik :
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis.
penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan ruangan, dan lokasi kamar
mandi)
4. Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami mengalami cedera serius
5. Sediakan alas kaki antislip
6. Sediakan pispot atau urinal atau eliminasi di tempat tidur, jika perlu
7. Pastikan bel panggilan atau telpon mudah dijangkau
8. Pertahankan posisi tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
9. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
10. Pertimbangkan penggunaan alat elektronik pribadi atau alat sensor pada
tempat tidur atau kursi
11. Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
12. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis. tongkat atau
alat bantu jalan)
13. Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
14. Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan

Edukasi :
1. Jelaskan alas anintervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri.
3.4. Rasional
 Rasional dari Intoleransi Aktivitas adalah :
Observasi :
1. Untuk menegetahui gangguan fungsi tubuh yang dialami pasien akibat
kecelakaan
2. Untuk mengetahui tingkat kelelahan fisik dan emosional pasien
3. Untuk mengetahui pola tidur pasien apakah teratur atau tidak
4. Untuk mengetahui lokasi dan tingkat ketidaknyamanan pasien selama
melakukan aktivitas

Terapeutik :
1. Untuk memberikan rasa nyaman bagi pasien
2. Untuk meningkatkan dan melatih massa otot dan gerak ekstremitas pasien
3. Untuk mengalihkan rasa ketidaknyamanan yang dialami pasien
4. Untuk melatih gerak mobilitas pasien selama dirawat
Edukasi :
1. Untuk memberikan kenyamanan paasien saat istirahat
2. Untuk menunjang proses kesembuhan pasien secara bertahap
3. Agar perawat bisa dengan segera mengkaji dan merencanakan kembali
tindakan keperawatan yang bisa diberikan
4. Agar pasien dapat mengatasi kelelahannya secara mandiri dengan mudah
Kolaborasi :
1. Untuk memaksimalkan proses penyembuhan pasien

 Rasional dari Nyeri Akut adalah :


Observasi:
1. Untuk mengetahui durasi, lokasi, frekuensi, karakteistik, kualitas, dan
intensitas nyeri
2. Untuk mengetahui berapa skala nyeri yang dirasakan pasien
3. Untuk mengetahui respon nyeri dan penilaian nyeri tersebut
4. Agar pasien mengetahui apa saja yang dapat memperberat dan
memperingan rasa nyeri
5. Untuk mengetahui seberapa tahu dan yakin tentang nyeri
6. Mengetahui seberapa besar rasa nyeri yang dapat mempengaruhi budaya
pasien
7. Mengetahui seberapa berat rasa nyeri mempengaruhi kualitas hidup pasien
8. Untuk memantau efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:

1. Untuk menghindari terjadinya memperberat rasa nyeri


2. Agar nyeri dapat berkurang
3. Agar pasien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman untuk mengurangi rasa
nyeri
Edukasi:

1. Agar pasien mengetahui penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Agar pasien mengetahui cara dan strategi meredakan nyeri dengan mandiri
3. Agar pasien dapat memonitor nyeri secara mandiri
4. Agar dapat menghilangkan rasa nyeri
5. Agar nyeri yang di rasakan pasien dapat mereda
Kolaborasi:

1. Meredakan nyeri disaat terapi non farmakologis tidak dapat dilakukan

 Rasional dari Resiko Ketidakseimbangan Cairan adalah :


Observasi :
1. Untuk mengetahui status hidrasi pasien
2. Mengetahui adanya peningkatan berat badan abnormal karena penumpukan
cairan
3. Mengetahui adanya peningkatan berat badan normal sebelum dan sesudah
dialysis
4. Untuk mengetahui hasil laboratorium
5. Perubahan jumlah cairan akan mengubah tekanan hemodinamika

Terapeutik :
1. Agar bisa menentukan cairan yang masuk seimbang dengan cairan yang
keluar
2. Untuk mecukupi cairan yang ada di tubuh pasien
3. Meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat
kadar elektrolit tinggi atau tidak normal
Kolaborasi :
1. Untuk mepercepat pemberian cairan

 Rasional dari Resiko Cedera adalah :

Observasi :

1. Untuk mengetahui agar tidak terjadi cedera pada pasien


2. Untuk mengetahui obat-obat yang dapat beresiko menyebabkan cedera pada
pasien
Terapeutik :

1. Memberikan penerangan yang cukup bagi pasien


2. Guna menghindari resiko pada pasien susah tidur
3. Agar supaya baik pasien maupun keluarga dapat tahu menggunakan
fasilitas yang tersedia dengan baik
4. Alas lantai untuk berjaga-jaga agar tidak menambah cidera yang serius
5. Menggunakan alas kaki antislip agar pasien tetap aman
6. Menggunakan pispot untuk urinal agar pasien lebih aman atau jauh dari
resiko cedira, jika perlu
7. Memastikan bel atau telepon agar mudah di jangkau pasien
8. Agar pasien tetap berada pada posisinya dengan baik untuk mencegah
terjadinya cedera
9. Agar supaya pasien merasa aman dan mencegah terjadinya resiko jatuh
10. Menggunakan pengaman tempat tidur agar pasien tetap terjaga
11. Untuk mengetahui terapi fisik yang baik digunakan
12. Mendiskusikan alat bantu jalan sesuai kebutahan pasien
13. Mendiskusikan bersama keluarga agar dapat selalu mendampingi pasien
14. Untuk meminimalisir resiko cedera
Edukasi :

1. Agar pasien dan keluarga tahu alasan intervensi untuk menghindari resiko
jatuh
2. Untuk menghindari hipotensi ortostatik
DAFTAR PUSTAKA

Andini, N. K., Putu, D., Nilakusmawati, E., & Susilawati, M. (2013). Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih Bekerja. Piramida, 9(1), 44–49.
Ansar J, Dwinata I, M. A. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung
Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional
Ilmu Kesehatan, 1(3), 28–35.
Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.
Maryam, S. 2009. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: PT. Salemba Medika.
Supriadi. (2018). Lanjut Usia Dan Permasalahannya. Jurnal PPKn & Hukum, 10(2), 84–94.
Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai