Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GAGAL JANTUNG

DI RUANG MUZDALIFAH RS.SYUHADA HAJI

Untuk memenuhi tugas

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I

Oleh:

NAMA : DHEA NATASYA PUTRI GUNAWAN

NIM : P17230204110

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL


JANTUNG DI RUANG MUZDALIFAH RS.SYUHADA HAJI

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

(Nama Dosen) (Nama CI)


NIP NIP
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal jantung

Di Ruang Muzdalifah Rs.Syuhada Haji

BAB I
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
KELEBIHAN ASUPAN CAIRAN

1.1 Konsep Dasar


1) Pengertian
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan. Gagal jantung merupakan
suatu keadaan patologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Kasron, 2012).Gagal jantung kongestive atau congestive heart failure (CHF)
merupakan kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah
yang kaya oksigen ke utbuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh
(Andra Saferi, 2013). Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien (Andre saferi, 2013).
2) Etiologi/ Penyebab
A. Multifaktorial
I. Sindrom klinis kompleks akibat kelainan struktural atau fungsional jantung
yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi atau mengeluarkan
darah (ACC/AHA, 2013).
II. Faktor risiko dan penyakit penyerta-hipertensi; kegemukan; diabetes;
penyakit arteri koroner (CAD): penyakit perifer dan serebrovaskular;
penyakit katup jantung dengan timbulnya fibrilasi atrium (AF); gangguan
tidur seperti sleep apnea; riwayat paparan obat kardiotoks, misalnya
kemoterapi, alkohol, dan kokain; riwayat keluarga kardiomiopati.
3) Klasifikasi/Jenis Gangguan
Tahapan (American College of Cardiology/American Heart Association
[ACC/AHAJ, 2013; Oberg & Guarneri, 2016). Pedoman mencakup rekomendasi
khusus untuk setiap tahap.
I. Tahap A-berisiko tinggi untuk gagal jantung terkait dengan kondisi seperti
hipertensi, diabetes, dan obesitas. Pengobatan difokuskan pada komorbiditas
dan pengurangan agen kardiotoksik (misalnya, penggunaan
tembakau/narkoba lainnya).
II. Tahap B-adanya penyakit jantung struktural, menyebabkan kerusakan, seperti
LVH atau infark miokard sebelumnya (MI), tetapi tidak menunjukkan gejala.
Pengobatan difokuskan pada memperlambat perkembangan remodeling
ventrikel dan menunda timbulnya gejala gagal jantung.
III. Tahap C-klien dengan gejala HF masa lalu atau saat ini terkait dengan
penyakit jantung struktural dan kerusakan, seperti remodeling ventrikel
lanjut. Pengobatan difokuskan pada modifikasi asupan cairan dan diet dan
terapi obat serta tindakan nonfarmakologis, seperti pacing biventrikular dan
operasi katup atau revaskularisasi, untuk meningkatkan fungsi ventrikel kiri
dan kemampuan fungsional klien.
IV. Tahap D-refraktori gejala HF lanjut saat istirahat atau dengan tenaga minimal
dan sering membutuhkan intervensi dalam pengaturan akut. Perawatan
difokuskan untuk meningkatkan stabilitas klinis, termasuk terapi suportif
untuk mempertahankan hidup, seperti alat bantu ventrikel kiri, terapi
inotropik intravena (IV) berkelanjutan, pembedahan eksperimental atau obat-
obatan, transplantasi jantung, atau perawatan di rumah sakit atau di akhir
hayat.
4) Patofisiologi/ Pohon Masalah
Remodeling miokardium (sebagai respons struktural terhadap cedera) mengubah
jantung dari bentuk sepak bola yang efisien menjadi bentuk bola basket yang tidak
efisien, membuat jantung terkoordinasi kontraktilitas sulit. Dilatasi ventrikel
(disfungsi sistolik) menyebabkan kontraktilitas yang buruk dan pengosongan ruang
yang tidak memadai. Kekakuan ventrikel (disfungsi diastolik) terganggu dan
kemampuan ruang untuk bersantai dan menerima dan mengeluarkan
darah.Kegagalan bilik kiri dan/atau kanan jantung menghasilkan output yang tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme organ. Peningkatan tekanan
vena pulmonal atau sistemik yang berhubungan dengan jantung menyebabkan
kongesti organ.
5) Tanda dan Gejala
Gejala utama gagal jantung adalah sesak napas, mudah lelah, serta pembengkakan
pada kaki dan pergelangan kaki. Gejala ini dapat berkembang secara bertahap atau
muncul secara tiba-tiba.
6) Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
1. Tes enzim hati, alanine aminotransferase (ALT) dan Elevated in i aspartate
aminotransferase (AST) (secara resmi disebut sebagai HF, SPGT dan SGOT)
2. Laju endap darah (LED)
3. Gas darah arteri (ABG)
4. Pemeriksaan tiroid
5. Pengukuran hormon perangsang tiroid (TSH), nitrogen urea darah (BUN)
dan kreatinin
6. Rontgen dada
7. Elektrokardiogram (EKG)
8. Ekokardiografi
7) Penatalaksanaan
Menurut kasron (2012), penatalaksanaan CHF meliputi:
1. Non Farmakologi
 CHF Kronik
 Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan
aktivitas.
 Diet pembatasan natrium (<4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
 Menghentikan obat-obatan yang mempengaruhi NSAID karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium.
 Pembatasan cairan (± 1200-1500 cc/hari).
 Olahraga secara teratur.
 CHF Akut
 Oksigenasi (ventilasi mekanik)
 Pembatasan cairan (1,5L/hari)
2. Farmakologi

 First line drgs; diuretic.


 Second line drugs; ACE inhibitor. Obatnya digoxin, beta blocker, hidralazin
BAB II
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GAGAL JANTUNG
2.1 Pengkajian
I. Keluhan utama
II. Riwayat penyakit saat ini
III. Riwayat penyakit dahulu
IV. Riwayat keluarga
V. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
VI. Pengkajian psikososial
VII. Pemeriksaan fisik
VIII. Pemeriksaan penunjang

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
1. Penurungan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti
paru akibat sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan
intertestial
2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan.
Dx.Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Penurungan curah Setelah dilakukan PERAWATAN JANTUNG
jantung tindakan keperawatan AKUT : AKUT( I.02076)
berhubungan selama 2x24 jam, maka Observasi
dengan perubahan curah jantung meningkat  Identifikasi karakteristik
frekuensi jantung dengan kriteria hasil : nyeri dada (meliputi faktor
 Lelah menurun pemicu dan pereda,
 Pucat menurun kualitas, lokasi, radiasi,
 Tekanan darah skala, durasi dan
membaik frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan
 Takikardia untuk perubahan ST dan T
menurun  Monitor
Aritmia( gangguan irama
dan frekuensi)
 Monitor elektrolit yang
dapat meningkatkan resiko
aritmia( mis.kalium,
magnesium serum)
 Pantau enzim jantung
(mis. CK, CK-MB,
Troponin T, Troponin I)
 Pantau saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi
pada penyakit koroner
akut(mis. Skor TIMI,
Killip, Crusade)
Terapeutik
 Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas
nyeri
 Berikan relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan
stres
 Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk istirahat
dan pemulihan
 Siapkan intervensi koroner
perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan
spiritual dan emosional
Edukasi
 Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
 Anjurkan menghindari
manuver Valsava (mis.
Mengedan sat BAB atau
batuk)
 Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
 Ajarkan teknik
menurunkan ketakutan dan
ketakutan
Kolaborasi
 Mempersembahkan
antiplatelat, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
antiangina(mis.
Nitrogliserin, beta blocker,
calcium channel bloker)
 Kolaborasi
mempersembahkan
morfin, jika perlu
 Kolaborasi
mempersembahkan
inotropik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah manuver
Valsava (mis., pelunak,
tinja, antiemetik)
 Kolaborasi
mempersembahkan
trombus dengan
antikoagulan, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-
ray dada , jika perlu
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan MANAJEMEN ENERGI (I.
berhubungan tindakan keperawatan 05178)
dengan kelemahan selama 2x24 jam, maka Observasi
umum toleransi aktivitas  Identifkasi gangguan
meningkat dengan kriteria fungsi tubuh yang
hasil : mengakibatkan kelelahan
 Keluhan lelah  Monitor kelelahan fisik
menurun dan emosional
 Perasaan lemah
menurun  Monitor pola dan jam tidur
 Warna kulit  Monitor lokasi dan
membaik ketidaknyamanan selama
 Tekanan darah melakukan aktivitas
membaik Terapeutik
 Frekuensi napas  Sediakan lingkungan
membaik nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Gangguan Setelah dilakukan PEMANTAUAN RESPIRASI
pertukaran gas yang tindakan keperawatan (I.01014)
berhubungan selama 2x24 jam, maka Observasi
dengan perembesan pertukaran gas meningkat  Monitor frekuensi, irama,
cairan, kongesti kedalaman, dan upaya
paru akibat dengan kriteria hasil : napas
sekunder dari  Bunyi nafas  Monitor pola napas
perubahan membran tambahan menurun (seperti bradipnea,
kapiler alveoli dan  Pusing menurun takipnea, hiperventilasi,
retensi cairan  Pola napas Kussmaul, Cheyne-Stokes,
intertestial membaik Biot, ataksik0
 Warna kulit  Monitor kemampuan
membaik batuk efektif
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik

 Atur interval waktu


pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi

 Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan Keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018). Menurut (Kozier & Erb, 2010), implementasi keperawatan merupakan
sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah
dilaksanakan sebelumnya.
2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif yaitu menghasilkan
umpan balik selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Daftar Pustaka

Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai