Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG ICU

RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM

Disusun oleh :

Ribka Yulianti Hohedu (2208061)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) atau dikenal dengan penyakit gagal jantung
kongestif adalah kondisi patofisiologi berupa kelainan pada fungsi jantung yang
menyebabkan terjadinya abnormalitas fungsi jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism jaringan (Samsi & Susilo, 2018). Congestive Hearth
Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis atau kumpulan tanda dan
gejala dikarenakan adanya abnormalitas pada struktur dan fungsi jantung sehingga terjadi
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh secara maksimal
(Rahmatiana & Clara, 2019). Congestive Heart Failure (CHF) yang disebut juga penyakit
gagal jantung kongestif adalah gabungan dari gambaran-gambaran klinis gangguan atau
kelainan pada struktur dan fungsi jantung bagian kiri dan kanan (Pangestu & Nusadewiarti,
2020).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat didefenisikan bahwa Congestive Heart Failure
(CHF) adalah kondisi terjadinya kegagalan struktur dan fungsi jantung dalam memompa
darah keseluruh tubuh sehingga meinumbulkan adanya sekumpulan tanda dan gejala atau
disebut sindrom klinis pada bagian jantung kiri dan kanan.

2. Etiologi
PPNI (2017) penyebab terjadinya gagal jantung kongestif (CHF):
 Disfungsi miokard (AMI) Miokarditis menyebabkan terjadinya penurunan kontraktifilitas
otot jantung sehingga mengganggu proses jantung dalam memompa darah dan
menimbulkan terjadinya gagal jantung kongestif.
 Beban tekanan berlebih meningkatkan beban sistolik atau upaya jantung memompa darah
ke seluruh tubuh sehingga dapat menurunkan kekuatan otot atau kontraktilitas otot. Hal
itu dapat berakibat pada penurunan kontraktifilitas serta hambatan pengosongan ventrikel
yang berdampak juga pada penurunan curah jantung (cardiac output / COP) sehingga
meningkatkan beban jantung. Peningkatan beban jantung dapat mengakibatkan terjadi
atrofi serabut otot yang berujung pada kondisi gagal jantung kongestif.
 Peningkatan kebutuhan metabolisme dan beban volume dapat meningkatkan beban atau
kerja jantung sehingga beresiko menimbulkan kondisi gagal jantung kongestif.
 Hipertensi pulmonal yang meningkatkan tekanan darah dari jantung ke paru-paru dapat
meningkatkan beban kerja jantung dan dapat berujung pada kondisi gagal jantung
kongestif.
 Penyakit jantung (Stenosis katup AV, Stenosis katup tamponade pericardium, pericarditis
konstruktif). Mekanisme biasanya melibatkan adanya gangguan aliran darah yang
meliputi jantung. Jadi jantung tidak mampu untuk mengisi darah sehingga dapat
menyebabkan gagal jantung kongestif.
 Aterosklerosis coroner mengakibatkan terganggunya fungsi miokardium untuk
memompa aliran darah ke otot jantung sehingga sel jantung mati dan menimbulkan
terjadinnya gagal jantung kongestif.
3. Patofisiologi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk menyalurkan
darah, termasuk oksigen yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme jaringan pada saat
istirahat atau kerja ringan. Hal tersebut menyebabkan respon sistemik khusus yang bersifat
patologik (selain saraf, hormonal, ginjal dan lainnya) serta adanya tanda dan gejala yang
khas. Congestive Heart Failure (CHF) terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor
yang memengaruhi kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi)
jantung, dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan
kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik CHF berespons terhadap
intervensi farmakologis standar, terdapat interaksi neurohormonal kritis yang efek
gabungannya memperberat dan memperlama sindrom yang ada. Sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA): Selain untuk meningkatkan tahanan perifer dan volume darah sirkulasi,
angiotensin dan aldosteron berimplikasi pada perubahan struktural miokardium yang terlihat
pada cedera iskemik dan kardiomiopati hipertropik hipertensif. Komplians miokard normal
turut memberikan gambaran hemodinamik dan simtomatik pada Congestive Heart Failure
(CHF).
Sistem saraf simpatis (SNS): Epinefrin dan norepinefrin menyebabkan peningkatan
tahanan perifer dengan peningkatan kerja jantung, takikardia, peningkatan konsumsi oksigen
oleh miokardium, dan peningkatan risiko aritmia. Katekolamin juga turut menyebabkan
remodeling ventrikel melalui toksisitas langsung terhadap miosit, induksi apoptosis miosit,
dan peningkatan respons autoimun
4. Klasifikasi
Menurut Fajriah (2020) klasifikasi fungsional gagal jantung terbagi dalam empat
kategori kelas, yaitu:

Kelas 1 Tidak ada batasan: aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan sesak
nafas, palpitasi atau keletihan yang berlebihan.

Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan: nyaman saat beristirahat tetapi


menimbulkan keletihan dan palpitasi saat melakukan aktivitas
biasa.

Kelas 3 Keterbatasan aktivitas fisik: nyaman saat beristirahat tetapi


aktivitas minimal atau yang lebih sedikit dari biasanya dapat
menimbulkan gejala tertentu.

Kelas 4 Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik apapun: ditemukan


gejala gagal jantung kongestif saat beristirahat terlebih saat
berkativitas fisik dalam bentuk apapun.

5. Manifestasi Klinis
American Heart Association (AHA) dalam Fajriah (2020) meninjau dari sudut klinis secara
simptomatologis gambaran klinis pada kasus gagal jantung kongestif dibagi berdasarkan
bagian jantung kiri dan kanan.

❖ Pada bagian jantung kiri ditemukan terjadinya kelemahan, cepat lelah, berdebar, sesak

nafas, batuk, takikardia, dyspnea, ronchi basah halus di basal paru, bunyi janung III dan
pembesaran jantung.

❖ Pada bagian jantung kanan ditemukan terjadinya edema tumit dan tungkai bawah,

hepatomegali (pembesaran organ hati), asites dan bendungan vena jugularis.


6. Pathway

7. Komplikasi
Austaryani (2012) komplikasi yang terjadi pada kasus Congestive Heart Failure (CHF), yaitu
sebagai berikut:

❖ Edema pulmoner akut akibat akumulasi jaringan yang terganggu dan menumpuk pada

jaringan.

❖ Hyperkalemia akibat adanya penurunan ekskresi, asiosis metabolik, katabolisme dan

masuken diet berlebih.


❖ Pericarditis efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan

dialysis yang tidak adekuat

❖ Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta multifungsi system renin-angiotensin-

aldosteron.

❖ Anemia akibat adanya penurunan dari eritropoetin dan rentang usia sel darah merah.
8. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses keperawatan yang dilakukan guna mengumpulkan
informasi dan data pasien yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengetahui masalah
kesehatan dan kebutuhan keperawatan pasien, baik fisik, mental, lingkungan dan sosial
pasien (Dermawan, 2012). Pengkajian yang akan dilakukan pada pasien dengan kasus
gagal jantung kongestif sebagai berikut:
1. Identitas Pasien
Diidentifikasi nama, nomor RM, tanggal/jam MRS, MRS dari mana, diagnose
medis, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir dan status
pernikahan.
2. Identitas Penanggung Jawab
Diidentifikasi nama, alamat, jenis kelamin dan hubungan dengan pasien.
3. Status Kesehatan:
Dikaji keluhan utama pasien MRS, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga
4. Genogram
Dibuat bagan dari 3 generasi diatas pasien.
5. Pengkajian pola fungsional Gordon
Dikaji pola persepsi dan manajemen kesehatan; pola nutrisi-metabolik; pola
eliminasi; pola aktivitas dan latihan; pola kognitif dan persepsi; pola tidur dan
istirahat; pola persepsi diri-konsep diri; pola peran-hubungan; pola seksual-
reproduksi; pola toleransi stress-koping; serta pola nilai-kepercayaan-budaya.
6. Pemeriksaan Fisik Sistem
Dinilai keadaan umum pasien; pendengaran dan penglihatan; sistem
respiratori; sistem kardiovaskular; sistem pencernaan; sistem neurologis;
sistemm muskuloskeletal; sistem integument; sistem perkemihan;
7. Pemeriksaan laboratorium
Diidentifikasi pemeriksaan yang diikuti pasien, tanggal/jam, hasil dan
keterangan untuk membantu menguatkan diagnose yang diangkat.
8. Terapi medikasi
Diidentifikasi terapi atau pengobatan tertentu yang diterima pasien beserta
dosis dan alasan pembeian.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinik yang dilakukan untuk
mengetahui respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan.
Diagnosa keperawatan diangkat untuk pemilihan intervensi keperawatan guna mencapai
yang optimal dan tanggung jawab perawat (Dermawan, 2012). Diagnosa yang mungkin
muncul pada pasien dengan kasus gagal jantung kongestif diangkat berdasarkan pedoman
buku diagnosa SDKI (PPNI, 2016).
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal pompa ventrikel (D.0008).
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.0005).
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
(D.0003).
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056).

C. Intervensi
Intervensi yang diberikan menyesuaikan dengan kasus pasien serta
mempertimbangkan waktu dan kriteria hasil yang diharapkan. Intervensi terbagi dalam
empat bagian, yaitu observasi, nursing, edukasi dan kolaborasi dengan ahli lainnya.
Beberapa intervensi yang diberikan pada kasus gagal jantung kongestif diangkat
berdasarkan pedoman buku SLKI untuk target luaran mencakup tujuan dan kriteria hasil
serta SIKI untuk pengambilan intervensi (PPNI, 2018).

No. Tujuan Dan Kriteria


Diagnosa Intervensi
Dx. Hasil
1 Penurunan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Aritmia (I.02035)
curah jantung keperawatan …x… jam, Observasi:
berhubungan maka masalah penurunan 1. Identifikasi jenis aritmia.
dengan gagal curah jantung meningkat 2. Monitor saturasi oksigen
pompa
ventrikel dengan kriteria hasil: Nursing:
(D.0008) 1. Frekuensi nadi dalam 3. Pasang monitor jantung.
batas normal (60-100 4. Pasang jalan nafas buatan
x/menit). (ETT)
2. Tekanan darah dalam 5. Pasang monitor jantung
batas normal (90/60 6. Rekam EKG 12 sadapan.
mmHg – 120/80 Kolaborasi:
mmHg). 7. Kolaborasi pemberian
3. Takikardi menurun dan antiaritmia.
tidak terjadi aritmia.
4. Irama jantung normal
(60-100).
5. Dyspnea (sesak napas)
Meurun
6. Edema menurun
7. Pucat atau sianosis
menurun
8. Crt < 2 detik
(L.02008)
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi (I.01014):
pertukaran gas keperawatan ...x... jam Observasi:
berhubungan diharapkan pertukaran gas 1. Monitor pola napas.
dengan edema meningkat dengan kriteria 2. Monitor adanya sumbatan jalan
paru hasil : napas.
1. Tingkat kesadaran 3. Auskultasi bunyi napas.
meningkat 4. Monitor nilai AGD
2. Dispnea menurun 5. Monitor hasil Xray Toraks
3. Bunyi napas tambahan Nursing:
menurun 6. Atur interval pemantauan
4. Pco2 membaik respirasi sesuai kondisi pasien.
5. P02 membaik 7. Dokumentasi hasil pemantauan
6. Takikardia membaik Edukasi:
7. Sianosis membaik 8. Jelaskan tujuan dan prosedur
8. Pola napas membaik pemantauan
(L.01003) 9. Informasikan hasil pemantauan.
Kolaborasi:
1. Koloborasi dengan dokter jika
pertukaran gas masih belum
teratasi.
3 Pola napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas Buatan
tidak efektif keperawatan …x… jam, (I.01012)
berhubungan maka pola nafas tidak Observasi:
dengan efektif dapat teratasi dengan 1. Monitor posisi selang
hambatan kriteria hasil: Endotrakeal (ETT)
upaya nafas 1. Dispnea menurun 2. Monitor tekanan balom EET
(D.0005) 2. Penggunaan otot bantu setiap 4-8 jam
pernapasan menurun Nursing:
3. Frekuensi napas 3. Pasang oropharingeal airway
membaik (RR normal: (OPA) untuk mencegah ETT
12-20 x/mnt. tidak tergigit.
4. Kedalaman nafas 4. Lakukan penghisapan lendir
membaik. kurang dari 15 detik secara
5. SpO2 normal (95- rutin.
100%). 5. Ganti fiksasi ETT setiap 24 jam
(L.01004) 6. Lakukan perawatan mulut

Edukasi:
7. Jelaskan kepada keluarga tujuan
dan prosedure pemasangan
jalan napas buatan
Daftar Pustaka

Austaryani, N. P. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dengan Congestive Heart Failure
(CHF) Di Ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan: Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Gosyen
Publising: Yogyakarta.

Fajriah, N. R. 2020. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gagal Jantung
Kongestif (CHF) yang di Rawat di Rumah Sakit.

Pangestu, M. D., & Nusadewiarti, A. 2020. Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart
Failure pada Wanita Lanjut Usia Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal
Majority, 9(1), 96-106.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Rahmatiana, F., & Clara, H. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A Dengan Congestive
Heart Failure. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 3(1), 7-25.

Samsi, B., & Susilo, C. B. 2018. Penerapan Pemberian Oksigen Pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD Wates Kulon Progo
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Anda mungkin juga menyukai