Anda di halaman 1dari 51

APLIKASI EVIDENCE BASED PRACTICE NURSING TERAPI PERBEDAAN

TINGKAT NYERI DADA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN TERAPI


MUROTTAL AL-QURAN DI RUANG ICU 3 RSD K.R.M.T WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Profesi Ners

Dosen Pengampu: Ns. Akhmad Mustofa., S.Kep., M.Kep

Oleh :

JUBEDA UNIHEHU

G3A022102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SEMARANG

2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infark Miokard Akut (IMA) atau lebih dikenal dengan serangan jantung adalah

suatu keadaan ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi

secara mendadak menyebabkan kematian dini sel otot jantung. Penyebab paling sering

adalah adanya sumbatan koroner jantung, sehingga terjadi gangguan aliran darah yang

diawali dengan hipoksia miokard. Infark Miokard Akut (IMA) sangat membahayakan

karena sering berupa serangan mendadak berkembang sangat cepat dan tanpa ada

keluhan sebelumnya. Infark Miokard Akut merupakan salah satu penyakit jantung yang

utama penyebab kematian di dunia (Sutrisno, 2018).

Infark Miokard Akut (IMA) terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu Unstable Angina ST

segment (STEMI) Elevation dan Myocardial Infarct ST- segment Elevation Myocardial

Infarct (NSTEMI). Infark Miokard Akut (IMA) termasuk dalam tipe STEMI dimana

kegawatdaruratan suatu kondisi membutuhkan yang tindakan medis secepatnya.

Komplikasi yang ditimbulkan oleh infark miokard akut antara lain gangguan irama dan

konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal jantung, ruptur jantung, regurgitasi mitral,

trombus mural, emboli paru, hingga kematian (Haryuni, 2018).

Berdasarkan World Health Association (WHO) tahun 2018

menunjukkan, sejumlah 17,3 juta orang di dunia meninggal dan diprediksi

hampir mencapai 23,3 juta penderita meninggal di tahun 2020. Prevalensi

penyakit jantung di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 menunjukkan

sebanyak 1,5% atau 1.017.290 dari penduduk total indonesia dengan kasus

terbanyak berada di Kalimantan Timur yaitu dengan prevalensi sebanyak

2,2% atau 994.909 orang, Nusa Tenggara Timur menjadi paling rendah

dengan prevalensi sebanyak 0,2% atau 254 orang. Data dari Dinkes Jawa

Tengah menduduki urutan nomor lima di tahun 2018 dengan prevalensi IMA

sebanyak 1,6% atau 132.565 orang penderita IMA. Data penderita penyakit
STEMI di Rumah Sakit Dr. Moewardi surakarta dari rekam medis RSUD Dr.

Moewardi pada tahun 2016 yang menderita penyakit Akut Miokard Infark

sebanyak 320 pasien (Kemenkes RI, 2019).

Nyeri dada merupakan salah satu permasalahan utama yang harus

ditangani karena dapat mengganggu baik secara fisik maupun psikologis

pasien. Respon fisiologis nyeri mengakibatkan stimulasi simpatik, yang akan

menyebabkan pelepasan epineprin, adanya peningkatan epineprin

mengakibatkan denyut jantung cepat, pernapasan cepat dan dangkal, tekanan

pada arteri meningkat. Respon psikologis timbulnya perasaan cemas dan takut

dalam menjalani aktifitas. Apabila nyeri dibiarkan tanpa penanganan atau

tidak berkurang intensitasnya, hal tersebut dapat mengancam jiwa seseorang

secara signifikan (Potter & Perry, 2019).

Murottal Al-Qur’an merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang

dilagukan oleh seorang Qori’ (pembaca Al-Qur’an). Lantunan Al-Qur’an

secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan

instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah

dijangkau. Suara dapat mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan

perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. Pendekatan

spiritual dapat membantu mempercepat pemulihan atau penyembuhan pasien.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa mendengarkan ayat suci

Al- Qur’an memiliki pengaru mendatangkan ketenangan dan menurunkan

nyeri (Babaii, 2019).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit “ nyeri dada

pada pasien penyakit Stemi’’agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Stemi sebaik mungkin.


2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum tersebut didapatkan tujuan khusus dari penelitian

kasus ini adalah :

a. Mendeskripsikan konsep Penyakit Stemi ( dengan nyeri dada terapi moruttal Al-

Quran)

b. Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Stemi ( dengan

nyeri dada terapi moruttal Al-Quran)

c. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Stemi ( dengan

nyeri dada terapi moruttal Al-Quran)

d. Mahasiswa mampu menerapkan evidence based nursing practice teknik pursed lips

breathing

e. Melakukan evaluasi hasil aplikasi evidence based nursing practice

A. Metode Penulisan

1. Metode kepustakaan

Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari beberapa buku seperti buku SIKI, SLKI

dan SDKI.

2. Media internet

f. Yaitu bersumber dari internet yang relevan dengan asuhan keperawatan Penyakit

Stemi ( dengan nyeri dada terapi moruttal Al-Quran)berbagai jurnal.

B. Sistematika Penulisan

Berdasarkan dari hasil penyusunan ini, sistematika penulisan yang dimulai dari :

1. BAB I : Pendahuluan

Yang terdiri dari, latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

2. BAB II : Konsep Dasar

Yang terdiri dari Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan keperawatan

3. BAB III : Resume Asuhan Keperawatan


Yang terdiri dari pengkajian fokus, diagnosa keperawatan, pathway keperawatan kasus,

fokus intervensi.

4. BAB IV : Aplikasi artikel evidence based nursing riset

5. BAB V : Pembahasan

6. BAB VI : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran

7. Daftar Pustaka
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Infark Miokard Akut

1. Pengertian

(Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, 2018). Infark Miokard

Akut (IMA) adalah istilah medis dari serangan jantung. Infark adalah

keadaan terhambatnya aliran darah sehingga mengakibatkan kerusakan

jaringan. Kerusakan ini terjadi karena kurangnya suplai oksigen ke

jaringan. Tanpa oksigen yang cukup, sel dan jaringan akan mengalami

kerusakan dan mati. Sedangkan miokardium atau biasa dikenal dengan

miokard adalah sel-sel otot yang terdapat di jantung dan membentuk

lapisan tebal di antara lapisan epikardium luar dan lapisan epikardium

dalam. Istilah akut menandakan bahwa kejadian infark mendadak kurang

dari 3-5 hari (Hariyono, 2020).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan infark miokard akut

merupakan suatu keadaan di lapisan miokard yang disebabkan oleh tidak

adanya aliran darah yang cukup pada waktu yang terus menerus, sehingga

terjadi kekurangan oksigen pada jaringan tersebut yang menimbulkan

kematian jaringan miokard, atau dengan kata lain kematian sel miokard

terjadi akibat kekurangan oksigen yang berkepanjangan

2. Etiologi

STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri

vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan

akumulasi lipid.
Spasme otot segmental pada arteri kejang otot Penyebab penyakit

infark miokard akut (IMA) dikarenakan oleh pembuluh darah yang

mengalami penyempitan atau adanya sumbatan pada sel-sel otot jantung

karena iskemia yang berlangsung lama. Penyumbatan pembuluh darah

tersebut mengakibatkan adanya oklusi di arteri koroner dan kematian sel-

sel miokard dikarenakan suplai oksigen ke miokard mengalami

pengurangan dari metabolisme anaerob dan hal tersebut menyebabkan

penumpukan asam laktat yang menimbulkan serangan jantung (Nasanah,

2021). Ada beberapa faktor yang menimbulkan gangguan oksigen tersebut

sebagai berikut:

3. Patofisiologi

Infark Miokard Akut sering ditemui pada orang yang memiliki satu atau

lebih faktor risiko seperti merokok, obesitas, hipertensi, konsumsi

alkohol, penyakit diabetes dan lain-lain. Faktor tersebut disertai dengan

proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika intima (lapisan

pembuluh darah bagian dalam) yang bisa memicu interaksi fibrin


platelet sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah koroner.

Interaksi ini membuat invasi dan akumulasi lipid yang akan membangun plak

fibrosa. Penumpukan plak akan mengakibatkan lesi komplikata yang dapat

menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila ruptur dapat terjadi

trombus. Trombus yang bisa menyumbat pembuluh darah mengakibatkan

aliran darah berkurang sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh darah ke

jaringan miokardium berkurang yang berdampak penumpukan asam laktat.

Asam laktat meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH

endokardium yang menyebabkan perubahan elektrofisiologi endokardium.

Keadaan tersebut menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga

jantung mengalami disritmia. Iskemik yang terjadi selama lebih dari 30 menit

menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot

jantung (infark) (Aspiani, 2019 dalam (Sutrisno, 2018).

Infark Miokard Akut terjadi ketika kekurangan oksigen yang terjadi

cukup lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga mengakibatkan kerusakan

seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti

berkontraksi selamanya (nekrosis).

Kekurangan oksigen yang terjadi paling sering disebabkan oleh

penyakit arteri koroner atau coronary artery disease (CAD). Pada penyakit ini

terdapat materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di

dalam lumen arteri koronari (arteri yang mensuplai darah dan oksigen pada

jantung). Plaque dapat pecah sehingga terbentuknya bekuan


darah pada permukaan plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka

bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri

koroner (Kasron, 2018 dalam (Sutrisno, 2018.

Keadaan tersebut menyebabkan kegagalan jantung dalam

memompa darah (dikompenasi kordis). Ketika darah tidak lagi dipompa,

suplai darah ke oksigen sistemik menjadi tidak adekuat sehingga

menimbulkan gejala kelelahan. Selain itu dapat terjadi akumulasi cairan di

paru (edema paru) dengan manifestasi sesak napas (Kasron, 2019 dalam

(Sutrisno, 2018).
4. Pathway

Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosis

Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Suplay oksigen ke Miokard menurun


Penurunan
Metabolisme anaerob Seluler hipoksia curah
jantung
Gangguan Timbunan asam
pertukaran Nyeri
laktat meningkat Akut
gas Integritas membrane sel berubah

Kontraktilitas turun

Risiko perfusi serebral


tidak efektif COP turun Kegagalan pompa
jantung

Pola nafas tidak efektif Suplay O2 ke otot jantung


tidak adekuat
5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang khas dari infark miokard akut adalah nyeri.

Nyeri bisa terjadi di dada dan dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri),

bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium (ulu hati). Nyeri

yang dirasakan seperti diremas-remas. ditekan, ditusuk, panas atau ditindih

barang berat. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tak

responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien

diabetes dan orangtua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat

disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar

debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat

merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila

anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului

keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium (ulu

hati) (Anwar, 2018).

Takikardia (nadi diatas normal), kulit yang pucat, dingin, dan

hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang ditemukan

pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA

inferior (Kasron, 2012 dalam (Sutrisno, 2017).

Tanda dan gejala infark miokard akut adalah :

a. Gejala pada epigastrium, misalnya rasa mual dan kembung, serta

muntah.

b. Adanya gejala awal, misalnya letih, rasa tidak enak pada dada

atau malaise.

6. Pemeriksaan Penunjang
Dalam buku Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut

(PERKI, 2018) ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan

diagnosis Infark miokard akut, akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) atau gambaran aktivitas

listrik jantung adalah salah satu alat yang digunakan untuk

mendiagnosis infark miokard akut, alat diagnosis kelainan kelistrikan


jantung yang menggunakan sadapan ekstremitas dan prekordial yang

digunakan untuk mendiagnosis kelainan kelistrikan jantung yang

mengarah langsung pada kelainan struktural dan fungsional jantung.

Adanya gelombang T tinggi dan simetris merupakan fase awal

perubahan EKG. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan

selanjutnya yang terjadi kemudian adalah adanya gelombang Q/QS

yang menandakan adanya kematian jaringan (Zahrotul, 2018).

b. Radiologi , merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

melihat paru-paru, jantung, dan rongga dada. atau bisa diseut dengan

foto thorax dapat menunjukan Cor; kardiomegali pulmo; gambaran :

Bronchopneumonia di sertai efusi flaura edema paru

c. Laboratorum Pemeriksaan darah rutin dapat dilakukan untuk melihat

seberapa hemoglobin, eritrosit, dan leukosit.GDS

d. Penatalaksanaan Medis

a) Penatalaksanaan medis secara maksimal dari infark miokard

akut bertujuan menghilangkan iskemia dan mencegah

berulangnya iskem
yang lebih jelek. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian terapi

fibrinolitik, terapi anti iskemia, terapi anti platelet dan anti trombin,

terapi tambahan (Setiadi & Halim, 2018)

b) Penatalaksanaan Keperawatan

a. Berikan terapi oksigen pada pasien baik kadar

oksigen darah normal atau abnormal. Karena

persediaan oksigen yang melimpah untuk

jaringan, dapat menurunkan beban kerja

jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit

melalui binasal kanul.

b. Berikan terapi moruttal Al-Quran merupakan

rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh

seorang Qori’ (pembaca Al-Qur’an). Lantunan

Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara

manusia, suara manusia merupakan instrumen

penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang

paling mudah dijangkau. Suara dapat

mengaktifkan hormon endorfin alami,

meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan

perhatian dari rasa nyeri. Pendekatan spiritual

dapat membantu mempercepat pemulihan atau

penyembuhan pasien. Dari hasil penelitian

tersebut menunjukan bahwa mendengarkan ayat

suci Al-Qur’an memiliki pengaruh


mendatangkan ketenangan dan menurunkan nyeri (Babaii, 2015).

c. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia

yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama

pasca serangan.

d. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja

jantung sehingga mencegah kerusakan otot jantung

lebih lanjut. Memberikan waktu untuk jantung istirahat

berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya

untuk memulihkan diri.

e. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberian

obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada awal-

awal serangan pasien tidak diperkenankan menerima

asupan nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan

kebutuhan tubuh terhadap oksigen sehingga bisa

membebani jantung (Tmaisan, 2019).


c. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak

mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian

atas, ini merupakan gejala utama.

d. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat

menjalar ke arah rahang, leher, bahu dan terus ke bawah menuju

lengan (biasanya lengan kiri ).

e. Nyeri mulai secara spontan ( tidak terjadi setelah kegiatan atau

gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan

tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).

f. Nyeri sering disertai dengan sesak napas, pucat, dingin, diaforesis

berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual, muntah.

g. Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang

hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu

neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri ).

(Berliani, 2019).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

 Identitas pasien

Meliputi: nama, umur, jenis, kelamin, agama, suku/bangsa, status

perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, no. RM, dan

tanggal masuk RS

 Keluhan utama atau alasan masuk RS

Meliputi : profokatif, qualitas, region, skala, dan timing

 Pengkajian primer

Meliputi : airway, breathing, irculation, disability, dan eksposure

 Pengkajian Sekunder

Meliputi: riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,

riwayat kesehatan keluarga, anamnesa singkat (AMPLE), dan

pemeriksaan head to toe.

 Pemeriksan Penunjang

Meliputi: pemeriksaan radiologi, laboratorium, ekg, dsb.

 Terapi Medis

Meliputi: pemberian tindakan atau intervensi apa saja kepada pasien

yang dikolaborasikan dengan tim medis lainnya.

2. Diagnosa keperawata

 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)

(D.0077)

 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

(D.0008)

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya nafas

(D.0005)
3. Intevensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi TT

Hasil D

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri

berhubungan tindakan keperawatan (I.08238)

dengan agen selama..1...x.24..jam Observasi

pencedera diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi,

fisiologis (iskemia) nyeri dapat teratasi karakteristik,

(D.0077) dengan kriteria hasil durasi, frekuensi,

Tingkat Nyeri (L.08066) kualitas, itensitas

: nyeri

1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala

menurun nyeri

2. Meringis menurun 3. Identifikasi

3. Frekuensi nadi respons nyeri non

membaik verbal

4. Identifikasi faktor
4. Pola napas membaik yang

Tekanan darah memperberat dan

membaik memperingan

nyeri

Terapeutik

1. Berikan teknik

nonfarmakologis

untuk mengurangi

rasa nyeri (mis :

TENS hipnosis

akupresur, terapi

musik, teknik

imajinasi

terbimbing, terapi

pijat dan terapi

musik)

2. Kontrol

lingkungan yang

memperberat

rasa nyeri (mis :

suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan)

3. Pertimbangkan

jenis dan sumber


nyeri dalam

pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan

penyebab,

periode, dan

pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi

meredakan

nyeri

3. Anjurkan

memonitor

nyeri secara

mandiri

4. Ajarkan teknik

nonfarmakologi

s untuk

mengurangi

rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemberian

analgetik jika

perlu
2 Penurunan curah Setelah dilakukan (Perawatan Jantung

jantung tindakan keperawatan I.02075)

berhubungan selama..1..x..24.jam Observasi

dengan diharapkan curah 1. Monitor

perubahan jantung dapat teratasi tekanan darah

afterload (D.0008) dengan kriteria hasil 2. Monitor

Curah Jantung saturasi oksigen

(L.02008) : 3. Monitor

1. Kekuatan nadi keluhan nyeri

perifer meningkat dada

2. Dispnea menurun 4. Monitor EKG 12

3. Bradikardia sadapan

meningkat Terapeutik

Takikardia menurun 1. Posisikan pasien

semifowler atau

fowler dengan

kaki kebawah

atau posisi

nyaman

2. Fasilitasi pasien

dan keluarga

untuk

modifikasi gaya

hidup sehat

3. Berikan oksigen
untuk

mempertahank

an saturasi

oksigen >94%

Edukasi

1. Anjurkan

beraktivitas fisik

sesuai toleransi

2. Anjurkan

beraktivitas fisik

secara bertahap

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemberian

antiaritmia jika

perlu

3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan

efektif tindakan keperawatan nafas (I.01011)

berhubungan selama .1..x...24 jam Observasi

dengan Hambatan diharapkan pola nafas 1. Monitor pola

upaya nafas dapat teratasi dengan napas (frekuensi,

(D.0005) kriteria hasil kedalaman, usaha

Pola napas (L.01004): napas)

1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi

2. Frekuensi napas napas tambahan


membaik (RR (mis : gurgling,

normal: 12-20 mengi, wheezing,

x/mnt. ronkhi kering)

3. Kedalaman nafas Terapeutik

membaik. 1. Pertahankan

4. Tekanan ekspirasi kepatenan jalan

membaik nafas dengan head

Tekanan inspirasi till chin lift dan jaw

membaik thrust

3. Posisikan

semifowler atau

fowler

4. Berikan minum

hangat

5. Berikan oksigen

jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan asupan

cairan 2000

ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

2. Ajarkan batuk

efektif

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian

bronkodilator,

ekspektoran,

mukolitik, jika

perlu
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata Pasien

Nama pasien : Tn. S

Tanggal lahir : 11 Juni 1969

No. Rm : 315970

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : desa wargo, Kota Semarang

Agama : Islam

Diagnosa medis : STEMI

Tanggal masuk : 2 Juli 2023

2. Pengkajian Primer

Airway ( jalan napas )

Ada pergerakan ritaksi dada

Breathing ( pernapasan )

1) Pasien sesak dengan frekuensi napas 22x/m

2) Irama teratur

3) Kedalaman pernafasan dangkal

4) Terdapat bunyi napas tambahan ( ronchi ) dan whizing (-)

a. Circulation ( sirkulasi )

1) TTV

TD : 137/98 mmHg

HR : 79x/ 22 x/m

S :36,5 cc

SPO2 : 99%

2) Akral hangat
3) Turgor kulit baik

4) Mukosa bibir lembab

b. Disabillity

1) Tingkat Kesadaran : Composmentis

2) GCS : E : 4 V: 5 M : 6

3) Pupil isokor

4) Reaksi terhadap cahaya ka : positif ki : positif

3. Pengkajian sekunder

a. Keluhan utama

Pasien mengatakan Nyeri jika beraktipitas jika beristirahat nyeri sedikit

berkuranng sesak tapi sudah berkurang

Riwayat kesehatan lalu

Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM ( diabetes melitus ),HT

b. Riwayat sosial

Pasien mengatakan status sosial bak, selalu berinteraksi terhadap masyarakat

lainnya.

c. Riwayat psikososial

Pasien mengatakan tidak ada masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga.

d. Pengkajian fisik

1) Keadaan umum : Lemah, tidak terdapat kelemahan ektremias,oudem (-)

makan/ minum spontan BAB (-) BAK spontan |On DC

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV :

TD : 137/98 mmHg

RR : 22 x/m

S : 36,5ºC

HR : 79 x/22x/m
SPO2 : 99%

GDS pagi : 256 mg/dl

CRT : <3 detik

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Foto Thorax

Hasil : COR : kardiomegali (LV LA )

Pulmo : gambaran bronkopneumonia di sertai efusi pleura dupleks saat ini

masih mungkin di sertai ada gambaran awal edema paru

2) Pemeriksaan EKG

Hasil : ami |anterioeseptal

Hasil Laboratorium

Nama Hasil Nilai Normal

Gula darah sewaktu (GDS) 208 mg/dl 70-100

3) Program Terapi

 Injeksi

 Lansoprazole 1 amp/24jam

 ceftri 1x2gram

 Nac 2x 600

 GDS /8 jam

 Oral

 Brilinta 2x1

 Miniaspin 1x1

 Ilovastatin 1x40 mg

 Rampil 1x5 mg

 Bisoprol 1x2,5 mg
 Spinarolaction 1x25

4. Analisa data

No Data Etiologi Problem

1 DS : Agen pencedra fisiologis Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri di iskemi terhadap

nyatakan seteklah di rawat di sumbatan arteri koroner

ruang nyeri bertamba jika

bergerak

DO :

 Pasien nampakmeringis

 Pengkajian neyri

megunakan PQRST

 P: nyeri saat bergerak

 Q: seperti tertususk tusuk

 R: dari dada menjalar

sampe ke lengan kiri

 S: 5-6 ( ringan )

 T: Hilang timbul

 TTV

TD : 137/98

HR : 79x / 22x/ m

S : 36,5 cc

2 DS : Perubahan Frekuensi Penurunan curah


 DO : TTV
jantung jantung
TD : 137/98

HR : 79x / 22x/ m

S : 36,5 cc

Hasil EKG :Ami antorosepti

Hasil radiologi :

kardiomegali ( LV LA)

gambaran odem paru

3 DS : Hambatan upaya nafas Pola nafas tidak

Pasien mengatakan sesak (-) efektif

DO :

 RR: 22 x/m Terpasang

NK 4 Lpm

 SPO2 99%

B. Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) (D.0077)

 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload (D.0008)

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya nafas (D.0005)

C. Intevensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)

dengan agen pencedera keperawatan selama..1...x.7..jam Observasi

fisiologis (iskemia) diharapkan tingkat nyeri dapat Identifikasi lokasi,

(D.0077) teratasi dengan kriteria hasil karakteristik, durasi,


Tingkat Nyeri (L.08066) : frekuensi, kualitas,

Keluhan nyeri menurun itensitas nyeri

Meringis menurun Identifikasi skala nyeri

Frekuensi nadi membaik Identifikasi respons nyeri

Pola napas membaik non verbal

Tekanan darah membaik Identifikasi faktor yang

memperberat dan

memperingan nyeri

Terapeutik

Berikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

(mis : TENS hipnosis

akupresur, terapi musik,

teknik imajinasi

terbimbing, terapi pijat

dan terapi musik)

Kontrol lingkungan

yang memperberat

rasa nyeri (mis : suhu

ruangan, pencahayaan

dan kebisingan)

Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan
strategi meredakan

nyeri

Edukasi

Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu nyeri

Jelaskan strategi

meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri

secara mandiri

Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian

analgetik jika perlu

2 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan (Perawatan Jantung

jantung berhubungan keperawatan selama..1..x..7.jam I.02075)

dengan perubahan diharapkan curah jantung dapat Observasi

afterload (D.0008) teratasi dengan kriteria hasil Curah 5. Monitor tekanan

Jantung (L.02008) : darah

4. Kekuatan nadi perifer 6. Monitor saturasi

meningkat oksigen

5. Dispnea menurun 7. Monitor keluhan

6. Bradikardia meningkat nyeri dada

Takikardia menurun 8. Monitor EKG 12


sadapan

Terapeutik

4. Posisikan pasien

semifowler atau

fowler dengan kaki

kebawah atau posisi

nyaman

5. Fasilitasi pasien dan

keluarga untuk

modifikasi gaya

hidup sehat

6. Berikan oksigen

untuk

mempertahankan

saturasi oksigen

>94%

Edukasi

3. Anjurkan

beraktivitas fisik

sesuai toleransi

4. Anjurkan

beraktivitas fisik

secara bertahap

Kolaborasi

2. Kolaborasi
pemberian

antiaritmia jika perlu

3 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas

berhubungan dengan keperawatan selama .1..x.7 jam (I.01011)

Hambatan upaya nafas diharapkan pola nafas dapat Observasi

(D.0005) teratasi dengan kriteria hasil 6. Monitor pola napas

Pola napas (L.01004): (frekuensi, kedalaman,

5. Dispnea menurun usaha napas)

6. Frekuensi napas membaik (RR 7. Monitor bunyi napas

normal: 12-20 x/mnt. tambahan (mis :

7. Kedalaman nafas membaik. gurgling, mengi,

8. Tekanan ekspirasi membaik wheezing, ronkhi

Tekanan inspirasi membaik kering)

Terapeutik

2. Pertahankan

kepatenan jalan nafas

dengan head till chin

lift dan jaw thrust

8. Posisikan semifowler

atau fowler

9. Berikan minum hangat

10. Berikan oksigen jika

perlu

Edukasi

3. Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

4. Ajarkan batuk efektif

Kolaborasi

2. Kolaborasi pemberian

bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik,

jika perlu

D. Implementasi keperawatan

No Hari / tgl/jam Implementasi Respon

1 Jumat Manajemen Nyeri (I.08238)


/2/6/23/
Observasi
Jam : 14;20
1. MengIdentifikasi lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

itensitas nyeri

2. MengIdentifikasi skala

Nyeri

3. mengIdentifikasi respons

nyeri non verbal

4. MengIdentifikasi faktor

yang memperberat dan

memperingan nyeri
Terapeutik
S: Pasien mengatakan merasa
1. MemBerikan teknik
nyaman dengan posisi yang
nonfarmakologis untuk diberikan

mengurangi rasa nyeri O: Pasien nampak rileks

(mis : TENS hipnosis

akupresur, terapi

musik, teknik imajinasi

terbimbing, terapi pijat

dan terapi musik)

2. MengKontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri (mis : suhu

ruangan, pencahayaan

dan kebisingan)
S: pasien mengatakan merasa
3. Pertimbangkan jenis
nyaman dengan posisi
dan sumber nyeri
semifowler
dalam pemilihan
O : skala nyeri (5-6 sedang)
strategi meredakan

nyeri

Edukasi

1. menJelaskan

penyebab, periode,

dan pemicu nyeri

2. MenJelaskan strategi

meredakan nyeri
3. Menganjurkan dan

memonitor nyeri

secara mandiri

4. Kolaborasi pemberian

analgetik jika perlu

(Perawatan Jantung I.02075)

Observasi

1. Memonitor tekanan

darah

Memonitor saturasi

oksigen

Memonitor keluhan

nyeri dada

Momonitor EKG 12

sadapan

Terapeutik

Mem Posisikan pasien

semifowler atau fowler

dengan kaki kebawah

atau posisi nyaman

Fasilitasi pasien dan

keluarga untuk
Memodifikasi gaya

hidup sehat

MemBerikan oksigen

untuk

mempertahankan

saturasi oksigen >94%

Edukasi

5. Menganjurkan

beraktivitas fisik sesuai

toleransi

mengjurkan untuk

beraktivitas fisik secara

bertahap

Kolaborasi

3. Kolaborasi pemberian

antiaritmia jika perlu

2 Manajemen jalan nafas

(I.01011)

Observasi

Memonitor pola napas

(frekuensi, kedalaman,

usaha napas)

Memonitor bunyi napas

tambahan (mis : gurgling,

mengi, wheezing, ronkhi


kering)

Terapeutik

3. MemPertahankan

kepatenan jalan nafas

dengan head till chin lift

dan jaw thrust

MemPosisikan

semifowler atau fowler

MemBerikan minum

hangat

MemBerikan oksigen jika

perlu

Edukasi

5. Mengjurkan asupan

cairan 2000 ml/hari, jika

tidak kontraindikasi

6. mengjarkan batuk efektif

Kolaborasi

3. Kolaborasi pemberian

bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik,

jika perlu
E. Evaluasi keperawatan

No Hari/tgl jam Evaluasi


1 Jumat/2/6/23 14:30 Dx : Nyeri akut
S: pasien mengatakan Nyeri
berkurang pasien mengatakana
nyaman dengan posisi semi fowler
O: skala Nyeri %: sedang ) TTV : TD
128/83 N: 68 S: 36,1 RR : 21
Posisi yang di berikan semi fowler
musik moruttal
A: masih belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
a. Lakukan pengkajian nyeri
secara kompresif
b. Monitor tanda tanda vital
pasien
c. Berikan posisi yang nyaman
pada pasien
2 Jumat/2/6/23 15;30 Dx: penurunna curahjantung
S:
O: TTV : TD : 132/77 mmhg N: 70
x/m S: 36 cc RR 18x/m Spo2: 100%
A: masalah belum teraatasi
P: lanjutkan intervensi
3 Jumat 16;00 Dx : polah nafas tidak efektif
/2/6/23 S:pasien menyatakan merasa nyaman
dengan posisi semi fowler
O: klien di berikan possi semifowler
frekuensi pernapasan 21x/m terpasan
monitor terpasang oksigen 4 liter
menggunakan nasal kanul SPO@
100%
A: masalah polah napas belum
teratasi
P: intervensi di lanjutkan
- Melanjutkan terapi 02
- Rileksasi napas dalam
BAB IV

APLIKASI ARTIKEL/EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE

A. Identitas Klien

1. Biodata Pasien

Nama pasien : Tn. S

Tanggal lahir : 11 Juni 1969


No. Rm : 315970
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : desa wargo, Kota Semarang
Agama : Islam
Diagnosa medis : STEMI
Tanggal masuk : 2 Juli 2023

B. Data fokus

No Data Etiologi Problem

1 DS : Agen pencedra fisiologis Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri di iskemi terhadap

nyatakan seteklah di rawat di sumbatan arteri koroner

ruang nyeri bertamba jika

bergerak

DO :

 Pasien nampakmeringis

 Pengkajian neyri
megunakan PQRST

 P: nyeri saat bergerak

 Q: seperti tertususk tusuk

 R: dari dada menjalar

sampe ke lengan kiri

 S: 5-6 ( ringan )

 T: Hilang timbul

 TTV

TD : 137/98

HR : 79x / 22x/ m

S : 36,5 cc

2 DS : Perubahan Frekuensi Penurunan curah


 DO : TTV
jantung jantung
TD : 137/98

HR : 79x / 22x/ m

S : 36,5 cc

Hasil EKG :Ami antorosepti

Hasil radiologi :

kardiomegali ( LV LA)

gambaran odem paru

3 DS : Hambatan upaya nafas Pola nafas tidak

Pasien mengatakan sesak (-) efektif

DO :

 RR: 22 x/m Terpasang

NK 4 Lpm
 SPO2 99%

C. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) (D.0077)

D. Evidence Based Nursing Practice


pemberian terapi Perbedaan Tingkat Nyeri Dada Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi
Murottal Al-Quran
E. Analisa Sintesa justifikasi

Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosis

Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Suplay oksigen ke Miokard menurun


Penurunan
Metabolisme anaerob Seluler hipoksia curah
jantung
Gangguan Timbunan asam
pertukaran Nyeri
laktat meningkat Akut
gas Integritas membrane sel berubah

Terapi Moruttal Kontraktilitas turun

F. Landasan Teori Terkait Penerapan Evidence Based Nursing Practice

Risiko perfusi serebral


tidak efektif COP turun Kegagalan pompa
Infark Miokard Akut (IMA) atau lebih dikenal dengan serangan jantung
jantung
adalah suatu keadaan ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen

yang terjadi secara mendadak menyebabkan kematian dini sel otot jantung.

Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan koroner jantung, sehingga terjadi

gangguan aliran darah yang diawali dengan hipoksia miokard. Infark Miokard

Akut (IMA) sangat membahayakan karena sering berupa serangan mendadak

berkembang sangat cepat dan tanpa ada keluhan sebelumnya. Infark Miokard

Akut merupakan salah satu penyakit jantung yang utama penyebab kematian di

dunia (Sutrisno, 2018).

Infark Miokard Akut (IMA) terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu Unstable

Angina ST segment (STEMI) Elevation dan Myocardial Infarct ST- segment

Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). Infark Miokard Akut (IMA) termasuk

dalam tipe STEMI dimana kegawatdaruratan suatu kondisi membutuhkan yang

tindakan medis secepatnya. Komplikasi yang ditimbulkan oleh infark miokard

akut antara lain gangguan irama dan konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal

jantung, ruptur jantung, regurgitasi mitral, trombus mural, emboli paru, hingga

kematian (Haryuni, 2018).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di RSUD Tidar Magelang

bulan November 2018, didapatkan 5 responden pasien dengan keluhan nyeri dada

yang di rawat di ruang ICU RSUD Tidar Magelang. Studi pendahuluan dilakukan

dengan observasi, wawancara dan mengukur skala nyeri dada dengan Numeric

Rating Scale. Hasil observasi terhadap 5 pasien penderita sindroma koroner akut

didapatkan hasil 1 pasien mengeluh nyeri dada berat, 3 pasien mengeluh nyeri

dada sedang, dan 1 pasien mengalami nyeri dada ringan. Rata-rata nyeri dada

yang dialami pasien yaitu tingkat sedang. Oleh karena itu peran perawat sangat

dibutuhkan dalam penanganan nyeri dada. Penanganan nyeri harus meliputi

keseluruhan nyeri pasien baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan budaya.

Perawat berperan penting dalam mengkaji, menyediakan intervensi yang tepat dan
mendokumentasikannya.

Nyeri dada merupakan keluhan utama yang sering dirasakan oleh penderita

penyakit jantung koroner. Nyeri dada muncul karena suplai oksigen ke

miokardium menurun. Terapi murottal Al-Qur’an merupakan terapi religi dimana

seseorang akan diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit

sehingga akan memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang, salah satunya

untuk mengurangi rasa nyeri


BAB V
PEMBAHASAN

A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan Evidence Based Nursing Practice


Infark Miokard Akut (IMA) atau lebih dikenal dengan serangan jantung

adalah suatu keadaan ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen

yang terjadi secara mendadak menyebabkan kematian dini sel otot jantung.

Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan koroner jantung, sehingga terjadi

gangguan aliran darah yang diawali dengan hipoksia miokard. Infark Miokard

Akut (IMA) sangat membahayakan karena sering berupa serangan mendadak

berkembang sangat cepat dan tanpa ada keluhan sebelumnya. Infark Miokard

Akut merupakan salah satu penyakit jantung yang utama penyebab kematian di

dunia (Sutrisno, 2018)

Murottal Al-Qur’an merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh

seorang Qori’ (pembaca Al-Qur’an). Lantunan Al-Qur’an secara fisik

mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan instrumen

penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara

dapat mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan

mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. Pendekatan spiritual dapat membantu

mempercepat pemulihan atau penyembuhan pasien. Dari hasil penelitian tersebut

menunjukan bahwa mendengarkan ayat suci Al- Qur’an memiliki pengaruh

Hasil penelitian Eldessa Vava Rilla (2017) tentang terapi efektif menurunkan

tingkat nyeri dibanding terapi musik pada pasien pasca bedah. Dengan hasil

bahwa terapi musik dan terapi murottal memiliki efek terhadap penurunan tingkat
nyeri tetapi tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kestabilan tanda-tanda

vital pada pasien pasca bedah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di RSUD Tidar Magelang

bulan November 2018, didapatkan 5 responden pasien dengan keluhan nyeri dada

yang di rawat di ruang ICU RSUD Tidar Magelang. Studi pendahuluan dilakukan

dengan observasi, wawancara dan mengukur skala nyeri dada dengan Numeric

Rating Scale. Hasil observasi terhadap 5 pasien penderita sindroma koroner akut

didapatkan hasil 1 pasien mengeluh nyeri dada berat, 3 pasien mengeluh nyeri

dada sedang, dan 1 pasien mengalami nyeri dada ringan. Rata-rata nyeri dada

yang dialami pasien yaitu tingkat sedang. Oleh karena itu peran perawat sangat

dibutuhkan dalam penanganan nyeri dada. Penanganan nyeri harus meliputi

keseluruhan nyeri pasien baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan budaya.

Perawat berperan penting dalam mengkaji, menyediakan intervensi yang tepat dan

mendokumentasikannya.

B. Mekanisme Penerapan Evidence Based Nuring Practice Pada Kasus


Pada tanggal 2 juli 2023 dilakukan pengkajian awal pada Tn S yang didapatkan
hasil pasien mengatakan pasien datang ke IGD RS KRMT Wongsonegoro pada jam
07:00 dengan keluhan Nyeri dada sebelah kiri dan sesask napas tapi sudah
berkurang arway paten , ,infus RL 10 Tpm terpasang SP Cedocart 5 cc/jam
terpasang SP heparing 900 unt/jam 4,5/jamcc/jam wajah tampak meringis sadar
TTV : 137/ 98 S: 36,5 RR 22x/m N 79x/m spo2 99% keadaan umum : CM
Pengukuran nyeri di lakukan dengan metode (Numeric Rating Scale) dengan PQRST
Pada tanggal 2 juni 2023 pasien diberikan terapi Moruttal dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan tujuan da langkah prosedur
3. Kontrak waktu
4. Menanyakan keluhan utama pasien
5. Mengatur posisi paien semi fowler/fowler
6. Mendekatkan alat yang berisi ( earphone bluetooth)
7. Mambuka sambungan dan konekkan dengan henpon
8. Hidupkan alat (earphone bluetooth) dan tunggu hingga berbunyi lalu pakaikan
kepada pasien
9. Instruksikan kepada pasien untuk mendengarkan dan fokus pada suara
pengajiannya
10. Jika habis matikan alat (earphone bluetooth) bereskan alat, dan berikan posisi
yang nyaman kembali
11. Mengvaluasi setlah pemberian terapi
12. Mengontrak waktu selanjutnya
13. Dilakukan pemberian terapi selama 20 menit /jam
C. Hasil Yang di Capai
A. Hasil yang didapatkan setelah dilakukannya pemberian terapi moruttal Perbedaan

Tingkat Nyeri Dada Sebelum Dan Setelah Dilakukan Terapi Al-Qur’an Di Ruang

ICU RSUD wongsonegoro setelah 1 hari dilakukan pemberian terapi 20 menit / jam

adalah

1. sebelum dilakukan terapi


pasein merasakan dada seperti di tusuk tusuk dan menjalar sampai di
belakan ketika bergerak pasien merasakan sakit nyeri yang di rasakan
hilang timbul dengan TTV : TD 137/98 siturasi spo2 99% N 79x /m
S: 36,5 RR 22x/m sebelum dilakukan terapi dengan skalah nyeri 5-6
sedang
2. Setelah dilakukan terapi
Secara fisiologis getaran suara bacaan Al-qur’an akan ditangkap oleh daun

telinga yang akan dialihkan ke lubang telinga dan mengenai membrane

timpani (membrane yang ada di dalam telinga) sehingga membuat

bergetar. Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang

bertautan antara satu dengan lainnya. Rangsangan fisik tadi diubah oleh

adanya perbedaan ion kalium daan ion natrium menjadi aliran listrik

melalui saraf N.VII (Vestibule Cokhlearis) menuju otak tepatnya di area

pendengaran. Area ini bertanggung jawab unuk menganalisis suara

kompleks ingatan jangka pendek, perbandingan nada, menghambat respon


motorik yang diinginkan, pendengaran yang serius dan sebagainya.

Daerah pendengaran sekunder (area interprestasi auditorik) sinyal bacaan

Al- qur’an akan diteruskan ke bagian posterotemporalis lobus temporalis

otak yang dikenal dengan area wernicke. Di area inilah sinyal dari area

asosiasi somatic, visual, dan auditorik bertemusatu sama lain. Area ini

sering disebut dengan berbagai nama yang menyatakan bahwa area ini

mempunyai kepentingan menyeluruh, area interprestasi umum, area

diagnostik, area pengetahuan, dan area asosiasi tersier. Area wernicke

adalah area untuk interprestasi (menafsirkan atau memberi kesan) bahasa

dan sangat erat hubungannya dengan area pendengaran primer sekunder.

Hubungan yang erat ini mungkin akibat peristiwa pengenalan bahasa yang

diawali oleh pendengaran. Setelah diolah di area wernicke maka melalui

berkas yang menghubungkan dengan area asosiasi prefrontal (pemaknaan

peristiwa) sinyal-sinyal diarea wernicke dikirim ke area asosiasi prefrontal.

Sementara itu disamping diantarkan ke korteks auditorik primer dari

thalamus. Talamus sebagai pemancar impuls nyeri akan meneruskan

rangsang ke medula spinalis ke otak terus berjalan sehingga menghasilkan

opioid alami. Opioid ini bersifat permanen untuk memblokade nociceptor

nyeri (Sherwood, 2011).

Ini hasil yang saya lakukan Pasien masih merasakan nyeri tapi tidak seperti

di tusuk tusuk lagi bergerak tapi masih terbatas nyeri masih hilang timbul

tapi dengan waktu jangka agak lama dengan TTV : TD 132/ 77mmhg N

70 x/m s : 36 cc RR: 18x/m Spo2 100% setelah dilakukan terapi moruttal

dengan skala nyeri 4 - 5

D. Kelebihan dan Kekurangan atau hambatan yang ditemui selama Aplikasi


Evidence Based Nursing Practice
1. Kelebihan
Kelebihan menggunakan terapi murottal adalah praktis dalam
menggunakannya bisa di lakukan sendiri dirumah dalam keadaan gelisa atau
nyeri
2. Kekurangan
Tidak bisa di lakukan lanjut karna pasien pindah ruangan

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil terapi dan pembahasan dapat disimbulkan bahawa gambaran tingkat nyeri dada

sebelum dilakukan terapi murottal Al-Qur’an sebagian besar mengalami tingkat

nyeri dada sedang dengan terapi moruttal ini dengan ayat suci bisa menenangakan

keteangan batin

B. Saran
Pada penjelasan terkait tentang Evidence Based Nuring Practice masih
banyak kekurangan baik dalam segi materi, penjelasan, penulisan, diharapkan pada
para pembaca nantinya dapat membrikan sedikit masukan tekait mareti yang kurang
dan harus ditambahkan. Penulis sangat menerima kritik dan saran dari para pembaca
untuk memperbaki penyusunan maupu isi dari pembahasan Evidence Based Nuring
Practice ini.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan.

Setiadi. (2019). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha ilmu.

Al Kaheel, A. 2019. Pengobatan Qur’ani: Manjurnya Berobat dengan Alquran.

Jakarta: Amzah.
American Heart Association. 2020. Coronary Artery Disease–The ABCs of CAD.
http://www.heart.org

Anda mungkin juga menyukai