Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

menentukan dalam mengurangi, menghilangkan atau mencegah

masalah pasien/ Dalam upaya pembangunan yang sedang dilaksanakan selama

ini pada dasarnya adalah untuk mempercepat tercapainya tingkat

kesejahteraan masyarakat, dimana kesehatan merupakan salah satu komponen

penting bagi kesejahteraan lainnya.

Manusia sebagai makhluk bio–psikososio-spiritual, mempunyai

kebutuhan dasar yang beragam sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Manusia berusaha memenuhinya dengan mencoba belajar menggali dan

menggunakan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan potensi yang

dimiliki secara optimal. Kebutuhan dasar tersebut mencakup pula kesehatan.

Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional meliputi

kesehatan jasmani, rohani dan sosial serta bukan hanya keadaan yang bebas

dari penyakit, cacat dan kelemahan.

Sejalan dengan perubahan masyarakat, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi maka pelayanan di berbagai bidang jasa termasuk

bidang kesehatan yang juga semakin meningkat. Oleh karena itu untuk

memenuhi kebutuhan tersebut dunia keperawatan mempunyai andil yang

cukup besar dalam rangka pembangunan kesehatan, yaitu berusaha


2

viii

meningkatkan mutu pelayanan yang salah satu metodenya dengan menerapkan

sistem asuhan keperawatan.

Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu bagian integral dari

sistem pelayanan kesehatan, yang dalam memberikan asuhannya selalu

memperhatikan manusia seutuhnya dan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah yang konfrehensif melalui proses keperawatan.

Atas dasar konsep tersebut diatas, maka perawat mempunyai peranan

yang klien yang ada pada tanggung jawabnya. Selain itu perawat diharapkan

mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan akan pelayanan keperawatan

yang semakin berkualitas, seiring dengan perkembangan sosio ekonomi dan

budaya masyarakat, sehingga pengembangan diri perawat secara terus

menerus mutlak diperlukan, baik dari segi kognitif (pengetahuan), skill

(keterampilan) maupun sikap profesionalnya.

Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, salah satu dari sekian banyak

faktor penghambat pencapaian derajat kesehatan yang optimal adalah penyakit

jantung diantaranya yaitu Infark myocard Acut. Penyakit kardiovaskuler yang

saat ini merupakan satu diantara masalah kesehatan yang menjadi penyebab

kematian di dunia. Di Amerika Serikat kesehatan yang menjadi penyebab

kematian pertama, telah mencapai epidemik sekitar 700.000 kematian per

tahun, banyak melanda pria setengah tua.

Sementara di Indonesia menduduki peringkat keempat penyebab

kematian, sedangkan di Rumah Sakit Islam penyakit ini mencapai 200 jiwa

pertahun pernah ditemukan penyakit jantung diruang ICCU/ICU, karena


3

viii

penyakit Infark Myocard Acut merupakan suatu keadaan darurat yang

memerlukan tindakan/therapy segera, karena kerusakan/kematian seluler

jantung yang ditimbulkan berlangsung cepat dan dapat disertai munculnya

komplikasi-komplikasi yang membahayakan keselamatan pasien. Sedangkan

diruang Angsana tercatat 95 jiwa pada tahun 2001 meninggal 10 jiwa yang

disebabkan oleh Infark Myocard Acut

Pengawasan, monitoring, tindakan keperawatan segera sangat

diperlukan pada saat kritis, oleh karena itu proses keperawatan sebagai salah

satu metode pemecahan masalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi

asuhan keperawatan yang diberikan sangat diperlukan khususnya pada

penderita Infark Myocard Acut.

Dilihat dari data dasar diatas, penulis menjadikan latar belakang dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah pada Ujian Akhir Program Diploma III

Keperawatan Akper Depkes Kelas Khusus Rumah Sakit Islam Samarinda

Angkatan Pertama, dengan judul “Asuhan keperawatan Tn. R dengan Infark

Myocard Acut di Ruang Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda”.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahasan Karya Tulis Ilmiah ini adalah pelaksanaan

proses asuhan keperawatan pada Tn. R dengan Infark Myocard Acut di Ruang

Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda yang dilaksanakan pada tanggal 4

Februari 2002 sampai dengan 6 Februari 2002.


4

viii

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman yang nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan Infark Myocard Acut dengan

menggunakan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Memahami tentang konsep toeri yang berkaitan denganperawatan klien

Tn. R dengan Infark Myocard Acut.

b. Praktek secara langsung dengan mempelajari adanya kesenjangan

antara teori dengan penerapan asuhan keperawatan pada klien Tn. R

dengan Infark Myocard Acut.

c. Mendapat gambaran penerapan teori yang diperoleh dengan

pendekatan proses keperawatan secara nyata terhadap klien Tn.R

dengan Infark Myocard Acut yang melalui beberapa tahapan, yaitu

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

d. Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan proses

keperawatan pada klien dengan Infark Myocard Acut.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan studi kasus.

Adapun data-data yang terhimpun dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini penulis peroleh dengan cara :


5

viii

1. Studi Kepustakaan

Dalam penulisan ini penulis menggunakan buku kepustakaan sebagai

sumber dan pedoman untuk memperoleh materi tentang infark myocard

acut.

2. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan pada klien, keluarga, dokter dan perawat yang

bertanggung jawab atas perawatan klien Tn.R. di ruang Angsana Rumah

Sakit Islam Samarinda.

3. Metode Observasi

Dalam pengumpulan data penulis mengadakan pengamatan langsung pada

klien Tn.R dengan infark myocard acut.

4. Studi Dokumentasi

Untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi

pembahasan, penulis mempelajari tentang rekapitulasi kasus atau medical

record Rumah Sakit Islam Samarinda.

5. Pemeriksaan Fisik

Dalam pemeriksaan fisik penulis malakukan teknik inspeksi, auskultasi,

palpasi, dan perkusi.

E. Sistematika Penulisan

Pada penulisan Karya Tulis ini dibagi dalam lima bab, setiap bab

diuraikan secara singkat dan bentuk penyajian Karya Tulis Ilmiah ini yakni :

Bab satu terdiri dari pendahuluan yang berisikan latar belakang, ruang lingkup

bahasan, tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri
6

viii

dari landasan teori. Bab tiga terdiri dari tinjauan kasus meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencaan, tindakan dan evaluasi. Bab empat berisikan

pembahasan dan bab lima berisi kesimpulan dan saran-saran.


7

viii

BAB II

DASAR TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Infark Myocard Acut (IMA) adalah necrosis myocard yang

disebabkan aliran darah ke otot jantung terganggu. Menurut Sorensen dan

Luckman, Myocard Infark merupakan kondisi yang mengancam hidup

dengan ditandai oleh pembentukan dan timbulnya daerah nekrosis

myocardium.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Myocard

Infark merupakan penyumbatan total pada arteri koroner yang

menyebabkan pembentukan dan timbulnya daerah nekrosis pada

myocardium.

2. Etiologi

Penyebab yang lazim dari Myocard Infark adalah penyumbatan

total atau hampir total dari arteri koroner karena adanya atherosklerosis

plaque yang berat dan kronis dengan disertai pembentukan thrombus.

3. Fatofisiologi

Penyebab dasar hambatan sirkulasi koroner secara langsung adalah

atherosklerosis. Prosesnya berlangsung menahun dengan diawali oleh

munculnya “Focal Fibrofatty Plaque” atau ateroma pada lapisan intima

koroner. Pada stadium awal proses ini menyebabkan terbentuknya

penebalan lapisan intima, maka lipid (kolesterol) lebih cenderung akan


8

viii

mengumpul pada lapisan intima dekat dengan lapisan media. Selanjutnya,

proses hialinasi berlangsung pada daerah yang terdapat “atherosklerosis

plaque”, lalu mengalami kalsifikasi yang selanjutnya menunjang proses

fragmentasi, sehingga menyebabkan hilangnya elastisitas koroner dan

terjadilah penyempitan lumen koroner dan akan menimbulkan peningkatan

resistensi (tahanan) koroner, serta menurunkan tekanan perfusi di bagian

distal percabangan koroner.

Iskemi dan atau Infark Myocard terjadi jika cadangan koroner

(meliputi kolateral-kolateralnya) tidak mampu mengadakan kompensasi,

dan atau terdapat penyumbatan mendadak pembuluh koroner pada cabang

utama akibat komplikasi atherosklerosis seperti stenosis, rupturnya

“Necuotic Plaque”, pendarahan ke dalam plaque dan atau trombosis

oklosir.

Pada dasarnya atherosklerosis jarang menimbulkan iskemik atau

infark sebagai penyebab tunggal, tetapi karena kombinasi dengan

mekanisme tersebut terjadi perangsangan oleh zat vasokonstriktor seperti

“thromboxe A2”, nikotin atau faktor lainnya. Jika mekanisme tersebut

berlangsung lama akan memperberat ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan penyediaan oksigen Myocardium serta disisi lain tahanan vaskuler

koroner bertambah berat, menurunya perfusi pada percabangan distal

koroner akan memperberat terjadinya Infark Myocard.


9

viii

4. Tanda dan gejala

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal seperti diremas-

remas atau tertekan. Nyeri dapat menjalar ke lengan kiri, bahu, leher,

rahang, bahkan ke punggung dan ke epigastrium. Rasa nyeri berlangsung

lebih lama dari angina pectoris (lebih dari 30 menit) dan tidak hilang

dengan nitrat gliserin. Pada penderita diabetes mellitus dan orang tua

kadang-kadang tidak merasakan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai

perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar

atau sinkope. Penderita tampak ketakutan, dengan anamnase yang teliti

biasanya didahului oleh keluhan angina pectoris, perasaan tidak nyaman di

dada dan epigastrium.

5. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan yang

khas, bahkan didapatkan pemeriksaan fisik yang normal. Pada auskultasi

biasanya suara jantung jauh, bisa juga didapatkan irama gallops dan bunyi

jantung kedua yang terpecah paradoksal.

Bila didapatkan ronkhi basah basal sebagai tanda kegagalan

jantung kiri, takhikardi, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi

menandakan keadaan penderita yang lebih berat. Kadang-kadang terlihat

pulsasi diskanetik atau teraba di dinding pada IMA anterior. Setelah

serangan IMA dalam 24 jam sampai 2 minggu, bisa didengar pericardial

“frictionrub” (bising gesek perikardial), paling sering di temukan pada hari

kedua atau ketiga. Bila terdengar bising sistolik di daerah garis sternal kiri
10

viii

dan apek menandakan adanya ruptur septum interventrikuler atau

disfungsi/ruptur dari muskulus papilaris.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Elektrokardiogram (EKG)

Perubahan EKG pada Infark Myocard Acut cukup spesifik,

tetapi pada IMA masih dini, gambaran EKGnya bisa normal atau

perubahannya tidak spesifik. Oleh karena itu kita harus memantau

EKG secara seri setiap hari.

Mula-mula terjadi peninggian segmen ST yang konveks pada

hantaran yang mencerminkan daerah infark. Kadang-kadang gambaran

ini baru terlihat beberapa jam setelah serangan. Pada hantaran yang

berlawanan terlihat depresi segmen ST yang resiprokal. Kemudian

diikuti oleh gelombang Q patologik yang menunjukkan IMA

transmurai, hal ini terjadi setelah 24 jam IMA. Selanjutnya

peningkatan segmen ST akan berkurang dan gelombang T akan

terbalik (inversi). Keduanya dapat kembali normal setelah beberapa

hari atau minggu, tetapi gelombang Q patologik menetap, kadang-

kadang gelombang T tetap datar, bila segmen ST tetap meninggi harus

dipikirkan kemungkinan terjadinya Aneurisma Ventrikel.

b. Laboratorium

Peningkatan enzym atau isoenzym merupakan indikator yang

spesifik, pada IMA enzym-enzym intra sel di keluarkan ke aliran


11

viii

darah. Pemerikasaan enzym ini dilakukan beberapa kali untuk

diagnostik IMA dan juga mendeteksi perluasan IMA.

1) Creatine Kinase (CK)

Creatine Kinase (CK) serum meningkat 4 – 6 jam setelah serangan

IMA dan mencapai puncak setelah 12 – 16 jam dan kembali dalam

waktu 2 – 4 hari.

2) Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

SGOT meninggi dalam waktu 12 – 48 jam setelah nekrosis

myocard dan kembali normal dalam waktu 3 – 4 hari.

3) Lactic Dehydrogenase (LDH)

LDH masih dalam keadaan normal dalam waktu 24 – 48 jam

setelah serangan infark, mencapai puncak setelah 3 – 6 hari,

kembali normal dalam waktu 8 – 14 hari.

c. Radiologi

Pemeriksaan radiologi tidak banyak menolong menegakkan

diagnosa IMA. Walaupun demikian akan berguna, apabila di sertai

dengan bendungan paru (kegagalan jantung), atau adanya pembesaran

jantung.

d. Ekokardiografi

Dengan ekokardiografi dua dimensi dapat di tentukan daerah

dan luasnya IMA, pada IMA terlihat asinergik kontraksi daerah yang

rusak. Selain itu pula diketahui komlpikasi IMA.


12

viii

e. Radioisotop

Pemeriksaan ini dapat membantu bila diagnosis Infrak myocard

akut masih meragukan.

7. Penatalaksanaan

Prinsip dasar penatalaksanaan penderita infark myocard akut

adalah dengan mengusahakan adanya perbaikan aliran darah koroner serta

mengurangi kebutuhan oksigen.

Penderita infark myocard acut adalah dalam keadaan gawat karena

dapat menyebabkan kematian yang mendadak. Penderita harus mendapat

penanganan segera (cepat) dan tepat. Segera dilakukan pemasangan infus

dan diberikan oksigen 2 ltr/mnt dan penderita harus istirahat total serta

dilakukan monitor EKG 24 jam (di ICCU), jika di dapatkan komplikasi

hendaknya dilakukan penanganan komplikasinya untuk menurunkan

kematian. Adapun secara umum obat-obatan yang di berikan adalah :

a. Analgetik

Analgetik yang di berikan biasanya golongan narkotik (morfin) di

berikan secara Intravena dengan pengenceran dan di berikan secara

pelan-pelan. Dosis awal 2,0 – 2,5 mg dapat di ulangi jika perlu.

b. Nitrat

Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan

menurunkan veonus return akan menurunkan preload yang berarti juga

menurunkan oksigen deman.


13

viii

Disamping itu juga nitrat mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner.

Sehingga akan meningkatkan suplay oksigen. Nitrat dapat dengan

sediaan spray atau sublingual, kemudian di lanjutkan dengan peroral

atau intravena.

c. Aspirin

Aspirin sebagai anti trombolik sangat penting diberikan, dianjurkan

dengan di berikan segera mungkin karena terbukti menurunkan angka

kematian.

d. Trombolitik Terafy

Pemberian trombolitik terafy sangat bermanfaat jika di berikan pada

jam pertama dari serangan infark. Dan terafy ini masih bermanfaat jika

di berikan sampai 12 jam dari onset serangan infark. Dewasa ini terafy

Trombolitik dilakukan dengan PTCA.

e. Betabloker

Betabloker di berikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung

sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen-oksigen miokard.

Disamping itu betabloker juga mempunyai efek anti aritmia.

f. ACE – Inhibitor

Pemberian ACE – Inhibitor dapat diberikan segera jika IMA di sertai

dengan hipertensi atau gagal jantung asalkan tekanan darah sistolik

lebih dari 90 mmHg.


14

viii

g. Lain-lain

1) Laxantia

2) Diiet

3) Modifikasi faktor risiko

8. Komplikasi

a. Gagal Jantung Akut/Edema Paru Acut

b. Arrytmia

c. Raptor dinding ventrikel, ruptur septum interven trikolaris

d. Regurgitasi maitral akut

e. Syok kardiogenik

f. Kematian

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahaf ini semua data dan informasi

tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan di analisa untuk menentukan

diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian keperawatan mengumpulkan

data, mengelompokkan data, dan menganalisa data, sehingga ditemukan

diagnosa keperawatan.

Pengkajian pada klien myocard infark menurun Marlyn E,

Doenges meliputi ;

a. Aktivitas/istirahat

1. Kelemahan, kelelahan dan kurang tidur.


15

viii

2. Takhikardi, sesak saat beraktifitas atau saat istirahat

b. Sirkulasi

1. Riwayat Myocard sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal

jantung kongestif, tekanan darah bermasalah serta gangguan

toleransi glukosa.

2. Tekanan darah mungkin normal, meningkat atau turun, serta

perubahan postural dari posisi berbaring ke posisi duduk / berdiri,

nadi normal, meningkat atau turun kualitasnya dengan pengisian

kapiler yang lambat dan disritmia, bunyi jantung tambahan (S3 dan

S4). Mencerminkan adanya kegagalan kontraktilitas ventrikel

jantung, adanya murmur insufisiensi katub atau disfungsi otot

papiler, denyut jantung mungkin teratur atau irreguler, distensi

vena jugularis, edema perifer, edema menyeluruh, dan adanya

crace (rales) menunjukkan adanya kegagalan jantung, kulit, kuku,

membran mukosa dan bibir mungkin pucat / sianosis.

c. Integrasi diri

1. Takut mati, perasaan mendekati ajal, marah tak sesuai terhadap

penyakit / kebutuhan hospitalisasi, kecemasan terhadap keluarga,

pekerjaan dan biaya.

2. Denial, Withdrawal (menarik diri), cemas, kontak mata berkurang,

mudah tersinggung dan marah, tingkah laku melawan dan persepsi

menyempit (berpusat pada diri / nyeri).


16

viii

a. Eleminasi

Normal atau berkurangnya bising usus yang mungkin di sertai

kontipasi.

b. Makanan/Nutrisi

1. Mual, dan nafsu makan berkurang.

2. Turgor kulit berkurang, kulit kering atau berkeringat dan

perubahan berat badan.

c. Hygiene

1. Sesak napas / nyeri dada atau Takhikardi selama beraktifitas.

d. Neorosensori

1. Pusing dan rasa hendak pingsan

2. Perubahan status mental

e. Nyeri/rasa aman

1. Nyeri dada tiba-tiba (dengan atau tanpa aktivitas) yang tidak hilang

dengan pemberian nitrogliserin atau istirahat. Lokasi khas pada

dada depan, substernal, precodial, dapat di sertai dengan penjalaran

kelengan atau muka, dan lokasi yang tidak khas seperti

epigastrium, siku, dagu dan punggung, kualitas kasar, tumpul atau

terus-menerus kuat. Intensitas selalu sepuluh pada skala nyeri 1

sampai 10. Bahkan merupakan nyeri yang paling nyeri pernah di

alami klien.

2. Muka menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,

withdrawal, kehilangan kontak mata, perubahan irama jantung /


17

viii

denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit atau tingkat

kesadaran.

f. Pernafasan

1. Sesak nafas dengan atau tanpa aktifitas, sesak pada malam hari,

garuk dengan atau tanpa sputum. Riwayat merokok atau penyakit

pernafasan kronis.

3. Meningkatnya pernafasan, pernafasan dangkal atau sukar, pucat /

sianosis, suara nafas bersih atau adanya suara tambahan sputum

bersih atau kemerahan.

j. Interaksi sosial

1. Baru mengalami stress, misalnya pekerjaan atau keluarga, koping

yang sukar terhadap stressor yang baru dialaminya, misalnya

karena penyakit atau hospitalisasi.

2. Sukar istirahat dengan tenang, emosi yang berlebihan (selalu

marah dan takut)

k. Tingkat pengetahuan

Riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, stroke, hipotensi, atau

penyakit pembuluh darah perifer, penggunaan tembakau atau rokok.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

atau masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi: pertama, adanya masalah aktual berdasarkan respon klien

terhadap masalah atau penyakit; kedua, faktor-faktor yang berkonstribusi atau


18

viii

penyebab adanya masalah; ketiga, kemampuan klien mencegah atau

menghilangkan masalah.

Setelah mengumpulkan data tahap selanjutnya yaitu pengolahan

data dan merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan

pada klien dengan Infark Myocard Acut menurut Marylin E. Doenges et. Al

Antara lain meliputi :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan

myocard.

b. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan

status sosioekonomi.

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supplay

O2 ke jaringan myocard.

d. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan

penurunan perfusi organ (ginjal).

e. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrika myocard.

f. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan

penghentian / penurunan aliran darah (vasokontriksi, Hypovolemia dan

Tramboembolik).

g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi

jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan datang.


19

viii

4. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat

perencanaan. Perencanaan adalah langkah awal dalam menentukan apa yang

dilakukan untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi masalah

keperawatan yang telah ditentukan. Tahap perencanaan keperawatan adlan

menentukan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran dan tujuan,

penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervebsi keperawatan.

Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada klien dengan

Infark Myocard Acut menurut Doenges M.E. adalah sebagai berikut:

a. Diagnosa keperawatan pertama

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan otot

myocard.

1). Hasil yang di harapkan :

a) Menyatakan nyeri dada hilang.

b) Mendemonstrasikan penggunaan tekhnik relaksasi, menunjukkan

menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak.

2). Rencana tindakan :

a) Pantau / catat karakteristik nyeri, cacat laporkan verbal, non verbal.

b) Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dan klien termasuk lokasi,

intensitas (1 – 10) : lamanya, kualitas dan penyebaran.

c) Kaji ulang riwayat angina sebelumnya.

d) Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dada dengan segera.


20

viii

e) Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahandan tindakan

nyaman.

f) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai

indikasi.

g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi contoh Angina, analgesik.

b. Diagnosa keperawatan kedua

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

supplay 02 myocard dengan kebutuhan.

1). Hasil yang di harapkan :

Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur,

maju dengan frekuensi jantung / irama dan TD dalam batas normal

klien dan kulit hangat, merah muda dan kering.

2). Rencana Tindakan:

a) Catat / dokumentasikan frekuensi jantung, irama dan perubahan

TD sebelum, selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi.

b) Tingkatkan istirahat (tempat tidur/kursi). Batasi aktivitas pada

dasan nyeri, berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

c) Batasi pengunjung.

d) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen

contoh : mengejan pada saat defekasi.

e) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.

f) Kaji ulang/gejala/tanda yang menunjukkan tidak toleran terhadap

aktivitas atau memerlukan pelaporan pada perawat.


21

viii

c. Diagnosa keperawatan ketiga

Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status

sosioekonomi

1). Hasil yang diharapkan :

Mengenal perasaannya, mengidentifikasi penyebab, menyatakan

penurunan ansietas / takut.

2). Rencana tindakan:

a) Identifikasi dan ketahui persepsi klien terhadap ancaman kesehatan/

situasi.

b) Catat adanya kegelisahan, menolak dan, atau menyangkal.

c) Mempertahankann gaya percaya (tanpa keyakinan yang salah)

d) Kaji tanda verbal/non verbal kecemasan dengan klien bila perilaku

menujukkan mencederai.

e) Orientasikan klien/orang terdekat terhadap prosedur rutin dan

aktivitas yang diharapkan

f) Berikan anti cemas/hipnotik sesuai indikasi. Contoh diazepam

(valium).

d. Diagnosa Keperawatan keempat

Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

frekuensi, irama, konduksi elektrikal myocard.

1). Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan stabilitas hemodinamik, TD serta curah jantung dalam

rentang normal.
22

viii

2). Rencana tindakan:

a) Auskultasi TD, bandingkan tangan dan ukur dengan tidur, duduk dan

berdiri bila bisa.

b) Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi, sesuai indikasi.

c) Catat terjadinya S3, S4, dan adanya murmur.

d) Auskultasi bunyi napas.

e) Pantau frekuensi jantung dan irama, catat distritmia melalui

telemetri.

f) Pertahankan masukan IV sesuai indikasi.

e. Diagnosa keperawatan kelima

Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan/ penghentian aliran darah.

1) Hasil yang diharapkan :

Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual, contoh; acral

hangat, nadi kuat, tanda vital dalam batas normal.

2) Rencana Tindakan :

a) Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinue contoh;

cemas, bingung, lethargi dan pingsan.

b) Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin / lembab, catat kekuatan

nadi perifer.

c) Anjurkan klien dalam melakukan / melepas kaus kaki antiembolik

bila di gunakan.

d) Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.


23

viii

e) Pantau data laboratorium, contoh; GDA, kreatinin, dan elektrolit.

f) Beri obat sesuai indikasi misalnya, Heparin / natrium warfarin dan

cimetidine.

f. Diagnosa keperawatan keenam

Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

perfusi organ (ginjal) /peningkatan natrium/retensi air.

1). Hasil yang di harapkan:

Mempertahankan keseimbangan cairan seperti TD dalam batas

normal/tidak ada distensi vena dan edema.

2). Rencana Tindakan :

a) Auskultasi bunyi napas untuk adanya krekels.

b) Catat denyut vena jugularis, adanya edema dependen.

c) Ukur masukan/haluaran, catat penurunan/pengeluaran, sifat

konsentrasi.

d) Timbang berat badan tiap hari.

e) Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi

kardiovaskuler.B

f) Berikan diet rendah natrium.

g) Berikan diuretik misalnya : furosemid (lasix).

g. Diagnosa keperawatan ketujuh

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan.
24

viii

1). Hasil yang di harapkan :

Menyatakan pemahaman penyakit jantung sendiri, rencana pengobatan

tujuan pengobatan dan efek samping/reaksi merugikan.

1). Rencana Tindakan :

a) Kaji tingkat pengetahuan klien /orang terdekat dan kemampuan /

keinginan untuk belajar.

b) Waspada terhadap tanda penghindaran, contoh mengubah subjek

dari informasi yang ada atau perilaku ekstern (menolak).

c) Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi.

d) Peringatkan untuk menghindari aktivitas/sometrik.

e) Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan penurunan aktivitas dan

pelaporan pada pemberi perawatan kesehatan.

f) Beri tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada,

perubahan pola angina dan terjadi gejala lain.

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap pemberian tindakan-tindakan

keperawatan untuk mengetahui/mengatasi permasalahan penderita secara

terarah dan komprehensif, berdasarkan rencana yang telah di tetapkan

sebelumnya.

Perencanaan keperawatan di kembangkan untuk memenuhi

pengurangan nyeri, pengurangan sesak, mencegah distrimia, mengurangi

kebutuhan oksigen ke myocard mengurangi kerusakan sel, mencegah


25

viii

komplikasi dan membantu individu beradaptasi dengan pengalaman myocard

infarknya.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir yang berkelanjutan dari proses

keperawatan yang merupakan tolak ukur mengetahui keberhasilan tindakan

keperawatan yang di berikan.

Pada tahap evaluasi terdapat beberapa kemungkinan, masalah teratasi

seluruhnya, sebagian, belum teratasi bahkan timbul masalah baru.

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan klien dalam mencapai

kriteria hasil yang ditetapkan dalam tujuan asuhan keperawatan. Evaluasi yang

di lakukan terdiri dari evaluasi hasil dan evaluasi proses.


26

viii

Anda mungkin juga menyukai