OLEH :
MUNAWARAH
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
di Ruang DAHLIIA RSU NEGARA dari tanggal 19 MEI 2022 s/d 23 MEI 2022
melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui
3. Bapak Adhi Ratnaya selaku Kepala Ruangan serta Penanggung Jawab ruang
DAHLIA
4. Klien “Tn AR” dan keluarga atas kesediaannya memberikan data dan membantu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya tulis ini masih belum
sempurna, oleh karena itu segala pendapat, saran dan kritik yang membangun sangat
HALAMAN
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………....…. ...ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. …iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....…..…iv
BAB I. PENDAHULUAN……………………...……………...……….……….........1
A. Latar Belakang …………………………………………………....…..…....……...1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………….….....………….2
BAB II. KONSEP DASAR DAN TINJAUAN KASUS…………….....……....…….3
A. Konsep Dasar Penyakit…………………………………………………......….…..3
1. Definisi………………………………………………………………….......…..3
2. Anatomi …........................................................................................................…3
3. Fisiologi……………………………………......………………...………...…….4
4. Etiologi…….………………………...…………......……………………...…….5
6. Patofisiologi……………………………………......……….......…………….…6
7. PemeriksaanPenunjang..........................................................................................7
8. Penatalaksanaan………………………...……......…………….………………..8
1. Pengkajian…………………………………………..……………....………….10
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................12
3. Intervensi Keperawatan……………....……………….………….…....……….13
4. Implementasi Keperawatan…………………………….......………….……….21
5. Evaluasi..............................................................................................................21
B. Diagnosa Keperawatan………………………………....….....…….……………...35
C. Perencanaan……………………………………………....…......………………....36
D. Implementasi………………………………………………….….........…………...39
E. Evaluasi………………………………………………………….........……………43
B. Saran……………………………………………………...……......……………....32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan
merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada
keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml
yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi
utama sebagai pelican gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu
atau tumpul pada daerah ada, infark pare, serta gagal jantung kongestif. Di Negara-
negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis
pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada
penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker
payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini yaitu untuk mengetahui
gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dan memperoleh pengalaman
dalam menyusun karya tulis ilmiah dalam bentuk studi kasus.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien efusi pleura
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien efusi pleura
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien efusi pleura
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien efusi pleura
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien efusi
pleura
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan studi kasus ini adalah metode deskriptif yaitu
suatu metode ilmiah yang menggambarkan tentang asuhan keperawatan dengan
2
menggunakan pendekatan proses keperawatan pada pasien dengan efusi pleura. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan:
1. Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan teknik tanya jawab dengan pasien dan
keluarga dalam hal identitas, alasan dirawat, keluhan utama, riwayat penyakit
serta data-data lain yang diperlukan.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan cara mengamati perubahan-perubahan yang terjadi
pada pasien baik secara fisik maupun psikologis.
3. Pemeriksaan fisik
Pengumpulan data demgan cara melakukan pemeriksaan dengan teknik: inspeksi,
palpasi, perkusi, aktualisasi pada pasien guna mendapatkan data yang obyektif
tentang keadaan pasien secara umum maupun khusus.
4. Study Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menggunakan bukti-bukti tertulis antara lain catatan
medis, catatan perawatan dan data penunjang ntara lain hasil pemeriksaan
radiologi dan hasil laboratorium.
5. Study Kepustakaan Study kepustakaan diperlukan untuk memudahkan dalam
teknik pengumpulan data yang dapat digunakan sebagai referensi atau acuan
dalam melakukan pengumpulan data.
D.Sistematika Penulisan
Laporan studi kasus ini disusun dalam empat bab yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
3
2. BAB II merupakan konsep dasar dan tinjauan kasus yang menguraikan tentang konsep
3. BAB III merupakan pembahasan yang terdiri dari asuhan keperawatan yang
menghubungkan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan pada kasus, sebab
4. BAB IV merupakan penutup yang terdiri dari simpulan dan saran untuk mengatasi
masalah.
4
BAB II
5
efusi pleura diyakini setara antara pria dan wanita, meskipun 2/3 kasus efusi pleura
akibat keganasan muncul pada wanita, umumnya terkait kanker payudara (Boka, 2018).
Sebuah penelitian yang berjudul angka kejadian dan karakteristik efusi pleura
pada foto toraks kasus kanker paru di RSUP dr. Mohammad Hoesin tahun 2020
disebutkan bahwa rentang usia terbanyak pada pasien efusi pleura adalah 56-65 tahun
(41%), lebih sering terjadi pada laki-laki (65,6%), dan sebagian besar pasien merupakan
perokok (65,6%). Berdasarkan identifikasi foto toraks didapatkan lokasi efusi pleura
terbanyak di bagian dekstra (44,3%) dan sifat efusi pleura mayoritas bersifat bebas
(91,8%) (Safira, 2020).
Sebagai suatu kondisi klinis, tingkat mortalitas efusi pleura tidak berdiri sendiri
tapi ditentukan berdasarkan penyakit penyertanya. Namun demikian, semakin beratnya
kondisi efusi pleura sendiri juga identik dengan mortalitas yang lebih tinggi. Publikasi
2016 menunjukkan bahwa mortalitas 30 hari pada efusi pleura bilateral 4 kali lipat lebih
tinggi dibanding unilateral, yaitu 26% vs 5.9% secara berturut-turut.
3. Penyebab/Faktor Predisposisi
Berdasarkan penyebabnya, efusi pleura dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (Pane, 2020) :
a. Efusi pleura transudatif
Efusi pleura ini terjadi akibat peningkatan tekanan di pembuluh darah atau
rendahnya kadar protein di dalam darah, sehingga cairan merembes ke pleura.
Sejumlah penyakit yang sering menjadi penyebab kondisi ini adalah: gagal jantung
kongestif, sirosis hati, keganasan atau kanker, emboli paru, hipoalbuminemia,
gangguan ginjal, seperti sindrom nefrotik.
b. Efusi pleura eksudatif
Efusi pleura ini terjadi akibat peradangan, cedera paru, tumor, gangguan aliran pada
pembuluh getah bening. Sejumlah penyakit yang sering menjadi penyebab kondisi
ini adalah: kanker, umumnya kanker paru dan kanker payudara, emboli paru, infeksi
pada paru, seperti tuberkulosis dan pneumonia, cedera pada dinding dada, yang
menyebabkan perdarahan atau chylothorax, penyakit autoimun, seperti lupus atau
rheumatoid arthritis
Selain beberapa penyakit di atas, efusi pleura juga dapat terjadi akibat beberapa
kondisi lain, seperti mengkonsumsi obat kemoterapi, operasi pada bagian perut atau
6
dada, dan menjalani terapi radiasi. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami efusi pleura, yaitu: mengalami hipertensi, memiliki kebiasaan
merokok, sering mengonsumsi minuman beralkohol dan sering terkena paparan debu
asbes (Pane, 2020).
4. Patofisiologis terjadinya penyakit
Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara
produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis
sebesar 9 cm H₂O dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis 10 cm H₂O. Cairan
pleura terakumulasi ketika pembentukan cairan pleura lebih besar dari absorbsi cairan
pleura (Boka, 2018).
Didalam rongga pleura terdapat ±5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya
tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan disini mencapai 1 liter seharinya (yuda 2013).
Efusi pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan di
kavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi cairan pleura, baik berupa transudat
maupun eksudat. Keduanya terbentuk melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak
jarang cairan pleura ditemukan memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan
(Boka, 2018).
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotik (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung). Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid
menurun dalam darah pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas
kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma serta terjadi peningkatan:
permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma), tekanan hidrostatis di pembuluh darah
ke jantung/ vena pulmonalis (kegagalan jantung kiri), tekanan negatif intra pleura
(atelektasis) (Boka, 2018).
7
Cairan pleura transudat terjadi akibat ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan
onkotik. Tekanan hidrostatik sistem vaskular pleura parietal akan mendorong cairan
interstisial ke kavum pleura sehingga terjadi akumulasi cairan transudat yang kadar
proteinnya lebih rendah dari serum. Penyakit yang umum menyebabkan cairan pleura
transudat adalah penyakit jantung kongestif, dan sirosis (Boka, 2018).
Cairan pleura eksudat terjadi akibat inflamasi pleura. Inflamasi parenkim/pleura
akan meningkatkan permeabilitas sel mesotel dan kapiler sehingga terjadi akumulasi
cairan di kavum pleura. Selain itu, terganggunya drainase limfatik juga merupakan
proses yang dapat menyebabkan terjadinya cairan pleura eksudat ini. Akibat peningkatan
permeabilitas membran pleura, cairan yang terakumulasi akan memiliki kadar protein
yang lebih tinggi dari serum. Contoh kondisi yang umum menyebabkan cairan pleura
eksudat adalah infeksi dan malignansi (Boka, 2018).
8
5. Pathway ( bagan)
Pathway :
Efusi pleura
Asupan menurun
Bersihan jalan nafs tidak efektif
9
6. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, efusi pleura dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (Pane, 2020) :
a. Efusi pleura transudatif
Efusi pleura ini terjadi akibat peningkatan tekanan di pembuluh darah atau
rendahnya kadar protein di dalam darah, sehingga cairan merembes ke pleura.
b. Efusi pleura eksudatif
Efusi pleura ini terjadi akibat peradangan, cedera paru, tumor, gangguan aliran pada
pembuluh getah bening
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi (yuda 2013)
a. Unilateral
Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya.
b. Bilateral.
Efusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan jantung kongestif, sindroma
nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi (yuda 2013):
a. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada.
Penyebab lainnya adalah: pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian
mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura, kebocoran aneurisma aorta (daerah
yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam
rongga pleura dan gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak
membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melalui sebuah
jarum atau selang.
b. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru
menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
pneumonia, infeksi pada cedera di dada, pembedahan dada, pecahnya kerongkongan,
abses di perut.
10
c. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera
pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan
saluran karena adanya tumor
7. Gejala Klinis
Gejala yang dapat terjadi akibat efusi pleura adalah (Pane, 2020) :
a. Sesak napas
b. Nyeri dada, terutama saat menarik dan membuang napas dalam-dalam (dikenal
dengan nyeri pleuritik)
c. Batuk kering
d. Demam
e. Menggigil
f. Kehilangan nafsu makan
g. Cegukan yang terus menerus
h. Pembengkakan pada tungkai
8. Pemeriksaan Fisik
Untuk mendiagnosis efusi pleura akan ditanyakan keluhan dan gejala yang dialami
pasien, serta riwayat kesehatan pasien. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan fisik
pada dada yang meliputi inspeksi (pengamatan), palpasi (perabaan), perkusi (ketukan),
dan auskultasi menggunakan stetoskop (Pane, 2020) .
Dalam pemeriksaan ini akan mencari beberapa tanda efusi pleura, yaitu:
a. Pergerakan dinding dada yang tampak tidak seimbang antara sisi kiri dan kanan,
serta pasien terlihat sesak
b. Getaran (taktil fremitus) yang terasa lebih lemah pada bagian dada yang terisi cairan
c. Bunyi ketukan (perkusi) yang lebih berat atau rendah akibat penumpukan cairan
pada dinding dada
d. Suara napas yang melemah pada bagian yang terisi cairan
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan diagnostik/ penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa efusi
pleura yaitu sebagai berikut (Pane, 2020) :
a. Pemindaian dengan Rontgen atau CT scan dada, untuk melihat adanya penumpukan
cairan di paru-paru
11
b. Thoracentesis atau throcacocentesis, yaitu prosedur pengambilan cairan dari rongga
dada dengan jarum untuk mengurangi cairan yang menumpuk sekaligus untuk
mengambil sampel cairan yang akan dianalisis di laboratorium
c. Tes darah, untuk melihat tanda-tanda infeksi dan memeriksa fungsi ginjal serta
fungsi hati
d. Biopsi paru, untuk mendeteksi adanya sel atau jaringan yang tidak normal pada paru
e. Ekokardiografi, untuk memeriksa kondisi jantung dan mendeteksi adanya gangguan
pada jantung
f. Bronkoskopi, untuk memeriksa adanya gangguan di saluran pernapasan
10. Therapy/Tindakan Penanganan
Pengobatan yang dilakukan untuk menangani efusi pleura adalah (Pane, 2020) :
a. Thoracentesis
Thoracentesis adalah prosedur medis untuk mengambil cairan berlebih pada pleura
melalui jarum yang yang dimasukkan ke rongga dada. Prosedur ini umumnya
dilakukan bila penumpukan cairan di paru-paru cukup banyak dan menyebabkan
pasien kesulitan bernapas dan nyeri dada.
b. Chest tube
Chest tube adalah prosedur pemasangan selang khusus (kateter) pada rongga pleura
melalui sayatan kecil di dada. Selang ini dihubungkan dengan sebuah mesin untuk
mengeluarkan cairan dari pleura. Durasi pengeluaran cairan bisa berlangsung selama
beberapa hari sehingga pasien perlu dirawat di rumah sakit.
c. Pleural drain
Prosedur ini mirip dengan chest tube, namun kateter dipasang dalam jangka panjang.
Pasien bisa secara mandiri mengeluarkan cairan dari pleura. Prosedur ini umumnya
dipilih bila efusi pleura terus terjadi.
d. Pleurodesis
Pleurodesis adalah prosedur penyuntikan zat pemicu peradangan, seperti talc atau
doxycycline, ke rongga pleura. Prosedur ini umumnya dilakukan setelah cairan di
dalam rongga pleura dikeluarkan dan biasanya dipilih bila efusi pleura sering
kambuh.
12
e. Operasi atau pembedahan
Operasi dipilih bila teknik pengeluaran cairan dari rongga paru yang lain tidak
efektif. Operasi dilakukan dengan mengangkat jaringan pada rongga dada yang
diduga menyebabkan efusi pleura. Ada dua jenis Tindakan operasi yang bisa
dilakukan, yaitu torakoskopi atau torakotomi.
f. Menangani penyebab efusi pleura
Efusi pleura umumnya disebabkan oleh penyakit lain. Oleh karena itu, penanganan
terhadap penyebab yang mendasari dilakukan untuk mengatasi efusi pleura.
Beberapa contoh penanganan yang akan dilakukan adalah:
1) Pemberian diuretik dan obat-obatan untuk penyakit jantung, bila efusi pleura
disebabkan oleh gagal jantung
2) Pemberian antibiotik, bila efusi pleura disebabkan oleh penyakit infeksi
3) Kemoterapi dan terapi radiasi, bila efusi pleura disebabkan oleh kanker
11. Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, efusi pleura bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut
ini (Pane, 2020) :
a. Atelektasis, yaitu kerusakan pada paru akibat alveolus tidak terisi udara
b. Empiema, yaitu kumpulan nanah di rongga pleura
c. Pneumothorax, yaitu penumpukan udara pada rongga pleura
d. Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di lapisan paru-paru
13
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (data subyektif dan obyektif)
a. Data umum
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,nomor register, status
perkawinan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,pendidikan, tanggal MRS, diagnosa
medis
b. Alasan masuk rumah sakit/ keluhan utama
Klien dengan effusi pleura akan merasasakan sesak nafas, batuk dan nyeri pada dada
saat bernapas, demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritic, ketika effusi sudah
menyebar memungkinkan timbul dyspnea dan batuk. Effusi pleura yang besar akan
mengakibatkan napas pendek.
c. Riwayat Kejadian / Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan effusi pleura akan diawali dengan keluhan batuk, sesak nafas, nyeri
pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun. Agar mempermudah
perawat mengkaji keluhan sesak napas, maka dapat di bedakan sesuai tingkat
klasifikasi sesak.
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Riwayat penyakit sebelumnya :
Klien dengan effusi pleura terutama akibat adanya infeksi nonpleurabiasanya
mempunyai riwayat penyakit tuberculosis paru.
Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan dari anggota
keluarganya yang lain, terkecuali penularan infeksi tuberculosis yang menjadi faktor
penyebab timbulnya effusi pleura.
Riwayat Pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu seperti,
Pengobatan untuk effusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada bedah
plerektomi, dan terapi diuretik.
14
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran :mengalami keluhan batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat
pada dada, dan berat badan menurun.
Tanda- tanda Vital :RR cenderung meningkat dan klien biasanya dispneu,.
2) Mata
Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
3) Hidung
Adanya pernafasan cuping hidung (megap-megap, dyspnea), tidak ada
pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
4) Mulut dan bibir
Membrane mukosa sianosis (karena penurunan oksigen), bernapas dengan
dengan mengerutkan mulut (dikaitkandengan penyakit paru kronik), tidak ada
stomatitis, tidak ada pmbesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
5) Telinga
Simetris, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu pendengaran, tidak ada
pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
6) Leher
Tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak ada
pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan.
7) Paru-paru
I : Peningkatan frekuensi/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot
aksesoris pernapasan pada dada, leher, retraksi intercostals, ekspirasi
abdominal akut, gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma,
penurunan pengembangan thorak (area yang sakit)
P : Terjadi ketertinggalan gerak antara area yang sakit dengan area yang sehat.
Fremitus menurun (sisi yang terlihat).
P : Bunyi pekak diantara area yang terisi cairan.
A: Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena
15
8) Abdomen
I : Tidak ada lesi, warna kulit merata.
A : Terdengar bising usus 12x/menit.
P : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
P : tympani
9) Genetalia
Tidak ada lesi, rambut pubis merata, tidak ada jaringan parut, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran abnormal.
10) Kulit
Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
11) Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X dada : menyatakan akumulasi cairan pada area pleural, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
GDA : variable tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-
kadang meningkat. PaCO2 mungkin normal menurun, saturasi O2 biasanya
menurun.
Torakosintesis : menyatakan cairan serisanguinosa
16
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, whezing/ronchi kering,
dipsnea, gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi dan pola nafas berubah
d. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas normal, kulit merah, takikardi, kulit teraba hangat
e. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi (finansial tidak mencukupi),
faktor psikologis (stres, keengganan untuk makan).
f. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif
3. Rencana Tindakan
(PPNI, 2019), (PPNI, 2018).
No No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Diagnosa Hasil
1 1 Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
tindakan keperawatan (I.03123)
selama 3x24 jam - Monitor frekuensi, - Mengetahui status
diharapkan pertukaran irama, kedalaman dan respirasi
gas meningkat dengan upaya nafas
kriteria hasil : - Monitor kemamapuan - Batuk efektif
- Dipsnea menurun batuk efektif melonggarkan
- Bunyi nafas - Monitor adanya pernafasan
tambahan menurun sumbatan jalan nafas
- PCO2 membaik - Palpasi kesimetrisan - Ketidaksimetrisan
- PO2 membaik ekspansi paru menandakan ada
- Takikardi membaik - Auskultasi bunti nafas gangguan
- Monitor saturasi - Saturasi turun
oksigen menandakan
- Atur interval kekurangan oksigen
pemantauan respirasi
- Jelaskan tujuan dan - Keluarga paham
prosedur pemantauan yang diberikan
Terapi oksigen
(I.01026)
- Monitor kecepatan
aliran oksigen
- Pertahankan
kepatenan jalan nafas
- Kolaborasi pemberian
dosis oksigen
17
tindakan keperawatan (I.01011)
selama 3x24 jam - Monitor pola nafas - Mengetahui status
diharapkan pola nafas - Monitor bunyi nafas respirasi
membaik dengan - Posisikan semi fowler - Memberi rasa
kriteria hasil : atau fowler nyaman
- Dipsnea menurun - Berikan minum - Mengencerkan
- Penggunaaan otot hangat sputum
bantu nafas - Ajarkan batuk efektif - Meningkatkan O2
menurun - Berikan oksigen, bila
- Pemanjangan fase perlu
ekspirasi menurun - Kolaborasi pemberian
ekspektoran,
bronkodilator,
mukolitik
3 3 Setelah dilakukan Managemen jalan nafas
tindakan keperawatan (I.01011)
selama 3x24 jam - Monitor pola nafas - Mengetahui status
diharapkan bersihan - Monitor bunyi nafas respirasi
jalan nafas meningkat - Posisikan semi fowler - Memberi rasa
dengan kriteria hasil : atau fowler nyaman
- Produksi sputum - Berikan minum - Mengencerkan
menurun hangat sputum
- Mengi menurun - Ajarkan batuk efektif Meningkatkan O2
- Whezing menurun - Berikan oksigen, bila
perlu
Kolaborasi pemberian
ekspektoran,
bronkodilator, mukolitik
4 4 Setelah dilakukan Managemen hipertermi
tindakan keperawatan (I.15506))
selama 3x24 jam - Identifikasi penyebab - Mengetahui
diharapkan hipertermi penyebab demam
termoregulasi - Monitor suhu
membaik dengan - Basahi permukaan - Menurunkan
kriteria hasil : tubuh demam
- Suhu tubuh - Berikan cairan oral - hidrasi
membaik - Anjurkan tirah baring
- Suhu kulit membaik - Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
18
kriteria hasil : - Identifikasi makanan - Makanan yang
- Sariawan menurun yang disukai disukai
- IMT membaik meningkatkan
- Frekuensi makan asupan makanan
membaik - Identifikasi kebutuhan - Mengetahui
- Nafsu makan kalori dan nutrien kebutuhan kalori
membaik - Monitor asupan - Mengetahui asupan
makanan makanan
- Monitor BB - Mengetahui
peningkatan BB
- Sajikan makanan - Makanan menarik
secara menarik meningkatkan
- Berikan makanan asupan
TKTP - Menambah kalori
- Ajarkan diet yang - Meningkatkan
diprogramkan asupan
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum Mengurangi gejala
makan mual atau nyeri
Kolaborasi dengan ahli
gizi
6 6 Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
tindakan keperawatan (I.14539)
selama 3x24 jam - Monitor tanda dan - Mengetahui tanda
diharapkan kontrol gejala infeksi dan gejala infeksi
risiko infeksi - Batasi jumlah - Mengurangi risiko
meningkat dengan pengunjung infeksi
kriteria hasil : - Cuci tangan sebelum - Mencegah infeksi
- kemampuan dan setelah kontak
mengidentifikasi dengan pasien
faktor risiko - Pertahankan teknik
- Kemampuan aseptik
melakukan strategi - Ajarkan cuci tangan
kontrol risiko dengan benar
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien menghadapi masalah status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
19
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dibedakan menjadi 2 :
a. Evaluasi proses (formatif) dilakukan setiap selesai tindakan
b. Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan setiap akhir tindakan keperawatan secara
paripurna
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama ( Initial) : NY M
Umur : 47 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Marital : Sudah menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Bali, Indonesia
Alamat : Br. Dauh Pangkung Jangu Pohsanten
Tanggal Masuk : 09-01-2022
Tanggal Pengkajian : 12-01-2022
No. Register : 121709
Diagnosa Medis : Efusi Pleura
20
Nama (Initial) : Tn. M
Umur : 50 tahun
Hub. Dengan Klien : Suami
Pekerjaan : Petani
Alamat : Br. Dauh Pangkung Jangu Pohsanten
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari IGD dengan keluhan batuk sejak 3 minggu, sesak nafas sejak 7 hari
yang lalu. Pasien dirawat di ruang Flamboyan sejak tanggal 09Januari2022. Saat
pengkajian pasien mengeluh sesak nafas dan batuk, batuk tampak tidak efektif, demam
disangkal, mual disangkal dan muntah disangkal, nyeri di dada disangkal
Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah opname di RS Balimed dengan keluhan sesak
nafas, pasien tidak punya alergi.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga lainnya yang mempunyai penyakit yang
sama dengan pasien, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung,
diabetes, penyakit ginjal ataupun penyakit lainnya.
Riwayat Sosiokultural
Pasien tidak aktif dalam kegiatan kemasyarakatan lansia, tidak memiliki konflik sosial.
Pasien tidak memiliki masalah keuangan, perawatan di RS dibiayai oleh BPJS. Pasien sulit
berkomunikasi dengan pasien dan penunggu lainnya karena sesak nafas.
21
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga dan pasien mengatakan sudah mengerti dengan kondisinya karena sudah
dijelaskan oleh dokter dan perawat. Pasien mengatakan pasrah akan kondisinya dan
berharap bisa segera sehat. Keluarga mengatakan sebelumnya apabila dirinya atau ada
anggota keluarga yang sakit selalu datang ke pelayanan kesehatan.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah dalam pola dan nafsu makan. Saat
pengkajian pasien mengatakan enggan untuk makan, nafsu makan menurun karena
sesak, makanan yang dimakan habis ½ porsi, tidak ada penurunan BB secara
signifikan.
Pengkajian nutrisi :
Antropometri :
BB sekarang : 49 kg
BB ideal : 58,5 kg
TB : 165 cm
IMT : 17,9 (kurus), normal 18,5-24,9
Biochemical : tanggal 14/4/2021
Albumin :3,22 g/dL
Hb : 12 gr/dL
Bun : 7,9 mg/dL (N :8-23)
Kreatinin : 0,7 mg/dL (N : 0,72-1,25)
Clinical Sign :
tampak lemas, bibir pecah-pecah, batuk, sesak
Dietary History :
Asupan makan pasien selama 24 jam tidak adekuat, makanan habis ½ porsi, tidak ada
alergi makanan.
c. Pola Eleminasi
SMRS dan saat di RS pasien mengatakan pola BAB dan BAK pasien normal. BAB 2
hari sekali dengan konsistensi lembek. BAK ± 5-6 kali sehari tanpa ada keluhan.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
22
SMRS pasien Makan/minum, Mandi, Toileting, Berpakaian, Mobilisasi di tempat tidur,
Berpindah, Ambulasi ROM kadang-kadang dilakukan dengan mandiri secara pelan-
pelan, kadang-kadang dibantu oleh keluarga. Saat MRS pasien makan/minum,
mobilisasi di tempat tidur dan ambulasi ROM, mandi, toileting, berpindah dan
berpakaian dibantu oleh keluarga.
e. Pola koqnitif dan Persepsi
Keluarga dan pasien mengatakan sudah paham dengan kondisi pasien saat ini.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Tidak ada keluhan terkait persepsi diri termasuk citra tubuh, peran, harga diri, dan ideal
diri pada pasien. Pasien mampu menyebutkan identitas dirinya dengan lengkap dan
benar.
g. Pola Tidur dan Istirahat
SMRS pasien dikatakan kadang-kadang mengalami kesulitan untuk memulai tidur.
Pasien tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 6 jam. Saat sakit pasien mengalami sulit
tidur karena sesak nafas.
h. Pola Peran-Hubungan
SMRS dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah terkait peran diri dan
hubungan pasien dengan orang terdekat, keluarga, dan kerabat pasien baik.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan atau masalah terkait dengan sistem seksual
dan reproduksi.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan jika memiliki masalah terkait hal apapun selalu mendiskusikannya
dengan anak-anak dan keluarga yang lain.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien beragama Hindu. Pasien mengatakan SMRS dan saat ini hanya bisa berdoa di
tempat tidur saja.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis.
b. Tanda Vital
23
TD:130/80 mmHg Nadi : 110 kali/menit RR: 30 kali/menit Suhu: 36,80 C
c. Kepala
Bentuk bulat simetris, tidak ada lesi, warna rambut putih
d. Mata
Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, tidak menggunakan kacamata
e. Hidung
Hidung simetris, ada gerak pada cuping hidung, terpasang O2 nasal 2 lpm
f. Telinga
Bentuk telinga normal, simetris, telinga bersih
g. Mulut
Mulut tampak simetris, warna lidah merah muda, gigi tidak lengkap
h. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan vena jugularis, denyut nadi karotis teraba
i. Dada dan Punggung
Paru-paru :
I : bentuk dada tidak simetris, gerak pernafasan kiri tertinggal, menggunakan otot bantu
pernafasan, terdapat luka post toracosintesis di dada kiri, tertutup kasa
Pa : fremitus taktil kiri tertinggal
Pe : terdengar sonor pada bagian kanan, redup pada kiri
A :suara nafas kanan vesikuler,suara menurun pada bagian kiri, tidak terdengar
ronchi/whezing, ekspirasi memanjang
Tidak ada luka di punggung
j. Abdomen
I : tampak simetris, tidak ada benjolan,
A : peristaltik usus 5 x/menit
Pa : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Pe : terdengar suara timpani
k. Ekstremitas
Ektremitas atas dan bawah lengkap, bentuk simetris, tidak ada bengkak di ektremitas
atas, bengkak di ektremitas bawah.
l. Genetalia
24
Pasien berjenis kelamin laki-laki, terdapat lubang uretra dan tidak ada kelainan
m. Anus
Tidak ada kelainan pada lubang anus
6. DATA TAMBAHAN
Toracosintesis tanggal 14-5-21 (1300 ml), tanggal 17-5-21 (700 ml)
7. THERAPI
No Tanggal awal Nama Dosis Rute Indikasi
diberikan
1 09-01-2022 IVFD Nacl 0,9% 20 tpm iv Kebutuhan
cairan
2 09-01-2022 Oksigen nasal 2 lpm nasal Kebutuhan
oksigenasi
3 09-01-2022 N-Asetilsistein 3x200 mg Oral Untuk
mengencerkan
dahak di
pernafasan
4 09-01-2022 KSR 2x600 mg Oral Meningkatkan
kalium
5 09-01-2022 Bubur (diet lunak 3x 1 porsi Oral Asupan
tinggi kalium) makanan
B. ANALISA DATA
25
Data Etiologi Masalah kolaboratif/
keperawatan
DS : pasien mengeluh sesak Tekanan pleura meningkat Pola nafas tidak efektif
nafas dan batuk
DO :
- R 30 kali/menit Ekspansi paru menurun
- N 110 kali/menit
- Ada gerak cuping hidung
- Menggunakan otot bantu takipnea
pernafasan
- Ekspirasi memanjang
O2 tidak adekuat
Asupan menurun
26
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas dibuktikan dengan
pasien mengeluh sesak nafas dan batuk, R 30 kali/menit, N 110 kali/menit, ada gerak
cuping hidung, menggunakan otot bantu pernafasan, ekspirasi memanjang
2. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
E. PERENCANAAN
No No Tujuan dan Intervensi Rasional
Diagnosa Kriteria Hasil
1 1 Setelah dilakukan Managemen jalan nafas
tindakan (I.01011)
keperawatan - Monitor pola nafas - Mengetahui status
selama 3x24 jam - Monitor bunyi nafas respirasi
diharapkan pola - Posisikan semi fowler - Memberi rasa
nafas membaik atau fowler nyaman
dengan kriteria - Berikan minum hangat - Mengencerkan
hasil : - Ajarkan batuk efektif sputum
- Sesak nafas - Berikan oksigen, bila - Meningkatkan O2
berkurang perlu
- Penggunaaan - Kolaborasi pemberian - Mengencerkan
otot bantu nafas ekspektoran, dahak
menurun bronkodilator, mukolitik
- Tidak ada nafas
cuping hidung
- Pemanjangan
fase ekspirasi
menurun
2 2 Setelah dilakukan Managemen Nutrisi
tindakan (I.03119)
keperawatan - Identifikasi status nutrisi - Mengetahui status
selama 3x24 jam nutrisi
diharapkan status - Identifikasi alergi dan - Alergi makanan
nutrisi membaik intoleran makanan mengurangi asupan
(L.03030) dengan - Identifikasi makanan - Makanan yang
kriteria hasil : yang disukai disukai
27
- Nafsu makan meningkatkan
membaik asupan makanan
- Makanan - Identifikasi kebutuhan - Mengetahui
dihabiskan 1 kalori dan nutrien kebutuhan kalori
porsi - Monitor asupan makanan - Mengetahui asupan
- IMT membaik makanan
- BB meningkat - Monitor BB - Mengetahui
- Bibir lembab peningkatan BB
- Sajikan makanan secara - Makanan menarik
menarik meningkatkan
asupan
- Berikan makanan TKTP - Menambah kalori
- Ajarkan diet yang - Meningkatkan
diprogramkan asupan
- Kolaborasi dengan ahli - Mempermudah
gizi penentuan jumlah
kebutuhan gizi
F. IMPLEMENTASI
Hari/ No Tindakan Evaluasi Nama Ttd
Tanggal/ Diagnos Keperawatan
Jam a
09-01- 1 - Memonitor pola S :pasien mengeluh sesak munawarah
2022 nafas nafas
09.00 O : R 30 kali/menit, ekspirasi
1 - Memberi posisi memanjang
semifowler S : pasien mengatakan lebih
nyaman
O : pasien dalam posisi
1 - Memasang aliran setengah duduk
oksigen S : pasien mengatakan sudah
nyaman
O : pasien terpasang O2 nasal
2 - Mengidentifikasi 2 lpm
09.10 status nutrisi S:-
- Memonitor asupan O : BB 49 kg, IMT 17,9
makanan pagi (kurus)
S : pasien mengatakan enggan
28
makan
2 - Memberi makanan O : makanan habis ½ porsi
12.00 siang dalam keadaan S : pasien mengatakan akan
hangat makan nanti
O : diberikan bubur dengan
1 - Memberi obat oral lauk 1 porsi
13.30 S:-
O : pasien minum obat, tidak
2 - Memonitor asupan ada alergi
makan siang S : pasien mengatakan tidak
nafsu makan
O : makanan habis ½ porsi
10-01- 1 - Memonitor pola S : pasien mengatakan masih munawarah
2022 nafas sesak nafas
08.00 O : terpasang O2 nasal 2 lpm,
R 26 kali/menit, ekspirasi
memanjang, menggunakan
otot bantu nafas, ada gerak
cuping hidung
2 S : pasien mengatakan nafsu
- Memonitor asupan makan belum baik
makan pagi O : makanan habis ½ porsi
2 S : pasien mengatakan akan
12.00 - Memberi makan makan
siang O : diberikan bubur dan lauk
sesuai diet
1 S:-
13.30 - Memberi obat oral O : obat diminum, tidak ada
alergi
2 S : pasien mengatakan nafsu
- Memonitor asupan makan belum baik
29
makan siang O : makanan habis ½ porsi
30
G. EVALUASI
31
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan makalah tersebut di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pada pasien efusi pleura, pengkajian difokuskan pada pola pernafasan pasien.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan ini antara lain: pola
nafas tidak efektif,deficit nutrisi.
3. Rencana intervensi dibuat menggunakan pedoman SDKI,SLKI dan SIKI sesuai
dengan masalah keperawatan yang muncul.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
5. Evaluasi keberhasilan asuhan dilakukan sesuai rentang waktu dan kriteria hasil yang
telah ditentukan pada rencana asuhan.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Agar terus memberikan penyegaran kepada perawat terutama mengenai penentuan
masalah keperawatan sesuai dengan standar diagnosa keperawatan .
2. Bagi perawat
32
Agar terus mengembangkan diri dengan meningkatkan pengetahuan mengenai
konsep dasar penyakit dan meningkatkan keterampilan dalam mmemberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
33