Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH CAMPAK

Dosen pengampu:
Ns. Dina Carolina Hapsari, S.kep, M.kep
Ns. Reni amiati, S.Kep

Disusun oleh :
Chaerul Fahmi
(02127011)

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA


PROGRAM DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kemudahan sehingga
kami dapat meneyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Pembuatan maklah ini sebagai
tugas dari mata kuliah keperawatan anak yang berjudul “Makalah Campak”.
Kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Dina Carolina Hapsari,
S.kep, M.kep dan ibu Ns. Reni amiati, S.Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan
anak.Selain itu, Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan kami
khususnya dalam bidang keperawatan.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan
masih terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Maka dari itu kami sangat
menghargai kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar kedepannya bisa
menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca,
dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

Jakarta, 31 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….1
B. Tujuan Pennulisan …………………………………………………………………...2
C. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………....2
D. Metode Penulisan………………………………………………………………….…3
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………………….….3
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………….…...4
1. Definisi……………………………………………………………………………….4
2. Etiologi……………………………………………………………………………….4
3. Patofisiologi…………………………………………………………………………..5
4. Manifestasi Klinis…………………………………………………………………….7
5. Komplikasi …………………………………………………………………………...9
6. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………………………...10
7. Penatalaksanaan………………………………………………………………….…...10
8. Pencegahan…………………………………………………………………………...11
9. Asuhan Keperawatan………………………………………………………………...12
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….20
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………..20
2. Saran…………………………………………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit campak adalah penyakit menular saluran pernapasan akut yang
diakibatkan virus campak. Dalam kliniknya termanifestasi pada gejala demam, radang
saluran pernafasan atas, radang selaput mata, bintik selaput lendir campak dan bintul
kulit.
Hepatitis adalah peradangan pada jaringan hati. Salah satu serangan penyakit
hepatitis adalah warna mata dan kulit penderita tampak kuning (ikterik). Oleh karena
itu, hepatitis sering juga di sebut orang sakit kuning. Ikterik ini disebabkan karena
terbendungnya saluran empedu oleh pembekakan jaringan hati.
Poliomyelitis adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh suatu kelompok
virus neurutropik (tipe I, II, III). Penyakit ini menyerang system saraf yang dapat
menyebabkan kelumpuhan total. Penyakit polio hanya dapat menyerang balita dan
penyebarannya dari manusia lewat mulut dengan perantara makanan, air dan kotoran.
Didaerah Gorontalo berdasarkan data mengenai jumlah kasus penyakit
campak yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo selama tiga tahun
terakhir yaitu tahun 2003 dengan jumlah 330 kasus, tahun 2004 dengan jumlah 442
kasus dan tahun 2005 dari bulan januari sampai mei dengan jumlah kasus 55 kasus
(Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo 1995).
Program pencegahan dan pemberantasan campak di Indonesia pada saat ini berada
pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB hasil pemeriksaan
sampel darah dan urine penderita campak pada saat KLB menunjukkan logam positif
sekitar 70% - 100%.
Masalah hepatitis B meningkat, prevalensi pengidap di Indonesia tahun 1993
bervariasi antar daerah yang berkisar dari 2,8% - 33,2%. Bila rata – rata 5% penduduk
Indonesia adalah carier hepatitis B maka di perkirakan saat ini ada 10 juta orang. Para
pengidap ini akan semakin menyebar kemasyarakat luas. Negara dengan tingkat
HbsAG>8% dihimbau oleh WHO untuk menyertakan hepatitis B kedalam program
imunisasi nasional.
Target di tahun 2007 adalah Indonesia bebas dari hepatitis B sebesar 50% dari
ibu hamil pengidap hepatitis B akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya.
Data epidemiologi menyatakan sebagian kasus yang terjadi pada penderita hepatitis B
(10%) menjurus kepada kronis dan dari kasus yang kronis ini 20%nya menjadi
hepatoma, dan kemungkinan akan kronisitas akan lebih banyak terjadi pada anak –
anak balita karena respon imun pada mereka belum sepenuhnya berkembang
sempurna.
Menurut Prof.Dr.Umar Fahmi, hasil penyelidikan di Kabupaten Lebak provinsi
Banten ditemukan kasus AFP yang mengelompok (clustering). Data yang
dikumpulkan oleh Tim Pusat (Surveilans dan WHO) menyatakan ditemukan 31 kasus
AFP dari 6 kecamatan yaitu Cipanas 17, Sajira 7, Rangkas Bitung 4, Cimarga 4,
Sobang 1, dan Warungunung 1. hasil pemeriksaan dari laboratorium Litbangkes
Depkes Jakarta bahwa diketahui 2 kasus positif VPL.
Ada beberapa pencegahan yang dapat di lakukan di antaranya adalah
memberikan imunisasi polio pada semua anak sebanyak empat kali sebelum usia satu
tahun sebagai bagian imunisasi rutin untuk mencegah tujuh penyakit utama anak.
Lewat pekan imunisasi nasional semua anak di bawah usia lima tahun di beri dua
dosis vaksin polio dengan tenggang waktu satu bulan. Yang dilakukan saat ini untuk
mencegah penyakit polio adalah melindungi semua anak dan balita dengan
memastikan bahwa mereka memperoleh 2 tetes vaksin polio OPV pada pekan
imunisasi nasional pada imunisasi rutin lainnya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar tentang penyakit Campak
dan asuhan keperawatan tentang penyakit Campak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar tentang penyakit Campak.
b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
Campak,
c.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Untuk melatih dan menambah pengetahuan tentang npenyakit campak,dan
diharapkan agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan campak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
dalam pembuatan makalah ini khusunya mengenai konsep dasar dan asuhan
keperawatan tentang penyakit campak.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat di gunakan sebagai bahan tambahan perpustakaan dan
dapat digunakan sebagai perbandingan jika suatu saat akan dilakukan
laporan tentang hal yang sama,serta menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembacanya.

D. Metode Penulisan
1. Dengan pengumpulan data dan informasi
Data dan informasi yang mendukung penulisan ini di dapat dari sumber-sumber
yang relevan serta melalui internet.
2. Analisis data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurai sesuai dengan topik yang di uraikan.
3. Penarikan kesimpulan
Simpulan didapat setelah merujuk pada materi-materi yang telah di paparkan
dalam makalah ini. Melalui rumusan masalah,tujuan penulisan serta pembahasan
materi.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini meliputi:
1. Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi
2. BABI : PENDAHULUAN Yang Meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan ,
Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, Dan Sistematika Penulisan.
3. BAB II : PEMBAHASAN Yang Meliputi Definisi, Etiologi, Patosifiologi Dan
Pathway Meningitis, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang,
Penatalaksanaan, Pencegahan, Asuhan Keperawatan.
4. BAB III: PENUTUP Yang Meliputi Kesimpulan Dan Saran.
5. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular yang di tandai dengan
demam, batuk, konjungtivis (peradangan selaput ikat mata / konjungtiva) dan ruam kulit.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 – 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan
selama ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak di gunakan secara meluas. Wabah
campak terjadi setiap 2 – 3 tahun, terutama pada anak – anak usia prasekolah dan anak –
anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan
kebal terhadap penyakit ini.
Penyakit campak adalah penyakit menular saluran pernapasan akut yang
diakibatkan virus campak. Dalam kliniknya termanifestasi pada gejala demam, radang
saluran pernafasan atas, radang selaput mata, bintik selaput lendir campak dan bintul
kulit.

2. Etiologi
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena
itu campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya
hidup pada daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup
dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran
pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus campak dapat menularkan virus ini
kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal serumah dengan penderita.
Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga dibatukkan dan terbawa
oleh udara.
Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi campak, akan mudah
sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus. Penularan
virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat
ditularkan 4 hari sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali
timbul.
3. Patofisiologi
Patofisiologi campak atau measles atau rubeola diawali oleh penularan virus
campak secara airborne melalui droplet ke saluran pernapasan atau mukosa
konjungtiva kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Selain itu, di tempat
tertutup, droplet nuclei yang mengandung virus campak dapat menular ke orang lain
hingga 2 jam setelah penderita campak berada di tempat tersebut.
Fase infeksi campak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium inkubasi, prodromal,
exanthema, dan penyembuhan.
1) Fase Inkubasi
Periode inkubasi campak diawali dengan masuknya virus lewat saluran napas atau
konjungtiva. Lokasi infeksi utama campak adalah makrofag alveolus atau sel
dendritik. Sekitar 2 sampai 3 hari setelah virus bereplikasi di paru-paru, virus
kemudian tersebar ke jaringan limfonodi regional, lalu ke pembuluh darah. Keadaan
ini dikenal dengan viremia primer.Pada periode inkubasi ini, pasien seringkali
asimtomatik atau tanpa gejala, namun dapat pula ditemukan adanya demam, gejala
saluran napas seperti batuk, dan ruam.

2) Fase Prodromal

Durasi gejala prodromal adalah 2 sampai 3 hari. Pada fase prodromal, munculberbagai
gejala klinis khas infeksi campak, seperti demam, batuk, coryza, dan konjungtivitis.
Sel-sel imun yang telah terinfeksi, yaitu sel B, CD4+, sel T memori CD8+, dan
monosit, kemudian masuk ke sirkulasi dan menyebarkan virus ke organ-organ limfoid
maupun non-limfoid.Organ limfoid adalah lien, timus dan limfonodi, sedangkan
organ non-limfoid meliputi kulit, konjungtiva, ginjal, paru-paru, dan hepar. Pada
organ-organ limfoid dan non-limfoid ini, virus akan bereplikasi di sel endothelial,
epitel, limfosit, dan makrofag. Fase ini dikenal dengan viremia sekunder yang terjadi
sekitar 5 sampai 7 hari setelah paparan.Respon imun memegang peranan penting
dalam fase replikasi dan fase laten infeksi campak. Respon imun bawaan
atau innate untuk menginduksi produksi interferon (IFN) terhambat oleh virus
campak, sehingga virus dapat bereplikasi dan menyebar pada fase laten selama 10
sampai 14 hari.
3) Fase Exanthema
Fase exanthema ini terjadi setelah gejala prodromal muncul dan dikarakterisasi
dengan munculnya ruam makulopapular khas yang menyebar dari wajah dan badan
menuju ekstremitas. Munculnya rash merupakan manifestasi respon imun seluler
adaptif spesifik virus campak yang bersamaan dengan clearance virus.[8]
Ruam ini muncul dari muka atau belakang telinga, lalu menyebar secara sefalokaudal
ke leher, dada, abdomen, lalu ke ekstremitas. Pada saat awal muncul, ruam ini dapat
hilang bila ditekan.

Pada fase ini, demam, faringitis, dan konjungtivitis dapat tetap muncul. Selain itu,
gejala klinis lain yang dapat muncul pada fase ini adalah petechiae, limfadenopati dan
splenomegali.

Setelah 3 sampai 4 hari, ruam akan menjadi gelap kemudian akan kulit akan
mengelupas. Ruam akan hilang nantinya sesuai urutan dari bagian tubuh awal
munculnya ruam.

4) Fase Penyembuhan

Pada fase penyembuhan ini terjadi clearance RNA dan terbentuk imunitas terhadap
virus campak. Clearance RNA virus dari darah dan jaringan lebih lambat, yaitu
beberapa minggu hingga bulan setelah rash membaik. Imunitas yang terbentuk pada
infeksi campak biasanya bertahan sangat lama sampai seumur hidup dan hanya sedikit
orang yang mengalami reinfeksi.
4. Manifestasi Klinis

Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium,
yaitu:
a. Stadium Kataral (Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang
ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat
macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran
darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit
menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah
kontak dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.

b. Stadium Erupsi
Korizadan batuk-batuk bertambah. Timbulenantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya
suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema
timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada
kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari
ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat
pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher
belakang, Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan
muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah black measles" yaitu
campak yang disertai pertahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digests

c. Stadium Konvalensi
Erupsiberkurang meninggalkanbekasangberwana lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada amat Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patogumonik untuk campak.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kali
menghilang tanga hiperpigmentasi Suhu menurun sampai normal kecuali bila
ada komplikasi.
5. Komplikasi

Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak


atau segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius, tetapi
gastroenteritis berat juga terjadi. Laringotrakeobronkitis berat ( croup) bisa
menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga memerlukan trakeostomi, terutama
pada anak berusia dibawah 3 tahun. Bronkiolitis bisa menimbulkan sumbatan jalan
napas bagian bawah yang berat.
Pneumonia yang jarang tetapi selalu fatal, yaitu pneumonia interstisialis ( pneumonia
sel raksasa ) telah ditemukan pada anak dengan tanggap imun lemah, termasuk pada
anak yang menderita AIDS, yang menderita infeksi campak persisten progresif tanpa
eksantema yang khas dan disertai kegagalan yang unikuntuk membentuk antibody
campak yang spesifik. Gambaran radiografi yang menunjukkan gambaran interstisial
yang jelas keluar dari kedua daerah hilus. Virus campak dapat diambil berulang kali
dari sputum atau dari hapusan nasofaring diwarnai. Usaha untuk mengobati atau
mencegah komplikasi ini belum berhasil.

Kerato konjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat


memetap selama 4 bulan lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah.
Terjadi lesi kornea yang lebih berat pada pasien campak yang kurang gizi. Kelainan
elektrokardiografi yang sementara umum terjadi, tetapi jarang terjadi miokarditis yang
sebenarnya. Limfadenopati difus yang menyertai campak mengenai nodus
mesenterium dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang umum terjadi. Gejala
dan tanda penyakit identik dengan apendiksitis akut bisa mengakibatkan intervensi
operasi selama periode prodromal.
Komplikasi akibat bakteri terutama akibat invasi traktus
respiraturiusmenyebabkanbronkopneumonia.Infeksiinibisa disebabkan oleh
streptokokus ß-hemolitikus, pneukokokus, H.influensa tipe B, atau stafilokokus.
Peribronkitis dan pneumotitis interstisial terjadi pada hampir semua pasien campak
dan sembuh dengan cepat setelah timbulnya ruam dan turun demam. Puncak demam
kedua atau kegagalan turunnya puncak demam pertama setelah erupsi mencapai
puncak menandakan infeksi bakteri sekunder. Terlihatnya leukositosis perifer yang
bergeser kekiri memastikan hal itu. Radiografi dada dapat menunjukkan
bronkopenumonia atau gambaran pneumonia segmental atau lobar. Apusan atau
biakan sputum, aspirasi trakea, cairan pleura, darah, atau bahan sesuai lainnya, akan
membantu menemukan penyebab dan memilih obat antimikroba yang tepat.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey (sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
- Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
- Pemeriksaan untuk komplikasi Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah dan analisis gas
darah), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia (dilakukan
pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang
tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak
invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik
yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat
secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti
mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri
sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO
menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi
vitamin A supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan
keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada
epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A
sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini
diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari
berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4
minggu kemudian.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu sering
menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga
mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak
dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan perawatan
yang yang memadai (kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu
diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman
nyaman, risiko terjadinya komplikasi

- Kebutuhan Nutrisi
- Gangguan suhu tubuh
- Gangguan rasa aman nyaman
- Resiko terjadinya komplikasi

8. Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus
segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung
lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah maupun
memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi globulin
memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas memanjang dan
berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber
penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka.
Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh
iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini
sering deberikan untuk pencegahan atau pengobatan sejumlah gangguan ( misal
infeksi HIV, penyakit Kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis
varisela ) interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini
bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang
diberikan.

b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan
tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang dilemahkan
menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5 sampai 15% anak.

9. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Tanggal Wawancara:20-08-2015
Tanggal MRS:20-08-2015
No. RMK:130678
Nama: An. AS
Umur: 4 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Suku/Bangsa:Jawa/Indonesia
Agama:Islam
Pendidikan:-
Pekerjaan:-
Status Perkawinan:-
Alamat:Yogyakarta
Diagnosa Medik:Campak

b. Identitas Penanggung jawab


Nama Ayah:Tn. T
Umur:30 Tahun
Agama:Islam
Pendidikan:SMP
Pekerjaan:Buruh
Alamat Rumah:Yogyakarta

c. Keluhan Utama
Gatal dan timbul binti-bintik merah (rash) pada bagian hampir seluruh tubuh.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan merasa gatal pada
bagian bintik yang timbul di kulitnya
2) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
ini.
3) Riwayat Kesehatan Lalu
a) Prenatal care
Ibu klien tidak pernah di rawat di RS selama trimester pertama sampai
ke tiga.ibu klien mulai merasa sakit saat klien akan lahir.
Pola makan ibu: 3-4 x/hari
Kenaikan berat badan : 6-7 kg
Imunisasi : 2x,jenis TT(4 bln dan 8 bln)
Golongan darah ibu B.,gol darah ayah O
b) Natal
Klien di lahirkan di RS lahir dengan cara normal,tdk ada kesulitan
dalam persalinan dan ditolong oleh bidan,tidak ada komplikasi.
c) Post natal
BB saat lahir : 3000 g
PB saat lahir : 48 cm
Apgar skor:10

Imunisasi : BCG(sejak lahir),DPT (2 bulan,3 bin dan 4 bln), POLIO (2


bln,3 bln,4 bln,5bln), CAMPAK (2 bln, 3 bln,4 bln), HEPATITIS
(sejak lahir, 2 bln, 3 bln).

4) Riwayat Tumbuh Kembang


a) Pertumbuhan Fisik
- Barat badan saat lahir 3000 g dan panjang badan 48 cm
- Tinggi badan 100 cm
- Waktu tumbuh gigi pada usia 7 Bulan

b) Perkembangan tiap tahap


- Berguling: 5 bulan
- Duduk :9 bulan
- Merangkak:9 bulan
- Berdiri:11 bulan
- Berjalan:13 bulan
- Bicara pertama kali:12 bulan
- Berpakaian tanpa bantuan:3,5 tahun

5) Riwayat Nutrisi
a) Pemberian ASI
Pertama kali disusui saat lahir 2 jam setelah melahirkan, waktu
dan cara pemberian tidaak tentu, langsung jumlah pemberian
tergantung dengan kebutuhan bayi ASI diberikan sampai usia 2
tahun
b) Pemberian susu formula
- Alasan pemberian: ASI masih kurang
- Jumlah pemberian: Tidak Menentu
- Cara memberikan: Dengan memakai Dot
c) Pemberian makanan tambahan
- Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
-Jenis: Bubur TIM
d) Pola perubahan nutrisi tahapan usia sampai nu tris saat ini
Usia Jenis Nutrisi
0-5 bulan ASI
5-12 bulan ASI+Bubur TIM
> 1 tahun Nasi
6) Riwayat Psikososial
Klien hidup dalam lingkungan pedesaan, tinggal bersama dengan orang tua
dalam satu rumah. Jauh dari sekolah, hubungan kedua orang tua klien baik,
pola bermain berkelompok bersama-sama dengan teman-teman klien
merasa senang saat bermain, atau membantu orang tua dikebun.

7) Riwayat Spiritual
Klien senang beribadah ke TPA setiap sore menjelang magrib

8) Reaksi Hospitalisasi
a) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Orang tua membawa anaknya ke RS karena anaknya butuh pertolongan
segera, dan dokter menceritakan keadaan klien saat ini sehingga
membuat orang tua khawatir dengan kondisi anak saat ini.
b) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap Saat pengkajian klien
hanya diam (acuh tak acuh).

e. Pola Fungsional Kesehatan


1) Nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit: nafsu makan klien baik, makan 3 x sehari, dengan
komposisi nasi, sayur lauk pauk. Minum air putih, susu dan teh
Saat sakit: klien tidak nafsu makan hanya menghabiskan 4 sendok
makan bubur yang disediakan, minum susu, air putih
2) Eliminasi
Sebelum sakit : normal
Saat sakit: normal
3) Istirahat tidur
Sebelum sakit : Siang 1-2 jam/hari dan malam 7-9 jam
Saat sakit: Siang 1 jam/hari dan malam 5-8 jam
4) Aktifitas
Sebelum sakit: Bermain bersama teman, sekolah,belajar.
Saat sakit: terbaring di tempat tidur, nonton TV
5) Personal hygiene
Sebelum sakit : Mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, gunting rambut 1x/hari
Saat sakit : Klien hanya dibersihkan dengan lap sejak masuk pengkajian RS
sampai saat pengkajian

f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: lemah
2) Kesadaran : composmentis
3) TTV: N: 80x/m, R: 18x/m, T: 39°C
4) BB: 15 Kg
5) Integumentum
Terdapat banyak bintik merah pada kulit, pada bintik merah permukaan
kulit kasar
6) Kepala
Bentuk simetris tidak ada benjolan
7) Mata
Terdapat konjungtivitis (+/+)
8) Hidung
Secret +/+, influenza +, Tidak ada benjolan pada hidung
9) Mulut
Mukosa bibir kering, mulut terasa pahit
10) Dada
Dada terlihat rata dan simetris, gerakan diafragma normal, tulang iga
depan bagian bawah terangkat pada waktu inspirasi, percusi dada
berbunyi sonor, auskultasi terdengar suara wheezing.
11) Abdomen
Gerakan pernapasan yang normal, bentuk simetris, limfa dan hati tidak
teraba, terdapat bunyi Tympani dan auskultasi usus 4x/menit bising
usus
12) Ektremitas atas dan bawah
Tidak ada edema dan kelainan lainnya, akral hangat
13) Data penunjang
- Ibu klien mengatakan anaknya deman
- Klien mengatakan merasa tidak nyaman karna gatel
2. Analisa Data
No Symthom Etioologi Problem
1 DS:ibu klien mengatakan anaknya Proses Inflamasi Hypertemi
demam
DO:
- T:390C
- Mucosa bibir kering
2 DS: klien mengeluh gatal Adanya Rash Gangguan
DO: integritas kulit
- Terdapat banyak bintik
merah pada
kulit,pada bintik merah
permukaan
kulit kasar
- Akral teraba hangat

3 DS: klien mengatakan tidak nafsu Anoreksia Ketidakseimbangan


makan
nutrisi kurang dari
DO:
- porsi makan tidak dihabiskan kebutuhan tubuh
- lidah kotor mucosa kering
- BB : 15 Kg

3. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Keperawatan


a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan :
DS: ibu klien mengatakan anaknya demam
DO: T: 39°C, mucosa bibir kering

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash (bintik merah)


ditandai dengan : DS: Klien mengeluh gatal
DO:
- Terdapat banyak bintik-bintik merah pada kulit
- Bintik merah teraba kasar
- Akral teraba hangat
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan tidak nafsu makan
DO:
- porsi makan tidak dihabiskan
- lidah kotor mucosa kering
- BB: 15 Kg

4. Intervensi Keperawatan

No Tgl Dx Tujuan Intervensi Rasional


1 I Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV,tugor kulit 1. Mencegah terjadinya
keperawatan selama 3x24 jam dan membran mucosa hiperpireksia
jam pasienmenunjukkan suhu 2. Monitor intke dan output 2. Kerkaitan dengan
tubuh dalam batas normal cairan kenaikan suhu tubuh
dengan kriteria hasil: 3. Beri kompres dingin 3. Memindahkan panas
Indikator: disekitar axilla atau bagian tubuh kekompres yang
1. Suhu 36-37C kepala. lebih dingin
2. Nadi dan RR dalam 4. Beri pakaian yang tipis 4. Keringat tidak lengket
rentang normal dan meyerap keringat pada kulit tetapi dapat
3. Tidak ada perubahan warna 5. Berikan cairan parentel diserap oleh kain
kulit dan tidak ada pusing, 6. Kolaborasi pemberian 5. Menjaga
merasa nyaman obat antipiretik keseimbangan cairan
tubuh
6. Menurunkan panas
tubuh yang tinggi
5. Implementasi

No Tgl Dx Implementasi Respon Ttd


1 I 1. Memonitor TTV,tugor kulit dan membran - Suhu tubuh menurun menjadi
mucosa 37oC,turgor kulit
2. Memonitor intake dan output cairan lembab,membran mucosa baik.
3. Memberikan kompres dingin disekitar - Nadi : 80x/m
axilla atau bagian kepala - Terbaring di TT
4. Memberi pakaian yang tipis dan menyerap - Ibu mengatakan anaknya
keringat sudah tidak demam
5. Memberikan cairan parenteral
6. Berkolaborasi pemberian obat antipiretik
(paracetamol)

6. Evaluasi

No Tgl Dx. Kep Perkembangan


1 1 S: Ibu anaknya sudah tidak demam
O: Suhu : 37oC
A: Tujuan tercapai
P: Pertahankan Intervensi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu penyakit yang sering menyerang anak – anak adalah campak.
Campak merupakan penyakit yang mudah menular. Campak di sebabkan pelh
virus yang di sebut paramyxovirus. Virus ini memasuki tubuh melalui saluran
pernafasan bagian atas. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan penderita atau melalui udara. Virus campak mudah menyerang
anak dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun. Daya tahan tubuh anak yang
lemah dan kondisi tubuh kekurangan gizi menyebabkan anak – anak mudah
terserang campak. Inkubasi virus penyebab campak kedalam tubuh terjadi dalam
waktu 10 – 14 hari. Gejala – gejala penyakit ini akan tampak setelah inkubasi
virus tersebut.
Gejala – gejala campak antara lain :
- Demam dan menggigil, hidung dan mata berair
- Batuk – batuk
- Perasaan lemah dan lelah
- Sensitif terhadap cahaya
- Nafsu makan turun
- Konjungtivitis (mata membengkak)
- Suara parau
- Setelah tiga hari, ruam – ruam besar berwarna kelihatan di kulit muka,
leher dan juga pada selaput lendir mulut. Ruam ini menyebabkan rasa gatal
kulit.
- Dalam keadaan parah, suhu badan naik sampai 40% celcius atau lebih
sehingga penderita merasa sakit.

Campak sangat mudah tertular sewaktu periode prodormal. Pada akhir dari
fase prodormla terdapat bintik yang di sebut dengan bintik koplik. Bintik
kecil, biru kecokelatan yang di lingkari warna merah. Kelihatan di dalam
mulut pada pipi yang berlawanan dengan geraham dan kadang – kadang
terjadi perdarahan. Sesudah 3 hari erbentuk bintik koplik, temperatur
badan mulai meningkat, bintik mulai menghilang dan timbul ruam yang
gatal. Ruam ini mulai dari kecil, rata pada bagian belakang telinga, leher
dan pipi. Dari ukuran kecil ruam akan membesar berwarna merah dan
menimbulkan rasa gatal di kulit. Kondisi tersebut membuat tubuh menjadi
tidak nyaman.
Untuk mencegah penyakit campak sebaiknya pada usia tertentu, anak
diberikan vaksinasi anticampak. Vaksinasi anti campak biasanya di
berikan pada waktu bayi berumur 9 bulan dan cukup satu kali saja.
Selain melakukan vaksinasi anticampak, untuk mencegah terjadinya
penyakit campak sebaiknya adalah hidup sehat, menjaga kebersihan
lingkungan, pakaian dan badan. Linkungan buruk dengan sanitasi rendah
merupakan sumber penyakit dan mempermudah penularannnya.
Penyakit campak menyerang tubuh dengan kondisi kurang gizi.
Kekurangan gizi menyebabkan metabolisme tubuh terganggu pertumbuhan
dan perkembangan terhambat, sistem imunitas tubuh pun merupakan
sistem penangkal kuman penyakit yang memasuki tubuh juga
menyebabkan tubuh tidak dapat merespons untuk membentuk antibody
yang akan menangkis serangan kuman penyakit. Oleh karena itu kita perlu
menjaga mutu makanan yang kita konsumsi.

B. Saran
Diharapkan kepada instansi terkait untuk dapat mencegah peningkatan
prevalensi penyakit campak
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H dan Abdul M. 2008. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan 5. Surabaya:
Airlangga University Press
Doenges, E. Marylinn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan Pendokemntasian Perawatan
Pasien. Edisi 3 Cetakan I.
Hasan, R. 2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Kusnanto, 2004. Pengantar dan Praktek Keperawatan Profesional. EGC: Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar-Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Matondang, Corry S, 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta.
Nursalam S, Rekawati U, dan Sri. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Pongantung, Heny dkk. 2004. Buku Paket Keperawatan Kesehatan Anak;. Sulawesi selatan :
Bakti Husada
Rampengan, T.H, 1997. Penyakit infeksi tropic pada anak, Jakarta: EGC.
https://www.academia.edu/14486099/Makalah_Campak
https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/campak/patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai