Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN.

”T”
TERHADAP BY. ”R” UMUR 9 BULAN DENGAN IMUNISASI
CAMPAK DI DUSUN PAGOTAN DS. KEPLAKSARI
KEC. PETERONGAN KAB. JOMBANG

Disusun Oleh :
EKA SARI AGUSTIN
NIM : 2010 01 1229

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2013
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn. ”T” Terhadap By. ”R”
Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak Di Dusun Pagotan Ds. Keplaksari Kec.
Peterongan Kab. Jombang.

Dibuat sebagai Laporan Praktek Klinik Kebidanan oleh :


Nama : EKA SARI AGUSTIN
NIM : 2010.01.1229

Telah disahkan dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ardiyanti Hidayah, SST.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Praktek kebidanan Komunitas di Dusun Pagotan
Peterongan Jombang dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan Laporan
Praktek Kebidanan Komunitas ditujukan untuk memenuhi tugas Mahasiswa
Semester VI Program Studi D-III Kebidanan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. M. Arif, selaku Kepala Puskesmas Peterongan Jombang.
2. Kepala Desa Keplak Sari Peterongan Jombang.
3. Dra. Soelijah Hadi, M.Kes. M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
4. Devi Rovada, Amd.Keb, selaku Pembimbing PKL di Dusun Pagotan Desa
Keplaksari Peterongan Jombang.
5. Siti Mudrikatin, SST. S.Pd. MM, selaku Dosen Pembimbing PKL di Dusun
Pagotan Keplaksari Peterongan Jombang.
6. Masyarak Dusun Pagotan Peterongan Jombang yang lebih membantu
kelancaran jalannya PKL.
7. Semua staf dan Mahasiswa STIKES Husada Jombang.
Penulis menyadari bahwa Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta dapat
dijadikan acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.

Jombang, Februari 2013


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada sidang CDC PAHO dan WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa
penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamu (host)
reservois yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%. Tahapan
pemberantasan campak ada 3 tahap yaitu tahap reduksi, eliminasi, eradikasi
yang mempunyai strategi berbeda-beda. Eradikasi campak diperkirakan dapat
dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982,
kemudian pada tahun 1991 telah mencapai imunisasi dasar lengkap atau
Universal Childs Imunization (UCI) secara nasional. Sebagai dampak program
imunisasi tersebut terjadi kecenderungan penurunan insident campak pada
semua gol umur mortalitas (kematian) kasus campak yang dirawat inap rumah
sakit pada tahun 2000 dengan CFR sebesar 1,9% dan mengalami penurunan
sebesar 0,6% pada tahun 2004
1. Tujuan Reduksi Campak
Penurunan angka kematian campak sebesar 90% pada tahun 2009
dibandingkan dengan tahun 2000.
2. Tahapan Pemberantasan Campak
a. Tahap reduksi
Pengertian reduksi campak adalah menurunkan angka kematian
sebesar 90% pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2000 dengan
strategi yang dilakukan sebagai berikut :
1) Meningkatkan cakupan imunisasi rutin minimal 90% di desa
dengan indikator cakupan campak, DPT 3, polio 4.
2) Tata laksana kasus dengan penderitaan vitamin A dan pengobatan
adekuat terhadap komplikasi.
3) Rujukan kasus sesuai indikasi.
b. Tahap eliminasi
Tahun 2010 diharapkan masuk ke dalam tahap eliminasi campak
dengan tujuan untuk memutus tranmisi virus campak dengan strategi
yang dilakukan sebagai berikut :
1) Pemberian imunisasi campak dosis kedua padaanak kelas I SD
dengan cakupan minimal 95%.
2) Melaksanakan surveilans berbasis kasus individu dengan
melakukan konfirmasi laboratorium.
c. Tahap eradikasi
Pada tahap ini sudah tidak ditemukan lagi virus campak karena
cakupan imunisasi sudah sangat tinggi.
Gejala dari penderita campak adalah terdapatnya bercak merah,
demam, batuk dan pilek. Apabila tidak segera diobati akan menyebabkan
komplikasi yaitu akan terjadi radang otak, radang paru, radang kandung
kencing dan menurunnya keadaan gizi anak.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili atau
campak akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai usia
4 – 6 bulan dan setelah usia tersebut kekebalan akan berkurang sehingga si
bayi dapat menderita morbili, sebagai upaya penanggulangan dianjurkan pada
para ibu untuk memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan karena pada
saat usia ini bayi tidak menghasilkan antibody.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke
dalam proses asuhan kebidanan komunitas serta mendapatkan
pengalaman masalah pada By. “R” umur 9 bulan dengan imunisasi
campak.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. “R” umur 9
bulan dengan imunisasi campak, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data.
2. Mengidentifikasi diagnosa masalah.
3. Mengidentifikasi masalah potensial .
4. Mengidentifikasikan kebutuhan segera.
5. Merumuskan suatu tindakan yang komprehensif.
6. Melaksanakan tindakan sesuai rencana.
7. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Lahan Praktek
Sebagai perbandingan dalam asuhan kebidanan tentang
imunisasi campak.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan
kebidanan dan perbandingan pada penanganan kasus nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
1.3.3 Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang
telah didapatkan dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
1.3.4 Bagi Klien
Agar mereka mengetahui masalah apa saja yang berkaitan
dengan jenis, cara kerja, efektifitas dan keuntungan dari imunisasi
campak, sehingga mudah bekerja sama dengan mengatasi setiap
permasalahan yang mungkin terjadi.

1.4 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data


1.4.1 Metode Penulisan
Asuhan kebidanan ini disusun setelah penulis melakukan
penulisan secara deskriptif dalam bentuk studi kasus yang berdasarkan
keadaan dan dalam situasi yang nyata dan pada pemecahan masalah.
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Studi kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan buku-buku yang terkait dengan
imunisasi campak.
2. Wawancara dan observasi
Yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan cara tanya
jawab langsung tentang masalah yang dihadapi dan juga dengan
melakukan observasi terhadap klien.
3. Pemeriksaan fisik
Yaitu data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
4. Studi dokumentasi
Yaitu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang sudah
ada dalam status klien, catatan medis dan penunjang lainnya.

1.5 Sistematika Penulisan


Secara garis besar penulisan lapangan askeb ini sebagai berikut :
BAB I : Terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat penulisan, teknik
pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka
BAB III : Tinjauan kasus, yang meliputi pengkajian data, interpretasi data
dasar, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Komunitas


2.1.1 Pengertian
Adalah seorang Bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu (Rd. J.H. Syahlan, SKM.).
Adalah para praktisi bidan yang berbasis komunitas harus dapat
memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita selama masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir secara komprehensif
(United Kingdom Central for Nursing, Midwiferi and Health).
Adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan
yang telah diakui pemerintah setempat yang telah menyelesaikan
pendidikan dan lulus serta terdaftar/ mendapat izin melakukan praktek
kebidanan yang melayani keluarga atau masyarakat di wilayah
tertentu. (WHO)
2.1.2 Sasaran Kebidanan Komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah komuniti di
dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga
atau kelompok dalam suatu masyarakat.
Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan
anak dalam keluarga.
Ibu : Calon ibu/ masa pra nikah, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu meneteki, ibu masa interval, menopouse.
Anak : Bayi, balita, masa sekolah.
KB : Nuclear family (suami, istri, anak), extended family
(keluarga besar, kakek, nenek, dan lain-lain).
Masyarakat : Masyarakat desa, kelurahan dalam watas wewenang
kerja.
2.1.3 Kegiatan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Dilakukan Oleh
Bidan
Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas yang dilakukan oleh
bidan meliputi :
1. Penyuluhan kesehatan
2. Pemeliharahaan KIA
3. Konsep Keluarga Berencana
4. Imunisasi gizi Keluarga Berencana
5. Memberikan pelayanan kesehatan ibu di rumah
6. Membina dan membimbing kader dan dukun bayi.
2.1.4 Struktur Keluarga
Struktur keluarga dan bermacam-macam diantaranya adalah :
1. Patrilineal : Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
2. Matrilineal: Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
3. Matrilokal : Adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal : Adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawin : Adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami/ istri.
Ciri-ciri keluarga Anderson Carter :
1. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antar anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki keterbatasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan tungsi dan tugasnya.
3. Ada perbedaan dan keikhlasan
Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya masing-
masing.
2.1.5 Tipe atau Bentuk Keluarga
1. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
2. Keluarga besar (extended family)
Adalah keluarga inti ditambahi sanak saudara, misal : kakek,
nenek, dan lain-lain.
3. Keluarga santai (serial family)
Keluarga yang teridi dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga duda/ janda (single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinan-nya berpoligami dan hidup
secara bersama.
6. Keluarga habitas (cahabitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
satu keluarga.
Tipe keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga
besar (Extended Family), karena masyarakat Indonesia yang terdiri
dari berbagai suku, hidup dalam satu komunitas dengan adat istiadat
yang masih sangat kuat.
2.1.6 Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpresonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dna situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga disadari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga. Sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat di lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
untuk mengurus rumah tangga, sebagai salah satu kelompok dan
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungannya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung serta berperan mencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Peranan Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat
perkembangan, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.1.7 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga
6. Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
7. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa nyaman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga.
8. Fungsi sosial
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nolan-nilai budaya keluarga.
9. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menambang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimana yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya
10. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

2.2 Konsep Dasar Komunitas (Masyarakat)


2.2.1 Pengertian
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul
atau dengan istilah lain berinteraksi, kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adaptasi tertentu yang bersifat
kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
(Koetjaraningrat, 1990)
Masyarakat atau komunitas adalah menunjukkan pada sebagian
masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti
geografi) dengan batasan-batasan tertentu dimana yang lebih besar dari
anggota-anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas
wilayahnya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
(Soerdjono Soekamto, 1992)
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami
teritorial tertentu dan adanya sifat-sifat saling tergantung adanya
pembagian kerja dan kebudayaan bersama. (Machiaver, 1957)
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah lama
hidup dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan
berpikiran tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas tertentu. (Lintoh, 1936).
2.2.2 Ciri-Ciri Masyarakat
Dengan berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Interaksi antara sesama anggota masyarakat
Dalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan
hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar perseorangan,
antar perseorangan dengan kelompok. Untuk menjadi interaksi
harus memiliki 2 syarat, yaitu kontak sosial dan komunitas.
2. Menempati wilayah-wilayah dengan batas tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu
menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal
komunitasnya baik dalam ruang lingkup yang terkecil RT/RW,
dusun, desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan
bahkan negara.
3. Saling tergantung satu dengan yang lain
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling
tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan
manusia. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai ketrampilan
sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing mereka
hidup saling melengkapi, saling memenuhi agar tetap berhasil
dalam kehidupannya.
4. Memiliki adat istiadat tertentu atau kebudayaan
Adat istiadat dan kebudayaan dicipta untuk mengatur tatanan
kehidupan bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat luas
di antara tata cara berinteraksi, kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata
pencaharian, sistem kekerabatan.
5. Memiliki identitas masalah
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali
oleh anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang
kehidup dalam bermasyarakat yang lebih kuat. Identitas kelompok
dapat berupa lambang-lambang bahasa, pakaian, simbol-simbol
tertentu dari perumahan benda-benda tertentu seperti alat pertanian,
mata uang, senjata tajam, kepercayaan dan lain sebagainya.
2.2.3 Tipe-tipe masyarakat
Menurut Gilin lembaga masyarakat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Dilihat dari sudut perkembangannya
a. Cresive Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja diberntuk untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya masyarakat. Misalnya
masyarakat yang menyangkut : lembaga utang piutang yang
secara tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat
misalnya, yang menyangkut hak milik, perkawinan, agama, dll.
b. Enacted Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk
memeuhi tujuan tertentu misalnya yang menyangkut : lembaga
utang piutang, lembaga perdagangan, pertanian, pendidikan
yang ke semua berakar kepada kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat.
Pengalaman dalam melaksanakan kebiasaan disistemativasi
yang kemudian dituangkan ke dalam lembaga.
2. Dilihat dari sudut sistem nilai yang disertai oleh masyarakat
a. Basic institution
Adalah lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,
diantaranya keluarga, sekolah yang dianggap sebagai institusi
dasar yang pokok.
b. Subsidiary Institution
Lembaga kemasyarakatan yang muncul tetapi dianggap kurang
penting karena untuk memenuhi kegiatan tertentu saja misalnya
pembentukan panitia, rekreasi, pelantikan dan wisuda bersama.
3. Dilihat dari sudut penerimaan masyarakat
a. Approved atau social sanctioned institution
Adalah lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti sekolah,
perusahaan, koperasi, dsb.
b. Unsanctioned institution
Adalah lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat
walaupun kadang masyarakat tidak dapat memberantasnya
misalnya kelompok penjahat, pemeras, gelandangan dan
pengemis.
4. Dilihat dari sudut penyebarannya
a. Restrited institution
Adalah lembaga masyarakat berdasarkan atas faktor
penyebaranya misalnya Budha banyak dianut oleh Muangthai,
Vietnam, Kristen, Katolik banyak dianut oleh masyarakat
Italia, Prancis, Roma, Inslam banyak agama karena dikenal
hampir semua masyarakat dunia.
b. Generation institution
adalah lembaga masyarakat berdasarkan atas faktor
penyebarannya misalnya agama karena dikenal hampir semua
masyarakat dunia.
5. Dilihat dari sudut fungsi
a. Operatif institution
Adalah lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau
tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan seperti lembaga industri.
b. Regulatif institution
Adalah lembaga yang tidak menjadi bagian mutlak dari pada
lembaga itu sendiri, misalnya lembaga hukum di antara
kejaksaan, pengadilan dan lain sebagainya.
2.2.4 Ciri-ciri masyarakat desa
Diliahat dari struktur dan kebudayaan masyarakat Indonesia
dibagi 3 kategori
1. Masyarakat desa
Ciri-ciri :
a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat luas.
b. Hubungan disasarkan atas adat istiadat yang kuat sebagai
organisasi sosial.
c. Percaya kepada kekuatan ghaib.
d. Tingkat buta huruf relatif tinggi.
e. Perilaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan
dipahami oleh setiap orang.
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus di bidang teknologi dan
ketrampilan diwariskan oleh orang tua langsung kepada
keturunannya.
g. Sistem ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual di pasaran untuk
memenuhi kebutuhan dan uang berperan sangat terbatas.
h. Semangat gotong royong dalam bidang sosial dan ekonomi
sangat kuat.
2. Masyarakat madya
Ciri-ciri :
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan
kemasyarakatan mulai mengendor.
b. Adat istiadat masih tetap dihormati dan disikapi masyarakat
mulai terbuka dari pengaruh luar.
c. Timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan
terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan
timbul apabila telah kehabisan akal.
d. Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama
pendidikan dasar dan menengah.
e. Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.
f. Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi
pasaran sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur
masyarakat karena uang semakin meningkat penggunanya.
h. Gotong royong tradisional tunggal untuk keperluan sosial di
kalangan keluarga dan tetangga dan kegiatan umum lainnya
didasarkan upah.
3. Ciri-ciri masyarakat modern
a. Hubungan antar manusia dihubungkan akan kepentingan-
kepentingan pribadi.
b. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam
suasana saling pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai saran untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian
yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga
ketrampilan dan kejuruan.
2.2.5 Ciri-Ciri Masyarakat Sehat
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan untuk ibu dan anak.
3. Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan meningkatkan mutu
lingkungan hidup,
4. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status sosial ekonomi masyarakat.
5. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.
2.2.6 Indikator Ciri Masyarakat Sehat
Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah :
1. Menurut yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat
meliputi :
a. Indikator komprehensif
1) Angka kematian kasar menurun.
2) Rasio angka mortalitas prosional rendah.
3) Umur harapan hidup rendah.
b. Indikator pelayanan kesehatan
1) Angka kematian anak dan ibu menurun.
2) Angka kematian karena penyakit menular menurun.
3) Angka kelahiran menurun.
2. Indikator pelayanan kesehatan
a. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang.
b. Distribusi Nakes merata.
c. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di RS, fasilitas
kesehatan lain, dsb.
d. Informasi tentang jumlah saran Yankes diantaranya : RS,
Puskesmas, Rumah bersalin.
2.2.7 Masalah-Masalah Kesehatan dan Masyarakat Indonesia
1. Jenis masalah
a. Tingginya angka pertumbuhan penduduk (1,98%)
b. Tingginya angka kematian ibu dan anak
1) AKI (420 per 100.000 penduduk)
2) AKB (52 per 10.000 penduduk)
3) Angka kematian balita (84 per 1.000 penduduk)
c. Tingginya angka kesakitan karena penyakit menular
diantaranya adalah :
1) Penyakit infeksi usus
2) TBC
3) Demam berdarah
4) ISPA
5) Infeksi saluran nafas bawah
d. Meningkatnya angka kesakitan banyak tidak menular
diantaranya adalah :
1) Penyakit jantung
2) Neoplasma
3) Penyakit karena cidera
4) Penyakit gangguan mental
e. Masalah kesehatan lingkungan
1) Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum
memadai.
2) Baru sebagian kecil penduduk yang menikmati air bersih
dan fasilitas.
3) Kesehatan lingkungan.
4) Pembinaan program peningkatan lingkungan belum
berjalan sesuai yang diharapkan.
2. Penyebab masalah
a. Faktor sosial ekonomi.
b. Gaya hidup dan perilaku sehat.
c. Lingkungan masyarakat yang berkaitan dengan sistem Yankes.
2.3 Landasan Teori Imunisasi
2.3.1 Definisi Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.
Diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu supaya kebal atau resisten tetapi belum tentu kebal terhadap
penyakit lain. (Notoatmodjo, 2003; 37)
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunisasi secara
artifical dengan memberikan bahan antigenetik seperti agent
imunologi. (Behrman, 2000; 12 – 48)
2.3.2 Jenis Kekebalan Yang Bekerja Dalam Tubuh
1. Kekebalan aktif
Adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap penyakit tertentu dimana proses penolakannya lambat
tetapi dapat bertahan lama.
a. Kekebalan aktif alamiah
Tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami
sembuh dari suatu penyakit. Misalnya anak yang menderita
campak setelah sembuh maka tidak akan terserang campak lagi.
b. Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin
(imunisasi).
2. Kekebalan pasif
Yaitu kekebalan dimana tubuh anak tidak membuat zat anti body
sendiri tetapi diperoleh dari luar, setelah memperoleh zat penolak
sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama.
a. Kekebalan pasif alamiah
Yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir (berkisar 5
tahun), misalnya : difteri, morbili, tetanus.
b. Kekebalan pasif buatan
Yaitu kekebalan yang diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolak, misalnya : pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).
2.3.3 Bahan-Bahan Untuk Membuat Vaksin
Vaksin dibuat di laboratorium berasal dari bibit penyakit
tertentu yang dapat menimbulkan penyakit, tetapi kemudian bibit ini
dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
1. Ada yang dibuat dari bibit penyakit yang sudah dimatikan.
Contoh : Bakteri pertusis dalam vaksin DPT.
2. Ada yang dibuat dari bibit penyakit hidup yang sudah dilemahkan.
Contoh :
a. Virus campak dari vaksin campak
b. Virus polio dari vaksin polio
c. Vacilus calmate guerin dari vaksin BCG
3. Ada yang dibuat dari toxin (racun) yang dihasilkan oleh bakteri
kemudian dirubah menjadi toxoid sehingga tidak berbahaya bagi
manusia.
Contoh :
a. Tetanus toxoid dalam vaksin TT
b. Difteri toxoid dalam vaksin DPT dan DT
4. Ada yang dibuat dari bagian bibit penyakit.
Contoh :
Lapisan paling luar (mantel) virus hepatitis B dalam pembuatan
vaksin hepatitis B.
2.3.4 Sifat Vaksin
Vaksin yang sensitif terhadap beku (freezer sensitive = FS)
yaitugolongan vaksin yang akan rusak bila terpapar atau terkena
dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. Jenis vaksin yang sensitif
beku tersebut adalah hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT dan TT.
Vaksin yang sensitif terhadap panas (hot sensitif = HS) yaitu
golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar atau terkena dengan
suhu panas yang berlebihan. Jenis vaksin yang sensitif terhadap panas
adalah polio, BCG dan campak.
2.3.5 Kerusakan Vaksin
1. Kerusakan terhadap suhu
Keterpaparan suhu yang tidak dapat pada kedua golongan vaksin
yang menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang. Masing-
masing vaksin berbeda sesuai dengan kepekaannya terhadap suhu
yang tidak tepat. Hal ini dapat dilihat dari keterangan seperti pada
tabel di bawah ini :
a. Vaksin sensitif beku
Dapat Bertahan
Vaksin Pada Suhu
Selama
Hepatitis B 0,5oC Max ½ jam
DPT – HB
DPT 5 – 10oC Max 1,5 – 2 jam
DPT, DPT – HB, Beberapa oC di atas suhu 14 hari
DT udara luar (ambient
temperatur < 34oC)
Hepatitis B dan TT Beberapa oC di atas suhu 30 hari
udara luar (ambient
temperatur < 34oC)

b. Vaksin sensitif panas


Dapat Bertahan
Vaksin Pada Suhu
Selama
Polio Beberapa C di atas suhu
o
2 hari
udara luar (ambient
temperatur < 34oC)
Campak dan BCG Beberapa oC di atas suhu 7 hari
udara luar (ambient
temperatur < 34oC)

2. Karusakan vaksin terhadap sinar matahari/sinar UV


Semua vaksin akan rusak bila terpapar atau terkena sinar matahari
langsung serta sinar ultraviolet (misal : lampu neon, lampu
hollogen).
2.3.6 Penanganan Vaksin Rusak
Vaksin yang disebut rusak adalah sebagai berikut :
1. Vaksin yang sudah menunjukkan indikator VVM pada tingkat C
dan D berarti sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
2. Vaksin yang sudah lewat tanggal kadaluarsa.
3. Vaksin yang beku.
4. Vaksin yang pecah.
Vaksin yang rusak dikeluarkan di lemari es. Bila hanya sedikit
dapat dimusnahkan oleh Puskesmas, dengan membakar atau
mengubur. Bila vaksin yang rusak banyak, maka dikumpulkan di suatu
tempat yang aman atau dapat dikumpulkan ke Kabupaten atau Kota
kemudian dibuat berita acara pemusnahan.
2.3.7 Penanganan Vaksin Sisa
Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di Posyandu
tidak boleh dipergunakan lagi. Sedangkan pelayanan imunisasi status
(dari Puskesmas, Poliklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa.
2. Tahap disimpan dalam suhu ± 2 – 8oC.
3. Kemasan vaksin tidak pernah terendam atau tercampur dengan air.
4. VVM tidak menunjukkan indikasi paparan panas yang merusak
vaksin.
5. Pada label agar ditulis tanggal pada sat vial pertama kali dipakai
atua dibuka.
6. Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan
kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka.
7. Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial
dibuka.
8. Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya
boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan, sedangkan
BCG hanya 3 jam.
2.3.8 Tujuan Pemberian Vaksin
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.
2. Apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat dicegah
gejala yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.
2.3.9 Persyaratan Pemberian Vaksin
1. Pada bayi dan anak sakit.
2. Tidak pada bayi yang sedang sakit
a. Sakit keras
b. Dalam masa tunas suatu penyakit
3. Vaksin harus dalam keadaan baik dan disimpan di lemari es dalam
bulan yang tidak lewat masa berlaku.
4. Vaksin diberikan dengan teknik pemberian imunisasi yang tepat.
a. Mengetahui jadwal vaksin dengan melihat umur dan jenis
imunisasi yang telah diterima.
b. Memeriksa ulang jenis vaksin yang akan diberikan.
c. Memperhatikan dosis vaksin yang diberikan.
2.3.10 Proses Terjadinya Reaksi Pada Tubuh
1. Reaksi lokal
Biasanya terlihat pada tempat penyuntikan misalnya terjadi
pembengkakan yang kadang disertai demam dengan agak sakit.
2. Reaksi umum
Dapat terjadi kejang-kejang, syok dan lain-lain.
2.3.11 7 Macam Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
1. Difteri
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri cerynebacterium
diphterloe, penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan
pernafasan.
2. Pertusis
Disebutkan juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri bordetella
pertusis.
3. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh (lostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin). Penyakit ini tidak menyebar dari orang
ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang
dalam.
4. Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh mycrobacterium
tuberculosa (disebut dengan batuk darah). Penyakit ini
menyebabkan melalui pernafasan lewat bersin atau batuk.
5. Polio
Adalah penyakit yang disebabkan oleh satu dan tiga virus yang
berhubungan, yaitu polio type 1, 2 dan 3. Secara klinis penyakit
polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh
layu akut (Akute Flocud Parolyisis – AFP).
6. Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mearles. Disebabkan
melalui droplet bersin atau batuk penderita.
7. Hepatitis B (penyakit kuning)
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
merusak hati.
2.3.12 Jadwal Pemberian Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0 – 7 hari Hepatitis B1
1 bulan BCG, polio 1
2 bulan DPT HB combo 1, polio 2
3 bulan DPT HB combo 2, polio 3
4 bulan DPT HB combo 3, polio 4
9 bulan Campak
(Buku KIA, 2008; 27)
2.4 Landasan Teori Vaksin Campak
2.4.1 Pengertian
Penyakit campak merupakan penyakit yang sangat menular
(infeksius) dan manusia merupakan satu-satu induk semang (host)
sehingga dapat dibasmi.
2.4.2 Penyebab
Virus campak golongan paromyxovisidae.
2.4.3 Cara penularan
1. Penularan terutama melalui batuk, bersin (sekresi hidung).
2. Dapat pula menularkan 1 – 3 hari sebelum panas sampai 4 hari
setelah timbul rush.
3. Puncak penularan pada saat gejala awal (prodummal) yaitu pada 1
– 3 hari pertama sakit).
2.4.4 Masa inkubasi
8 – 13 hari, rata-rata 10 hari.
2.4.5 Gejala dan tanda-tanda
1. Panas badan > 38oC selama 3 hari atau lebih disertai gejala batuk,
pilek, mata merah, merah berair.
2. Bercak kemerahan atau rash yang dimulai dari belakang telinga
pada tubuh berbentuk makulo populer selama 3 hari atau lebih.
Beberapa hari (4 – 7 hari) ke seluruh tubuh, kemudian bercak
merah menjadi kehitam-hitaman disertai kulit bersisik.
2.4.6 Komplikasi
1. Diare
2. Bronchipneumonia
3. Enchepalitis
2.4.7 Penyebab kematian
Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena
komplikasi bronchopneumonia. Diare berat dan gizi buruk serta
penanganan yang terlambat.
2.4.8 Diagnosa banding
1. Rubella (campak Jerman), terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di belakang telinga.
2. DHF atau DBD, dalam 2 – 3 hari bisa terjadi mimisan, turniket test
(rumple test) positif, perdarahan diikuti shock, laboratorium
menunjukkan trombosit < 100.000/ml dan serologis positif DHF
(spesimen akut dan penyembuhan).
3. Cacar air (varicella) ditemukan vesikulo atau gelembung berisi
cairan.
4. Alergi obat 3 kemerahan di tubuh setelah minum obat atau disuntik
disertai gatal-gatal.
5. Miliario atau keringat buntet, gatal-gatal, bintik kemerahan.
2.4.9 Vaksin Campak
Vaksin adalah suatu susptensi mikroorganisme hidup yang
dilemahkan atau dimatikan atau bagian antigenik yang diberikan pada
hoepes potensial untuk mencegah penyakit.
1. Bahan vaksin
Vaksin terbuat dari bibit penyakit hidup yang sudah dilemahkan.
2. Indikasi
Pencegahan penyakit campak.
3. Jadwal rutin
Pemberian imunisasi campak dilakukan pada usia 9 bulan.
4. Dosis dan cara pemberian
Dosis : 0,5 cc
Cara : Suntikan secara subcutan di lengan kiri bagian atas
Jumlah suntik : 1 kali
5. Efek samping
Panas dan kemerahan, anak mungkin panas 1 – 3 hari setelah 1
minggu penyuntikan kadang-kadang disertai dengan kemerahan
seperti menderita campak ringan.
6. Kontra indikasi
a. Anak dengan infeksi akut yang dapat disertai dengan demam.
b. Anak dengan desinfektan imunologik.
c. Anak dengan pengobatan intensif yang bersifat imunosupresi.
d. Anak yang mempunyai kerentanan terhadap protein, telur.
2.4.10 Kadaluarsa
2 tahun bila disimpan pada suhu 2 – 8oC.
2.4.11 Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Vaksin disuntikan secara subkutan.
2. Vaksin dilarutkan dalam pelarut HCL sebanyak 5 cc.
3. Vaksin harus terlindungi dari sinar matahari dan hanya tahan pada
suhu 2 – 8C.
4. Bila anak telah diberikan imunoglobulin atau tranfusi darah maka
imunisasi harus ditanggalkan paling sedikit 3 bulan.
5. Jangan melarutkan vaksin sebelum siap diberikan vaksinasi.
6. Sisa vaksin dibuang bila telah 3 jam pemakaian.
2.4.12 Penyimpanan
1. Vaksin disimpan dalam lemari es dengan suhu 2 – 8oC.
2. Vaksin harus dihindarkan dari sinar matahari dan pelarutnya
disimpan dalam tempat sejuk.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data


Tanggal pengkajian : 05 Februari 2013 Jam : 09.30 WIB
3.1.1 Pengkajian Data Umum
Nama KK : Tn. ”T”
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Kawin
Lama kawin : 8 tahun
Alamat : Dusun Pagotan RT/RW : 06/03
Desa Keplaksari Kec. Peterongan
Kab. Jombang.
1. Susunan keluarga
No. Nama Hub L/P Umur Pend, Agama Perkj KB Sht/skt
1. Tn. ”T” KK L 36 th SD Islam Swasta - Sehat
2. Ny. ”S” Istri P 26 th SLTP Islam IRT Suntik Sehat
3. An. ”S” Anak P 6,5 th TK Islam Pelajar - Sehat
4. An. ”R” Anak L 11 bln - Islam - - Sehat

2. Denah rumah

11 m

KM/ Kamar Kamar Kamar I R. tamu


Jemuran
T.

Teras

WC III II
Dapur

6m

R. Tengah
Sumur
3. Genogram
Ket :
 : Laki-laki
 : Perempuan
__ : Garis perkawinan
| : Garis keturunan
--- : Dalam jalur keluarga
4. Tipe keluarga
Tipe keluarga ini (keluarga inti) dimana di rumah tersebut tinggal
satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak.
5. Status gizi keluarga Tn. ”T”
Makan :  3x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur.
Minum:  7 – 8 gelas/hari, air putih, teh kadang kopi dan susu
6. Keadaan rumah/tempat tinggal
Luas rumah : 13 x 6 m = 90 m2
Letak : Letak rumah jauh dari rektor dan jauh
dari sungai
Dinding : Terbuat dari tembok/ permanen
Atap : Genteng
Lantai : Tanah
Penerangan : Terang, pencahayaan cukup, cahaya
matahari dapat masuk
Jalan angin : Cukup, ada ventilasinya
Jendela : Ada pada ruang tamu, tiap kamar dan
dapur
Kebersihan : Cukup, penataan barang pada tempatnya
Jumlah kamar : 3 kamar di ruang tengah semuanya
Kontruksi : Permanen (semua terbuat dari tembok)
7. Air minum
Asal : Sumber air/sumur.
Nilai air : Air yang digunakan bersih, tidak
berwarna atau berbau
Konsumsi : Air digunakan untuk mandi, mencuci,
memasak dan lain-lain
8. Pembuangan sampah
Sampah dibuang di belakang rumah, dikumpulkan dulu kemudian
dibakar.
9. Jamban dan kamar mandi
Jenis jamban : WC langsung
Letak jamban : Di luar rumah menjadi satu dengan
kamar mandi
Kebersihan : Cukup
Kamar mandi : Letak luar rumah, kebersihan cukup
10. Pekarangan dan selokan
Pengaturan : Rapi tanaman yang diletakkan dalam pot
telah diatur di teras
Kebersihan : Halaman cukup bersih
Air limbah : Pembuangan air kamar mandi langsung
dialirkan ke belakang rumah
Tanaman peneduh : Ada satu pohon di depan rumah (pohon
mangga)
Peralatan pekarangan : Ada, seperti sapu lidi
11. Hewan ternak
Tn. ”T” tidak memelihara hewan ternak.
12. Keadaan sosial ekonomi keluarga
a. Di keluarga Tn. ”T” yang mencari nafkah adalah Tn ”T”
sendiri. Tn. ”T” bekerja sebagai pedagang.
b. Alat hiburan di keluarga Tn. ”T” adalah TV dan radio.
13. Keadaan sosial, budaya dan spiritual keluarga
a. Tn. ”T” dan keluarga menganut agama Islam, taat menjalankan
sholat 5 waktu.
b. Hubungan dengan istri, anak dan tetangga baik.
14. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Di keluarga Tn. ”T” bila ada yang sakit biasanya pergi berobat ke
PKM/BPS.
15. Harapan keluarga
a. Tn. ”T” dan keluarga tetap dalam keadaan sehat.
b. Keluarga juga dapat hidup sejahtera.
16. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Tn. ”T” mengatakan bahwa keluarganya tidak sedang
menderita penyakit apapun.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Tn. ”T” mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah
menderita penyakit menular dan menahun seperti TBC,
hepatitis B, kencing manis, jantung, hanya batuk, pilek, diare
dan demam biasa.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. ”T” mengatakan bahwa dari pihak ayah atau ibunya tidak
ada yang menderita penyakit menular dan menahun seperti
TBC, kencing manis dan lain-lain.
17. Pola aktifitas
a. Tn. ”T” selaku KK bekerja sebagai penjahit.
b. Bila ada waktu luang biasanya Tn. ”T” digunakn untuk
membersihkan rumah atau menonton TV atau mendengarkan
radio.
c. Ny. ”S” hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, mencuci, membersihkan rumah dan mengasuh anak.
18. Pola personal hygiene
Mandi, gosok gigi, ganti baju 2x/hari, keramas 3x/minggu.
19. Pola nutrisi keluarga
Makan : 3x/hari, dengan menu nasi, lauk dan sayur.
Minum: 7 – 8 gelas/hari, air putih, teh.
3.1.2 Pengkajian Data Khusus
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama bayi : By. ”R”
Umur : 9 bulan
Tanggal lahir : 02 Juni 2012
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Pagotan RT/RW : 06/03 Ds. Keplaksari
Ds. Keplaksari Kec. Peterongan Kab. Jombang
Biodata orang tua
Nama istri : Ny. “S” Nama suami : Tn. “T”
Umur : 26 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp.800.000,-
Alamat : Dsn. Pagotan Alamat : Dsn. Pagotan
RT/RT : 06/03 RT/RT : 06/03
Ds. Keplaksari Ds. Keplaksari
2. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan ingin mengimunisasikan campak
anaknya.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya berumur 9 bulan dan ingin
mengimunisasikan anaknya campak dan juga mengatakan saat
ini anaknya tidak sakit (sehat).
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak pernah dirawat di RS,
tidak pernah menderita penyakit menurun misalnya : darah
tinggi, DM, asma, kelainan darah (hemotili) dan penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suaminya
tidak ada yang menderita penyakit menurun misal : hipertensi,
DM, asma, kelainan darah (hemotili), dan penyakit menahun
misal : jantung, dan tidak ada penyakit menular seperti TBC,
hepatitis B, HIV/AIDS, maupun PMS, tidak ada yang
menderita penyakit gangguan jiwa, serta tidak ada keturunan
kembar.
6. Riwayat neonatal
a. Riwayat prenatal
1) Ibu mengatakan ini anak kedua dan periksa kehamilan
rutin di BPS.
TM I : 2x di BPS Ny. ”S”, keluhan : mual muntah.
Dengan terapi : B6, Bc, Iodiol
TM II : 3x di BPS Ny. ”S”, keluhan : -
Dengan terapi : Fe, Vit. C, kalk.
TM III : 4x di BPS Ny. ”S”, keluhan : -
Dengan terapi : Fe, Vit. C, kalk.
2) Imunisasi TT 2x pada usia kehamilan 4 bulan dan 6
bulan.
b. Riwayat natal
Bayi lahir spontan tanggal 20 – 4 – 2008 jam 16.30 WIB,
ditolong oleh Bidan Ny. ”S”, jenis kelamin laki-laki,
BBL : 3000 gram, PB : 47 cm, menangis spontan, ketuban
jernih.
c. Riwayat postnatal
Keadaan umum ibu baik, tidak ada kelainan, ibu menyusui
bayinya tanpa tambahan susu formula hingga usia 6 bulan.
7. Riwayat imunisasi
Jenis Imunisasi Tanggal Diberikan Imunisasi
HB I 2-6-12
BCG 8-7-12
DPT HB Combo 4-8-12 8-9-12 13-10-12
Polio 8-7-12 4-8-12 8-9-12 13-10-12
Campak 5-2-13

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Makan : Nasi tim dan dicampur sayur 1 porsi kadang
tidak habis.
Minum : ASI diberikan setiap bayi menangis dan mau
tidur.
b. Pola aktifitas
Pasien sudah bisa duduk sendiri, bisa merangkak.
c. Pola istirahat
Malam : Jam 19.00 – 04.30 WIB (kadang terbangun saat
BAB, BAK dan saat haus).
Siang : Setiap selesai mandi dan selesai makan kadang
langsung tidur.
d. Pola eliminasi
BAB : 1x/hari (lembek, kuning, bau khas).
BAK : ± 5 – 6x/hari (kuning, jernih, bau khas).
e. Pola personal hygiene
Mandi 2x/hari pagi dan sore, ganti pakaian setiap habis
mandi atau bila kotor langsung diganti.
9. Perkembangan dan pertumbuhan
a. Anak sudah bisa duduk.
b. Anak bisa memindahkan benda dari tangan kanan ke kiri.
c. Anak bisa makan.
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. TTV
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 34x/menit
Antropometri
BB lahir : 3 kg
BB sekarang : 9 kg
PB : 47 cm
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bulat, rambut hitam, lebat, tidak ada
benjolan.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,
mata tidak cowong.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada
polip, tidak ada pernafasan CH.
Mulut dan gigi : Tidak ada stomatitis dan palato
schizis, lidah bersih, simetris, bibir
lembab, bersih.
Dada : Simetris, tidak ada lesi.
Perut : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada
hepatomegali.
Genetalia : Tidak ada lesi.
Anus : Terdapat lubang anus.
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada lesi, bersih, tidak
ada kelainan jumlah jari, tidak ada
polidactil/sindactil.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada lesi, bersih, tidak
ada kelainan jumlah jari, tidak ada
polidactil/sindactil.
b. Palpasi
Kepala : UUB belum menutup, tidak ada
benjolan abnormal.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis.
Axilla : Tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi dan wheezing.
d. Perkusi
Abdomen : Tidak meteorismus.

3.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan


Diagnosa : By. ”R” umur 9 bulan dengan imunisasi campak.
DS : Ibu mengatakan anaknya umur 9 bulan akan imunisasi campak
dan anaknya tidak panas
DO :- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 34x/menit
- BB sekarang : 9 kg

3.3 Antisipasi Masalah Potensial


-

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


-

3.5 Intervensi
Diagnosa : By. ”R” umur 9 bulan dengan imunisasi campak.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 30 menit
diharapkan ibu mengerti tentang efek samping dari imunisasi
campak dan pemberian imunisasi sesuai dengan prosedur.
Kriteria hasil : - Anak sudah diberi imunisasi campak.
- Ibu mengerti dan akan melaksanakan anjuran dari tenaga
kesehatan dan ibu dapat mengulang kembali penjelasan
petugas.
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
Rasional : Dengan pendekatan dengan klien dan keluarga akan tercipta
kerjasama yang kooperatif antara keluarga pasien dan tenaga
kesehatan.
2. Berikan penjelasan pada ibu bahwa setelah imunisasi memungkinkan
timbul panas.
Rasional : Dengan penjelasan akan membantu mengerti efek samping
yang mungkin terjadi dan tidak cemas.
3. Berikan imunisasi campak.
Rasional : Dengan pemberian imunisasi akan memberikan kekebalan
tubuh anak.
4. Anjurkan pada ibu meminumkan obat penurun panas.
Rasional : Dengan pemberian obat sedini mungkin dapat mengatasi
timbulnya panas.
5. Anjurkan timbang BB sebulan sekali di Posyandu.
Rasional : Dengan menimbang BB secara rutin akan mengetahui
perkembangan anak.
6. Anjurkan pada ibu untuk memberi makanan dengan gizi seimbang.
Rasional : Dengan pemberian nutrisi yang seimbang daya tahan tubuh
anak kuat dan dapat tumbuh dengan sempurna.
7. Anjurkan ibu untuk mengompres jika panas dan memberi minum yang
banyak.
Rasional : pengobatan secara dini dapat mencegah penyakit berdampak
lebih buruk
8. Anjurkan ibu untuk segera ke tenaga kesehatan apabila terjadi panas tinggi
atau kejang dan bekas imunisasi bengkak/ kemerahan atau keluar darah
terus.
Rasional : Mengantipasi terjadinya infeksi pada daerah suntikan.

3.6 Implementasi
Tanggal : 5 Februari 2013
Jam : 09.30 WIB
Diagnosa : By. ”R” umur 9 bulan dengan imunisasi campak.
1. Jam 09.30 WIB
Melakukan pendekatan dengan ibu pasien untuk dapat menciptakan
hubungan baik.
2. Jam 09.34 WIB
Memberikan penjelasan pada ibu bahwa anaknya mungkin akan panas 1 –
3 hari akibat reaksi vaksin tetapi tidak berbahaya.
3. Jam 09.36 WIB
Memberikan suntikan pada bayi di lengan kiri 1/3 bagian atas dengan
dosis 0,5 cc secara SC.
4. Jam 09.45 WIB
Memberikan obat penurun panas yang sudah dihaluskan (dalam bentuk
puyer) 3 x 1 hari (125 mg).
5. Jam 09.48 WIB
Menganjurkan ibu pasien untuk menimbangkan anaknya sebulan sekali
untuk Posyandu.
6. Jam 09.51 WIB
Menganjurkan pada ibu mengenal menu seimbang (sesuai usia).
a. Nasi tim
b. Sayur sop
c. Ikan laut 1 ekor
7. Jam 09.56 WIB
Menganjurkan ibu untuk mengompres jika panas dan memberi minum
yang banyak yaitu dengan mengompres bagian kepala dan ketiak dengan
menggunakan air dingin biasa dan anak tidak boleh terlalu diselimuti dan
juga diberi minum sesering mungkin.
8. Jam 10.00 WIB
Menganjurkan ibu segera ke tenaga kesehatan apabila terjadi panas tinggi
atau kejang dan bekas operasi bengkak/kemerahan atau keluar darah terus
agar segera mendapatkan pertolongan secara dini agar tidak terjadi infeksi.
3.7 Evaluasi
Tanggal : 5 Februari 2013
Jam : 09.30 WIB
Diagnosa : By. ”R” umur 9 bulan dengan imunisasi campak.
S : Ibu mengatakan telah mengerti penjelasan dari petugas.
O : Bayi sudah terinjeksi imunisasi campak dengan dosis 0,5 cc.
Ibu mengerti efek samping campak.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
- Memberikan obat penurun panas yang sudah dihaluskan
(dalam bentuk puyer) 3 x 1 hari (125 mg).
- Menganjurkan pada ibu untuk segera meminumkan obat
setelah sampai di rumah sesuai jadwal.
- Menganjurkan ibu pasien untuk menimbang anaknya sebulan
sekali untuk Posyandu.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada tanggal 5 Februari 2013
didapatkan data subyektif yaitu nama By. “R” usia 9 bulan, tanggal lahir 02
Juni 2013, jenis kelamin laki-laki, dengan nama ibu Ny. ”S” usia 26 tahun,
nama ayah Tn. “T” usia 36 tahun. Dengan keluhan utama yaitu ibu pasien
mengatakan ingin mengimunisasikan campak anaknya. Pada riwayat prenatal
ibu mengatakan ibu rutin periksa kehamilannya di BPS pada TM I : 2x,
TM II : 3x, TM III : 4x.
Pada pemeriksaan umum didapat keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TTV : nadi : 120x/menit, suhu : 36,5 oC, RR : 34x/menit,
antropometri BB lahir : 3000 gram, BB sekarang : 9000 gram, PB : 47 cm.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan normal.
Pada identifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan didapat diagnosa
By. “R” umur 9 bulan dengan imunisasi campak, DO : keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, BB sekarang : 9 kg. Antisipasi masalah potensial
dan identifikasi kebutuhan segera tidak ada.
Pada intervensi didapat diagnosa yaitu By. “R” umur 9 bulan dengan
imunisasi campak. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x30
menit diharapkan ibu mengerti tentang efek samping dari imunisasi campak
dan pemberian imunisasi sesuai dengan prosedur. Kriteria hasil : anak sudah
diberi imunisasi campak. Implementasi dilakukan sesuai intervensi dengan
evaluasi : didapatkan diagnosa By. “R” umur 9 bulan dengan imunisasi
campak. S : Ibu telah mengerti penjelasan dari petugas. O : Bayi sudah
terinjeksi imunisasi campak dengan dosis 0,5 cc. A : Masalah teratasi dan P :
Implementasi dilanjutkan pada intervensi 4, 5, 6.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Penulis
Dengan penyusunan asuhan kebidanan ini semoga dapat
dijadikan sebagai pengalaman dan perbandingan antara teori yang
didapat dengan kasus nyata yang dilaporkan.
4.2.2 Bagi Klien
Agar mereka mengetahui masalah apa saja yang berkaitan
dengan jenis, cara kerja, efektifitas dan keuntungan dari imunisasi
campak sehingga muda bekerjasama dengan mengatasi setiap
permasalahan yang mungkin terjadi.
4.2.3 Bagi Institusi
Sebaiknya lebih banyak menyediakan literatur agar penyusunan
asuhan kebidanan lebih muda dan dapat dalam menyelesaikan
tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Winkjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa


Penyakit Lain Pada Alat Genital Wanita. Ilmu Kandungan. 1999. Edisi
Kedua Cetakan Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.

Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003. LKIS : Jogjakarta.

Stirland, A, Wilnikson, C and Manassiev, N. Sexually Transmitted infestions and


common genital tract infections in Female Reproductive Health. Ed :
Manassiev, N, Whehead M. I. 2004. The Partehnon Publishing Group :
London.

Mishell. D.R, Stenchever, M. A, Droege Muller W. Herbst, A. L. Comprehensive


Gynocology. 2000, Third Edition. Mosby : St. Louis.

Mande, 1. M.S. M, Rauf S, Usmany, H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri


dan Ginekologi. 1999. Bagian/ SMF Obstetri do Ginekologi Fakultas
Kedokteran Unhas RSVP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung Pandang.

Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis


Vaginalis pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR.
Surabaya.

Jarvis G. J. The, management of gynaecological infections in Obstetric and


Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. oxford
University Press : Oxford.

Mackay, E. V, Beischer N. A, Pepperel, R. Wood, C. Infections of the lower


genital tract in text book of gynaecology. 1999. Second edition. W.B.
Saunders : London.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Warddhani, W. I. Setiowulan, W. Keputihan


in. Kapita Selekta Kedokteran W =, Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius :
Jakarta.

www.google.com. Search : Vaginal discharge, candida albicans. Available at


January 4, 2008.

www.medikaholistik.com. Search : Vaginitis Available at January 4, 2008.

Anda mungkin juga menyukai