Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PENGUMPULAN DATA DAN PWS

DISUSUN OLEH:

DWI UTAMI
NPM: 1426030062

DOSEN PENGAMPUH:

Dra. Yuniwati, M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan hidaya-Nyalah, sehingga penulis makalah yang berjudul
PENGUMPULAN DATA DAN PWS data terselesaikan dengan baik. Dalam
penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami alami, namun
berkat ketekunan dan kerja keras serta doa sehingga semua itu terlewati.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.

Bengkulu, Mei 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4
A. Latar Belakang.................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................6
A. PWS (Pemantauan Wilayah Setempat).....................................................6
B. Pengumpulan Data............................................................................. 8
B. Pembinaan Dukun Bayi.....................................................................13
1. Pemberitahuan Ibu Hamil Untuk Bersalin Ditenaga Kesehatan..................18
2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalianan Dan Nifas Serta Rujuknya
18
3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatus Bbl Serta Rujukannya........................19
4. Penyuluhan Gizi Dan Kb................................................................21
5. Pencatatan Kematian Dan Kelahiran Bayi/Ibu.......................................21
BAB III PENUTUP................................................................................... 22
A. KESIMPULAN............................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebenarnya istilah bidan komunitas merupakan gabungan dari beberapa
istilah, yaitu bidan di komunitas, kebidanan, komunitas, dan kebidanan
komunitas. Dari beberapa istilah tersbut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bidan di komunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan
kepada keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Kebidanan komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kbidanan yang
dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang dberikan di rumah
sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di
masyarakat.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia
sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau
tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program
Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti
PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi. Pelaksanaan PWS
imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya Universal Child
Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan dicapainya cakupan
program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang signifikan. Namun pelaksanaan
PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak secara cepat dapat
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna walaupun cakupan
pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain sebagai penyebab
kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb). Dengan demikian maka
PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki mutu data, analisis dan
penelusuran data.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengumpulan data dan PWS?
2. Apa yang dimaksud dengan perencanaan kegiatan?

4
3. Apa yang dimaksud dengan pelaksanaan kegiatan?
4. Apa yang dimaksud dengan pemantauan kegiatan?
5. Apa yang dimaksud dengan pembinaan dukun bayi?

C. Tujuan
1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target
yang ditetapkan.
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PWS (Pemantauan Wilayah Setempat)


1. Pengertian

5
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuau
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut
yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga
berencana, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita.
2. Tujuan
Umum : meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan
pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
Khusus : memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai
indikator secara teratur (bulanan) dan terus menerus,
menilai kesengajaan antara target dengan pencapaian,
menetukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani
secara intensif.
3. Prinsip pengelolaan KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
Pemantauan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok
sebagai berikut:
a) Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua
pelayanan kesehtan dengan mutu sesuai dengan standar serta
menjangkau seluruh sasaran.
b) Peningkat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehata diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
c) Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita
di semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran.
4. Batasan pemantauan KIA
Pelayanan antenatal : pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang di
tetapkan.

6
Penjaringan/deteksi dini kehamilan beresiko: kegiatan yang bertujuan
menemukan bumil beresiko/kompliksi oleh kader,
dukun bayi dan tenaga kesehatan.
Kunjungan ibu hamil : adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
dengan standar yang di tetapkan.
Kunjungan ibu hamil (K1) : adalah kunjungan ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan.
K4 : adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang keempat atau lebih untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan
dengan syarat.
Kunjungan neonatal (KN) : kontak neonatal dengan tenaga kesehatan
minimal 2 kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam
maupun di luar gedung puskesmas.
Kunjungan dengan ibu nifas : kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan
minimal 3 kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik di dalam
maupun di luar gedung puskesmas.

B. Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS
KIA. Data yang dicatat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat
puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan
dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan. Proses pengumpulan
data sasaran sebagai berikut:

a. Jenis data:
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah
Data sasaran :
Jumlah seluruh ibu hamil
Jumlah seluruh ibu bersalin
Jumlah ibu nifas
Jumlah seluruh bayi

7
Jumlah seluruh anak balita
Jumlah seluruh PUS
Data pelayanan :
Jumlah K1
Jumlah K4
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada
umur 6 hari 48 jam
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap
(KN lengkap)
Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan faktor risiko/komplikasi
yang dideteksi oleh masyarakat
Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Jumlah bayi 29 hari 12 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 4 kali
Jumlah anak balita (12hari 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar
Jumlah peserta KB aktif
b. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang
dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III. Berdasarkan
data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
Register kohort ibu
Register kohort bayi
Register kohort anak balita
Register kohort KB

1. Data sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan
dukun bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah

8
jalan, rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru
tentang adanya ibu yang hamil, neonatus dan anak balita.

Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan


dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan
bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya. Selain itu data
sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang
berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah
kerjanya.

2. Pengelolahan Data

9
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku
kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan
Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua
BdD dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan
KIA bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per
kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus
dibuat oleh tiap Bidan Koordinator
Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data, Validasi dan
Pengelompokan.
a. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian
formulir yang tersedia.
b. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
c. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi,Tabulasi,
Grafik dan Peta.
a. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu
wilayah kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan
kepada instansi terkait.
b. Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk
lampiran.
c. Grafik : dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan
keadaan antar waktu, antar tempat dan pelayanan. Sebagian besar
hasil PWS disajikan dalam bentuk grafik.
d. Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan
gambaran geografis.
Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk mengolah data KIA
maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan di desa/kelurahan dimasukkan
ke dalam komputer sehingga proses pengolahan data oleh bidan di
desa/kelurahan dan bidan koordinator Puskesmas akan terbantu dan lebih
cepat.
3. Pembuatan grafik PWS-KIA
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai,
yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap
bulan.Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
a. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
b. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).

10
b. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
c. Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
d. Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
e. Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
f. Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
g. Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
h. Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
i. Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
j. Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
k. Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
l. Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).

Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA, sedangkan


grafik cakupan K4, PN, KF/KN, PK, NK, KBy, KBal dan grafik cakupan
pelayanan KB (CPR) seperti telah diuraikan dalam, dapat dimanfaatkan juga
untuk alat advokasi dan komunikasi lintas sektor.
Di bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS KIA untuk
tingkat puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk semua
desa/kelurahan. Bagi bidan di desa akan sangat penting apabila dapat
membuat grafik cakupan dari PWS KIA diatas di tingkat
Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap bulannya. Sedangkan untuk
puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam bentuk grafik maupun angka
akan sangat berguna untuk keperluan analisa PWS lebih lanjut.

B. Pembinaan Dukun Bayi


a. Pengertian
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya
oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak
sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan
menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh ketrampilan
tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain
yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui
petugas kesehatan.

11
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan
menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan
tersebut dengan cara turun-temurun belajar secara praktis atau cara lain
yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui
petugas kesehatan. Dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang
menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun
dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya (Kusnada
Adimihardja).
Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya,
menolong proses persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari
memandikan, menggendong, belajar berkomunikasi dan lain sebagainya.
Dukun bayi biasanya juga selain dilengkapi dengan keahlian atau skill,
juga dibantu dengan berbagai mantra khusus yang dipelajarinya dari
pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan sampai dengan
bayi berumur 2 tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar
7 - 10 hari pasca melahirkan.
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai
kebutuhan masyarakat. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai
tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun.
Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu
kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan
kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan
upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang
biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman,
membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut
dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).
b. Ciri-ciri dukun bayi menurut Sarwono (1999)
1) Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun
bayi pria.

12
2) Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
3) Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
4) Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial,
perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
5) Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.
c. Kekuranan dan kelebihan bersalin di dukun
Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan
masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong
oleh dukun antara lain :
1. Kelebihan
a) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
b) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama.
c) Persalinan dilakukan di rumah.
d) Biaya murah dan tidak ditentukan.
2. Kekurangan
a) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam
menolong persalinan.
b) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan,
persainan, nifas dan bayi baru lahir.
c) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di
ikutsertakan dalam program pemerintah. (Pedoman Supervise
Dukun Bayi, 1992
d. Langkah pembinaan dukun bayi
Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan
peraturan dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak
mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah
sebagai berikut:
1. Fase I : Pendaftaran dukun
Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda
terdaftar.
Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan
sikap mereka dalam penanganan kehamilan dan persalinan.
2. Fase II : Pelatihan
Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment.
Diberikan sertifikat.

13
Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam
pelayanan kesehatan ibu.
Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek.
3. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga terlatih.
Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga
dukun.

e. Hambatan dan solusi dalam pembinaan dukun


Hambatan hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan
pembinaan dukun di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Sikap dukun yang kurang kooperatif
b. Kultur yang kuat
c. Sosial ekonomi
d. Tingkat pendidikan
a. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah
adanya perasaan malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa
tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara
pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di
lakukan bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan
yang di lakukan oleh dukun dalam melakukan
pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan
yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru
dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk
bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai ucapan
terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir,
misalnya memandikan bayi.
b. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam
upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
1) Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat
setempat.
2) Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun
temurun.

14
3) Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di
pedesaan.
4) Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada
tenaga kesehatan.
5) Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
6) Masyarakat masih terbiasa dengan cara cara tradisional.
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh tokoh
masyarakat, misalnya pamong desa, para petua petua desa, tokoh
agama yang sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan
memberikan penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga
tokoh tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada
masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada
diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan
ibu dan bayi.
c. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan
pendidikan yang rendah cenderung mencari
pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian
beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena
melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan
barang, dan pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan
masyarakat tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan
(bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan masyarakat
mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan
pertolongan persalinan di tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama
dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil,
membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan,
dan ambulans desa.
d. Tingkat pendidikan

15
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di
hormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh
karena dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga
tidak jarang dukun sulit untuk menerima pemahaman dan
pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan
memahami tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan
pembinaan ke dukun dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan
tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat memahami dan
menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai
kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

1. Pemberitahuan Ibu Hamil Untuk Bersalin Ditenaga Kesehatan


Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan
melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk
bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan
imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk
bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan
bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka
dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk
melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat,
derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalianan Dan Nifas Serta


Rujuknya
Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang
perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap
ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda
bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi yang
harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini
kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera
mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

16
Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:
a) Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan
umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih 35
tahun), tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak
antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu
lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu
dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-
lain).
b) Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi
perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam tinggi;
bengkak pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang;
keluar air ketuban sebelum waktunya; frekuensi gerakan bayi kurang
atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus; dan tidak
mau makan.
c) Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan
Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir
dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas, perdarahan melalui
jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu
tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air ketuban keruh
dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu
gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
d) Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas
Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan
melalui jalan lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir; demam
lebih dari dua hari; bengkak pada muka, kaki atau tangan; sakit
kepala atau kejang-kejang; payudara bengkak disertai rasa sakit;
dan ibu mengalami gangguan jiwa.

3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatus Bbl Serta Rujukannya


1. Tetanus neonatorum
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8%
mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada

17
tahun 1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama pada bayi
usia di bawah satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus
neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman
masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus
neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap
kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium
tetani. Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan,
penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian.
Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi karena
penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril. Gejala tetanus
di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut)
bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di
otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat
ke otot perut lengan atas dan paha. Dengan diberikan pembekalan
materi tetanos noenatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan
kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan
imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga
dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.
Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
1. Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba
tidak bisa menetek.
2. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3. Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan
sentuhan.
4. Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.
Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :
1. Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
2. Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih

atau diberi bermacam macam ramuan.


2. Bayi baru lahir rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500gram
disertai dengan tanda-tanda kulit keriput, pergerakan lemah dan
sianosis. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang turut kontribusi
terhadap kematian bayi

18
Dukun diharapkan dapat segera melakukan rujuka ke puskesmas
atau tenaga kesehatan apabila menemukan tanda-tanda bayi dengan
berat badan lahir rendah, karena bayi dengan berat badan lahir rendah
memerlukan perawatan khusus.

4. Penyuluhan Gizi Dan Kb


Untuk mewujudkan misi keluarga kecil, bahagia dan berkualitas
diperlukan keterlibatan semua pihak. Dukun sebagai orang terdekat
dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi terhadap suksesnya
pelaksaan program KB dan menjaga kesehatan ibu hamil, bersalin dan
nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi dan KB yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, diharapkan dukun dapat
menindaklanjutkan dengan menyebarkannya kepada masyarakat.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memberikan


informasi kepada dukun tentang pentingnya makanan bergizi untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayi, serta menghindari pantang makan. Selain
masalah gizi, materi KB perlu diberikan juga kepada dukun. Dengan
keikutsertaan dukun dalam menyukseskan program KB, kesejahteraan ibu
dan bayi akan meningkat. Ibu mempuyi banyak waktu untuk menyusui dan
merawat bayi, menjaga kesehatan sendiri dan mengurus keluarga.

5. Pencatatan Kematian Dan Kelahiran Bayi/Ibu


materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan
kelahiran dan kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan
kematian ditujukkan untuk mempermudah dalam pendekatan jumlah
kelahiran dan kematian di suatu wilayah atau desa, serta bermanfaat dalam
pelaksanaan proses audit apabila ada kematian baik ibu maupun bayi.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA) adalah
alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuau wilayah
kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan
tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita.

20
DAFTAR PUSTAKA

Yulifah Rita, 2013. Asuhan Kebidanan Komunikasi: Jakarta. Salemba Medika

Sarwono, 2012 Asuhan Kebidanan Pembinaan Dukun: Yogyakarta. Salemba


Medika

21

Anda mungkin juga menyukai