Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah  

      : Organisasi Menajemen Pelayanan Kebidanan


Dosen Pengampu : Mardiani Mangun. S. SiT.,MPH

MAKALAH
PENDATAAN SASARAN

Disusun Oleh : klompok 5

1. AISYA HUMAIRAH PO7124319073


2. SYAMSURYANINGSI PO7124319072
3. YUNINGSI PO7124319075
4. FITRIA RAMADHANTI H PO7124319081
5. NAZRA PO7124319084
6. INDRI PRISKA PO7124319080

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN DIV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 15 november 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam

menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi

asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang

memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial .

Ditengah masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan

kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya

hidup yag tidak sehat.Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi

juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus

mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua

unsur unsur yang terlibatdalam pelayanannya dengan baik dalam rangka

menuunkan angka kematian ibu dan anak.

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

terfokus pada klien.

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan,

yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa

diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias
dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai

dengan kondisi klien. Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai

manejemen kebidanan maka, dalam makalah ini akan kami bahas tentang

dasar-dasarnya antra lain tentang : langkah-langkah dalam manejemen

pelayanan kebidanan, perencanaan dalam pelayanan kebidanan dan

pemantauan pelayanan kebidanan (kohort Ibu, bayi, balita dan PWS KIA).

B Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah mengenai


“Pendataan sasaran”.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendataan Sasaran

Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen


yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena
merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari
masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi
serta Tokoh masyarakat.

Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin,


neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil
yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan
dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam
kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun
dimiliki puskesmas. Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan
Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan
mengikuti setiap individu yang ada didaerah tersebut. Dengan puskesmas
memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan seluruh
ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau
tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.

Dalam memantau program kesehatan ibu , dewasa ini digunakan indikator


cakupan , yaitu : cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk
kelengkapan layanan antenatal), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu , sejak awal tahun 1990-an telah
digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu
Anak (PWS KIA) , yang mengikuti program jejak imunisasi. Dengan adanya
PWS KIA , data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap
tahunnya dari semua propinsi.

Walau demikian , disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup


memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI. Mengingat
bahwa mengukur AKI , Sebagai indikator dampak , secara berkala dalam waktu
kurang dari 5-10 tahun tidak realistis , maka pakar dunia menganjurkan
pemakaian indikator outcome . Indikator tersebut antara lain :

 Cakupan penanganan kasus obstetri


 Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
 Jumlah kematian absolut
 Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan
PONED.
 Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah.

B Langkah-Langkah Pendataan Sasaran

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegi atan pokok dari


PWS KIA. Data yang di catat per desa/ kelurahan dan kemudian dikumpul
kan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenj ang admi nistrasi. Data
yang di perl ukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.
Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut :

a. Jenis data

 Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA


adalah Data sasaran:
 Jumlah seluruh ibu hamil
 Jumlah seluruh ibu bersalin
 Jumlah ibu nifas
 Jumlah seluruh bayi
 Jumlah seluruh anak balita
 Jumlah seluruh PUS
 Data pelayanan :
 Jumlah K1
 Jumlah K4
 Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
 Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga
kesehatan
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada
umur 6 – 48 jam
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap
pada umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
 Juml ah ibu hamil, ber sali n dan nifas dengan factor ri siko/
komplikasi yang dideteksi ol eh masyarakat
 Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
 Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
 Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur
29 hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
 Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
 Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar
 Jumlah peserta KB aktif

b. Sumber data

Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang


dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III. Berdasarkan
data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.

 Data pelayanan pada umumnya berasal dari :


 Register kohort ibu
 Register kohort bayi
 Register kohort anak balita
 Register kohort KB

2. Pencatatan Data

a. Data Sasaran

Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di


desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan
dukun bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup
denah jalan, rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan
data baru tentang adanya ibu yang hamil, neonatus dan anak balita.

Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan


dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA
dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya.

b. Data Pelayanan

Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di


dalam kartu ibu, kohort Ibu, formulir MTBM, formulir MTBS, kartu bayi,
kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan
harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan
tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus
kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di
desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak dating
memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang
belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain.

3. Pengolahan Data

Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku
kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator
di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua BdD dan
mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA
bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per
kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus
dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.

4. Langkah Pengolahan Data

A Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian


formulir yang tersedia.
B Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.

C Penggerakan Sasaran Agar Mau Menerima Atau Mencapai Pelayanan


KIA

Peran bidan komuniti adalah membantu keluarga dan masyarakat agar


selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal.

1. Sebagai pendidik :
Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah Kerjanya dpt
berubah sesuai dengan kaidah kesehatan
2. Sebagai Pelaksana
Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan
kegiatan Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra nikah
pemeliharaan kesehatan Bumil, nifas dan mass interval dalam keluarga
pertolongan persalinan di rumah tindakan pertolpertama pada kasus
kegawatan obstetri di keluarga pemeliharaan kesehatan Kelompk wanita
dengan gangguan reproduksi di keluarga pemeliharan kesehatan anak
balita
3. Sebagai Pengelola
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan
anak di puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan
mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih
rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi
kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan
komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat
itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
4. Sebagai Peneliti
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang
dilakukan oleh peneliti profesional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu
diketahui oleh bidan seperti pencatatan, pengolahan dan analisis data.
Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas
hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tinakan
sesuai dengan permasalahan yang ditemu. Bidan juga harus dapat
melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi


yang bersifat persuasif dan melalui memerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahun, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam
menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber
daya/potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh
masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.

Salah satu bentuk pembinaan peran saerta masyarakat, yaitu : pendataan


sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran
agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Ada
4 tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas,
yaitu :

1. Pengumpulan Data
2. Pencatatan Data
3. Pengolahan Data
4. Pembuatan Grafik PWS KIA

B. Saran

1. Untuk pembaca :
Di harapkan kritik dari pembaca agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi
2. Untuk penulis :
Diharapkan penulis mampu meningkatkan kreatifitas dalam pembuatan
makalah ataupun karya tulis serta dapat menarik minat pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat.


Pedoman pemantuan wilayah setempat.1998

Meilani, niken,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta. : Fitramaya

Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat.


Pedoman pemantuan wilayah setempat.2010

Anda mungkin juga menyukai