I. Pendahuluan
Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu
dan keluarga dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang
mungkin dijumpai selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Dalam
memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu diperhatikan secara
langsung.
II. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan menurut UU Kesehatan Nomor 36
dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang. Wujudkan dari tujuan tersebut adalah
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan indikator
semakin tingginya Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk. Komposit dari
UHH terutama adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) yang sangat dipengaruhi oleh status kesehatan dan gizi
masyarakat sebagai dampak dari akses dan kualitas pelayanan. UHH
penduduk Indonesia telah semakin meningkat dari tahun ke tahun tetap
AKI dan AKB masih tetap terbilang tinggi bahkan jika dibandingkan
dengan negara-negara di kawasan asia tenggara. Sejalan dengan komitmen
global untuk tujuan pembangunan berkelanjutan maka pemerintah
Indonesia menetapkan target penurunan AKI dan AKB sampai Tahun
2019 menjadi sebesar 30/100.000 kelahiran hidup dan 24/1000 kelahiran
hidup.
Menurut WHO, Angka Harapan Hidup/ AHH merupakan salah
satu indikator komprehensif kesehatan masyarakat. AHH juga merupakan
salah satu dimensi pembentukan IPM dalam konsep pembanguna manusi a
yang diperkenalkan oleh UNDP sejak Tahun 1990 dan di Indonesia
digunakan sebagai ukuran kinerja pemerintah untuk alokasi DAU.
Menurut Statistics Indonesia AHH saat lahir adalah rata-rata tahun hidup
yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu athun tertentu.
AHH dipengaruhi oleh angka kematian bayi, presentasi ASI eksklusif, dan
presentasi Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi.
Dari sisi penyebab, kematian bayi ada 2 macam yaitu 1) adanya
faktor-faktor yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi seperti
asfiksi, BBLR, premature, kelainan konginetal dan 2) faktor-faktor post
neonatal yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan seperti faktor ibu.
Faktor ibu merupakan salah satu hal yang memberikan pengaruh terhadap
kematian bayi. Bayi yang ibunya meninggal pada saat melahirkan atau
masa nifas yang memiliki risiko kematian yang lebih besar diantaranya
karena tidak diberi ASI dan dibawa ke fasilitas kesehatan untuk
diimunisasi.
Pada tingkat kabupaten/kota, pengguna angkat “retes” kematian
ibu dan bayi seperti tersebut diatas dapat menjadi penyebab ketertinggalan
dalam kejadian riil kematian yang berakibat pada kurang tanggapnya para
penentu kebijakan kesehatan terhadap urgensi masalah kematian ibu dan
bayi. Upaya pengguanaan angka absolut kematian dalam model surveilans
dan peningkatan perhatian pada pada kejadian nyata kematian ibu dan bayi
di Provinsi DIY dan NTT sejak Tahun 2010 telah terbukti meningkatkan
kegairahan dan perhatian pada uasaha menurunkan kematian ibu dan bayi.
Di Kabupaten Sumedang, absolut kematian ibu dan bayi sejak
Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2018 relatif belum mebaik yaitu 8, 7,
22, dan 16 kasus. Demikian juga hal nya dengan absolut kematian bayi
yaitu sebayak 181, 120, 145, dan 155 kasus. Hal ini menunjukan masih
adanya permasalahan dalam status kesehatan dan gizi masyarakat di
Kabupaten Sumedang termasuk dalam hal akses dan kualitas pelayanan
kesehatan yang bagi ibu melahirkan dan bayi baru lahir.
Terkait komitmen global untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan maka sangat diperlukan upaya percepatan penurunan AKI
dan AKB termasuk oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang. Mulai Tahun
2018 dengan dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten
Sumedang menjadi lokus ke-11 di Jawa Barat untuk pembangunan model
penyelamatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir dalam program EMAS
(Expanding Maternal and Neonatal Servival) yang merupakan kolaborasi
kementrian Kesehatan RI dengan USAID sejak Tahun 2012.
Dalam implementasi Program EMAS terdapat 3 komponen
intervensi faktor utama penyebab kematian ibu dan bayi, yaitu perbaikan
kualitas faktor klinis, penguatan sistem rujukan, dan pelaksanaan
akuntabilitas yang kuat antara pemerintah, masyarakat dan sistem kesehtan
dengan dukungan kebujakan dan manajemen sumber daya. Pada intervensi
kualitas pelayanan klinis Antenatal Care (ANC) merupakan aspek yang
menentukan keberhasilan pengelolaan faktor risiko untuk penyelamatan
ibu melahirkan dan bayi baru lahir.
ANC berkualitas berkaitan bukan hanya dengan kapasistas ilmu
dan keterampilan bidan melainkan juga dengan kemampuan pengambilan
keputusan bidan untuk menindaklanjuti faktor risiko ibu hamil yang
teridentifikasi pada saat pelayanan. Diperlukan pembahasan bersama
secara rutin dan berkesinambungan terhadap berbagai kasus ANC di
Puskesmas oleh bidan bersama sama dengan lintas program terkait.
Dengan demikian, pelayana dan kemampuan pengambilan keputusan
dalam penanganan kasus dapat sesuai standar.
IV. Tujuan
a. Umum
Menyelenggarakan ANC sesuai standar di Puskesmas
b. Khusus
1. Meningkatkan kapasitas keilmuan penanganan kasus ANC
di kalangan tenaga kesehtan Puskesmas
2. Meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan bidan
dalam penanganan kasus yang ditemukan saat ANC
3. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan bidan koordinator
Puskesmas dalam managemen ANC terintegrasi di
Puskesmas
4. Mengidentifikasi rekomendasi pelayanan klinis terhadap
kasus hasil ANC di Puskesmas
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kotakaler Penanggungjawab UKM