Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS SITUASI KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASAR

HASIL PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT (PWS) KIA DI


WILAYAH PUSKESMAS TANJUNGSARI KABUPATEN
GUNUNGKIDUL TAHUN 2021

Disusun Oleh:
SUHARTININGSIH, SST
NIP. 19680410 198802 2001

UPT PUSKESMAS TANJUNGSARI


DINAS KESEHATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
2022
A. Latar belakang
Dalam pengelolaan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dapat dinilai
dari cakupan Pemantauan KIA , Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Disamping itu bidan memeliki peran dan fungsi sebagai berikut:
a. Peran.

1) Peran sebagai pelaksana, terdiri dari tugas mandiri, tugas kolaborasi,


dan tugas ketergantungan
a) Tugas mandiri, yaitu menetapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan yang diberikan; memberi pelayanan dasar pranikah
pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai klien;
memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal,
masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga, pada bayi baru
lahir, pada masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, dan pada
wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana,
pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita pada
masa klimakterium serta menopause, serta pada bayi dan balita
dengan melibatkan keluarga. Pencatatan dan pelaporan asuhan yang
telah diberikan juga menjadi tugas bidan (Syafrudin, 2009; Yanti,
2015).
b) Tugas kolaborasi, menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga; memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi baru lahir, dan balita dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
Bidan membuat catatan dan laporan setiap asuhan yang diberikan.
c) Tugas ketergantungan, yaitu bidan menerapkan manajemen kebidanan
setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan
keluarga; memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan balita
dengan risiko tinggi dan kegawatdaruratan. Bidan dalam menjalankan
tugas tergantungan juga membuat catatan dan laporan seluruh kejadian
dan intervensi.
2) Peran sebagai pengelola, yaitu bidan mengelola asuhan dan
pelayanan di setiap tatanan pelayanan kesehatan di institusi dan
komunitas. Peran tersebut berupa:
a) Pengelolaan fasilitas pelayanan, yaitu membuat program
pelayanan, mengelola SDM, mengelola alat, mengelola
administrasi dan keuangan, mengelola pelayanan, dan membuat
laporan: harian, bulanan, triwulan, dan tahunan.
b) Mengelola program, yaitu memimpin rapat dan memberikan
informasi program, melaksanakan program, evaluasi program,
dan membuat laporan.

c) Penyedia, yaitu menyusun program, membuat instrument,


melakukan supervise, dan membuat laporan supervisi.
3) Peran sebagai pendidik, yaitu bidan memberi pendidikan
kesehatan dan konseling dalam asuhan dan pelayanan kebidanan
di setiap tatanan pelayanan kesehatan di institusi dan komunitas,
mentorship, dan preceptorship terhadap calon tenaga kesehatan
dan bidan baru.
4) Peran sebagai peneliti, yaitu melakukan investigasi atau
penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun secara kelompok.
b. Fungsi.
1) Fungsi sebagai pelaksana, yaitu melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas, bayi dan
balita normal dan patologi, melaksanakan upaya promosi dan
prevensi dalam kesehatan reproduksi wanita sepanjang siklus
kehidupannya, melaksanakan pelayanan keluarga berencana, serta
menggerakkan peran serta masyarakat dalam pelayanan
kebidanan.
2) Fungsi sebagai pengelola, yaitu merencanakan dan mengorganisir
sumber daya untuk pelaksanaan pelayanan kebidanan,
melaksanakan pelayanan kebidanan berdasarkan rencana, serta
melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan
kebidanan.
3) Fungsi sebagai pendidik, yaitu melaksanakan pendidikan kesehatan
dan konseling dalam asuhan dan pelayanan kebidanan, membina
kader dan kelompok masyarakat, serta mentorship dan preceptorship
bagi calon tenaga kesehatan dan bidan baru.
4) Fungsi sebagai peneliti, yaitu bidan melaksanakan penyusunan
proposal, pengumpulan data, membantu pengolahan data, dan
membantu penyusunan laporan hasil penelitian.
Dalam menjalankan peran dan funsi bidan berpedoman pada peraturan
yang ditetapkan seperri Peraturan pemerintah tentang izizn dan
penyelenggraaan parkti Bidan ( PMK No 28 tahun 2017 ) maupun
Undang Undang No 4 tahun 2019 tentang Kebidanan.
Berdasarkan peran dan funsi bidan diatas maka penulis tertarik untyk
menganalisis data PWS KIA diwilayah Puskesmas Tanjungsari pada
tahun 2021 yang menjadi indicator Pelayanan SPM bidang Kesehatan.
B. Analisa situasi
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul berada di jalan Baron
Desa Kemiri Tanjungsari Gunungkidul memiliki 5 kalurahan binaan yaitu
kalurahan Kemadang, kalurahan Kemiri, Klurahan Banjarejo , kalurahan
Ngsetirejo dan Kalurahan Hargosari.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Pelayanan tingkat Pertama yang
menyelenggarakan pelayanana UKM dan UKP. Pelayanan KIA merupakan
pelayanan UKM yang berfokus pada kesehatan ibu dan Anak. Dalam pelayanan
KIA data data Cakupan dikomentasikan dalam PWS KIAyang pencatatanannya
dilakukan setiap desa/ Kalurahan.
Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
pelayanan yang diberikan. Pencatatan tersebut dilaksanakan dan disimpan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pelaporannya ditujukan ke
puskesmas wilayah setempat (Permenkes 28, 2017).
Pencatatan adalah data tertulis dan merupakan data resmi tentang kondisi
kesehatan pasien dan perkembangannya. Pencatatan merupakan bagian penting
dalam pengumpulan data yang dilakukan secara teratur. Pencatatan yang
dilakukan setiap hari disebut catatan harian, sehingga pencatatan yang dilakukan
setiap bulan disebut catatan bulanan
Pelaporan adalah penyampaian informasi tentang kondisi dan
perkembangan pasien. Kegiatan pelaporan data secara umum merupakan semua
kegiatan tulis menulis yang dicatat dalam format kemudian dikirim dari tingkat
Puskesmas ke Dinas Kabupaten /Kota. Dinas Kabupaten/Kota selanjutnya
membuat rekapitulasi laporan Puskesmas ke dalam format untuk dikirimkan ke
Dinas Provinsi dan Dinas Provinsi selanjutnya membuat rekapitulasi laporan
Dinas Kabupaten/Kota ke dalam format untuk dikirim ke Pusat.
Hal yang mendasari laporan adalah fakta dan data sebab data yang benar-
benar akurat, lengkap, terpercaya, teratur dan berkesinambungan, tepat waktu
dan mutakhir, sangat dibutuhkan dalam pengolahan program sebagai upaya
mengevaluasi derajat kesehatan. PWS KIA adalah alat manajemen yang
digunakan untuk memantau program KIA di suatu wilayah kerja secara terus-
menerus sehingga pelaksanaannya dapat sesuai dengan standar pelayanan yang
telah ditetapkan, berdasarkan pemantauan tersebut juga dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat .
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi
baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS
KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait
untuk segera dilakukan tindak lanjut guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Menurut WHO, surveilans adalah kegiatan sistematis dan
berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data yang selanjutnya menjadi landasan dalam membuat
rencana, implementasi, dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu kegiatan pencatatan dan pelaporan PWS diartikan sama dengan
surveilans berupa melaksanakan PWS KIA. Dengan PWS KIA diharapkan
cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di
suatu wilayah kerja sehingga diharapkan dapat dideteksi sedini mungkin seluruh
kasus dengan faktor risiko atau komplikasi agar dapat memperoleh penanganan
yang memadai .
Hasil PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, manajemen,
informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Oleh karena itu, PWS KIA
dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan
PWS KIA akan jauh lebih berhasil jika didukung dengan adanya upaya
perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program,
penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di
tingkat puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan
wilayah puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis
PWS KIA di tingkat propinsi dapat digunakan untuk menentukan wilayah
kabupaten/kota yang rawan
Di dalam pelayanan kesehatan terdapat Standar Pelayanan Minimal yang
sudah ditentukan berdasarkan PMK no 4 Tahun 2019. Terdapat 12 indikator
dalam SPM dimana Empat indicator terdapat didalam pelayanan KIA yaitu SPM
1 pelayanan iBu hamil, SPM 2 Pelayanan ibu bersalin, SPM 3 Pelayanan bayi
baru lahir dan SPM 4 Pelayanan anak balita.
Berdasarkan data PWS KIA tahun 2021 di wilayah Puskesmas
Tanjungsari datanya adalah sebahai berikut:

Tabel 1.
Cakupan data PWS KIA indicator SPM Puskesmas Tanjungsari tahun
2021
No Kalurahan SPM I SPM II SPM III SPM IV
1 Hargosari 91,67 % 100 % 89,13% 89,68%
2 Ngestirejo 90.70% 100 % 86,36% 90,43%
3 Kemiri 97,67% 100 % 95.35% 94,01%
4 Kemadang 94,12% 100 % 86,76% 91,09%
5 Banjarejo 94.34% 100 % 96,15% 92,09%
Jumlah 93,73% 100 % 90,15% 91,36%

Berdasarkan data diatas capaian SPM 1 terendah pada desa Ngestirejo


dengan 90.70 % dan cakupan tertinggi pada desa Banjarejo dengan 94,34 %.
SPM I adalah pelayanan pada ibu hamil yang terdiri dari 4 kali kunjungan yang
terdiri pada 1 kali pada TM I, 1 kali pada TM II dan 2 kali pada TM 3.
Disamping minimal 4 kali kunjungna ibu hamil juga mendapatkan pelayanan
ANC terpadu.
Pada desa Banjarejo Peran serta dan kesadaran masyarakat lebih baik
disbanding desa ngestirejo sehingga cakupan lebih baik, disamping itu lokasi
desa Banjarejo lebih dekat dengan Puskesmas Induk. Target dari SPM I adalah
100 % sehingga masih perlu rencana tindak lanjut mencari penyebab dan solusi
dari permasalahan SPM I.
Indicator SPM 2 adalah pelayanan pada ibu bersalin. Pada indicator
Pelayanan ibu bersalin sudah tercapai 100 %. Kesadaran masyarakat untuk
bersalin di faskes sudah baik, terbuktis emua ibu bersalin di faskes. Perlu
support dan dukungan ke ibu hamil untyk selalu menentukan penolong
persalinan melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K).
SPM 3 adalah Pelayanan pada bayi baru lahir. cakupan SPM 3 terendah
ada pada desa Ngestirejo 86,36& dan tertinggi pada Desa Banjarejo 96,15%.
Pelayanan SPM 3 meliputi Kunjungan Neonatus 3 kali senuai interval waktu
yang ditentukan dan mendapatkan pelayanan neonatal essensial seperti
Pelayanan IMD, Injeksi Vitamin K, pemberian salp mata, perawatan Talipusat,
pemberian imunisasi Hepatitis B nol serta rujukan bila diperlukan.
Cakupan pelayanan SPM 4 adalah pelayanan pada balita. Balita wajib
dilakukan SDIDTK 2 kali setahun, mendapatkan layanan MTBS bila sakit,
imunisasi dasar lengkap serta vitamin A 2 kali setahun. Cakupan SPM 4
terendah terdapat pada desa Hargosari 89,68 % dan tertinggi pada desa Kemiri
94,01%. Munculnya wabah Covid 19 menyebabkan kunjungan balita di
Posyandu menurun karena terjadi pembatasan aktivitas sosial.
Berdasarkan data PWS KIA indicator SPM diatas Desa Ngestirejo adalah
Desa yang memiliki 2 indikator dengan cakupan terendah yang memerlukan
pembinaan lebih intensif.
C. Rencana tindak lanjut
Berdasarkan data PWS KIA tahun 2021 indikator SPM rencana tindak lanjut
yang akan dilakukan adalah :
1. Cakupan SPM I pelayanan pada ibu Hamil
a) Skrening calon pengantin
Skrening pada calon pengantin dengan pemeriksaan Test kehamilan
diharapkan akan menemukan ibu hamil seawall mungkin sehingga
tidak terjadi DO pada ibu hamil.
b) Kelas ibu hamil
Dalam kegiatan kelas ibu hamil disampaiakn beberapa informasi agar
ibu paham pentingnya pemeriksaan kehamilan secara terstandart.
c) Kunjungan rumah
Kunjungan rumah diharapkan mendekatkan kontak tenaga kesehatan
dan ibu sehingga ibu akan lebih menyadari pentyingya pemeriksaan
kehamilan. Keluarga juga akan paham sehingga akan memberikan
dukunganpada ibu.
d) Pendataan sasaran
Dengan pendataan diharapkan tidak ada ibu hamil yang tidak tercatat
dan terpantau
e) Anc terpadu
Pelayanan ANC terpadu akan memberikan pelayanan yang sesuai
standart.
2. Cakupan SPM 3 Pelayanan bayi baru lahir
Untuk meningkatkan cakupan SPM 3 upaya yang akan dilakukan adalah
dengan Kunjungan Rumah. Kunjungna rumah diharapkan mendekatkan
akses pelayanan pada neonatus yang tidak berkunjung ke tenaga kesehatan.
3. Cakupan SPM 4 Pelayanan pada Balita
Cakupan indicator SPM 4 ditindaklanjuti dengan penjadwalanan
keggiatan di Posyandu meliputi pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan (SDIDTK) Pemberian vitamin A, validasi data imunisasi dan
skrening penyakit pada balita.
D. Bukti kegiatan
Kegiatan kelas ibu hamil

Kelas ibu hamil dilaksanakan di masing masing Desa. paket kelas ibu
hamil meliputi 4 kali pertemuan. Didalam kelas ibu hamil diberikan informasi
tentang perawatan kehamilan, tanda tanda dan persiapan persalinan, perawatan
Bayi baru lahir serta ibu nifas, dan pengetahuan tentang KB dan kontrasepsi.
Kegiatan Kunjungan Rumah

Kegiatan kunjungan rumah dilakukan oleh masing masing bidan Pembina


wilayah. Kunjungan rumah ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan.
Disamping itu untuk mengetahui kondisi rumah tangga meliputi keadaan sosial
ekonomi, sanitasi serta siapa yang berperan dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga.

E. Penutup
Berdasarkan analisa data PWS KIA indicator SPM terdapat indicator
yang belum bisa mencapai 100 %> perlu kerjasama lintas program dan
dukungan lintas sectoral. Keberhasilan capaian pelayanan KIA memerlukan
peran serta semua pihak agar tidak terjadi keterlambatan terutama dalam hal
pengenalan tanda bahaya dan pengambilan keputusan. Kegiatan Kelas ibu hamil,
kunjungan rumah serta koordinasi lintas sectoral perlu ditingkatka.
Pencatatan dalam PWS KIA juga harus dilakukan secara obyektif dan
akurat agar data yang dihasilkan sesuai situasi riil. Kohort adalah salah satu alat
yang dapat menunjang pengisian PWS KIA.

Mengetahui
Kepala UPT PUskesmas Tanjungsari Pennngungjawab KIA

SUWARSO, S.SiT, Ners SUHARTININGSIH, SST

Anda mungkin juga menyukai