Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

UPTD PUSKESMAS SAMBIREJO


Jln. Seneporejo No. 30 DesaSambimulyoKecBangorejo
Tilp 0333 – 399546 E – Mail. sambirejopkm@gmail.com. Kode Pos 68487

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

A. Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum
memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi
baru lahir masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk
Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia
subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin.
Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987
untuk pertama kalinya di tingkat Internasional diadakan konferensi tentang
kematian ibu di Nairobi, Kenya yang menyepakati peningkatan upaya bagi
kesehatan ibu atau Safe Motherhood. Kemudian pada tahun 1990 World
Summit for Children di New York, Amerika Serikat yang dihadiri 127 negara
termasuk Indonesia, membuahkan 7 tujuan utama, diantaranya menurunkan
AKI menjadi 50 % pada tahun 2000.
Program Safe Motherhood mulai tahun 1990, salah satu terobosannya
adalah menempatkan tenaga bidan di setiap desa dan melatih dukun serta
dilengkapi dengan dukun kit , sehingga diharapkan dukun yang sudah dilatih
mampu dan mau menerapkan persalinan 3 bersih (bersih tempat, alat dan
cara).
Upaya Making Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu (1)
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (2) setiap komplikasi
obstetric dan neonatal ditangani mendapat pelayanan adekuat (3) setiap wanita
usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi.
Dari hasil survey WHO dan Departemen Kesehatan ternyata penurunan
AKI tidak sesuai target yang diharapkan dan dukun yang sudah dilatih ternyata
kembali pada prilaku semula.

[Type text] Page 1


Dari hasil SDKI 2002-2003 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia
masih belum memuaskan, ditandai oleh tingginya Angka Kematian Ibu (AKI),
yaitu 307/100.000 KH, sedangkan angka kematian bayi 35/1000 KH. 57%
kematian bayi terjadi pada masa neonatal (0-28 hari) yaitu 20/1000 KH.Adapun
penyebab langsung dari kematian Ibu adalah perdarahan 28 %, eklampsi 24 %,
infeksi 11 %, partus lama 5 %, abortus 5 % (SKRT 2001), dan lain-lain. Kondisi
ini diperburuk dengan masih tingginya kehamilan dengan 4 terlalu (terlalu tua,
terlalu muda, terlalu sering dan terlalu banyak) sebanyak 62,7 %. Sedangkan
penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) di Indonesia adalah asfiksia 27 %,
komplikasi pada bayi baru lahir rendah 29 %, tetanus neonatorum 10 %,
masalah pemberian makanan 10 %, infeksi 5 %, gangguan hematologik 6 %,
dan lain-lain 13 %.

B. Latar Belakang
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu
maupun bayi adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama
pada persalinan tersebut, di mana sesuai dengan pesan pertama kunci MPS
yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Di
samping itu, masih tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait
budaya dan perilaku dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali,
juga merupakan penyebab kematian bayi baru lahir.
Di beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan
dalam menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat
dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya. Berbeda dengan keberadaan
bidan yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat. Sehingga perlu dicari suatu kegiatan yang dapat
membuat kerjasama yang saling menguntungkan antara bidan dengan dukun
bayi, dengan harapan pertolongan persalinan akan berpindah dari dukun bayi ke
bidan. Dengan demikian, kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan
dengan mengurangi risiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong
oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan
bidan dengan dukun.

KAK PERTEMUAN KEMITRAAN BIDAN DUKUN Page 2


C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses Ibu dan bayi terhadap pelayanan kebidanan berkualitas.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan rujukan persalinan, pelayanan antenatal, nifas dan bayi
oleh dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten.
b) Meningkatkan alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra
Bidan dalam merawat Ibu Nifas dan Bayinya
c) Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

D. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan


No. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1 Pembinaan Kemitraan Mendata dukun bayi dan ibu hamil
Bidan dan Dukun Berkoordinasi dengan lintas sector di desa
Membangun jenjang dengan tokoh agama dan
tokoh masyarakat di desa
Membina dukun yang berada di wilayah
setempat
Melaksanakan kegiatan program kemitraan
bidan dan dukun
Melakukan evaluasi kegiatan program
kemitraan bidan dan dukun
Bertanggung jawab dan melaporkan kepada
kepala puskesmas

E. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Pertemuan kelompok
2. Penyampaian materi dengan penyuluhan

F. Sasaran
Semua Dukun bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sambirejo.

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


2018
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembinaan √
Kemitraan Bidan
dan Dukun

KAK PERTEMUAN KEMITRAAN BIDAN DUKUN Page 3


H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah
pemantuan dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
(berkesinambungan). Kegiatan memantau dan menilai untuk melihat apakah
semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan. Hasil
pemantauan merupakan bahan masukan untuk perencanaan dan langkah
perbaikan berikutnya.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan pencapaian
dari hasil kegiatan dengan perencanaan secara berkesinambungan. Dalam
menilai kualitas kegiatan kemitraan bidan dengan dukun diperlukan indikator :
1. Persentase dukun yang bermitra
2. Cakupan Linakes di suatu wilayah
3. Prosentase rujukan bumil oleh dukun
Proses pemantauan dan evaluasi tersebut dilaporkan secara berjenjang
kepada pengelola program KIA Puskesmas kemudian ke Kabupaten/Kota secara
triwulan

I. Pencatatan, Pelaporan Dan Evaluasi Kegiatan


Kerjasama yang saling menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi
sangat diperlukan untuk memindahkan persalinan dari dukun bayi ke Bidan.
Dengan demikian, kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan
mengurangi risiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan bidan dengan
dukun.
Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun
sebaiknya dibuatkan laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan program kemitraan
bidan dan dukun dijadikan sebagai dokumen, sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan informasi dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan program kemitraan bidan
dan dukun.
Laporan kegiatan pendampingan ibu hamil oleh Kader Dasawisma sesuai
dengan format Rapor Kegiatan Kader yang terdapat dalam Buku Saku Tugas
Kader. Laporan diserahkan ke Dinas Kesehatan Banyuwangipada setiap akhir
bulan dengan persetujuan Kepala Puskesmas.

KAK PERTEMUAN KEMITRAAN BIDAN DUKUN Page 4


J. Pembiayaan
Dana pelaksanaan kegiatan berasal dari dana BOK.

Mengetahui Sambirejo, 9 Mei 2018


Kepala UPTD Puskesmas Sambirejo PJ Program KIA

dr. Sugeng Purnomo Nur Fitri Ratnasari, Amd.Keb


Penata Tk I Pengatur II/c
NIP.197107142006041018 NIP. 19850623 201704 2 009

KAK PERTEMUAN KEMITRAAN BIDAN DUKUN Page 5

Anda mungkin juga menyukai