Anda di halaman 1dari 17

ADVOKASI ASUHAN PERSALINAN

“MENCEGAH PERSALINAN DIRUMAH DAN PERSALINAN DITOLONG OLEH


DUKUN”

A. Tujuan
1. Mendorong ibu untuk memilih persalinan di Fasyankes
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia tercatat masih tinggi, untuk itu diperlukan
strategi guna meningkatkan keselamatan ibu dan bayi salah satu solusinya adalah ibu
melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan dibantu dengan Bidan ataupun dengan Dokter
Kandungan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 21 tahun 2021, persalinan harus dilakukan di


fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas Kesehatan yang dimaksud bisa di Puskesmas, Bidan
Praktek Mandiri, Klinik Bersalin dan Rumah Sakit.

Dengan bersalin di Fasyankes dan ditolong Nakes, akan mempercepat akses ibu dan bayi
dalam mencapai penanganan yang adekuat apabila terjadi komplikasi.
Peran seorang bidan yaitu memberikan perawatan prenatal atau sebelum persalinan,
memeriksa kondisi fisik ibu selama masa kehamilan, saat persalinan dan setelah
melahirkan, mendampingi ibu dan menangani secara langsung persalinan per vaginal,
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya komplikasi dari persalinan, memantau kondisi
janin selama proses persalinan serta memberikan saran medis pada ibu hamil jika sewaktu-
waktu diperlukan.

Bidan yang bekerja di Rumah Sakit, karena sifatnya adalah rujukan dan banyak pasien ibu
hamil dengan masalah-masalah kesehatan yang lainnya dapat memberikan asuhan
kebidanan dengan berkolaborasi memberikan asuhan kebidanan, jadi tidak secara mandiri
mengambil tindakan atau mengambil keputusan untuk menangani pasien tertentu,
misalnya pasien dengan preklamsia gawat janin, otomatis seorang bidan akan berkolaborasi
dengan dokter obgyn penanggung jawabnya.

Jika persalinan di lakukan di rumah , maka kemungkinan akan ada resiko yang terjadi;,
diantaranya

1. Perdarahan Postpartum

Ibu hamil yang melahirkan sendiri di rumah akan berisiko terjadi perdarahan postpartum.
Dengan adanya profesional kesehatan, kontrol perdarahan setelah persalinan dapat
dilakukan dengan mengevaluasi adanya trauma pada jalan lahir dan pemberian obat untuk
memperkuat kontraksi uterus. Selain itu, profesional kesehatan juga dapat menangani jika
ada retensi plasenta, yaitu kondisi plasenta yang tidak dapat dikeluarkan atau tersisa
sebagian di dalam rahim yang juga bisa menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, jika ibu
melahirkan sendiri di rumah sangat berbahaya karena ibu tidak dapat melakukan tindakan
yang diperlukan untuk menghentikan perdarahan. Kehilangan banyak darah dapat
menyebabkan ibu kehilangan nyawanya.

2. Gawat Janin

Gawat janin merupakan risiko ibu hamil melahirkan sendiri di rumah lainnya. Kondisi ini
bisa mengancam nyawa bayi jika ibu hamil melahirkan tanpa bantuan profesional
kesehatan. Beberapa penyebab gawat janin, antara lain kekurangan oksigen, anemia pada
ibu hamil, hipertensi dalam kehamilan, serta cairan ketuban yang kurang dan bercampur
dengan mekonium. Selain itu, lilitan tali pusar pada bayi juga dapat menyebabkan bayi
tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.

3. Proses Persalinan yang Memanjang

Risiko ibu hamil melahirkan sendiri di rumah berikutnya adalah persalinan yang panjang.
Kondisi ini terjadi jika ibu melahirkan dalam jangka waktu yang lebih lama dari jangka
waktu normal. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh tidak adanya kemajuan dalam bukaan
persalinan. Ibu hamil akan dikatakan mengalami persalinan memanjang jika proses
persalinan berlangsung lebih dari 20 jam pada kelahiran pertama dan lebih dari 14 jam
pada kelahiran berikutnya. Jika melahirkan sendiri di rumah, ibu tidak mengetahui ukuran
bayi dan besaran panggul yang merupakan jalan lahir bayi. Kedua hal tersebut sangat
penting dalam menentukan apakah bayi dapat dilahirkan secara normal atau tidak. Bayi
yang terlalu besar atau panggul yang sempit dapat menyebabkan bayi tidak dapat lahir,
sehingga membahayakan nyawa calon bayi.

 Tahapan yang harus dipersiapkan oleh ibu hamil yaitu:


1) melakukan perencanaan persalinan dengan baik pada saat kehamilan, untuk itu ajak
tenaga kesehatan berdiskusi tentang apa yang perlu dipersiapkan;
2) Bersalinlah di fasyankes yang berkualitas;
3) Pelajari bagaimana dan kemana mencari pertolongan apabila ibu dan bayi sakit;
4) Pastikan sudah terdaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan;
5) Ikut program Keluarga Berencana (KB) segera setelah bersalin; dan
6) Libatkan keluarga dan masyarakat agar mempunyai tanggung jawab, sehingga dapat
memiliki kesadaran bahwa semua dapat melaksanakan upaya pencegahan kematian ibu dan
bayi di lingkungannya masing-masing.
 manfaat melakukan persalinan pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas dan Rumah Sakit.

manfaat tersebut yakni,

Pertama; Ibu dan Bayi ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten,

Kedua; Ibu dapat memperoleh pelayanan KB segera setelah melahirkan,

Ketiga; dapat menggunakan kartu jaminan kesehatan seperti kartu JKN-KIS sebagai
sumber pembiayaan.

Keempat; Ibu dan Bayi mendapatkan penanganan segera jika sewaktu-waktu terjadi
komplikasi,

Kelima; bayi mendapat IMD (Inisiasi menyusu dini), dan

Keenam; bayi mendapat seluruh perawatan yang diperlukan termasuk Imunisasi.

2. Membangun kemitraan antara bidan dan dukun beranak


MEKANISME DAN RUANG LINGKUP KERJA BIDAN DENGAN DUKUN

A. MEKANISME KERJA

Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan tanggung jawab
masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa peran dukun bayi tidak
kalah penting dibandingkan perannya dahulu. Proses perubahan peran dukun menuju
peran barunya yang berbeda, memerlukan suatu adaptasi dan hubungan interpersonal
yang baik antara bidan dukun.

B. TATA HUBUNGAN KERJA

Dalam tata hubungan kerja masing-masing level mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Tugas Provinsi :
 Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan
Bidan – Dukun.
 Mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan).
 Menjamin kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan,
Partisipasi Masyarakat).
 Fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas
Program/Lintas Sektor Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan
kegiatan.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.

2. Tugas Kabupaten/Kota :
 Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan
Bidan – Dukun
 Mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan)
 Menjamin kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan,
Partisipasi Masyarakat)
 Fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas
Program/Lintas Sektor Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab
danmelaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.
3. Tugas Puskesmas :
 Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi)
Kemitraan Bidan – Dukun
 Berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Kecamatan dan
Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan.
 Membangun jejaring dengan LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh
Masyarakat dan Swasta di Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
 Membina dukun yang berada di wilayah setempat
 Melaksanakan kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.
 Memfasilitasi Bidan di Desa dalam pelaksanaan kemitraan.
 Memantau dan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun.
 Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala dinas.

4. Tugas bidan di Desa/bidan pembina wilayah :


 Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil.
 Berkoordinasi dengan Lintas Sektor di Desa/Kelurahan dalam
pelaksanaan kegiatan.
 Membangun jejaring dengan LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh
Masyarakat dan Swasta di Desa/Kelurahan.
 Membina dukun yang berada di wilayah setempat.
 Melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun.
 Melakukan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun.
 Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala Puskesmas.

C. RUANG LINGKUP KEMITRAAN BIDAN – DUKUN

Ruang lingkup kegiatan mencakup masukan, proses dan luaran program.

1. Input
Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana
kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan
kegiatan.

2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan
dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun
mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran
dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu
nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.

2.1. Yang dimaksudkan aspek teknis kesehatan adalah aspek proses


pengelola dan pelayanan program KIA
a) Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian (evaluasi)
program kesehatan ibu dan anak masuk KB.
b) Pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup kegiatan yang
dilakukan bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
wewenang, etika, tanggung jawab bidan.

2.2. Yang dimaksud aspek non kesehatan adalah :


a) Menggerakkan dan memberdayakan ibu, keluarga dan masyarakat
b) Memberdayakan tradisi setempat yang positif berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak .
c) Menghilangkan kebiasaan buruk yang dilakukan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir

3. Output
Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya
kesehatan ibu dan anak antara lain :
o Meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait.
o Meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra
o Meningkatkan rujukan oleh dukun
o Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan
o Meningkatnya deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat.
PERAN BIDAN DENGAN DUKUN DALAM PELAKSANAAN
KEMITRAAN
Periode Persalinan

BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sarana prasara 1. Mengantar calon ibu bersalin ke
persalinan aman dan alat resusitasi Bidan
bayi baru lahir, termasuk 2. Mengingatkan keluarga
pencegahan infeksi menyiapkan alat transport untuk
2. Memantau kemajuan persalinan pergi ke Bidan/memanggil Bidan
sesuai dengan partogram 3. Mempersiapkan sarana prasaran
3. Melakukan asuhan persalinan. persalinan aman seperti :
4. Melaksanakan inisiasi menyusu a. Air bersih
dini dan pemberian ASI segera b. Kain bersih
kurang dari 1 jam. 4. Mendampingi ibu pada saat
5. Injeksi Vit K1 dan salep mata persalinan
antibiotik pada bayi baru lahir 5. Membantu Bidan pada saat proses
6. Melakukan perawatan bayi baru persalinan
lahir 6. Melakukan ritual
7. Melakukan tindakan PPGDON keagamaan/tradisional yang sehat
apabila mengalami komplikasi sesuai tradisi setempat
8. Melakukan rujukan bila diperlukan 7. Membantu Bidan dalam perawatan
9. Melakukan pencatatan persalinan bayi baru lahir
pada : 11. Membantu ibu dalam inisiasi
a. Kartu ibu/partograf menyusu dini kurang dari 1 jam
b. Kohort Ibu dan Bayi 12. Memotivasi rujukan bila diperlukan
c. Register persalinan 13. Membantu Bidan membersihkan
10. Melakukan pelaporan: ibu, tempat dan alat setelah
a. Cakupan persalinan persalinan

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara Bidan dengan dukun perlu
disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme
sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus
disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan – dukun)
yaitu :
- Mekanisme rujukan informasi ibu hamil.
- Mekanisme rujukan kasus persalinan.
- Mekanisme pembagian biaya persalinan .
- Jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun.
KEGIATAN

Kegiatan dalam rangka memfasilitasi terciptanya kemitraan bidan dengan dukun


meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

A. PERENCANAAN

Langkah-langkah dalam perencanaan adalah :

1. Identifikasi potensi dan masalah yang terjadi meliputi :


- Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
- Cakupan hasil kegiatan program KIA
- Jumlah bidan dengan dukun dalam satu wilayah
- Kompetensi tenaga yang ada di desa
- Kelengkapan sarana, alat dan bahan habis pakai
- Sarana transportasi rujukan
- Sistem pembiayaan (tabulin, dasolin)
- Dukungan kebijakan, kelembagaan dan partisipasi masyarakat
- Sosial budaya

2. Analisis masalah dapat dilakukan dengan mengacu kepada hasil identifikasi potensi
dan masalah yang menitikberatkan pada :
- Adanya persalinan oleh dukun
- Cakupan persalinan nakes yang rendah
- Jumlah dukun lebih banyak daripada bidan
- Desa yang tidak mempunyai bidan/bidan tidak tinggal di tempat
- Melakukan analisa hasil kegiatan terhadap target.

3. Alternatif Pemecahan masalah.


Alternatif pemecahan masalah dilakukan berdasarkan temuan masalah. Beberapa
alternatif pemecahan yang ada, pada akhirnya akan dibahas untuk memperoleh
upaya yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut dengan melibatkan
sumber daya yang ada baik lintas program/lintas sektor maupun tokoh-tokoh
informal.

4. Penyusunan rencana kerja (Plan of Action).


Penyusunan rencana kerja berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek
kemitraan. Plan of Action (POA) dipilih dari kegiatan yang secara operasional
memungkinkan untuk dilaksanakan.
POA terdiri dari uraian kegiatan meliputi : kegiatan, tujuan, sasaran, waktu, biaya
dan penanggung jawab.
B. PELAKSANAAN

Untuk memfasilitasi terciptanya kemitraan bidan dengan dukun, perlu dilakukan


kegiatan secara sistematik dan terkoordinasi agar efektif dan efisien. Adapun kegiatan
pokok yang harus dilakukan ádalah :

1. Tingkat Provinsi :
a. Penyusunan Juknis
Berpedoman pada juknis Nasional disesuaikan dengan kemampuan daerah
masing-masing.
b. Sosialisasi
- Tujuan :
Adanya kesamaan pemahaman dan kesiapan pengelola dan penanggung
jawab program KIA-KB, Promkes, Yankes di Kabupaen/Kota dan LP/LS
di Propinsi dalam penyelenggaraan kegiatan kemitraan Bidan dengan
Dukun.

- Peserta
1. B.Provinsi : Penanggung jawab/Pengelola Program KIA-KB,
Promkes, Yankes dan bagian kepegawaian, IBI, TP-PKK,
BAPEPROP, Bagian Sosial.
2. Kabupaten : Penanggung jawab/Pengelola Program KIA-KB, kasie
yang menangani KIA-KB, Promkes, Yankes.

- Output kegiatan :
1. Diperolehnya dukungan dan kesepakatan penyelenggaraan kegiatan
kemitraan Bidan dan Dukun
2. Tersusunnya RTL kabupaten/kota

b. Fasilitasi Kemitraan Bidan dan Dukun


c. Evaluasi

2. Tingkat Kabupaten
a. Sosialisasi :
- Tujuan :
Untuk menyamakan persepsi dan mendapatkan dukungan dalam
pelaksanaan kemitraan bidan-dukun oleh lintas program, lintas sektor
yang terkait.

- Sasaran
Lintas program dan lintas sektor serta para pengambil kebijakan antara
lain :
 DPRD
 Bappekab/kota, Bagian Kesra Pemerintah Kab/ kota
 BKKB, Depag, Bapemmas, Dinkes (Promkes, Yankes, Kesga ), RSU
 Camat dan Tim PKK Kecamatan
 Kepala Puskesmas
 Organisasi Profesi (IBI)
 Toma, Toga dan LSM

- Output kegiatan :
Adanya kesepakatan serta dukungan dari lintas program & lintas sektor
untuk pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun

b. Pembekalan teknis pelaksanaan program kemitraan Bidan


dengan Dukun
- Tujuan :
Memberikan pemahaman konsep penyelenggaraan kegiatan kemitraan
bidan dengan dukun kepada seluruh kepala
Puskesmas dan bidan koordinator yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan kegiatan kemitraan bidan dengan dukun.

- Sasaran :
1. Kepala Puskesmas
2. Bidan Koordinator

- Output kegiatan :
Kepala puskesmas dan bidan koordinator memahami serta dapat
melaksanakan kegiatan kemitraan Bidan – Dukun sesuai Petunjuk Teknis
Kemitraan Bidan – Dukun.

2. Tingkat Kecamatan/Puskesmas
a. Sosialisasi tingkat kecamatan kegiatan Kemitraan Bidan – Dukun
- Tujuan :
Untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan kemitraan
Bidan – Dukun dari lintas program, lintas sektor, TOGA dan TOMA.

- Sasaran
Lintas program/lintas sektor tingkat kecamatan :
 Petugas PKM, PLKB, KUA, Bag. Sosial/Kesra Kecamatan, Diknas,
Toma, Toga, LSM, TP-PKK Kecamatan
 Kepala desa
 Ketua TP PKK desa
 Bidan di desa

- Output Kegiatan
 Diperolehnya dukungan dari LP/LS kecamatan dan desa.
 Adanya rancangan kesepakatan bidan dengan dukun untuk
pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun.

4. Tingkat Desa
a. Sosialisasi tingkat desa
- Tujuan
Untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan kemitraan
Bidan dengan Dukun dari aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat,
PKK dan masyarakat.
- Sasaran :
 Kepala Desa/Lurah
 PKK desa, kader kesehatan
 Tokoh masyarakat/Tokoh agama dan LSM yang ada
 Dukun
 Kepala Dusun/RW

- Output Kegiatan
 Diperolehnya dukungan untuk pelaksanaan kemitraan bidan dengan
dukun
 Tersusunnya kesepakatan antara bidan dengan dukun untuk
pelaksanaan kemitraan

b. Pembekalan dukun
- Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan dukun dalam melaksanakan deteksi dini
bumil; pengenalan tanda bahaya pada bumil, bulin, bufas, bayi
; cara-cara melaksanakan rujukan dan penyuluhannya serta keterampilan
dalam membantu merawat ibu dan bayi pada masa nifas.

- Sasaran :
Dukun

- Out put :
 Dukun bayi mampu
o mendeteksi dini bumil;
o mengenali tanda bahaya bumil, bulin, bufas serta
 Dukun terampil melakukan perawatan pada bayi baru lahir dan ibu
nifas.

c. Magang dukun di rumah Bidan/Polindes/Puskesmas


- Tujuan :
 Mendekatkan hubungan interpersonal antara bidan dengan dukun
 Meningkatkan keterampilan dukun dalam perawatan bayi baru lahir
dan ibu nifas, pendeteksian risiko tinggi pada ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas dan bayi baru lahir, serta cara-cara melaksanakan rujukan
tepat waktu dan penyuluhan yang baik.
- Sasaran
Dukun yang telah mengikuti pembekalan

- Output kegiatan
 Terciptanya hubungan interpersonal antara bidan dengan dukun yang
lebih akrab sehingga dukun akan sepakat merujuk kasus persalinan
kepada bidan setempat dimana dukun tersebut magang.
Meningkatnya keterampilan dukun dalam perawatan bayi baru lahir dan ibu nifas,
pendeteksian risiko tinggi pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir, serta
cara-cara melaksanakan rujukan tepat waktu dan penyuluhan yang baik.

d. Dana bergulir dukun


- Tujuan
Agar dukun mempunyai ikatan untuk merujuk kasus persalinan ke bidan

- Sasaran
Dukun yang telah mengikuti magang dukun.

- Sistem Pengelolaan dana bergulir :


 Dukun bayi yang telah selesai magang akan diberikan sejumlah uang
(dana bergulir) dengan jumlah yang telah ditentukan oleh pengelola
program kemitraan Bidan dengan Dukun Puskesmas setempat dan
dicatat dalam pembukuan dana bergulir.
 Dukun bayi berkewajiban mengembalikan dana yang telah diterima
tersebut, dalam bentuk rujukan kasus persalinan (inpartu) kepada
bidan penanggung jawab/bidan tempat magang
 Bidan akan memberikan sebagian uang hasil dari biaya persalinan
yang dibayarkan oleh pasien sesuai kesepakatan yang telah dibuat
kepada dukun tersebut sebagai penghargaan atas rujukan dan sebagian
lagi akan disimpan untuk dana bergulir (disimpan ke pengelola dana
bergulir di Puskesmas )
 Dana bergulir yang telah masuk ke pengelola program kemitraan
Bidan dengan Dukun puskesmas selanjutnya akan digulirkan kembali
ke dukun yang sama atau dukun yang lain setelah dilakukan evaluasi
 Pemberian dana bergulir dan pembagian hasil antara bidan dengan
dukun, dari hasil pertolongan persalinan ditinjau ulang secara berkala
(tiap 6 bulan sekali) dan diatur dalam kesepakatan yang dibuat pada
saat evaluasi hasil kegiatan kemitraan Bidan – Dukun di tingkat
kecamatan.
 Secara berkala Kepala Puskesmas setempat, berkewajiban
melaksanakan audit keuangan dana bergulir ini di wilayahnya.

- Output kegiatan :
 Terlaksananya rujukan semua persalinan dukun ke bidan
 Terjalinnya kerja sama yang harmonis antara bidan dengan dukun
sesuai kesepakatan bersama serta diketahuinya pengelolaan dana
bergulir di masing –masing wilayah.
C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan dan


evaluasi yang dilakukan sercara terus menerus (bekesinambungan). Kegiatan memantau
dan menilai untuk melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana
yang ditetapkan. Hasil pemantauan merupakan bahan masukan untuk perencanaan dan
langkah perbaikan berikutnya.

1. Pemantauan :
- Propinsi ke Kabupaten : 1 kali per tahun
- Kabupaten ke Puskesmas – Desa : Laporan dari Desa/Puskesmas 3 bulan
sekali
2. Evaluasi dilakukan 1 kali dalam setahun setelah proses kemitraan bidan
dengan dukun berlangsung :
- di tingkat propinsi dan Kabupaten/Kota
- di tingkat desa

Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan pencapaian dari hasil


kegiatan dengan perencanaan secara berkesinambungan. Dalam menilai kualitas
kegiatan kemitraan bidan dengan dukun diperlukan indikator :
- Persentase dukun yang bermitra
- Cakupan Linakes di suatu wilayah
- Prosentase rujukan bumil oleh dukun

Proses pemantauan dan evaluasi tersebut dilaporkan secara berjenjang kepada


pengelola program KIA Puskesmas kemudian ke Kabupaten/Kota secara triwulan
PENUTUP

Kerjasama yang saling menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi sangat
diperlukan untuk memindahkan persalinan dari dukun bayi ke Bidan. Dengan demikian,
kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan mengurangi risiko yang
mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dengan menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun.

Anda mungkin juga menyukai