Anda di halaman 1dari 14

RESPON MASYARAKAT TENTANG PROGRAM

SAMISAKE
(Analisis Model Stimulus Respon di Kelurahan Betungan)

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

YULINDA KURNIATI
D1E010081

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU

2014
2

RESPON MASYARAKAT TENTANG PROGRAM


SAMISAKE
(Analisis Model Stimulus Respon di Kelurahan Betungan)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan guna memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Strata (S1) Pada Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Bengkulu

Oleh

YULINDA KURNIATI

D1E010081

Disetujui Oleh :

Pembimbing utama Pembimbing pendamping

Drs. Azhar Marwan M.si Dwi Aji Budiman, S.sos, M


NIP. 195712171986091001 NIP. 197911102005011002
3

ABSTRAK

YULINDA KURNIATI
D1E010081

RESPON MASYARAKAT TENTANG PROGRAM SAMISAKE


(Analisis Model Stimulus Respon di Kelurahan Betungan)

Satu miliar satu kelurahan (samisake) adalah salah satu program dana
bergulir dari pemerintah daerah Kota Bengkulu. Program ini langsung di
koordinasikan dalam tahapan-tahapan yang telah di sesuaikan sebelumnya. Dana
satu miliar satu kelurahan ini fungsinya akan disalurkan untuk mengurangi
masalah kemiskinan dan kurangnya modal untuk mengembangkan usaha
masyarakat Kota Bengkulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana respon masyarakat Kelurahan Betungan tentang program SAMISAKE
ditinjau dari analisis stimulus respon. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif guna mengungkapkan seperti apa hasil Persepsi masyarakat Kelurahan
Betungan terhadap Program Samisake. Tehnik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan analisis interpretif kualitatif, dimana peneliti akan
memaknai, menguraikan,dan membahas secara mendalam terhadap gejala,
peristiwa, atau masalah-masalah aktual yang ada pada saat penelitian dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian Respon Masyarakat Tentang Program Samisake
Ditinjau Dari Analisis Stimulus Respon di Kelurahan Betungan, perencanaan
awal program Samisake sudah sangat bagus. Namun perencanaan awal program
Samisake tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang ada di lapangan. Dimulai
dari sistem pengajuan Samisake yang tergolong ditutupi oleh penyelenggara,
kurangnya transparansi mengenai program Samisake, serta kurangnya sosialisasi
langsung kepada masyarakat tentang Samisake. Menurut model S-R sebagai suatu
proses aksi-reaksi, Stimulus adalah program Samisake sedangkan reaksi berupa
respon positif dan negatif dari masyarakat Kelurahan Betungan.
4

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Program SAMISAKE dibuat oleh walikota Bengkulu Helmi Hasan yang
terpilih menjadi walikota pada tahun 2013 yang lalu. Program samisake ini telah
berjalan satu tahap dan telah menyentuh beberapa Kelurahan yang ada di Kota
Bengkulu, salah satunya adalah Kelurahan Betungan. Sistem dana samisake ini
adalah sistem pinjaman dengan modal 0,5 persen stiap pengembaliannya. Dalam
pengembalian pinjaman tersebut bisa dibayar harian, mingguan, atau bulanan.
Warga bisa datang langsung ke LMK-BKM masing-masing, atau bisa juga
petugas yang mendatangi warga..

Program ini merupakan upaya untuk membangun kemandirian masyarakat


dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan,
selama kurun waktu lima tahun. Selain itu misi SAMISAKE adalah untuk
menciptakan 50.000 lapangan kerja, meningkatkan kapabilitas dan kapasitas
masyarakat sasaran program, penganekaragaman sumber penghasilan
berdasarkan potensi dasar masyarakat, mengembangan lembaga keuangan mikro
berbasis masyarakat, dan menstimulasi modal berusaha bagi masyarakat
potensial.

Komunikasi sangat dibutuhkan untuk interaksi sesama manusia, oleh karena


itu komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari,
sehingga tanpa adanya komunikasi, kehidupan manusia tidak akan berjalan
dengan sempurna. Namun tidak semua orang dapat berkomunikasi dengan baik
secara alamiah, perbedaan respon masyarakat menjadikan komunikasi menjadi
sulit untuk menemui kesepakatan bersama. Dengan demikian seringkali pesan
atau informasi yang disampaikan baik secara verbal maupun nonverbal juga akan
mendapat respon yang berbeda-beda dari khalayak. Semakin banyak khalayak
yang menerima suatu pesan/informasi, maka akan bayak proses interaksi yang
terjadi sehingga semakin banyak pula respon yang akan diterima nanti.
Alasan mengapa peneliti menggunakan model S-R sebagai acuan adalah
untuk melihat bagaimana respon masyarakat Kelurahan Betungan dalam
5

menanggapi program SAMISAKE tahap pertama, serta bagaimana respon


masyarakat tehadap program SAMISAKE tahap selanjutnya nanti. Sebab salah
satu hal yang paling menonjol menurut peneliti adalah heterogenitas masyarakat
yang berasal dari latar belakng sosial budaya yang berbeda, diantaranya karena
keberagaman etnik, pendidikan, pola hidup, motivasi, kepentingan dan unsur
lainnya yang mewakili label sosial budaya mereka yang berbeda. Sehingga
perbedaan-perbedaan ini diduga menyebabkan perbedaan dalam menerima dan
merespon pesan yang dikomunikasikan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Respon
Masyarakat Tentang Program Samisake (Analisis Model Stimulus Respon di
Kelurahan Betungan).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah yang di angkat dalam penelitian ini Bagaimanakah respon masyarakat
Kelurahan Betungan tentang program SAMISAKE ditinjau dari analisis stimulus
respon?

1.3. Tujuan penelitian


Adapun tujuan masalah dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui
bagaimanakah respon masyarakat Kelurahan Betungan tentang program
SAMISAKE ditinjau dari analisis stimulus respon.
6

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan


manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia
perlu berkomunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara
individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi
adalah proses pernyataan antar manusia (Effendy, 2003 : 8).
Stimulus berarti rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan
diciptakan untuk memunculkan tanggapan. Respon lambat-laun tertanam atau
diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang (Djamarah, 2002 : 23). Menurut
pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus
yang datang. Untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi,
sikap dan partisipasi masyarakat.
Model komunikasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah model komunikasi Stimulus Respon. Model ini merupakan model yang
paling dasar dalam ilmu komunikasi. Model ini menunjukan komunikasi sebagai
sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa kata-kata verbal, tanda-
tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang orang lain untuk
memberikan respon dengan cara tertentu. Prinsip stimulus-response pada dasarnya
merupakan suatu prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi
terhadap stimuli tertentu. Model ini menunjukkan proses komunikasi sebagai
suatu proses aksi-reaksi artinya apabila ada aksi maka akan menyebabkan
timbulnya reaksi.
7

METODE PENELITIAN

Ditinjau dari data yang digunakan, penelitian ini menggunakan pendekatan


kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih guna memahami realitas yang diteliti
dengan pemahaman menyeluruh. Bogdan dan Taylor (1992 : 22) menjelaskan
bahwa melalui pendekatan kualitatif akan dihasilkan suatu uraian mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang diamati dari suatu individu,
kelompok, massyarakat, dan organisasi tertentu dalam suatu konteks tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan
jenis data yang dikumpulkan yaitu dari data primer dan data sekunder. Untuk
mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu : a). Observasi, b). Wawancara Langsung dan c).
Dokumnetasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
interpretif kualitatif, dimana peneliti akan memaknai, menguraikan,dan membahas
secara mendalam terhadap gejala, peristiwa, atau masalah-masalah aktual yang
ada pada saat penelitian dilakukan. Selain itu analisis data berlangsung bersamaan
dengan proses pengumpulan data melalui tiga tahap yang dilakukan secara
simultan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi (pengambilan
keputusan). Menurut Miles dan Huberman dalam Bungin (2004 : 99) metode ini
lebih dikenal dengan metode analisis data Model Alir.
Uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber, dan waktu. Melalui triangulasi sumber, peneliti membandingakan atau
mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber
yang tersedia. Sedangkan melalui triangulasi waktu berkaitan dengan perubahan
suatu proses dan prillaku masyarakat, karena prilaku masyarakat dapat berubah
setiap waktu. Berdasarkan sifat manusia yang seringkali berubah maka penelitian
ini memerlukan pengecekan dengan metode wawancara dalam kurun waktu yang
berbeda.
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang, dengan rincian 3
informan kunci dan 10 informan pokok yang tinngal di Kelurahan Betungan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa dari 7.471 orang
peminjam dana untuk mengembangkan usaha mereka telah terjadi penyerapan
tenaga kerja sebanyak 7.388 orang, yang terdiri dari 2.941 laki-laki dan 4.447
perempuan. Program Samisake disalurkan secara bertahap, Penyaluran secara
bertahap program Samisake dikarenakan program ini masih tergolong baru
diadopsi oleh Pemerintah Kota Bengkulu, walaupun sebelumnya sudah
dilaksanakan terlebih dahulu oleh daerah Jambi dengan sebutan Satu Milliaar Satu
Kecamatan. Terkait hal tersebut, Pemerintah Kota masih memerlukan uji coba
dalam beberapa tahapan demi menganalisis keberlangsungan program Samisake.
Jika program ini layak diteruskan maka Pemerintah Kota akan melanjutkan
program unggulan ini dan begitu pula sebaliknya.
Sekertaris BAPPEDA, Arminal Nova Putra mengatakan :
Setelah melakukan perencanaan, maka selanjutnya barulah kita
mengeksekusikan program ini. Jika pada tahap evaluasi nanti mengalami
banyak kendala, ada kemungkinan program ini dihentikan. Namun jika
mengalami progress positif dimasyarakat, kita tetap lanjutkan kembali (11
Juli 2014).

Untuk mendapatkan dana Samisake, warga harus melengkapi syarat-syarat


yang ada, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Nikah, Kartu Keluarga, dan
menyerahkan keterangan tentang usaha yang akan atau sedang digeluti.

Seperti yang diterangkan Sekertaris BAPPEDA, Arminal Nova Putra :


Bagi masyarakat yang ingin mengajukan pinjaman, maka mereka harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Diantaranya
adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Nikah, Kartu Keluarga, dan
Surat Izin Usaha. Sedangkan bagi yang belum memiliki Surat Izin Usaha,
segeralah menemui pihak Kelurahan untuk membuat Surat Izin Usaha. (11
Juli 2014)
9

Berdasarkan Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 28 Tahun 2013 tentang


Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bergulir (Samisake), terdapat 2 pilihan
alternatif bagi para penerima manfaat program ini. Pertama, tidak menambah
tenaga kerja baru tetapi berpotensi meningkatan pendapatan bulanan lebih tinggi
dari pendapatan sebelumnya. Kedua, menambah beberapa tenaga kerja baru
dengan mencantumkan nama orang yang akan diterima sebagai calon pekerja.
Misalkan dia bekerja sebagai penambal ban, dengan dana Samisake yang ia
dapatkan, bisa menambah peralatan baru, dengan penambahan alat baru otomatis
membutuhkan tenaga kerja baru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, penerima manfaat
Samisake diklasifikasikan berdasarkan jenis usaha yang ditekuni. Jika penerima
manfaat diyakini berpotensi besar dalam perkembangan usahanya, maka akan
mendapatkan pinjaman yang besar tentu sesuai dengan jenis usaha yang
ditekuninya. Begitu pula sebaliknya, jika penerima manfaat merupakan pemula
dalam usaha yang ditekuninya akan mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan
kebutuhan dalam memulai usahanya. Pada Kelurahan Betungan, rata-rata
Samisake disalurkan sebesar Rp. 2000.000 kepada penerima manfaat.
Sesuai dengan pengakuan Kusbiantoro selaku ketua Rt. 26 Kelurahan
Betungan bahwa :
Rata-rata semuanya mendapatkan Samsake sebesar Rp. 2000.000 saja,
namun ada juga yang mendapat Rp. 1.000.000. semua itu tergantung
penetapan besar pinjaman yang diperbolehkan oleh LKM Kelurahan
Betungan (4 Agustus 2014).

Sistem pengembelian Samisake ditentukan oleh LKM per tanggal


pengembaliannya. Pada kelompok Kelurahan Betungan disepakati jatuh tempo
per tanggal 10 setiap bulannya. Setiap pengembalian, penerima manfaat diberi
bunga 0,5% pada setiap pinjaman yang didapatkan. Jika penerima manfaat
mendapatkan Samisake sebesar Rp. 2000.000 maka nominal yang harus
dikembalikan oleh penerima manfaat adalah Rp. 210.000 setiap bulannya. Begiitu
pula seterusnya, setian nominal pinjaman dikalikan 0,5%, hasil perkalian itulah
yang harus dibayar setiap bulannya.
10

2. Pembahasan
Terkait dengan segala pemaparan diatas, peneliti melihat stimulus berupa
program Samisake dimata masyarakat Kelurahan Betungan merupakan program
biasa. Terdapat 4 informan pokok yang belum mengetahui dasar hukumnya, 2
informan yang belum mengenal Samisake, dan masih terdapat hambatan-
hambatan seperti telah dijelaskan diatas. Lain halnya dengan pemerintah kota
sebagai informan kunci mengatakan bahwa program ini merupakan program
unggulan yang berbasis pinjaman dana modal usaha.
Kembali pada Model Stimulus respon yang menjelaskan bahwa Model ini
menunjukkan proses komunikasi sebagai suatu proses aksi-reaksi artinya
apabila ada aksi maka akan menyebabkan timbulnya reaksi. Apabila ada stimuli
maka akan ada respon yang akan diberikan sebagai umpan balik. Paparan
mengenai Samisake diatas merupakan stimuli yang diberikan, sedangkan
responnya berupa tanggapan sebagai reaksi dari aksi yang diberikan.
Guna memperkuat fenomena yang terjadi, peneliti telah mengemas relevasi
dari kenyataan yang ditemukan dilapangan berupa aksi-reaksi dari program
Samisake ini. Adanya beberapa reaksi positif maupun negatif akan menjadi materi
pendukung bagi peneliti dan pihak terkait dengan pengelolaannya. Saat kita
melihat sebuah objek atau pesan atau apapun yang dapat diterima oleh
panca indra kita, kita menerima berbagai macam stimulus. Berdasarkan
model Stimulus Respon di atas, stimulus yang diterima tersebut, kemudian
mendorong kita untuk memberikan respon.
Menurut model stimulus-respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Begitu juga
Stimuli berupa Samisake akan memberikan efek khusus dari stimuli khusus.
Sehingga masyarakat Kelurahan Betungan dapat mengharapkan dan
memperkirakan sendiri kesesuaian antara pesan dan reaksi.
Pemerintah memberikan stimulus untuk pembangunnan dan usaha
kerakyatan melalui program Samisake. Sedangkan respon dari stimulus
(Samisake) terlihat hampir berbanding sama anatara respon positif dan negatif.
Baik penerima manfaat, pengelolaan program, maupun yang tidak tahu telah
11

memberikan penjelasan tentang apa yang mereka tahu. Selain itu, berdasarkan
pengamatan peneliti dalam menyampaikan sebuah pesan diperlukan komunikasi
efektif sebagai penunjang keberhasilan program yang diluncurkan.
Sebagai badan penyelenggaraan dan pengelolaan, Pemerintah Kota memang
seharusnya memberikan keterangan yang benar-benar menjalankan tugas nyata
tanpa harus berpihak kemanapun. Seperti Koordinasi penyusunan rencana yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan masing-masing satuan kerja perangkat daerah. Tugas lainnya adalah
sebagai penyusunan rencana, rancangan rencana pembangunan daerah.
Musyawarah perencanaan pembangunan daerah. Rancangan akhir rencana
pembangunan daerah. Pengendalian pelaksanaan rencana. Kepala BAPPEDA
menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana
pembangunan dari masing-masing pimpinan SKPD sesuai dengan tugas dan
kewenangannya. Dalam evaluasi pelaksanaan rencana, kepala bappeda menyusun
evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD. Hasil
evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk
periode berikutnya.
Berdasarkan hasil analisis peneliti, dari 10 penerima manfaat Samisake
dinyatakan bahwa 3 orang penerima manfaat Samisake dinyatakan mendapat
kerugian dalam mengembalikan Samisake. Hal ini dekarenakan penerima manfaat
harus mengembalikan uang pinjaman melebihi keuntungan yang didapat setelah
menerima Samisake. Sedangkan 7 orang penerima manfaat Samisake dinyatakan
mendapat keuntungan berkisar Rp. 15.000- Rp. 90.000 dari pinjaman yang
diberikan.
Selain itu, banyak informan yang belum mengetahui tentang dasar hukum
Samisake, apa saja ketentuannya, bagaimana pidana jika terlambat membayar dll.
Dilanjutkan dengan sistem pengajuan Samisake yang tergolong ditutupi oleh
penyelenggara. Dari hasil penelitian terhadap beberapa informan mengenai
Samisake, Terbukti sosialisai sangatlah minim. Masih ada masyarakat yang belum
mengetahui prosedurnya. Sosialisasi sangatlah diperlukan sebagai pendukung
suksesnya suatu program. Melalui sosialisasi dan media sebagai penghantar,
masyarakat akan lebih dekat dengan manfaat yang disajikan. Dalam sistem
12

pengelolaan, transparansi juga dibutuhkan guna memperkuat kepercayaan


masyarakat. Suatu hal yang nyata seharusnya juga dapat dilihat nyata oleh
masyarakat, baik itu Sumber dana, pengelolaan, pendaftaran, visi misi bahkan
sampai hambatan seharusnya dijabarkan melalui keterangan yang pasti. Terlihat
bahwa masyarakat yang tidak mengetahui hal diatas, cendrung memberikan
persepsi negatif. Ini disebabkan oleh tidak ada penjelasan lengkap mengenai
Samisake.
Menurut model S-R proses komunikasi sebagai suatu proses aksi-reaksi
artinya apabila ada aksi maka akan menyebabkan timbulnya reaksi. Proses ini
merupakan bentuk pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan yang dapat
menimbulkan efek untuk mengubah tindakan/perilaku. Proses ini berupa timbal
balik dan mempunyai efek yang banyak, setiap efek dapat merubah perilaku dari
komunikasi berikutnya.
Adanya beberapa reaksi positif maupun negatif akan menjadi materi
pendukung bagi peneliti dan pihak terkait dengan pengelolaannya. Saat kita
melihat sebuah objek atau pesan atau apapun yang dapat diterima oleh
panca indra kita, kita menerima berbagai macam stimulus kemudian direspon
oleh penerima pesan. Inilah yang disebut sebagai suatu proses aksi-reaksi dari
penelitian yang telah dilakukan.
13

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian Respon Masyarakat Tentang Program
Samisake Ditinjau Dari Analisis Stimulus Respon di Kelurahan Betungan, dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Proses
Kurangnya sosialisasi langsung kepada masyarakat tentang Samisake.
Sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui prosedur dalam
mengajukan Samisake.
2. Pelaksanaan
Masih kurangnya transparansi mengenai program Samisake di Kelurahan
Betungan. Hal ini dikarenakan belum ada keterbukaan baik dari jumlah
dana yang diterima, indikator kriteria penerima manfaat, dan besar jumlah
pinjaman yang diperbolehkan.
3. Pengembalian
Pengembalian Samisake diberikan langsung kepada Ketua LKM
Kelurahan Betungan dengan tempo paling lambat pada tanggal 10 setiap
bulannya selama 10 bulan.
4. Menurut model S-R sebagai suatu proses aksi-reaksi, Stimulus adalah
program Samisake sedangkan reaksi berupa respon positif dan negatif dari
masyarakat Kelurahan Betungan.

6.2 Saran
Melalui penelitian ini penulis menyarankan kepada pihak penyelenggara
agar sosialisasi langsung tentang samisake ditingkatkan, diperlukan keterbukaan
mengenai jumlah dana yang diterima, indikator kriteria penerima manfaat, dan
jumlah pinjaman yang diperbolehkan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan Dan Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif : Suatu


Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. Ditermahkan
Oleh Arief Furchan. Surabaya : Usaha Nasional.

Bungin, Burhan. 2004. Metode Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodelogis


Kearah Varian Kontemporer. Jakarta : Pt. Raja Grafindo Persada.

Djamrah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Effendy, Onong. 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti

Anda mungkin juga menyukai