Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen Pengampu :

Irna Trisnawati, SKM, MKM

Disusun Oleh : Kelompok 1

Diva Alidya Savinka (P17324421008) Putri Ayu Lestari (P17324421022)

Feby Irawati (P17324421011) Rusyi Amalia Sugiarto (P17324421024)

Futri Rosmalia Diane (P17324421012) Salma Syahidah (P17324421026)

Melani Mustika Sari (P17324421016)

JALUM 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRODI KEBIDANAN KARAWANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB II

PEMBAHASAN

1. STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS


1.1 Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
Pendekatan edukatif adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematis terencana dan terarah dengan partisipasi aktif dari individu kelompok maupun
masyarakat umum, untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor–faktor sosial ekonomi dan budaya.
Tujuan pendekatan edukatif adalah :
a. Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
b. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya
sendiri secara swadaya dan gotong royong
Langkah-langkah pendekatan edukatif yaitu :
1) Pendekatan pada tokoh masyarakat.
a. Nonformal untuk penjagaan lahan
b. Formal dengan surat resmi
c. Tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat.
d. Kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan pengumpulan data.
e. Pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu kebijakan
alternatif pemecahan masalah dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
f. Menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara-upacara
agama, perkawinan, kematian dsb.
2) Pendekatan kepada provider
Diadakan pada waktu pertemuan tingkat kecamatan, tingkat desa/kelurahan,
tingkat dusun/lingkungan.
3) Pengumpulan data primer dan sekunder.
Data umum, data teknis sesuai dengan kepentingan masingmasing sektor, data
perilaku sesuai dengan masalah yang ada, data khusus hasil pengamatan, data
orang lain.
4) Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat.

Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan


prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk
berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber–sumber
yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong.
Terdiri dari 3 jenis pendekatan :
1) Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui
proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan pada
kasus DBD
2) General Content Objektive Approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang
kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi,
KIE dsb.
3) Process Objective Approach
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan
masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai
kemampuan. Contoh : kader
Menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat
merupakan usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat,
membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai
lingkungan fisiknya.
Langkah-langkah :
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Prinsip-prinsip dalam mengembangkan masyarakat :


a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.
b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan dorongan agar
dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai katalisator
untuk mempercepat proses.
Bentuk bentuk program masyarakat
a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan dinas
terkait/kerjasama lintas sektoral.
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah
satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk
melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program.
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha–usaha
terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah
tersebut.

1.2 Komunitas yang baik


Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dalam berkomunikasi kepada
masyarakat :
1) Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak banyak menyela.
2) Jangan meneruskan kalimat mereka atau mangantisipasi apa yang sedang mereka
bicarakan.
3) Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas.
4) Lebih baik membicarakan sesuatu secara tatap muka dari pada membicarakan
sesuatu secara tertulis.

1.3 Pemberdayaan masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari paradigma pembangunan yang
memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di
lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek
material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial.
Keberdayaan masyarakat dicirikan dengan timbulnya kesadaran bahwa, mereka
paham akan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta sanggup
menjalankan kewajiban dan tanggung jawab untuk tercapainya kualitas lingkungan
hidup yang dituntutnya.

2. ANALISIS SOSIAL DALAM KEBIDANAN KOMUNITAS


2.1 Analisis Sosial
Analisis ini merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan untuk
mengetahui dan mendalami realita sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis
dan strukturalnya, keterkaitan dengan analisis situasi kesehatan namun yang
membedakan antara analisis sosial dengan analisi situasi tidak perlu, yang penting
adalah saling melengkapi.
Dalam analisis situasi ada semacam tradisi dalam ilmu kesehatan. dimana
analisis ini berkaitan dengan relasi antara independent dengan dependen (antara faktor
determinan dengan derajat kesehatan). Ada ukuran-ukuran kuantitatif yang jelas, akurat,
seperti tertuang dalam indikator, target, relasi statistik. Sedangkan pada analisis sosial
lebih kepada memberikan gambaran yang jelas (deskripsi) tentang makna yang
ditangkap dari suatu fakta sosial. Tidak menggunakan ukuran kuantitatif, yang penting
fakta sosial diungkap, dijelaskan sehingga oleh setiap orang dapat dipakai gambaran dan
selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk melangkah lebih lanjut.
Analisis social merupakan usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap
tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan- hubungan historis dan
strukturalnya. Serangkaian kegiatan membedah suatu masalah dari berbagai sudut
pandang, memetakan situasi yang berhubungan dengan masalah, dan selanjutnya
mengidentifikasi dasar- dasar penyelesaian masalah (Chambers, 1996). Gambaran ini
bisa digali dari individu, kelompok dan atau organisasi/lembaga sosial yang dianggap
sebagai masalah di komunitas. Berbagai sumber data diharapkan bisa membantu
memberikan data dan informasi berkenaan dengan situasi dan kondisi masyarakat,
termasuk juga menyampaikan kepentingan, motivasi, sikap dan implikasinya pada
persoalan yang ada di masyarakat.
Dalam analisis sosial, relasi antara fakta menjadi penting karena setiap fakta
seringkali tidak berdiri sendiri. Misalnya kebiasaan merawat tali pusat bayi dengan
dipopok pakai daun sirih tidaklah berdiri sendiri. Kebiasaan itu didapat dari moyang
mereka, dan keyakinan itu yang menjadikan perilaku semakin mendapat pengesahan.
Dalam kasus ini, relasi yang lain adalah bahwa kenyataan ini bisa juga dilihat
banyaknya tanaman sirih, yang mungkin dihasilkan oleh adanya keputusan bersama
untuk melestarikan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk obat. dan sangat
mungkin keputusan bersama ini menjadi peraturan desa.
Dalam analisis sosial ini, yang diperlukan adalah kemampuan seseorang dalam
menangkap apa yang dimaksud fakta-fakta sosial, kekayaan sosial dan relasinya. Untuk
itu dalam melakukan analisis sosial Anda perlu ketahui elemen-elemen berikut ini.
1. Jumlah penduduk/KK.
2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur.
3. Mata pencaharian termasuk pembagian kerja antara lelaki dengan perempuan.
4. Jumlah dusun, RT/RW.
5. Agama dan keyakinan.
6. Lembaga Desa (seperti Pamong Desa, Badan Perwakilan Desa, Dukuh).
7. Sarana kesehatan yang tersedia seperti Polindes, Posyandu, Bidan. Mantri
Kesehatan, Dokter, Dukun.
8. Perkumpulan ibu-ibu, bapak-bapak, remaja.
9. Iuran pembangunan daerah (IPEDA).
10. Kegiatan ronda malam.
11. Program kebersihan lingkungan desa.
12. Ritual upacara adat (mitoni, tetes, sunat, jagong bayi dan lain-lain).
13. Konsep schat sakit.
14. Pengertian KB, Aborsi, Kesehatan alat reproduksi.
15. Program kesehatan (Posyandu Balita, Usila).
Langkah-langkah analisis sosial :
1. Membangun perumusan masalah yang menjadi pusat perhatian
2. Membangun konsep teoriti atas konteks realitas
3. Mengenali struktur- struktur kunci yang mempengaruhi situasi yang ada
4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk membangun sebuah konteks
5. Menghimpun fakta-fakta data-data yang berkorelasi dan membelakangi
6. Menyusun model-model, mengkaji menguji relevansinya
7. Menguji jawaban pada relasi dan keabsahan
8. Menggali masalah yang muncul
2.2 Analisis Situasi Kesehatan
Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau
kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah. Wilayah ini berisikan orang, lokasi dan
dimensi waktu. Artinya dalam setiap proses analisis situasi selalu mendasarkan pada
ketiga hal tersebut yaitu siapa, dimana, dan kapan. Analisis situasi ini dimaksudkan
untuk melihat fakta atau data itu bermasalah atau tidak, artinya dengan analisis situasi
dapat ditemukan masalah kesehatan, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya
baik konteks geografis, demografis, sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik. Tujuannya
guna mengidentifikasi dan memahami masalah-masalah ataupun kebutuhan-kebutuhan
komunitas. Tujuan dari analisis situasi kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik yang ada di wilayah
dengan mengumpulkan data. menggali permasalahan kesehatan baik terkait dengn
konteks geografis, demografis, sosial, budaya dan ekononomi bahkan politik.
2. Mempermudah untuk mengidetifkasi dan memahami masalah ataupun kebutuhan
dikomunitas sehingga dapat menentukan prioritas dalam menyelesaikan masalah.
3. Mempermudah penentuan altematif pemecahan masalah.

2.3 Variabel Dalam Analisis Situasi Kesehatan


Pada analisis situasi kesehatan ada sejumlah variabel standar yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut (Djohani, 1996).
1. Status kesehatan
Analisis status kesehatan akan menghasilkan ukuran-ukuran status kesehatan
secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, serta
menurut tempat dan waktu. Ukuran yang digunakan adalah angka kematian
(mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Analisis situasi kesehatan antara
lain meliputi penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk, penyakit yang
banyak diderita oleh bayi. jumlah dan penyebab kematian penduduk, jumlah dan
penyebab kematian ibu, bayi dan jumlah berat lahir rendah (BBLR), jumlah balita
gizi buruk, jumlah ibu hamil dengan komplikasi dan penyebab komplikasi serta
jumlah ibu hamil yang anemia.
2. Kependudukan
Analisis kependudukan mencakup jumlah penduduk, struktur umur, jenis kelamin,
mobilitas, pekerjaan, jumlah kepala keluarga (KK). jumlah wanita usia subur
(WUS) dan pertumbuhan penduduk, mata pencaharian penduduk, agama
mayoritras yang dianut, rata-rata usia menikah pertama kali, mobilitas penduduk,
organisasi kemasyarakatan yang ada dan cara penduduk menjaga ketersediaan
sumber pangan. Di desa, data tersebut dapat dilihat di kantor desa berupa
monografi desa, hanya saja perlu di telusuri lagi, karena akurasi dan kekinian
datanya sering tidak valid. Pada informasi penduduk rentan, desa biasanya tidak
punya, maka perlu dibuat sendiri atau bersama-sama dengan desa mendata warga
yang masuk dalam kategori rentan.
3. Pelayanan/upaya kesehatan
Analisis pelayanan kesehatan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Analisis ini menghasilkan data atau
informasi tentang input, proses, output dan dampak dari pelayanan kesehatan.
Misalnya untuk mengetahui akses dan pemanfaatan rumah tangga terhadap sarana
pelayanan kesehatan RS. puskesmas, puskesmas pembantu, dokter praktik, bidan
praktik. dan pelayan kesehatan UKBM yaitu posyandu, poskesdes, dan
polindes/bidan di desa, jumlah dukun bayi yang terlatih dan tidak terlatih, jenis
pelayanan kesehatan khusus bagi remaja, ibu hamil, lanjut usia dan lain-lain, serta
cara menjangkau fasilitas kesehatan (jarak, waktu, tempuh, jenis transportasi,
biaya transportasi dan kondisi jalan).
4. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah salah satu faktor determinan pada derajat kesehatan.
Perilaku ini meliputi seluruh perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat
memberi akibat pada kesehatan, kesakitan atau kematian. Perilaku ini sangat
banyak dipengaruhi oleh pengetahuan, kepercayaan dan kebiasaan yang dimiliki
dan kemungkinannya berpengaruh pada kesehatan atau kesakitan tubuhnya. Ada
beberapa elemen yang dapat dijelaskan di bawah ini untuk melihat perilaku yang
berakibat pada derajat kesehatan seseorang atau masyarakat. Gaya hidup yang
berkait dengan kesehatan biasanya juga bisa ditujukan pada pola makan dan input
yang masuk melalui mulut. Sedangkan di sisi lain ada faktor yang perilaku yang
berpangaruh pada kejiwaaan. sehingga memunculkan stress dan akhirnya
gangguan fisik. Sebagai contoh keberadaan perilaku kawin cerai di Lombok,
baisanya istri ditinggalkan begitu saja ketika sedang hamil dan saat melahirkan.
Ini menimbulkan kejiwaaan yang dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil dan
melahirkan, risiko meninggal sangat memungkinkan. Kebiasaan lain yang
berpengaruh pada kesehatan misalnya adalah pola konsumsi lemak berlebihan,
konsumsi rokok, alkohol, zat aditif (Narkoba) dan perilaku seks yang tidak aman.
Selain itu pola pencarian pengobatan juga memberikan gambaran kebiasaan
masyarakat kemana mereka memilih mencari obat atau pengobatan. Seringkali
pertimbangan ini dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat setempat, misalnya ke
Puskesmas, atau ke mantri kesehatan. Ketika mereka memilih, ada keterbatasan-
keterbatasan sehingga pilihan yang dijatuhkan menyesuaikan kemampuan yang
mereka miliki. Keterbatasan tersebut dapat berupa terbatas dalam memahami
sakit, terbatas dalam keuangan, terbatas pada informasi tempat layanan kesehatan,
begitu juga dengan kendala geografis dan sulitnya akses yang tersedia.
5. Lingkungan
Lingkungan merupakan keadaan fisik yang berada di luar kita, yang memiliki
interaksi dengan manusia baik disengaja maupun tidak disengaja. Interaksi timbal
balik ini seringkali memberi konsekuensi yang berakibat pada kesakitan seseorang
atau masyarakat. Analisis lingkungan mencakup aspek fisik, biologis dan sosial.
Analisis ini bertujuan memperoleh informasi tentang keadaan sanitasi lingkungan
di rumah tangga dan komunitas (misalnya air bersih, air limbah, sampah
penggunaan bahan kimia, ternak/hewan peliharaan. kepemilikan jamban dalam
satu keluarga, jenis jamban yang digunakan, tipe tempat tinggal, ketersediaann
tempat pembuangan limbah rumah tangga, sumber pencemaran di sekitar rumah)
dan ketersediaan sarana transportasi dan telekomunikasi untuk mengetahui
informasi akses masyarakat terhadap air dan penyehatan lingkungan. Pada
lingkungan sering dipakai sebagai media untuk sarang dan hidup suatu penyebab
penyakit, misalnya nyamuk yang membawa penyakit malaria atau demam
berdarah.
2.4 Determinan Kesehatan Reproduksi
2.4.1 Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut
dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan
jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga
kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
2.4.2 Akses terhadap pendidikan kesehatan remaja
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang
seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar
tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang
terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi
remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal- hal yang
diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup
tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit
Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan, Dengan
mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, maka dapat menghindari
dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi
remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja, khususnya untuk mencegah
dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi,
kanker mulut rahim. kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan
yang suram dari remaja yang bersangkutan.
2.4.3 Hubungan seksual pra-nikah
Prilaku seksual manusia merupakan bagian dari prilaku reproduksi. Pada
manusia prilaku seksual dapat di defenisikan sebagai interaksi antara prilaku prokreatif
dengan situasi fisik serta sosial yang melingkunginya. Prilaku seksual manusia bukan
hanya cerminan rangsangan horman semata, melainkan menggambarkan juga hasil
saling pengaruh hormon dan pikiran. Seks pranikah adalah melakukan hubungan
seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seks yang peneratif
(penis dimasukkan ke dalam vagina, anus, dan mulut) maupun yang non peneratif (penis
tidak di masukkan kedalam vagina). Oral dan anal seks termasuk hubungan seks
peneratif. (Arma, 2007). Hubungan seksual pra-nikah dapat menyebabkan gangguan
kesehatan reproduksi akibat infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Meningkatkan resiko terhadap penyakit menular seksual (PMS) seperti sifilis dan herpes
genitalis, Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan yang dapat
mengakibatkan pengguguran kandungan yang tdak aman, infeksi organ reproduksi,
kemandulan dan kematian akibat perdarahan, dan keracunan hamil dan persalinan
prematur.
2.4.4 Penyakit menular seksual (PMS)
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genitalgenital saja,
tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital, Sehingga kelainan yang timbul
akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga
pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan
cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer
dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada
bayinya ketika di dalam kandungan. Penyakit menular seksual yang umum terjadi di
Indonesia antara lain: gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis,
sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired
immune deficiency syndrom (AIDS).
2.4.5 Pengaruh media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup
berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa,
remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga
kesehatan reproduksinya.
2.4.6 Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja,
morfin. heroin. kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman
yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap
kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap
meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan
risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang
dipakai secara bergantian.
2.4.7 Hubungan harmonis dengan keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan
perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tertang masalah
keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini
bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga
dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku
yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga,
remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang
tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi
seorang remaja.

Anda mungkin juga menyukai