Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Kesejahteraan Sosial timbul dari dalam individu (intrinsik) dan dari luar
individu (ekstrinsik). Masalah kesejahteraan sosial merupakan masalah yang dialami
individu atau sekelompok orang tidak dapat menjalankan keberfungsian sosialnya
dengan baik karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan sehingga tidak
terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial memadai secara wajar. Kebutuhan
tersebut mencakup kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, perumahan, kasih
sayang, perhatian dan kebutuhan untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar.
Masalah kesejahteraan sosial sudah menjadi sorotan khusus bagi pemerintah maupun
masyarakat, namun perhatian yang diberikan pemerintah belum maksimal khususnya
dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial Lanjut Usia Terlantar yang ada dalam
masyarakat, dikarenakan adanya masalah ekonomi dan sosial yang tidak terpenuhi.
Dengan masalah yang terjadi penting untuk praktikan mengangkat masalah Lanjut
Usia Terlantar yang akan dijadikan klien, dari hasil asesmen yang dilakukan praktikan
menemukan hanya ada tiga klien Lanjut Usia Terlantar yang teridentifikasi dengan
kriteria-kriteria tertentu.
Masalah utama yang dihadapi oleh Lanjut Usia Terlantar antara lain, kurangnya
perhatian atau kepedulian sehingga klien ditelantarkan. Praktikan memilih untuk
mengoptimalkan tugas pokok dan fungsi sebagai rencana intervensi agar kebutuhan dan
kepedulian pemerintah terhadap klien Lanjut Usia Terlantar terpenuhi dan klien tidak
merasa sendiri atau kesepian. Permasalahan sosial yang dialami Lanjut Usia Terlantar
pada umumnya adalah masalah ketiadaan kemampuan atau tidak terpenuhi kebutuhan
dasar seperti pangan, papan, sandang dan diterlantarkan secara psikis dan sosial. Dalam
hal ini permasalahan sosial yang dialami oleh Lanjut Usia Terlantar adalah pelayanan
sosial dan rendahnya kebutuhan hidupnya. Kesulitan yang dialami oleh lanjut usia

1
terlantar antara lain, ditinggal mati oleh suaminya hingga sekarang dengan keadaan klien
yang mengalami berbagai macam masalah kesehatan dan kebutuhan pangan yang
kurang terpenuhi klien juga tidak memiliki anak sehingga dengan kepergian suaminya
klien hidup sendiri dan jauh dari keluarga sehingga tidak ada yang memperhatikan klien,
klien juga sering mengalami sakit di bagian kaki,tangan dan badan sehingga membuat
klien susah untuk beraktivitas .
Dilihat dari masalah yang di alami oleh lanjut usia terlantar, panti sosial bisa
membantu mengembalikan keberfungisan sosial lanjut usia terlantar melalui aspek-
aspek yang berkaitan dengan kesehatan, psikologi dan masyarakat. Maka praktikan
tertarik menulis laporan pratikum dengan judul “Optimalisasi Tugas Pokok dan
Fungsi Panti Sosial Lanjut Usia Terlantar di Desa Nekbaun Kecamatan Amarasi
Barat Kabupaten Kupang”.

B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan praktik pekerjaan sosial makro.
2. Tujuan khusus
Tujuan praktikum adalah membantu mahasiswa untuk meningkatkan :
a. Kemampuan memahami dan menerapkan konsep dan teori-teori praktik pekerjaan
sosial makro dalam pengembangan masyarakat.
b. Kemampuan mengaplikasikan prinsip dan etika pekerjaan sosial dalam praktik
pekerjaan sosial makro.
c. Kemampuan berkomunikasi dan mengembangkan relasi pertolongan dengan
sasaran pelayanan dan interest group.
d. Kemampuan melakukan inisiasi sosial dengan melibatkan masyarakat didalam
memahami karakteristik masyarakat dan kebijakannya.

2
e. Kemampuan melakukan asesmen sosial dengan melibatkan masyarakat untuk
pengembangan masyarakat.
f. Kemampuan perencanaan sosial dengan melibatkan masyarakat untuk
pengembangan masyarakat dan analisis kebijakan.
g. Kemampuan melakukan intervensi sosial dengan memobilisasi potensi dan sumber
masyarakat untuk pengembangan masyarakat.
h. Kemampuan melakukan fenomena sosial dalam pengembangan masyarakat.
i. Kemampuan melakukan terminasi dan rujukan dalam pengembangan masyarakat.
j. Kemampuan membuat pencatatan dan pelaporan dalam pengembangan masyarakat.

C. Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum ini, adalah :
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatnya kepekaan mahasiswa terhadap masalah sosial yang dihadapi PMKS
dan PSKS.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan proses pertolongan
praktik pekerjaan sosial makro.
c. Meningkatkan kemampuan praktikan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
pengembangan masyarakat.
d. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan nilai dan etika
pekerja sosial makro.
2. Bagi Akademi Pekerjaan Sosial Kupang
a. Diperolehnya umpan balik yang dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi
pengembangan kurikulum pekerjaan sosial.
b. Meningkatnya kemampuan Sumber Daya Manusia pekerjaan sosial dalam
melaksanakan Supervisi Praktikan Pekerjaan Sosial.
3. Bagi Masyarakat dan Pemerintah Lokal Desa Nekbaun

3
a. Tercapainya percepatan pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan
masyarakat, khususnya sasaran pelayanan atau klien.
b. Diperoleh informasi tentang pelaksanaan dan permasalahan di wilayahnya.
D. Sasaran Praktikum
Sasaran dari praktikum pekerjaan sosial berbasis masyarakat ini adalah:
1. Penyandang Masalah dan serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(PMKS,PSKS)
2. Kajian kelembagaan dan Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan dalam bidang
usaha kesejahteraan sosial.
3. Implementasi program dan kebijakan kesejahteraan sosial di Desa Nekbaun.
E. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Kegiatan praktikum di mulai dari tanggal 21 Maret 2022 sampai tanggal 21 Juni
2022. Kegiatan dilaksanakan selama 79 hari kerja, praktikan ditempatkan secara terus-
menerus (block placement) dan berkelanjutan di Desa Nekbaun Kecamatan Amarasi
Barat Kabupaten Kupang.
F. Tugas Dan Peranan Praktikum
A. Tugas Praktikan
1. Tugas administrative
a. Mengidentifikasi beberapa alternatif lokasi praktikum dan menyampaikan kepada
akademik APS Kupang.
b. Mendaftarkan keikutsertaan dalam praktikum kepada bagian akademik APS
Kupang.
c. Melakukan konsultasi dengan supervisor secara intensif dan terjadwal.
d. Melengkapi laporan hasil supervisi.
2. Tugas subtantif
a. Melakukan review literature
b. Melakukan persiapan sosial

4
c. Melakukan asesmen awal
d. Melakukan asesmen lanjutan
e. Merancang program intervensi
f. Mengimplementasikan program intervensi
g. Mengukur dan mengevaluasi proses dari hasil intervensi
h. Melakukan penyempurnaan program intervensi
i. Melakukan terminasi dan rujukan
j. Menyusun laporan akhir
k. Mempublikasikan hasil praktikum melalui ujian praktik

B. Peranan Praktikan

a. Fasilitator

Dimana praktikan bersama-sama membantu kelompok sasaran dan


memikirkan program dan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program
yang telah dibicarakan. Dan memfasilitasi kebutuhan daripada kelompok
sasaran.

b. Educator

Praktikan bertugas untuk menumbuhkan kesadaran keluarga atau kelompok


sasaran mengenai pemahaman,pengetahuan, dan kepedulian keluarga bagi lanjut
usia.

c. Broker

Praktikan berupaya menghubungkan para kelompok sasaran dan sitem


sumber yang sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran.

5
d. Sosial planer

Praktikan mengumpulkan data mengenai masalah yang ada dalam


masyarakat desa, menganalisisnya dan menyajikan tindakan yang rasional untuk
menangani masalah tersebut.

G. Metode, Model Dan Teknik Intervensi


1. Metode Community Organization/Community Development (CO/CD)
Metode CO CD merupakan metode pekerjaan sosial yang melakukan
intervensi pada tingkat komunitas (macro practice). Pengorganisasian masyarakat
diartikan sebagai suatu proses intervensi dalam rangka menolong individu,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai kepentingan bersama dan berada
dalam suatu daerah tertentu. Sedangkan pengembangan masyarakat adalah suatu
kegiatan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat
melalui partisipatif aktif dan inisiatif dari masyarakat. Hal ini meliputi berbagai
kegiatan pembangunan ditingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun
lembaga-lembaga non pemerintah.
2. Model
Model yang praktikan gunakan adalah model Pengembangan Masyarakat
Lokal atau community development, model ini memandang bahwa perubahan
atau pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui patisipatif aktif dari
masyarakat local. Model menuntut adanya suatu keterlibatan dari berbagai
golongan termasuk dari setiap lapisan masyarakat. Terutama dalam
mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang mereka alami.
3. Teknik Intervensi
a. Pengembangan Jaringan

6
Jejaring sosial merupakan salah satu unsur modal sosial (sosial capital) yang
penting didalam pengembangan kelembagaan terutama pengembangan instusi
local. Pengembangan dilakukan dengan cara:
1. Mengidentifikasi dan menginvertarisasi data informasi tentang masalah atau
kebutuhan mendesak yang ada di masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan metode teknik asesmen masalah secara partisipatif (metode
assessment participation map)
2. Mengidentifikasi dan menginvertarisasi serta memetakan pihak-pihak yang
berpotensi sebagai pemiliki sumber. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggunakan metode teknik analisis hubungan antar kelembagaan (diagram
venn).
3. Menyusun dan merumuskan berbagai gagasan dan program yang layak untuk
memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah. Kegiatan ini menggunakan
metode teknik perencanaan secara partisipatif (technology of participation
top).
4. Melakukan kontak pendahuluan dan lanjutan kepada pihak-pihak yang telah
ditetapkan dan dilibatkan sebagai anggota jaringan kerja. Cara melakukan
kontrak antara lain melalui strategi sosialisasi, kampanye sosia, pemasaran
gagasan melalui hubungan formal (rapat, seminar,loka karya,diskusi panel dan
sebagainya) maupun non-formal (lobbiying).
5. Melakukan kontrak kerja (memorandum of understanding), kegiatan ini pada
umumnya dilakukan secara formal melalui penandatanganan dokumen
kontrak kerja antara pihak-pihak yang akan menjalin kerjasama yaitu pihak
Badan Permusyawaratan Desa dan pemerintah Desa.
H. Proses Praktikum
1. Tahap Persiapan (Pra Praktikum)
a. Pembekalan

7
Persiapan pelaksanaan Praktikum III Akademi Pekerjaan Sosial Kupang telah
dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2022, pembekalan Praktikum selama 1 hari
serta persiapan teknis lainnya, meliputi:
1) Penyusunan rencana kegiatan praktikum III
2) Pembagian buku panduan praktikum III
3) Pembagian buku jurnal dan konsultasi
4) Melakukan koordinasi dengan supervisior dan teman sejawat yang berkaitan
dengan kegiatan praktikum III.
b. Tujuan yang ingin dicapai
1) Memampukan mahasiswa agar dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya
sebagai praktikan dengan baik.
2) Agar mahasiswa mampu memahami permasalahan kesejahteraan sosial yang
ada di masyarakat.
3) Agar mahasiswa mampu membina hubungan yang baik dengan supervisior dan
teman sejawat.
4) Agar mahasiswa mampu menjaga nama baik almamater
c. Sasaran
1) Praktikan
2) Supervisor
d. Hasil yang dicapai
1) Praktikan memperoleh gambaran tentang lokasi praktikum serta tujuan dan
manfaat pelaksanaan praktikum III.
2) Praktikan mengingat kembali keterampilan, metode, dan teknik-teknik
pekerjaan sosial dalam proses pemecahan masalah.
3) Tercipta hubungan kerjasama yang baik diantara anggota kelompok praktikan.

8
e. Evaluasi
Pembekalan yang telah dilaksanakan selama 1 hari dapat berjalan dengan baik.
Dari pembekalan ini mahasiswa mampu memahami materi yang diberikan,
koordinasi penyusunan rencana kegiatan berjalan dengan lancar.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan praktikum III yang berlangsung sejak tanggal 21 Maret 2022
sampai dengan 21 Juni 2022.
a. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
1) Pelepasan oleh Akademi Pekerjaan Sosial Kupang secara langsung kepada
pemerintah Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang, meliputi:
a) Pengenalan dengan Camat Kecamatan Amarasi Barat beserta semua staf.
b) Pengenalan dengan Kepala Desa beserta stafnya.
c) Gambaran ringkas tentang tiap-tiap lokasi praktikum.
2) Perkenalan dan serah terima di lokasi praktikum antara praktikan dengan
pimpinan lembaga di Desa Nekbaun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
praktikan pada pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut:
a) Penjelasan mengenai maksud dan tujuan pelaksanaan praktikum III di
Lembaga Desa Nekbaun.
b) Pengamatan langsung tentang keberadaan lembaga pendidikan (luas
wilayah dan jumlah penduduk) dan studi dokumentasi.
c) Mempelajari dan mengetahui keadaan masyarakat Desa Nekbaun dengan
melakukan pendataan untuk memperoleh jumlah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial yang ada di
Desa Nekbaun.
d) Membantu aktifitas di Desa Nekbaun, salah satunya bagian administrasi dan
membantu melengkapi data-data desa yang belum lengkap.
e) Mempelajari sistem sumber internal, formal dan kemasyarakatan, yaitu:

9
1) Sumber informal yaitu sumber yang berhubungan dengan instansi
terkait seperti organisasi-organisasi dan program yang ada di Kantor
Desa Nekbaun.
2) Sumber formal yaitu keluarga, ketua RT maupun orang lain yang
bersedia membantu. Bantuan yang dapat diperoleh dari sumber alamiah
adalah sikap empati, kasih sayang, dan nasehat berupa motivasi yang
diberikan kepada penyandang masalah.
3) Sumber kemasyarakatan. Sistem sumber kemasyarakatan berupa BPD
dan orang yang terkait dengan sistem sumber kemasyarakatan seperti
Kantor Desa dan Kantor Kecamatan Amarasi Barat.
f) Melaksanakan kegiatan yang membantu lembaga dengan kegiatan seperti
mengikuti kegiatan kemasyarakatan di wilayah Desa Nekbaun yang telah di
programkan yaitu kegiatan gotong royong.
b. Tujuan
1) Praktikan menentukan pokok masalah klien dan menerapkan metode-
metode dan teknik-teknik pekerjaan sosial, serta keterampilan yang dapat
membantu proses pemecahan masalah.
2) Praktikan membantu klien dalam proses pemecahan masalah serta
menggali permasalahan yang dihadapi klien untuk mengakses ke sumber
pemecahan masalah.
3) Melalui proses pertolongan, praktikan memperoleh pengalaman dan
menambah pengetahuan dibidang Pekerjaan Sosial dan mengharapkan
kegiatan praktikum berjalan dengan lancar.
c. Sasaran
1) Pihak Pustu Desa Nekbaun
2) Masyarakat Desa Nekbaun
3) Praktikan

10
d. Hasil
Praktikan dapat mengetahui kondisi umum Desa Nekbaun dan dapat diterima
oleh masyarakat Desa Nekbaun dengan baik, serta bersama-sama dengan pihak
desa melaksanakan program kegiatan dengan baik.
3. Tahap pengakhiran
Penutupan praktikum III di Desa Nekbaun dilaksanakan pada tanggal 21 juni
2022 yang bertempat di Kantor Desa Nekbaun Kecamatan Amarasi Barat
Kabupaten Kupang.
a. Kegiatan yang dilakukan
Serah terima mahasiswa praktikum Akademi Pekerjaan Sosial dan pihak Desa
Nekbaun oleh Kepala Desa Nekbaun kepada Lembaga Akademi Pekerjaan
Sosial Kupang.
b. Tujuan yang ingin dicapai
1) Pemutusan hubungan kerja antara Akademi Pekerjaan Sosial Kupang
dengan pihak Kecamatan Amarasi Barat.
2) Pihak Desa mengetahui jumlah masalah kesejahteraan sosial yang ada di
Desa.
c. Sasaran
1) Kelompok Sasaran
2) Aparat Desa
3) Praktikan
4) RT/RW dan masyarakat
d. Hasil yang di capai
1) Praktikan diterima dengan baik oleh pihak Desa Nekbaun untuk
melaksanakan kegiatan praktikum.
2) Praktikan mengetahui kondisi umum Desa Nekbaun
3) Praktikan mengetahui masalah yang dialami kelompok sasaran.

11
4) Aparat Desa serta masyarakat mengetahui masalah kesejahteraan sosial
di Desa Nekbaun.
e. Evaluasi
Kegiatan praktikum saat tahap pengenalan pertama dengan pihak Desa
Nekbaun dapat berjalan lancar. Praktikan mampu melaksanakan dengan baik
selama masa praktikum berlangsung selain itu, Proses observasi, interview dan
studi dokumentasi serta asesmen, partisipatif yang terjadi di lapangan Dapat
Berjalan Lancar. Sehingga Terbangun Kerja Sama Yang Baik Antara
praktikan, dengan pihak Desa Nekbaun, klien, dan , masyarakat.
I. Sistematika Penulisan Laporan Praktikum
Laporan hasil praktikum III di Desa Nekbaun disusun berdasarkan sistematika
sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
C. Manfaat Praktikum
D. Sasaran dan Lokasi Praktikum
E. Waktu Pelaksanaan Praktikum
F. Tugas dan Peranan Praktikan
G. Metode, Model dan Teknik Intervensi
H. Proses Praktikum
I. Sistematika Penulisan Laporan Praktikum
BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL
A. Tugas Pokok Dan Fungsi Panti Sosial
B. Pengertian Lanjut Usia Terlantar
C. Sistem Sumber Kesejahteraan Sosial
D. Sistem Dasar Pekerjaan Sosial

12
BAB III PROSES PEMECAHAN MASALAH
A. Persiapan Awal
B. Asesmen Awal
C. Asesmen Lanjut
D. Rencana Program Intervensi
E. Pelaksanaan Program Intervensi
F. Monitoring dan Evaluasi
G. Terminasi dan Rujukan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

13
BAB II
TINJAUAN KONSEPTUAL

A. Tugas Pokok dan Fungsi Panti


A. Defenisi Optimalisasi
Optimalisasi menurut KBBI yaitu optimalisasi berasal dari kata dasar
optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling
baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan
mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga
optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, metedologi untuk membuat sesuatu
(sebagai sebuah desain, sistem, keputusan) menjadi lebih atau sepenuhnya
sempurna, fungsional, atau lebih efektif.
B. Panti Sosial
Panti sosial merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dapartemen
Sosial yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitas Sosial, sehari-hari secara fungsional dibina oleh
para Direktur terkait sesuai dengan bidang tugasnya. Panti sosial mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan dan rehabilitas sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan masyarakat sosial agar mampu berperan aktif, berkehidupan dalam
masyarakat, rujukan regional, pengkaji dan penyiapan standar pelayanan, pemberian
informasi serta kordinasi dan kerja sama instansi yang terkait. Panti sosial juga
melayani pelayanan sosial sebagai berikut :
Aspek-aspek Pelayanan Sosial Terpadu (Demartoto, 2007)
1) Aspek Pelayanan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga
Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang diatas 2 orang
atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi . Dalam
pelayanan ini, lanjut usia tetap tinggal dilingkungan keluarga bersama dengan

14
anak atau sanak keluarga atau dirumah lanjut usia sendiri bersama suami, istri,
dengan atau tanpa kehadiran anak atau sanak keluarganya.
Keluarga sebagai lembaga sosialisasi pertama dan utama dalam masyarakat
merupakan wadah penanganan permalahan yang paling layak bagi lanjut usia,
terutama karena :
a) Dukungan emosional dari keluarga sangat menetukan keberhasilan dalam
menangani permasalahan.
b) Lanjut usia tetap dapat mengalihkan pengalaman kepada seluruh anggota
keluarganya, khususnya generasi muda.
c) Keluarga meruapakan titik awal tumbuh berkembangnya pola fikir, pola sikap,
dan atau pola tindak terhadap lanjut usia
Dibawah ini bentuk-bentuk penanganan yang berbasiskan
keluarga :
a) Santunan Keluarga
Santunan keluarga merupakan pelayanan yang paling banyak dilakukan
dalam hal lanjut usia tidak mampu, sakit atau cacat sedangkan keluarganya
tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang memadai.
b) Paket Bantuan Usaha Produktif
Upaya ini dilakasanakan Dapertemen Sosial dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan kemandirian lanjut usia melalui kegiatan-kegiatan sektor
informal dirumah masing-masing, baik secara individual maupun kelompok.
2) Aspek Pelayanan Sosial Terpadu Berbasis Kesehatan (Dermartoto, 2007)
Penanganan melalui lembaga kepada lanjut usia yang memerlukan pelayanan
intensif untuk tujuan penyembuhan, rehabilitasi dan perawatan jangka pendek atau
panjang.Pelayanan yang dapat berikan berbasiskan lembaga yaitu:
a) Rumah Sakit Lanjut usia

15
Pelayanan yang diberikan rumah sakit ini sama dengan rumah sakit lainnya,
yaitu penyembuhan penyakit-penyakit fisik yang disandang lanjut usia. Rumah
sakit lanjut usia tidak menyediakan perawatan jangka panjang
b) Panti Budi Agung
Pada umumnya Panti Budi Agung memberikan akomodasi dan pelayanan
dan perawatan jangka panjang bagi lanjut usia yang tidak mempunyai sanak
keluarga dan tidak mampu menyewa rumah sendiri, yang mengalami masalah
dengan sanak keluarganya atau tidak ingin membebani keluarga.
3) Aspek Pelayanan Sosial Terpadu Berbasis Psikologi
Psikologi merujuk pada perubahan dalam hal proses sensori, proses presepsi dan
keberfungsian mental (seperti memori, pembelajaran dan intelegensi), kapasistas
penyesuaian, dan kepribadian. Para lanjut usia dapat mengalami penurunan
keberfungsian pengetahuannya yang dapat diukur melalui cara-cara bekerja yang
bersifat non-intelektual.
4) Aspek Pelayanan Sosial Terpadu Berbasis Masyarakat
Dalam upaya ini lanjut usia tetap tinggal dirumah atau keluarga masing-
masing dan hanya menggunakan fasilitas atas pelayanan pada waktu-waktu
tertentu disiang hari. Bentuk-bentuk pelayanan berbasiskan masyarakat yaitu:
a) Pusat Pelayanan Lanjut usia
Berbagai kegiatan yang disediakan dilingkungan fasilitas ini adalah rekreasi,
latihan keterampilan, kegiatan kesenian dan kebudayaan, rehabilitasi, kesehatan
dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
b) Klab Lanjut Usia
Pelayanan yang disediakan dalam klab ini seperti pusat pelayanan lanjut usia
hanya penggunaanya terbatas pada lanjut usia yang menjadi angggota Klab
tersebut di organisasi oleh lanjut usia atau badan sosial.

16
B. Pengertian Lanjut Usia Terlantar
1. Pengertian Lanjut Usia Terlantar
Lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih karena
faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
rohani, maupun sosialnya. Lansia terlantar adalah mereka yang tidak memiliki sanak
saudara,atau punya sanak saudara tapi tidak mau mengurusinya. Menurut UU No. 13/
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, dinyatakan lebih sempit lagi bahwa, lansia
adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Ada juga dalam UU No. 13/
1998 dinyatakan bahwa ada dua kelompok Lanjut Usia (Lansia) yaitu :
a. Lanjut Usia Potensial, adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.
b. Lanjut Usia tidak Potensial, adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Dr. Maria Sulindro, Proses penuaan tidak terjadi secara serta merta
melainkan secara bertahap dan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase,
yaitu sebagai berikut :
1) Fase I : terjadi pada saat seseorang mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini
produksi hormon mulai berkurang dan mulai terjadi kerusakan sel, tetapi tidak
memberi pengaruh pada kesehatan.
2) Fase II : terjadi pada saat usia 45 tahun keatas. Pada masa ini produksi hormon
sudah menurun sebanyak 35% dan tubuh pun mulai mengalami penuaan. Pada
masa ini, mata mulai mengalami rabun dekat sehingga perlu menggunakan
kacamata berlensa plus, rambut mulai beruban, dan staminapun mulai
berkurang.
3) Fase III : terjadi pada usia 45 tahun keatas. Pada masa ini produksi hormon
sudah berkurang hingga akhirnya berhenti. Kaum perempuan mengalami masa
andropause. Pada masa ini, kulit menjadi kering, karena mengalami dehidrasi,

17
sehingga tubuh menjadi cepat lelah dan capek. Berbagai penyakit degeneratif
seper diabetes, osteoporosis, hiper tensi dan penyakit jantung koroner mulai
menyerang.
Ada beberapa tipe orang lanjut usia menurut R. Boedhi dan Darmojo dalam
buku geriatri FKUI 1999, diantaranya adalah:
1) Tipe Konstruktif
Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,
mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel (luwes), dan tahu diri.
Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima
fakta-fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang, juga
dalam menghadapi masa akhir.
2) Tipe Ketergantungan (dependent)
Orang ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak
berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak
praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun,
malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang
untuk berlibur.
3) Tipe Defensif
Orang ini dahulu biasanya mempunyai pekerjaan/jabatan tetapi tak stabil,
tak tetap, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat
dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif.
Anehnya mereka takut menghadapi “menjadi-tua” dan menyenangi masa
pensiun.
4) Tipe Bermusuhan (hostility)
Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu
mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak
stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri

18
hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-
pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk.
5) Tipe Membenci/Menyalahkan Diri Sendiri (selfhaters)
Orang ini bersifat kritis terhadap diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri,
tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi.
Biasanya mempunyai perkawinan yang tak bahagia, mempunyai sedikit
“Hobby”, merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima
fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa
sudah cukup mempunyai apa yang ada.
2. Karakteristik Lanjut Usia Terlantar (Rachmayani, 2015)
Beberapa ciri/karakteristik lanjut usia terlantar yaitu :
1) Usia 60 tahun ke atas (laki-laki/perempuan)
2) Tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD
3) Makan < 2 x per hari
4) Hanya mampu makan makanan berprotein tinggi (4 sehat 5
sempurna) < 4 x per minggu
5) Pakaian yang dimiliki < 4 stel
6) Tempat tidur tidak tetap
7) Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan
8) Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau
dan mampu mengurusnya.
3. Faktor Penyebab Lanjut Usia Terlantar (Adang Setiana, 2012)
Ada beberapa faktor penyebab lanjut usia menjadi terlantar yaitu :
1) Ketiadaan anak, keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang
dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya.
2) Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana
selama ini lansia tinggal.

19
3) Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang
menjamin penghidupannya secara layak.
4) Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan
kerja yang ada.
5) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari
orangtua, serta urbanisasi yang menyebabkan lanjut usia terlantar.
6) Masalah ekonomi karena kebanyakan lanjut usia sudah tidak
bekerja, sehingga mereka menggantungkan diri kepada anak, sanak
saudara atau keluarga sehingga apabila pihak yang membantunya
merasa keberatan dapat menyebabkan lanjut usia tidak terpenuhi
kebutuhannya secara layak.
C. Sistem Sumber Kesejahteraan Sosial
Menurut Pincus dan Minahen (1998) sistem sumber yang tersedia bagi sasaran
pelayanan sebagai berikut:
1. Sistem Sumber Informal
Sistem Sumber Informal, berupa keluarga, tetangga, maupun orang lain yang
bersedia membantu. Bantuan yang dapat diperoleh dari sistem sumber alamiah adalah
dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, informasi dan pelayanan-pelayanan
lainnya. Artinya susmber-sumber terdekat selalu mendukung agar Lanjut Usia
Terlantar dapat terima dan dapat melakukan aktivitasnya secara normal.
2. Sistem Sumber Formal
Sistem sumber formal, adalah keanggotaannya dalam suatu organisasi atau asosiasi
formal yang dapat memberikan bantuan atau pelayanan secara langsung kepada
anggotanya. Sumber ini biasanya melibatkan keanggotaan Desa, Pemerintah, dan
asosiasi-asosiasi professional (Dokter dan Perawat setempat) yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan sosial Lanjut Usia Terlantar seperti pelayanan atau bantuan
kesehatan dan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

20
3. Sistem Sumber Kemasyarakatan
Sistem Sumber Kesmasyarakatan merupakan lembaga-lembaga yang didirikan oleh
pemerintah ataupun swasta yang memberikan bantuan dan pelayanan pada
masyarakat. Pada sistem sumber kemasyarakatan yaitu seperti rumah sakit, lembaga
pelayanan kesejahteraan social (Panti Asuhan, Panti Jompo). Adanya lembaga
Swadaya masyarakat yang bersifat organisasi lokal seperti PKK dan Karang Taruna
yang bertujuan untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan yang baik dan
kebutuhan ekonomi yang terpenuhi bagi Lanjut Usia Terlantar.

D. Sistem Dasar Pekerjaan Sosial


Menurut Allen Pincus dan Anne Minahan, Sistem dasar pekerjaan sosial yaitu :
1. Sistem Pelaksanaan Perubahan (Change Agent System)
Sistem Pelaksanaan Perubahan adalah sekumpulan professional yang secara khusus
bekerja menciptakan perubahan terencana. Pada tahap ini praktikan bertindak sebagai
perantara masyarakat dalam hal ini kelompok sasaran pelayanan dengan pemerintah
Desa Nekbaun bahwa lanjut usia terlantar layak diterima dan mendapatkan dukungan
2. Sistem Klien (Client System)
Sistem Klien adalah sejumlah orang yang sepakat atau meminta pelayanan
perubahan dan bekerja sama berdasarkan kesepakatan dan kontrak. Pada tahap ini
praktikan memberikan kesempatan yang luas-luasnya kepada klien untuk
menceritakan semua permasalahan serta kesulitan-kesulitan yang dialami, serta
mengungkapkan harapan melalui wawancara secara partisipatif. Setelah mengetahui
permasalahan yang dialami klien, praktikan meminta persetujuan dan membantu
kesepakatan untuk membantu klien.
3. Sistem Sasaran (The Target System)
Sistem sasaran adalah sekumpulan orang, badan-badan, dan organiasi praktek yang
memerlukan perubahan dalam upaya mencapai tujuan. Pada tahap ini, praktikan
berusaha untuk menyampaikan semua kesulitan yang dialami serta harapan dari

21
masyarakat ke Pemerintah Desa Nekbaun sebagai lembaga tertinggi dalam Desa
untuk membantu dalam melakukan perubahan atau pertolongan bagi Lanjut Usia
Terlantar melalui kerja sama dengan keluarga dalam terwujudnya kualitas pelayanan
yang baik dan terpenuhinya kebutuhan jasmani maupun rohani.
4. Sistem Kegiatan (The Action System)
Sistem kegiatan adalah menggambarkan dengan siapa saja pekerja sosial bekerja
dalam upaya memenuhi tugas dan mencapai tujuan perubahan yang diharapkan.
Permasalahan utama yang Lanjut Usia Terlantar adalah ditinggal pergi oleh anaknya,
kurangnya perhatian, kesehatan yang kurang baik dan kebutuhan ekonomi yang tidak
terpenuhi. Faktor utama pengaruhnya antara lain pelayanan sosial yang kurang
perhatian dari keluarga, kesehatan baik pada waktu sehat maupun pada waktu sakit
tidak adanya kemampuan untuk melakukan pengobatan. Karena itu praktikan
melakukan kegiatan pelayanan atau bantuan proses peyuluhan sosial, bimbingan dan
perawatan yang dilakukan secara terarah, terrencana dan berkelanjutan yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar atas dasar
pendekatan pekerjaan sosial.

22

Anda mungkin juga menyukai