Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu


Mata Kuliah Kebidanan Komunitas (Askeb V)

Dosen : Fatmawati Karim, SST

Disusun Oleh :

RENI SUSANTI
NIM : 013.201.1.070

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG


2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, Penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komunitas”.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Karena itu ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada keluarga tercinta
atas dukungannya, orang-orang terdekat atas pengertiannya, dan pihak-pihak lain
yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
dimana sebagai manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan seperti pepatah
yang mengatakan “tiada gading yang tak retak, dan tak ada mawar yang tak
berduri”, maka saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat Penulis
harapkan. Dan Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

Subang, Juli 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas ............................... 2
B. Tugas Dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas ................... 6
C. Sistem Rujukan, PONED dan PONEK .................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 21
B. Saran ......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap petugas kesehatan yang bekerja di masyarakat perlu memahami
keadaan masyarakat yang dilayaninya keadaan, budaya dan tradisi setempat
sangat menentukan cara pendekatan yang harus ditempuh. Pendekatan yang
akan digunakan oleh bidan komuniti harus memperhatikan strategi pelayanan
kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan serta aspek perlindungan hukum
bagi bidan di Komunitas.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah
bagian dari kebidanan yang berupa serangkaian ilmu dan keterampilan untuk
memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam
masyarakat di wilayah tertentu. Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan
anak balita yang berada di dalam keluarga dan masyarakat .Bidan memandang
pasiennya sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya tertentu dan
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya dan lingkungan
sekitarnya.
Setiap petugas kesehatan yang bekerja dimasyarakat perlu memahami
masyarakat yang di layaninya, baik keadaan budaya maupun tradisi setempat
sangat menentukan pendekatan yang di tempuh. Pendekatan yang akan
digunakan oleh bidan harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan dan
tugas dan tanggung jawab bidan agar masyarakat mau membuka hatinya untuk
bekerja sama dengan bidan sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang
bermutu di masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui strategi pelayanan kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab bidan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat
3. Untuk mengetahui sistem rujukan, PONED dan PONEK

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS


1. Pendekatan Edukatif Dalam Peran Serta Masyarakat
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola
hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat,
ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil
perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif.
Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk
meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang
mereka miliki.
Definisi dari penedekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
yaitu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana
dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara
keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat
dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat.
Pada saat petugas kesehatan melaksanakan pendekatan edukatif
dalam peran serta masyarakat pastilah mempunyai tujuan. Tujuan
pendekatan edukatif antara lain :
a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan
masalah kebidanan komunitas.
b. Mengembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan
memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas
kemampuan.
Pendekatan edukatif mempunyai strategi dasar yang dipakai dalam
mememnuhi pelayanan kebidanan komunitas, yaitu :
a. Mengembangkan provider.
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap
pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.

2
Langkah-langkah pengembangan provider :
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan
kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan
perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat
yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat
administrasi sampai dengan tingkat desa.
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi
dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan
secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa.
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan
petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data
umum, data khusus dan data perilaku.
b. Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat
untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya
sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat
untuk menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan
dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah-
langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri,
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan
pembinaan.

2. Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat


Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan
menentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan
keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala
prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri
maupun berasal dari luar secara gotong royong.
Agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, bidan harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan

3
masyarakat. Komunikasi tersebut melibatkan lebih banyak proses
mendengarkan dan pada proses berbicara, merupakan suatu proses
interaksi yang tetap yang ditujukan untuk suatu kesepakatan. Komunikasi
yang baik akan membentuk pengetahuan dan tanggung jawab orang-orang
yang terlibat didalamnya
Komunikasi yang baik dapat menunjukkan rasa hormat kepada
orang lain dan memperlihatkan pandangan dan opini mereka dihargai.
Selanjutnya hal ini dapat membuat masyarakat mau mengambil keputusan
sendiri dan mengusulkan ide-idenya. Bebrapa hal yang perlu diperhatikan
seorang bidan dalam berkomunikasi kepada masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak menyela
2. Jangan meneruskan kaliamt mereka/mengantisipasi apa yang sedang
mereka ucapkan
3. Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas
4. Lebih baik membicarakan sesuatu dengna cara tatp muka, daripada
berkomunikasi secara tertulis.

Ada 3 jenis pendekatan :


1. Specifict Content Approach
yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah,
melalui proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh :
pengasapan pada kasus DBD
2. General Content objective
yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam
bidang kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi
KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3. Proses Objective approach
masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan
sendiri sesuai kemampuan. Contoh : kader

4
3. Menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di
masyarakat.
Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status sosial –
ekonomi yang akibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memelihara
diri sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak
pada status kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktivitasnya.
Definisi dari program ini yaitu :
a. Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat,
membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan
menguasai lingkungan fisiknya.
b. Pengembangan manusia yang tujuannya adalah untuk mengembangkan
potensi dan kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.

Langkah – langkah dari program ini antara lain.


1. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan
2. Tingkatkan mutu potensi yang ada
3. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
4. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Prinsip - prinsip dalam mengembangkan masyarakat :


a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.
b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan
dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi
sebagai katalisator untuk mempercepat proses.

Bentuk - bentuk program masyarakat :


a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi
dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral.
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan
pada salah satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara

5
khusus untuk melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas
program
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha
– usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan
kebutuhan wilayah tersebut.

B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS


1. Tugas Dan Tanggung Jawab Bidan Di Komunitas
a. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan..
1) Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional.
2) Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan
komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.
3) Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi,
patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.
5) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui
normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan
melibatkan klien/keluarga.
6) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan klien/keluarga.
7) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan
gangguan sistem reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga.
8) Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan
klien/keluarga.
9) Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan
klien/keluarga.
10) Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan
kebidanan.

6
b. Pengelola pelayanan KIA/KB.
1) Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga
dan masyarakat.
2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan
dan program sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan
kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan
lain yang berada diwilayah kerjanya.
c. Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.
Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien,
masyarakat dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan,
kader, dan dukun bayi yang berhubungan dengan KIA/KB
d. Penelitian dalam asuhan kebidanan. Melaksanakan penelitian secara
mandiri atau bekerjasama secara kolaboratif dalam tim penelitian
tentang askeb.
2. Tugas Tambahan Bidan Di Komunitas
a. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
b. Mengelola dan memberikan obat-obatan sederhana sesuai dengan
kewenangannya.
c. Survailance penyakit yang timbul di masyarakat.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.

C. SISTEM RUJUKAN, PONED DAN PONEK


1. Pengertian
Sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur
darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan
tertentu memeriksakan keadaan sakitnya (Notoatmodjo, 2001)

7
Pelayanan kebidanan rujukan adalah : Pelayanan yang dilakukan
oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan
dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh
bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan
lain secara horizontal maupun vertical (Pedoman Asuhan Kebidanan Pada
Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan BBL).

2. Tujuan
a. Tujuan umum rujukan :
Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan
AMR (http://sistem rujukan kebidanan.ci.id)
b. Tujuan khusus rujukan
 Meningkatatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya
dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan
gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu marternal dan
bayi
 Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di
wilayah kerja puskesmas.(http://sistem-rujukan-kebidanan.co.id)

3. Macam-macam System Rujukan


a. Menurut Tata hubungannya,
 Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar
unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
 Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit
dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari
puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun
vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
b. Menurut Lingkup pelayanannya,
 Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama
meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

8
(rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan
penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah.
 Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk
pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja keklinik
sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja) .
(http://peningkatan system rujukan.co.id)

4. Faktor-Faktor Penyebab Rujukan Pada Ibu


a. Riwayat bedah sesar
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan
d. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
e. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda /gejala infeksi
j. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus 40 cm/lebih
l. Gawat janin
m. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk
5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi ganda (mejemuk)
p. Kehamilan ganda (gemelli)
q. Tali pusat menumbung
r. Syok.
(Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, buku acuan .
Jakarta. 2008)

9
5. Manfaat Rujukan
a. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
 Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
 Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat
hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
 Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan
b. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
 Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang
 Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan,
karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap
sarana pelayanan kesehatan
c. Dari sudut tenaga kesehatan
 Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai
akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.
 Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui
jalinan kerjasama
 Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

6. Syarat Rujukan
Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang
merujuk maupun yang menerima rujukan.
- Adanya pencatatan tertentu :
 Surat rujukan
 Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
 Pencatatan yang tepat dan benar
 Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
- Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang
menerima rujukan
- Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan

10
- Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan
lengkap).

7. Kegiatan Rujukan
a. Rujukan dan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan ini antara lain berupa :
1) Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke
unit yang lebih lengkap.
2) Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan
nifas
3) Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti
kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis.
4) Pengiriman bahan laboratorium
b. Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara lain :
1) Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi.
2) 2.Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah
sakit yang lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan
dan keterampilan.
c. Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara lain berupa :
1) Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang
dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
2) Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis (Rosdiana.SST.
Asuhan Neonates Bayi dan Balita, 2009 )

8. Jalur Sistem Rujukan


a. Kader dan dukun bayi
b. Posyandu
c. Pondok bersalin/bidan desa

11
d. Puskesmas pembantu
e. Puskesmas rawat inap
f. Rumah sakit kabupaten Klas D/C (http://sistem rujukan
kebidanan.co.id)
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan
bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat
pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak
berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat
melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan
tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian
seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan
masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat.(http://sistem
rujukan.com )

9. Langkah-Langkah Rujukan Dalam Pelayanan Kebidanan


a. Menentukan kegawat daruratan penderita
1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
(http://sistem rujukan kebidanan.ci.id )
b. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk

12
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita. (http://sistem rujukkan
kebidanan.co.id)
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Beritahu keluarga kondisi terakhir ibu ( klien ) dan jelaskan pada
mereka alas an atau tujuan merujuk ibu dirujuk kefasilitas rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga lain harus menemani ibu
ketempat rujukan..(2 )
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
e. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
a. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
b. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
f. Persiapan penderita (BAKSOKU)
Singkatan baksoku dapat digunakan untuk mengingat hal – hal
penting dalam mempersiapkan rujukan.
 B (Bidan)

Pastikan ibu didampingi oleh penolong persalinan yang


kompeten untuk melaksanakan kegawatdaruratan obstetric
dan bayi baru lahir untuk dibawah kefasilitas rujukan
(Martini, SST, Asuhan Kebidanan IV (patologi
Kebidanan), 2010)

 A ( Alat)

Bawa kelengkapan alat yang diperlukan seperti :


spuit,infuse set, tensi meter, steteskop, alat resusitasi
bersama ibu ketempat rujukan.

 K (Keluarga

Beritahu keluarga kondisi terakhir ibu (klien) dan jelaskan


pada mereka alasan atau tujuan merujuk ibu dirujuk
kefasilitas tersebut. Suami/anggota keluarga harus
menemani ibu ketempat rujukan.

13
 S (Surat)

Berikan surat ketempat rujukan yang berisi identitas Ibu atau bayi
baru lahir, cantumkan alasan rujukan, uraian hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat – obatan yang telah diterima atau bayi baru lahir

 O (obat)

Bawa obat – obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas


rujukan.Obat – obatan tersebut mungkin diperlukan selama
perjalan merujuk.

 K (Kendaraan)

Siapkan kendaraan yang cukup untuk memungkinkan ibu dalam


kondisi nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang cepat.

 U (Uang)

Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang


cukup untuk membeli obat dan bahan – bahan kesehatan yang
diperlukan.

10. Hal – Hal Yang Menyebabkan Kegagalan Proses Rujukan


Sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat
menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu
 Tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait,
 Keterbatasan sarana,
 Tidak ada dukungan peraturan.
 Keterbatasan seorang dokter dalam mengamati efek samping obat,
 Tidak melibatkan farmasis,.(http://sistem rujukan .com)
Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan
menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan

14
proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang
seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan.
(http://sistem rujukan.com)
Hingga saat ini, pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia
masih terus disempurnakan hingga nantinya dapat mengakses segala
kekurangannya dan merubah kekurangan itu menjadi sebuah
kelebihan agar sistem yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
dengan baik. Semoga bermanfaat. (http://sistem rujukan.com)

11. Mekanisme Rujukan


a. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa,
pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri
maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang
harus dirujuk
b. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien
dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita
segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu

15
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui
telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
e. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki
terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi.Keadaan umum ini perlu
dipertahankan selama dalam perjalanan.Surat rujukan harus
dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan
harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat
rujukan.
f. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan
kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut
penderita.
g. Tindak lanjut penderita
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan
tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang
diberikan.
b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak
melapor, maka perlu dilakukan kunjungan rumah

12. Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal


Dasar dan Komprehensif ( PONED& PONEK )
Pengertian : Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi
dengan baik, artinya tidak boleh ada kematian karena keterlambatan
dan kesalahan penanganan
Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan:
Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin,nifas
atau bayi baru lahir), tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, Tenaga bidan perlu memiliki kemampuan
penanganan kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat

16
Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan:
1. Dimasyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam
memberikan pelayanan esensial, deteksi dini dan penanganan
kegawatdaruratan  (PPGDON)
2. Di Puskemas
Peningkatan kemampuan  dan kesiapan puskesmas dlm
memberikan Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED)
3. Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab / kota dlm PONEK
4. Pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri & neonatal
Koordinasi lintas program, AMP kab / kota dll

Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk Meningkatkan


Kesehatan Ibu dan Bayi
1. Pelayanan Obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas
2. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/
Kota
3. Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit
Kabupaten/ Kota

Jenis kriteria pelayanan kesehatan rujukan:


1. PUSKESMAS PONED
Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap
ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang
mengancam jiwa ibu dan neonatus
Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar, meliputi:
a. Pemberian oksitosin parenteral
b. Pemberian antibiotik parenteral
c. Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital
dan plasenta manual

17
d. Melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual
e. Partus dengan tindakan ekstraksi vacum,ekstraksi forcep
Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi:
a. Resusitasi bayi asfiksia
b. Pemberian antibiotik parenteral
c. Pemberian anti konvulsan parenteral
d. Pemberian Phenobarbital
e. Kontrol suhu
f. Penanggulangan gizi
2. RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan
serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk
memberikan pertolongan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
dasar dan komprehensif dan terintergrasi selama 24 jam secara
langsung terhadap ibu hamil, nifas dan neonatus, baik yang
datang sendiri atau atas rujukan kader, bidan, Puskesmas
PONED, dll.
Kemampuan PONEK meliputi :
a. Pelayanan obstetri komprehensif
 Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)
 Transfusi darah
 Bedah Caesar
b. Pelayanan Neonatal Komprehensif
 Pelayanan neonatal emergensi dasar
 Pelayanan neonatal intensif

Kriteria RS PONEK 24 Jam:


a. Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat,
tepat-cermat dan purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL –
ada SOP
b. Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk
melaksanakan PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang
dikembangkan) – tim PONEK terlatih

18
c. Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan
mekanisme kerja dan kewenangan unit pelaksana/tim
PONEK- ada kebijakan 
d. Dukungan penuh dari Bank Darah / UTD – RS, Kamar
Operasi, HCU/ICU/NICU, IGD dan unit terkait lainnya 
e. Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik
pelengkap (laboratorium klinik, radiologi, RR 24 jam, obat
dan penunjang lain)

13. Alur Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri dan


Neonatal
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan
tindakan, efisien, efektif an sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan fasilitas pelayanan.
Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal
yang datang ke Puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai
Prosedur tetap sesuai dengan Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi
kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di
tingkat Puskesmas PONED atau dilakukan rujukan ke RS PONEK
untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya.
- Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas
pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal.
- Bidan didesa dan Polindes dapat memberikan pelayanan langsung
terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang
sendiri atau atas rujuka kader/ masyarakat. Selain
menyelenggarakan pelayanan pertolongan persalinan normal,
bidan di desa dapat melakukan pengelolaan kasus dengan
komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan
kemampuannya atau melakukan rujukan pada Puskesmas,

19
Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK sesuai dengan
tingkat pelayanan yang sesuai.
- Puskesmas non PONED sekurang – kurangnya harus mampu
melakukan stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obetetri
dan neonatal yang datang sendiri maupun dirujuk oleh kader/
dukun/ bidan di desa sebelum melakukan rujukan ke Puskesmas
PONED dan Rumah Sakit PONEK.
- Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin/ ibu nifas dan
bayi baru lahir yang datang sendiri atau atas rujukan kader/
masyarakat, bidan di desa dan Puskesmas. Puskesmas PONED
dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu
sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau
melakukan rujukan pada Rumah Sakit PONEK.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi pelayanan kebidanan di komunitas ada 3 yaitu:
1. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
2. Pelayanan Yang Berorentasi Pada Kebutuhan Masyarakat
3. Menggunakan/Memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola
hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat,
ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil
perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif.
Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk
meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang
mereka miliki.
Pelayanan yang berorentasi pada kebutuhan masyarakat adalah proses dimana
masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari
kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk
berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber
– sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara
gotong royong.
Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembanguann yang
memfokuskan perhatiannya pada semua aspek yang prinsipil dari manusia di
lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (SDM), yakni aspek
material dan fisik sampai pada aspek manajerial. Pemberdayaan masyarakat
terkait dengan pemebrian akses pada masyarakat dalam memperoleh dan
memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan hidup social, ekonomi,
politik dan kesehatan.
Untuk melaksanakan program strategi pelayanan kebidanan di dalam
komunitas, bidan tidak terlepas dari tugas dan tangggung jawabny kebidanan.
Tugas dan tanggung jawab kebidanan. Bidan dalam menjalankan praktiknya
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan

21
kebidanan, pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit
yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya).
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem
pelayanan yang lebih tinggi yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan
sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.

B. Saran
Diharapkan agar lebih mengembangkan wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang tentang strategi pelayanan kebidanan dan tugas dan
tanggung jawab bidan dan mengetahui sistem rujukan Ponek dan poned

22
DAFTAR PUSTAKA

Meilani Niken. 2009. Kebidanan Komunitas. Fitramaya : Yogyakarta.


Depkes RI, 1990. Pendekatan Edukatif suatu alternatif pendekatan dalam
membangun masyarakat. Jakarta.
Depkes RI, 1991. Bidan Dimasyarakat, Jakarta.
Pengurus Pusat IBI,1999.Etika dan Kode Etik Kebidanan.Jakarta
Safrudin dan Hamidah. 2009.Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai