Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

“INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELOMPOK KHUSUS”

Dosen pengampuh:
Winellia FSR.,MPH

Disusun oleh
ANITA ADITYA 211101013
INDAH NURSAFITRI 211101038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


PRODI D-III KEPERAWATAN SINGKAWANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang mana makalah ini
merupakan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas mengenai Fokus Intervensi
Keperawatan Komunitas Makalah yang penulis buat ini mudah-mudahan dapat menambah
wawasan penulis dan pembaca, serta dapat memenuhi tugas Keperawatan Komunitas yang
diberikan dosen.

Penulis menyadari makalah ini banyak kekurangan dan belum sempurna serta memuaskan,
namun demikian penulis mengharapkan sekali kritik dan saran untuk kesempurnaan di masa
mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................2
A. Definisi .................................................................................................................................2
B. Strategi intervensi dan pengorganisasian masyarakat...........................................................2
C. Kemitraan .............................................................................................................................3
D. Bemberdayaan .....................................................................................................................6
E. Tingkat pencegahan intervensi keperawatan meliputi
F. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................................7
A. Kesimpulan ......................................................................................................................……..7

Singkawang, 02 maret 2023


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat berbagai sudut pandang, WHO (1974) dari
mendefenisikan sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai
keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota
masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sedangkan Spradley (1985) mendefenisikan
komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya.
Saunders (1991) juga mendefenisikan komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau
sistem sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunitas berarti sekelompok individu
yang tinggal pada wilayah tertentu, yang memiliki nilai-nilai keyakinan minta relatif sama serta
ada interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selain itu komunitas juga dipandang sebagai
target pelayanan kesehatan, yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu
peningkatan kesehatan dan kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah pencapaian
tujuan yang berarti masyarakat/komunitas tersebut dilibatkan secara aktif untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam pelaksanaannya Asuhan Keperawatan komunitas diupayakan dekat dengan
komunitas, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama merupakan pendekatan yang juga
menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan merupakan upaya essensial
atau sangat dibutuhkan komunitas secara universal upaya tersebut mudah dijangkau. Dengan
demikiaan di dalam keperawatan komunitas penggunaan teknologi tepat guna, tumbuh kembang
pada balita di wilayah binaannya, seyogyanya ia bisa memilih alat permainan edukatif sederhana
yang tersedia di wilayah tersebut. Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan,
ketidaktahuan dan ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk mendirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (Locality Development) merupakan
bentukpengorganisasian yang tepat digunakan. Dalam praktek keperawatan komunitas
pendekatan ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri dari 4
tahapan yaitu: Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Intervensi keperawatan
dilakukan haruslah yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun dengan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas sektoral. Pada
kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas memberikan pelayanan sesuai konsep,
hal ini antara lain karena pemahaman yang belum sama tentang konsep dasar keperawatan
komunitas dan perannya dalam keperawatan komunitas, dengan materi ini diharapkan para
sejawat perawat dapat mendesiminasikan ilmunya baik kepada peserta didik maupun kepada
sejawat perawat lain yang bekerja di komunitas, selanjutnya akan diuraikan. Asumsi, keyakinan,
falsafah dan komunitas.

B. MASALAH YANG DIBAHAS


1. Strategi intervensi dan pengorganisasian masyarakat
2. Tingkat pencegahan intervensi keperawatan
3. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Intervensi Keperawatan


Proses perencanaan sebagai upaya untuk menyusun rencana penyelesaian masalah kesehatan
yang dialami kelompok atau komunitas dikembangkan berdasarkan integrasi dari diagnosis
keperawatan . diagnosis keperawatan kelompok menggunakan pendekatan prevensi primer,
sekunder dan tertier.
Tahapan menyusun perencanaan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan proses analisis data hasil pengkajian
b. Menentukan diagnosis keperawatan
c. Menentukan hasil outcome yang terukur dan dapat dicapai dengan cara menentukan
diagnosis keperawatan, memilih criteria, memilih indicator dan menentukan skala
d. Menentukan intervensi berdasarkan Komponen dalam penyusunan perencanaan asuhan
keperawatan kelompok khusus antara lain:
1. Prevensi Primer
2. Prevensi Sekunder
3. Prevensi Tertier

B. Strategi Intervensi Keperawatan


a. Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan
dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat (melalui pembentukan peer atau social support
berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat). Sebagai suatu intervensi, kelompok bisa
menjadi cost efficient treatment dengan hasil teraupetik yang positif. Pengaruh positif strategi
intervensi dengan proses kelompok meliputi:
(1) Membangun harapan ketika anggota kelompok menyadari bahwa ada orang lain yang telah
menghadapi atau berhasil menyelesaikan masalah yang sama
(2) Universalitas, dengan menyadari bahwa dirinya tidak sendiri menghadapi masalah yang
sama
(3) Berbagi informasi
(4) Altruism dan saling membantu
(5) Koreksi berantai atau berurutan, hubungan yang paralel terjadi dalam kelompok dan dalam
keluarga
(6) Pengembangan teknik sosialisasi
(7) Perilaku imitative dari pemimpin kelompok
(8) Katarsis, ketika anggota belajar untuk mengekspresikan perasaan secara tepat
(9) Factor-faktor eksistensial ketika anggota kelompok menyadari bahwa hidup kadang tidak
adil dan setiap orang harus bertanggung jawab terhadap cara hidup yang telah ditempuh
b. Promosi Kesehatan Berbagai bentuk promosi kesehatan antara lain sebagai berikut:
(1) Diseminasi informasi Bentuk dari diseminasi informasi adalah pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan preventif dengan
melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku
sehat. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi
ketidakmampuan dan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan dari
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Contohnya: pemasangan informasi atau pemberian
informasi mengenai upaya menghentikan kebiasaan merokok, control berat badan dan tentang
kebugaran di surat kabar.
(2) Pengkajian dan penilaian Mendorong seseorang agar mengurangi factor risiko dan
mengadopsi gaya hidup sehat. Contohnya melakukan penilaian terhadap risiko kesehatan
mengadakan lomba atau kompetisi penampilan sesuai indicator sehat.
(3) Modifikasi gaya hidup Membantu klien bertanggung jawab atas kesehatan sendiri dan
membuat perubahan perilaku yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam memodifikasi gaya hidup diantaranya perubahan situasi, tersedianya
pengetahuan serta ketrampilan untuk melaksanakan dan meneruskan perubahan, hasil yang akan
diperoleh dari perilaku baru, serta adanya dukungan fisik dan social untuk merubah perilaku
seseorang.
(4) Penataan lingkungan Kegiatan ini mencakup kegiatan penyediaan atau penataan factor
pendukung untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan dan peningkatan perilaku. Lingkungan
tersebut mencakup lingkungan fisik, social dan ekonomi misalnya mengatur kenyamanan dan
keamanan fisik, menghindarkan terjadi pencemaran air minum, menciptkan keterpaduan
kelompok dan menetapkan penyediaan koperasi.

c. Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan adalah suatu kegiatan keperawatan komunitas


dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada di komunitas,
masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah. Perawat dapat menggunakan strategi
pemberdayaan untuk membantu masyarakat mengembangkan ketrampilan dalam menyelesaikan
masalah, menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk
meningkatkan kesehatan. Lima (5) area pemberdayaan yaitu: interpersonal, intragroup,
intergroup, interorganizational, dan political action.

d. Kemitraan (partnership) Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan (memberikan manfaat) untuk
mencapai tujuan bersama berdasarkan asas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing.
Aktivitas kemitraan dapat membantu perawat dalam mengubah komunitas risiko tinggi ke dalam
realitas komunitas yang berarti.

Contoh :
Mahasiswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok 8 -10 mahasiswa 2. Pelajari kembali cara
melakukan intervensi keperawatan komunitas kelompok khusus Kasus: SD Cahaya Bersinar
mempunyai siswa sejumlah 110 orang. Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah
beberapa anak absen selama 3 hari mengalami diare, hasil observasi didapatkan data bahwa
tampak saat jam istirahat anak-anak menyerbu pedagang, jenis jajanan seperti “cilok”, bakso
goreng dengan warna saos merah terang dan tempat cuci tangan hanya ada 2 kran tanpa sabun.

C. PENDIDIKAN KESEHATAN
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya kegiatan pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011).
Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan
meningkatkan ketrampilan. dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya
hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002).
Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran
pengelolaan secara mandiri. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok,
maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan
beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan
dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas
dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur
di dalam komunitas dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, &
Kok, 1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk menurunkan risik dan komplikasinya
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
(1) pencegahan primer,
(2) pencegahan sekunder, dan
(3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer bertujuan untuk
menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan
sekunder bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan
penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk
mencegah komplikasi terulang dan memelihara stabilitas kesehatan.

D. PROSES KELOMPOK
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-
sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-
help group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan
mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas
apabila perawat komunitas bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di
masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat,
misalnya Posbindu, Bina Keluarga, atau Karang. Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 1992).

Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok sosial dan menerima dukungan
dari kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik
daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok (Krause, 2011).
Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya risiko morbiditas dan mortalitas
(Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992).
Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut tidak lengkap dikemukakan,
beberapa laporan menekankan bahwa dukungan yang diterima dapat meningkatkan

pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap
pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam
kelompok dan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat komunitas seperti tersebut di
atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai
suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang memberdayakan individu
dan kelompok berisiko (agregat) dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan
yang diinginkan bersama.

Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian


masyarakat yaitu:
1. Model pengembangan masyarakat (LOCALITY DEVELOPMENT)
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk memaksimalkan perubahan
yang terjadi di komunitas, di mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam
menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model pengembangan masyarakat
adalah:
(1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam
setiap tahapan proses keperawatan, dan
(2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang
dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di
masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991).
Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas
pada adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui
pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan
kemampuan agregat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan,
perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak
pada peningkatan partisipasi aktif.

2. Model perencanaan sosial (SOCIAL PLANNING)


Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih menekankan pada teknik
menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari pengelola program di birokrasi, misalnya
Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning. Tugas
perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan, menyusun rencana
kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program
harus memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan permasalahan yang
kompleks termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan lintas sektor terkait.

3. Model aksi sosial ( SOCIAL ACTION)


Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian masyarakat untuk memperjuangkan
isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi agregat misalnya
kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan bentuk intervensi
keperawatan komunitas.
E. TINGKAT PENCEGAHAN INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Prenvensi primer
ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum
menderita tetapi berpotensi untuk menderita. Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk
menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan
pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat,
menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

b. Prevensi sekunder
bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini
dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak awal
sudah harus diwaspadai dan sedapat dicegah kemungkinan terjadinya penyulit
pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan
pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang
merupakan ujung tombak pengelolaan.

c. Prevensi tersier
Apabila sudah muncul penyulit menahun, maka perawat komunitas harus berusaha mencegah
terjadinya kecacatan/komplikasi lebih. lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin,
sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi
upaya rekonstitusi, yaitu mendorong untuk patuh mengikuti program PKP, pendidikan
kesehatan kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemia berulang dan melihara
stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).

F. BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH


PERAWAT KOMUNITAS
1. Observasi
Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi dilakukan sejak pengkajian
awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama melakukan kunjungan
(Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan,
kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk
menyusun dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.
2. Terapi modalitas
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa
disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek
penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen
nyeri, perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan,
range of motion, dan terapi hiperbarik.
3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM).
Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau memperkuat
pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar
bisa mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih
mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami (komplementer)
menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit
yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005). Ranah terapi komplementer dan bentuk-
bentuk terapi komplementer (Cushman & Hoffman, 2004):
a. Pengobatan alterative: Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
b. Intervensi tubuh dan pikiran: Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi Benson,
relaksasi progresif, guided imagery, pengobatan mental dan spiritual.
c. Terapi bersumber bahan organik Terapi diet, terapi jus, pengobatan orthomolekuler
(terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva.
d. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat refleksi, akupresur,
perawatan kaki, latihan kaki, senam.
e. Terapi energi: Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan tenaga dalam,Tại Chi
f. Bioelektromagnetik : Terapi magnet Bentuk intervensi terapi modalitas dan
komplementer memerlukan kajian dan pengembangan yang disesuaikan dengan peran
dan fungsi perawat, terutama pada agregat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Intervensi keperawatan dilakukan haruslah yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun
dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas sektoral. Pada
kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas memberikan pelayanan sesuai konsep, hal ini
antara lain karena pemahaman yang belum sama tentang konsep dasar keperawatan komunitas dan
perannya dalam keperawatan komunitas, dengan materi ini diharapkan para sejawat perawat dapat
mendesiminasikan ilmunya baik kepada peserta didik maupun kepada sejawat perawat lain yang bekerja
di komunitas, selanjutnya akan diuraikan asumsi keyakinan dan falsafah komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/23897409/
FOKUS_INTERVENSI_KEPERAWATAN_KOMUNITAS
http://repository.akperykyjogja.ac.id/366/1/Modul_Poksus%20Komunitas.pdf

Anda mungkin juga menyukai