Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEBIDANAN KOMUNITAS

(Participatory Approach dan Strategi Efektif Advokasi dalam Asuhan Kebidanan


Komunitas)

Oleh :
Usnal Aini (1920332048)
Shafira Maulani Putri (1920332049)

Dosen Pengampu:
BD.Aldina Ayunda Insani, S.Keb, M. Keb

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Participatory Approach dan Strategi Efektif Advokasi dalam Asuhan
Kebidanan Komunitas”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Kebidanan Komunitas.

Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami oleh
mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah membantu,
dengan ini kami mengucapkan terima kasih.
Kami mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan dalam
makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar kesempurnaan
makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Participatory Approach dalam Asuhan Kebidanan Komunitas...................3
2.1.1 Pendekatan Edukatif...........................................................................3
2.1.2 Pelayanan yang Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat...............4
2.1.3 Menggunakan atau Memanfaatkan Fasilitas dan Potensi
yang ada di Mayarakat.........................................................................5
2.2 Strategi Efektif Advokasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas.................6
2.21 Advokasi..............................................................................................6
2.2.2 Riwayat Bidan Komunitas..................................................................8
2.2.3 Strategi Advokasi dalam Pelayanan KebidananKomunitas...............10
2.3 Telaah Jurnal.................................................................................................14
2.3.1 Jurnal Pertama....................................................................................14
2.3.2 Jurnal Kedua.......................................................................................16
2.3.3 Jurnal Ketiga.......................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................22
3.2 Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita
adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan
membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik
tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan masyarakat
yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang
dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan. Komunitas digambarkan sebagai sebuah
lingkungan fisik di mana seseorang tinggal sebagai sebuah lingkungan beserta aspek-aspek
sosialnya. Setiap petugas kesehatan yang bekerja dimasyarakat perlu memahami masyarakat
yang dilayaninya, baik keadaan budaya maupun tradisi setempat sangat menentukan
pendekatan yang di tempuh. Pendekatan yang akan digunakan oleh bidan harus
memperhatikan strategi pelayanan kebidanan, tugas dan tanggung jawajb bidan serta aspek
perlindungan hukum bidan di komunitas.

Masyarakat setempat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis)
dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang
lebih besar diantara para anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas wilayah.
Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dalam isu-isu
kesehatan masyarakat, seringkali kita harus melakukan advokasi sebagai bagian penting
dalam strategi program. Advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil
kebijakan. Ia dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai
hasil yang kita inginkan kita memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan menyasar kepada
penyebab majemuk.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah participatory approach dalam asuhan kebidanan komunitas?
2. Bagaimanakah strategi efektif advokasi dalam asuhan kebidanan komunitas?
1.3. Tujuan Penulisan
1.................................................................................................................................Unt
uk mengetahui participatory approach dalam asuhan kebidanan komunitas.
2.................................................................................................................................Unt
uk mengetahui strategi efektif advokasi dalam asuhan kebidanan komunitas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Participatory Approach dalam Asuhan Kebidanan Komunitas


2.1.1 Pendekatan Edukatif
Dalam pendekatan ini ujung tombaknya adalah gerakan pemberdayaan, yang
memiliki tiga mata tombak disebut TRISULA, yaitu konseling, kunjungan rumah, dan
pengorganis asian masyarakat. Ketiga mata tombak ini pada hakikatnya adalah upaya
memfasilitasi proses pemecahan masalah dalam diri sasaran/ klien. Pemberdayaan itupun
tidak dilakukan secara serta-merta, melainkan secara berjenjang. Para petugas kesehatan
dan petugas lintas sektor terkait memberdayakan pemuka-pemuka masyarakat, yang
disusul dengan gerakan para pemuka masyarakat untuk memberdayakan unsur-unsur
masyarakat (yaitu kader), dan akhirnya para kader bergerak memberdayakan seluruh
msyarakat.
Pendekatan edukatif memerlukan kesabaran dan ketangguhan dari para petugas
(penggerak), karena mereka harus mengawal proses secara berkelanjutan hingga
tercapainya kemandirian masyarakat. Dijajaran kesehatan, penggerak awal adalah para
petugas di Dinas kesehatan Kabpaten/Kota, rumah sakit, serta puskesmas dan
jaringannya.

1. Definisi
a. Secara Umum
Rangakaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah
dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk
memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan factor
sosial, ekonomi dan budaya setempat
b. Secara Khusus
Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan masalah dan proses
pemecahan masalah tersebut.

2. Tujuan Pendekatan Edukatif

3
a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah
kebidanan komunitas
b. Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah
yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan
3. Strategi Dasar Pendekatan Edukatif
a. Mengembangkan Provider
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang
ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
Langkah-langkah pengembangan provider:
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan
nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok
kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sector di berbagai tingkat administrasi
sampai dengan tingkat desa.
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan
merumuskan kebijakan serta pola secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar,
raker, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sector kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan
petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data umum, data
khusus, dan data perilaku.

b. Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan
mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merencanakan
alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan.
Langkah-langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survey mawas diri,
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan.

2.1.2 Pelayanan Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat


Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas
dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha

4
memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada
di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong. Terdiri dari 3
aspek penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat.

Terdiri Dari 3 Jenis Pendekatan:


1. Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalaui
proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh: pengasapan pada kasus
DBD

2. General Content Objective Approach


Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang
kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh: posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi,
KIE dsb.

3. Proses Objective Approach


Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan
masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai
kemampuan. Contoh: Kader

2.1.3 Menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat
Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status sosial-
ekonomi yang diakibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memelihara diri
sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak pada status
kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktifitasnya.
1. Definisi
a. Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu
menumbuhkan kemmapuan orang, berkomunikasi dan menguasai lingkungan
fisiknya.
b. Pengembangan manusia yang tujuannya adalah mengembangkan potensi dan
kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.

2. Langkah-Langkah
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan

5
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

3. Prinsip-Prinsip Dalam Pengembangan Masyarakat


a. Program ditentukan dalam mengembangkan masyarakat
b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan dorongan
agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai
katalisator untuk mempercepat proses.

4. Bentuk-Bentuk Program Masyarakat


a. Program integratif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan
dinas terkait/kerjasama lintas sektoral
Contoh : melakukan program BAT (Aku Bangga Aku Tahu) yang dibuat oleh
kemeterian kesehatan yang bekerja sama dengan sektor pendidikan melalui
sosialisasi ke sekolah dengan sektor pendidikan melalui sosialisasi ke sekolah-
sekolah yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS yang makin
banyak terjadi di kalangan remaja
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah
satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk
melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program
Contoh : keterbatsan sumber daya yang ada di puskesmas, dan kompleksitas
permasalahan ksehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas menindikasikan
perlunya kerjasama lintas program. Pelaksanaan prpogram kesehatan ibu dan anak
tidak dapat dilakukan hanya oleh bidan saja. Tetapi memnbutuhkan dukungan dari
petugas kesehatan yang lain
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha-usaha
terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah
tersebut.
Contoh : KLB DBD yang terjadi di suatu daerah, maka dalam rangka mencegah
dan mengurangi penderita DBD, pemerintah dan dinas kesehatan kota kupang

6
melakukan program pemberantasan DBD dengan pembagian abate dan
melakukan fogging.

2.2 Strategi Efektif Advokasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas


2.2.1 Advokasi
1. Pengertian
Advoksai secara harfiah berarti pembelaan sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan.Istilah advokasi mula-mula digunakan di
bidang hukum atau pengadilan.
Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.
Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam
program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah
satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan
yang dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para
pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan
(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
Advocacy adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan
membuat keputusan (Decision makers) dan penentu kebijakan (Policy makers) dalam
bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh
terhadap masyarakat. Dengan demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan
atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang,
instruksi yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum.
Advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup kegiatan-kegiatan penyadaran,
rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mngenai sesuatu.Organisasi
non pemerintah (Ornop) mendefensisikan Advokasi sebagai upaya penyadaran
kelompok masyarakat marjinal yang sering dilanggar hak-haknya (hukum dan azasi).
Yang dilakukan dengan kampanye guna membentuk opini public dan pendidikan
massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa.

7
2. Tujuan Advokasi
a. Mendapat dukungan,baik dalam bentuk kebijakan lisan atau tertulis ,dalam
bentuk Surat
b. Keputusan, Surat edaran,himbauan,pembentukan kelembagaan, ketersediaan
dana,sarana,tenaga. Mendorong para pengambil keputusan untuk suatu
perubahan dalam kebijakan ,program atau peraturan.
c. Mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan
dalam pemecahan masalahdan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak
lain/mitra.

3. Fungsi Advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan
program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.

a. Persyaratan Advokasi
1) Dipercaya (Credible), dimana program yang ditwarkan harus dapat
meyakinkan para penentu
2) kebijakan atau pembuat keputusan , oleh karena itu harus didukung akurasi data
dan masalah. Layak (Feasible), program yang ditawarkan harus mampu
dilaksanakan secara tejhnik prolitik maupun sosial.
3) Memenuhi Kebutuhan Masyarakat (Relevant)
4) Penting dan mendesak (Urgent), program yang ditawarkan harus mempunyai
prioritas tinggi

2.2.2 Riwayat Bidan Komunitas


Sebagian besar wanita lebih menyukai persalinan di rumah dari pada di
institusi pelayanan kesehatan (Rumah sakit). Hasil penelitian McKee (1982)
menggambarkan bahwa, jika persalinan dilakukan di komunity dan dilaksanakan oleh
bidan maka akan terjadi peningkatan kunjungan antenatal ,penurunan frekuensi
Persalinan dgengan induksi, penurunan frekuensi Persalinan prematur, BBLR, IUGR,
persalinan forsep, frekuensi SC dan pemeriksaan rutin Antenatal dan Intranatal di
rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya masa kehamilan, persalinan dan nifas
dikembalikan ke komunitas sebagai asal dari childbirth tersebut. Sasaran Pelayanan
Kebidanan Komunitas.

8
Kelompok masyarakat di komuniti merupakan sasaran bidan community, yang
meliputi:
a. Ibu
b. Anak
c. Keluarga
d. Masyarakat
e. Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam Keluarga

1. Misi
a. Meningkatkan status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan
masyarakat
b. Menanggulangi berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas
c. Menyelenggarakan berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif,
efektif dan efisien
d. Meningkatkan peranserta dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan
e. Menggalang berbagai potensi untuk penyelenggaraan program kesehatan
masyarakat

2. Tujuan
a. Meningkatnya status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan
masyarakat.
b. Tertanggulanginya berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas.
c. Terselenggaranya berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif, efektif
dan efisien
d. Meningkatnya peran serta dan kemandirian perorangan, keluarga dan
komunitas dalam pemeliharaan kesehatan.
e. Terhimpunnya sumberdaya dari masyarakat dalam mendukung
penyelenggatraan progtram kesehatan masyarakat.
f. Terlibatnya secara aktif berbagai pelaku dalam peningkatan derajat dan
penyelenggaraan program kesehatan masyarakat.

3. Sasaran
a. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.

9
b. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.
c. Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.
d. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.
e. Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan
pembiayaan pra upaya.
f. Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau.
g. Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pembiayaan program kesehatan
masyarakat.
h. Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar biaya dan sadar
mutu masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien.
i. Pemantapan kemitraan dan kerjasama lintas sektoral dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan masyarakat.
j. Pengutamaan kelompok sasaran rentan keluarga miskin dan pengarus-utamaan
gender.
k. Pengutamaan daerah terpencil, perbatasan dan rawan bencana.
l. Penyelarasan program dengan perkembangan tantangan dan komitmen global.
m. Pemantapan pemberdayaan dan kemandirian keluarga komunitas dan
masyarakat.
n. Penerapan tehnologi tepat guna, bantuan teknis dan pendampingan.
o. Pengembangan penelitian untuk dukungan program.
p. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program kesehatan
masyarakat.

2.2.3 Strategi Advokasi dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas


Advokasi terhadap kebidanan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-
orang di bidang kebidanan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan
terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan,
bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para
pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat
dilakukan dengan memengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-
peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat
menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di
masyarakat (Kapalawi, 2007).

10
Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi,
promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan
peraturan yang menguntungkan kesehatan (kebidanan). Advokasi adalah suatu cara
yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis
dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan
dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan
dari informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat
atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan
terhadap kaum lemah (miskin)

1. Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan


Contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.Partisipasi itu harus
didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan,
disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan.
Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses. Agar
masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan peran serta dari
masyarakat ketika kita melakukan promosi kesehatan. Sebagai contoh yaitu
pemanfaatan kader yang telah dilatih atau anggota masyarakat yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan promosi kesehatan.

2. Menjalin kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-
masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah
dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.Dari
definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni:
a. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
b. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu ( yang disepakati bersama )
c. Saling menanggung resiko dan keuntungan

Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada


konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.

11
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga
didasari dengan kesetaraan.

3. Memobilisasi kelompok peduli


4. Menciptakan lingkungan yang mendukung
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat
dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan
lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi
kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas
yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik
—untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi
sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global.
Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan
pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk
manusia.
Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan
masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja
yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan. Penjajakan sistematis
dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat.—terutama di daerah teknologi,
daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi–- sangat esensial dan harus diikuti dengan
kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat.
Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber daya
alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. Lingkungan yang Mendukung
adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan
lingkungan ketika kita akan melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat
yang mempunyai lingkungan yang sehat.

5. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)

Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien
dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan

12
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah
memberdayakan komunitas –-kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib
mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan
material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan
untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam
masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan
informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan
dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu partisifasi masyarakat yang menunjang
kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih

6. Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skills)

Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui


penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup.
Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk
melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat
pilihan yang kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui
kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk
menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting.

Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua
lingkungan komunitas. Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas dalam
menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan
(mendemostrrasikan). Contoh sederhana ketika petugas memberikan promosii kesehatan
tentang pembuatan larutan gula garam, maka petugas harus mampu membuatnya dan
bias mencontohkannya

7. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)

Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di


antara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan
kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan
kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus
bergerak meningkat pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam
menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang

13
mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati
kebutuhan kultural.

Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk


kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan
komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi
pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan
sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus
membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan
memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya.
Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan
komunikasi tentang kesehatan.

8. Bergerak ke masa depan (moving into the future)

Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari


kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai.
Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk
membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan
dengan memastikan bahwa masyarakat yag didiami seseorang menciptakan kondisi yang
memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya.

Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam


mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus
menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi
kesehatan serta kesetaraan antara pria dan wanita sebagai acuan utama.

9. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)

Pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan


masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).
Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program.
Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan
dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan
perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-
kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita.

14
Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif
atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan,
partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-
bidang lainnya. Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :

a. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat


b. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
c. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat

2.3 Telaah Jurnal

2.3.1 Jurnal Pertama

Judul
Partisipasi Masyarakat Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu (Nani Sintiawati, dkk.
2021)
Latar Belakang
Keikutsertaan masyarakat di butuhkan dalam setiap program dan upaya-upaya
pemerintah dalam mengikuti kegiatan posyandu. Jika partisipasi masyarakat tinggi,
sadar, akan manfaat posyandu serta ikut serta dalam program program yang di jalankan
pemerintah, tentu kegiatan posyandu akan berjalan dengan lancar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan Posyandu
di kampung Cihanja 2 Garut.

Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam mengikuti
Posyandu.
1. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deksriptif melalui pendekatan
kualitatif.
2. Hasil
Hasil penelitian ini yaitu, masyarakat selalu mengedepankan kehadirannya datang ke
Posyandu karena menyangkut kesehatan anak sehingga jika berhalangan akan mengatur
jadwal ulang pekerjaannya, dan jika masyarakat ada yang tidak dapat hadir karena sibuk
bekerja, mereka akan mewakilkan datang kepada saudara atau pengasuhnya. Selain itu

15
letak geografis Posyandu Desa Cihanja 2 yang mudah dijangkau oleh masyarakat
memudahkan masyarakat untuk datang pada setiap kegiatan Posyandu Desa Cihanja 2.
Meskipun terdapat masyarakat yang rumahnya memiliki jarak yang cukup jauh dari
rumah ke posyandu, tetapi masyarakat tetap hadir ke Posyandu.

2.3.2 Jurnal Kedua

Judul

Basic Construction Factors of Participatory Asset Community Development Health In


Action (Yudhia) Model to Prevent Complication of Pregnancy and Child-Birth (Yudhia
Fratidhina, dkk. 2020)

Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi sebagian besar disebabkan oleh kurangnya
informasi dan kebiasaan buruk ibu hamil dalam perawatan kehamilan risiko tinggi.
Kondisi ini berdampak pada tingginya angka kematian ibu saat melahirkan. Salah satu
upaya strategis dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan motivasi menuju
perilaku yang lebih baik untuk pencegahan komplikasi kehamilan dan melahirkan. Hal ini
dapat dilakukan melalui pemberdayaan dan partisipasi keluarga atau masyarakat.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor sebagai konstruksi utama
model pendampingan partisipatif melalui pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan
aset di masyarakat untuk pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan (YUDHIA).

Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Cimanuk,
Pandeglang, Banten. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dan bola
salju. Informan kunci adalah empat wanita hamil yang memiliki risiko komplikasi.
Informan pendukung adalah delapan orang. Pengumpulan data menggunakan wawancara
mendalam dan direkam dengan tape recorder. Analisis data menggunakan teknik RAP,

16
dan merilis 12 tema yang menggambarkan faktor utama dalam pembangunan model
YUDHIA. Uraian tersebut adalah (1) pengembangan aset masyarakat, seperti aset fisik,
ekonomi, lingkungan, manusia, dan sosial. (2) Partisipasi masyarakat seperti dimensi
kontribusi masyarakat, pengembangan masyarakat dan organisasi.

Hasil
Hasil penelitian ini adalah partisipasi masyarakat sudah berjalan dengan terbentuknya
Desa Siaga, tapi sampai sekarang, program Desa Siaga belum berjalan secara optimal.
Keberadaan Desa Siaga dapat membantu ibu hamil, bersalin, dan keluarga untuk
menyelamatkan ibu hamil dan ibu melahirkan. Bidan kemitraan dan dukun bayi telah
terbentuk. Organisasi yang ada menurut kebutuhan desa, serta keterlibatan dan partisipasi
masyarakat, terutama kontribusi waktu dan usaha, yang cukup baik.

2.3.3 Kasus

Ny “Y” 39 tahun datang ke BPM “S” mengeluhkan bahwa ia takut untuk


melakukan hubungan seksual karena takut hamil lagi. Ny “Y” adalah ibu post partum 40
hari. Ia memiliki 5 orang anak dengan jarak anak yang relatif singkat. Anak pertama
berumur 11 tahun 3 bulan, anak kedua berumur 8,5 tahun, anak ketiga berumur 5 tahun,
anak keeempat berumur 3 tahun dan anak kelima merumur 40 hari. Suami Ny “Y”
bekerja sebagai buruh bangunan.

Ny “Y” datang sendiri ke BPM tanpa ditemani oleh suami mengatakan sampai
saat ini belum menggunakan alat kontrasepsi. Ia dilarang suaminya untuk mengikuti
program KB, karena suami beranggapan bahwa KB itu haram dan suaminya mengatakan
bahwa didaerah tempat tinggalnya pada umumnya tidak menggunakan KB termasuk para
tokoh agama dan tokoh masyarakat. Suami Ny “Y” beranggapan bahwa KB itu tidak
baik untuk digunakan dan banyak berisiko. Sementara Ny “Y” sendiri tidak terlalu
mengetahui tentang KB. Ia hanya ingin tidak mau punya anak lagi. Ny “Y” sangat takut
jika menggunakan KB tanpa sepengetahuan suaminya karena suaminya telah melarang
keras hal tersebut dan tidak pernah menghiraukan ajakan Ny “Y” jika diminta untuk
mengikuti program KB

Advokasi Kebidanan

17
Advokasi dalam konteks kebidanan adalah melakukan pendampingan kepada masyarakat
untuk berdaya dibidang kesehatan dan bersama-sama melakukan upaya-upaya untuk
perubahan perilaku di bidang kesehatan (kebidanan).

Pada kasus ini advokasi yang diberikan oleh bidan adalah:

a. Memberikan anjuran kepada Ny “Y” untuk mengajak suaminya untuk kembali datang
secara bersama ke tempat bidan atau Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya agar
mendapat informasi yang cukup tentang program KB sehingga tidak ada
kesalahpahaman tentang program KB tersebut.
b. Memberikan pendidikan kesehatan kepada Ny “Y” dan suami tentang pentingnya
program KB untuk kesejahteraan keluarga, efek negatif jika tidak menggunakan
program KB, macam-macam alat kontrasepsi yang bisa digunakan beserta kelebihan
dan kekurangan dari alat kontrasepsi tersebut sambil memperlihatkan bentuk alat-alat
kontrasepsinya.
c. Menjelaskan kepada Ny “Y” dan suami tentang manfaat metode kontrasepsi jangka
panjang yang bisa digunakan karena pada kasus ini Ny “Y” sudah mempunyai 5
orang anak
d. Menjelaskan kepada Ny “Y” dan suami tentang kemungkinan efek-efek negatif yang
akan ditimbulkan jika suatu keluarga tidak menggunakan metode kontrasepsi baik
dari segi ekonomi, pendidikan anak, kesejahteraan, kebahagiaan secara fisik, mental,
psikologi maupun dari segi kesehatan (Ny “Y” sudah berisiko jika terjadi kehamilan
lagi)
e. Memberikan informasi kepada Ny”D” dan suami bahwa di puskesmas bisa
mendapatkan pelayanan tentang kontrasepsi secara gratis
f. Meluruskan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat serta rasionalisasinya yang
mudah dipahami oleh Ny “Y” dan suami (masyarakat) tentang alat kontrasepsi
sehingga terdapat persepsi yang benar tentang mitos tersebut
g. Menyediakan leaflet tentang program KB agar Ny “Y” dan suami bisa membaca dan
membawa pulang leaflet tersebut sehingga bisa mempertimbangkan dan mengingat
kembali mengenai penjelasan program KB yang diberikan sehingga timbul suatu
keyakinan tentang kontrasepsi yang akan digunakan
h. Melakukan pendekatan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat dan kader kesehatan
untuk memberikan informasi dan meyakinkan toma, toga dan kader kesehatan tentang

18
pentingnya programem KB untuk kesejahteraan masyarakat demi mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera
i. Memberikan informasi kepada toma, toga dan kader kesehatan bahwa di daerahnya
program KB belum berjalan dengan baik dan perlu untuk dilakukan penanganan
dengan segera
j. Memberikan informasi kepada toma, toga dan kader kesehatan bahwa program KB ini
perlu didukung dan sudah merupakan program dari pemerintah dalam rangka
menyejahterakan masyarakat
k. Meminta toma, toga dan kader kesehatan untuk memberikan informasi ini jika ada
pertemuan antar masyarakat agar masyarakat mengetahui hal ini
l. Meminta toma, toga dan kader kesehatan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
masyarakat agar masyarakat dapat mendengarkan suatu penyuluhan tentang KB yang
telah didukung oleh toma, toga dan kader kesehatan
m. Meminta bantuan toma, toga dan kader kesehatan agar bisa meyakinkan masyarakat
bahwa program KB itu adalah halal dan aman untuk digunakan demi mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera

Pemberian advokasi pada kasus-kasus diatas dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip


advokasi yaitu:

1. Realistis
Advokasi yang berhasil bersandar pada rencana yang spesifik, jelas, terukur dan perlu
dibuat prioritas. Pada kasus ini Bidan “S” membuat rencana rencana yang spesifik, jelas
dan terukur meliputi:

a. Memberikan anjuran kepada Ny “Y” untuk mengajak suaminya kembali datang


secara bersama ke tempat bidan atau Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya
agar mendapat informasi yang cukup tentang program KB sehingga tidak ada
kesalahpahaman tentang program KB tersebut
b. Memberikan pendidikan kesehatan kepada Ny “Y” dan suami tentang pentingnya
program KB untuk kesejahteraan keluarga, efek negatif jika tidak menggunakan
program KB, macam-macam alat kontrasepsi yang bisa digunakan beserta
kelebihan dan kekurangan dari alat kontrasepsi tersebut sambil memperlihatkan
bentuk alat-alat kontrasepsinya, membahas mengenai mitos-mitos yang

19
berkembang di masyarakat tentang alat kontrasepsi serta menjelaskan
kesalahpahaman dari mitos tersebut serta rasionalisasinya.
c. Menjelaskan kepada Ny “Y” dan suami tentang manfaat metode kontrasepsi jangka
panjang yang bisa digunakan karena pada kasus ini Ny “Y” sudah mempunyai 5
orang anak

2. Sistematis
Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat. Dalam kasus ini Bidan “S” telah
mempersiapkan alat peraga atau contoh alat kotrasepsi yang bisa digunakan sehingga Ny
“Y” dan suami dapat melihat secara langsung bentuk alat kontrasepsi yang bisa
digunakannya tersebut. Selain itu Ny “Y” telah menyediakan leaflet tentang metode
kontrasepsi yang bisa digunakan sehingga bisa dibaca dan dibawa pulang oleh Ny “Y” dan
suami untuk didiskusikan, dipertimbangakan dan dipikirkan kembali oleh Ny “Y” dan
suami sehingga menimbulkan keyakinan yang mantap tentang kontrasepsi yang akan
digunakan.

3. Taktis
Dalam memberikan advokasi kesehatan (kebidanan), tenaga kesehatan akan
bekerjasama dengan pihak terkait untuk bisa memberdayakan masyarakat di bidang
kesehatan. Bidan “S” melakukan pendekatan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat,
kader kesehatan agar dapat mensosialisasikan program KB kepada masyarakat. Pendekatan
kepada toma, toga dan kader kesehatan sangat penting karena peranan mereka sangat
penting dalam merubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik, lebih sehat, sehingga
tercipta kesejahteraan pada masyarakat dengan mewujudkan keluarga sejahtera. Kerjasama
yang dilakukan Bidan “S” dengan toma, toga dan kader kesehatan meliputi:

a. Melakukan pendekatan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat dan kader kesehatan
untuk memberikan informasi dan meyakinkan toma, toga, dan kader kesehatan
tentang pentingnya program KB untuk kesejahteraan masyarakat demi mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera
b. Memberikan informasi kepada toma, toga dan kader kesehatan bahwa di daerahnya
program KB belum berjalan dengan baik dan perlu untuk dilakukan penanganan
dengan segera

20
c. Memberikan informasi kepada toma, toga dan kader kesehatan bahwa program KB ini
perlu didukung dan sudah merupakan program dari pemerintah dalam rangka
menyejahterakan masyarakat
d. Meminta toma, toga dan kader kesehatan untuk memberikan informasi ini jika ada
pertemuan antar masyarakat agar masyarakat mengetahui hal ini
e. Meminta toma, toga dan kader kesehatan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
masyarakat agar masyarakat dapat mendengarkan suatu penyuluhan tentang KB yang
telah didukung oleh toma, toga dan kader kesehatan
f. Meminta bantuan toma, toga dan kader kesehatan agar bisa meyakinkan masyarakat
bahwa program KB itu adalah halal dan aman untuk digunakan demi mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera

4. Strategis
Advokasi melibatkan penggunaan kekuasaan atau power. Kekuasaan intinya menyangkut
kemampuan mempengaruhi dan membuat orang berperilaku seperti yang kita harapkan.
Advokasi yang diberikan Bidan “S” kepada Ny “Y” dan suami tentang program KB
meliputi:
a. Pentingnya program KB dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera
b. Efek yang bisa ditimbulkan jika suatu keluarga tidak menggunakan program KB baik
dilihat dari segi ekonomi, pendidikan anak, kesejahteraan, kebahagiaan fisik, mental,
psikologi, maupun dari segi kesehatan.
c. Macam-macam kotrasepsi yang bisa digunakan
d. Kelebihan dan kekurangan masing-masing alat kontrasepsi
e. Meluruskan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat tentang kontrasepsi sehingga
mendapatkan suatu persepsi yang benar beserta rasionalisasinya yang bisa dipahami
oleh Ny “Y”, suami dan masyarakat
f. Menjelaskan bahwa beberapa metode kontrasepsi juga bisa didapatkan di puskesmas
secara gratis

5. Berani
Advokasi menyentuh perubahan perilaku masyarakat bahkan perubahan kebijakan,
jadi membutuhkan proses secara bertahap sehingga butuh keberanian untuk
menerapkannya.

21
Advokasi yang dilakukan oleh Bidan “S” terencana, tersusun dengan rapi, mudah
dipahami karena bidan “S” menggunakan alat peraga sehingga mudah dipahami oleh Ny
“Y” dan suami. Selain itu Bidan “S” juga sudah melakukan pendekatan kepada toma, toga,
dan kader kesehatan sehingga memudahkan dalam memberikan advokasi kepada
masyarakat.
Hal ini dikarenakan toma, toga, dan kader kesehatan adalah orang yang dekat
dengan masyarakat, sehingga menjadi pedoman bagi masyarakat dalam berperilaku. Jadi,
dengan adanya dukungan dari toma, toga dan kader kesehatan akan mempermudah
advokasi terhadap masyarakat sehingga penerimaan masyarakat terhadap advokasi yang
diberikan juga lebih berhasil.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Strategi pelayanan kebidanan di komunitas ada 3 yaitu pendekatan edukatif
dalam peran serta masyarakat. Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat
dan menggunakan atau memanafaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup
masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial
budaya. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku masyarakatsehingga
perlu melibatkan masyarakat secara aktiv. Keberadaan kader kesehatan dari masyaraakat
sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan
yang mereka miliki.
Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat adalah proses dimana
masyarakat dapat mengidentifikasikebutuhan dan tentukan prioritas dari kebuthan
tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi
kebuthan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat
sendiri mauapun berasal dari luar secara gotong royong. Teridi dari 3 aspek penting
meliputi proses, masyarakat dan memfungssikan masyarakat.
Advokasi merupakan segenap aktivitas pengerahan sumber daya yang untuk
membela. Memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik
sesuai keadaan diharaapkan. Tujuan advokasi adalah mendorong para pengambil

22
keputuan untuk suatu perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan, dan
mendorong para pengambil keputusan untuk aktiv mendukung kegiatan atau tindakan
dalam pemecahan masalah dan mencoba untuk memndapatkan dukungan dari pihak lain
atau mitra. Syarat advokasi adalah credibel, feasible, relevant, urgent, dan high priority.
Peran bidan sebagai advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam
mempromosikan hak-haknya, adovokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman, dan
advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Tugas bidan sebagai advokator
adalah mempromosikan dan melindungi kepentingan mereka sendiri, membantu
masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi kesehatan dan
memberikan dukungan sosial, dan melakukan kegiatan advokasi kepada pengambil
keputusan, berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan informasi
kepada pembaca tentang . Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memberikan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

PERTANYAAN

1. PUTRI GUNAWAN

Bisakah kelompok menjelaskan bentuk-bentuk dari program masyarakat tersebut dan


beserta contohnya

MENJAWAB : USNAL AINI

Bentuk-Bentuk Program Masyarakat


a. Program integratif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan dinas
terkait/kerjasama lintas sektoral
Contoh : melakukan program BAT (Aku Bangga Aku Tahu) yang dibuat oleh
kemeterian kesehatan yang bekerja sama dengan sektor pendidikan melalui sosialisasi ke
sekolah dengan sektor pendidikan melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah yang bertujuan
untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS yang makin banyak terjadi di kalangan remaja

b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah satu
instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk melaksanakan kegiatan
tersebut/kerjasama lintas program

23
Contoh : keterbatsan sumber daya yang ada di puskesmas, dan kompleksitas
permasalahan ksehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas menindikasikan perlunya
kerjasama lintas program. Pelaksanaan prpogram kesehatan ibu dan anak tidak dapat
dilakukan hanya oleh bidan saja. Tetapi memnbutuhkan dukungan dari petugas
kesehatan yang lain

c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha-usaha terbatas di


wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tersebut.
Contoh : KLB DBD yang terjadi di suatu daerah, maka dalam rangka mencegah dan
mengurangi penderita DBD, pemerintah dan dinas kesehatan kota kupang melakukan
program pemberantasan DBD dengan pembagian abate dan melakukan fogging.

2. ERIANI MUSTIKA HARAHAP

Bisakah kelompok menjelaskan kembali langkah-langkah pengembangan provider dalam


strategi dasar pendekatan edukatif.
MENJAWAB : SHAFIRA MAULANI PUTRI

a. Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat

Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional


atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan
beberapa pejabat yang berpengaruh.

b. Pendekatan terhadap pelaksana dari sector di berbagai tingkat administrasi sampai


dengan tingkat desa.
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan
merumuskan kebijakan serta pola secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker,
musyawarah.

c. Pengumpulan data oleh sector kecamatan/desa


Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider.
Macam data yang dikumpulkan meliputi data umum, data khusus, dan data perilaku.
3. PUTRI KRISNA

24
Terdapat 9 strategi advokasi dalam pelayanan kebidanan komunitas salah satunya adalah
pemberdayaan masyarakat. Bisakah kelompok jelaskan strategi tersebut, dan apakah ada
ketentuan untuk terwujudnya pasrtisipasi masyarakat tersebut.
MENJAWAB : SHAFIRA MAULANI PUTRI
Pemberdayaan adalah upaya meningkakan kemampuan dan potensi yang dimiliki
masyarakat sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya
secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri terutama
dibudang kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Partisipasi
masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan
dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih
tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena
dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan
tersebut itu dari kita dan untuk kita.
Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif
atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan,
partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-
bidang lainnya. Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :
a. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat
b. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
c. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat

4. RAHMATUN FAUZIAH
Pada pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat, teridiri dari 3 aspek
penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat, dan bisakah
kelompok menjelaskan bagaimana jenis dari pendekatan tersebut.
MENJAWAB : USNAL AINI

a. Specifict Content Approach


Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalaui
proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh: pengasapan pada kasus
DBD

b. General Content Objective Approach

25
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang
kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh: posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi,
KIE dsb.

c. Proses Objective Approach


Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan
masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai
kemampuan. Contoh: Kader

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Lusiana. 2002. Kebidanan Komunitas. Padang : CV Rumah Kayu Pustaka Utama

Depkes RI. Pendekatan Edukatif Suatu Alternataif Pendekatan Dalam Membangun


Masyarakat. Jakarta

Fratidina, Yudhia. 2020. Basic Construction Factors of Participatory Asset Community


Development Health In Action (Yudhia) Model to Prevent Complication of Pregnancy
and Child-Birth. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan Vol 7, No 2, Maret 2020

Putri Sentya dan Dele Septalia Dewinny. 2019. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press

Safrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Sandra,dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : In Media

Sintiawati, Nani. 2021. Partizipasi Masyarakat dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu.


Universitas Islam Nusantara Bandung. Lifelong Education Journal
https://journal.imadiklus.or.id/index.php/lej Vol. 1, No.1, Bulan April, 2021.

Tobokan, Sadra. 2016. Asuhan Kebidanan Komunitas. Bogor : IN Media

Wahyuni, Elly. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Bahan Ajar Kemenkes RI

26
27

Anda mungkin juga menyukai