Anda di halaman 1dari 35

EVALUASI DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RW 07

KELURAHAN PENURUNAN KECAMATAN


RATU SAMBAN

KOTA BENGKULU TAHUN 2021

Disusun Oleh : KELOMPOK 7

Mahasiswa/i Prodi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan

1. Dewi tarita sari


2. Irtiara sari
3. Nadita erischa
4. Nofia savitri
5. Rizki velia

DosenPembimbing :

Ns. Hermansyah, S.Kep, M.Pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul“ Evaluasi dan laporan askep komunitas pada
daerah penurunan kota bengkulu“. Adapun tujuan dan maksud penyusunan makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.

Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak luput dari kesulitan dan hambatan
tetapi berkat bantuan dan petunjuk serta kerja sama, maka makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Segala kemampuan dan daya upaya telah diusahakan semaksimal mungkin,


namun kami menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya didunia keperawatan.

Bengkulu, 21 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................1
KATA PENGANTAR .......................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................4
1.1................................................................................................Latar belakang 4
1.2...........................................................................................Rumusan masalah 4
1.3............................................................................................Tujuan penulisan 5
1.4..........................................................................................Manfaat penulisan 5
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................6
2.1...........................................................................................................definisi 6
2.2......................................................tujuan dan fungsi keperawatan komunitas 7
2.3.....................................................strategi intervensi keperawatan komuintas 9
2.4.............................................................................pusat kesehatan komunitas 10
2.5..................................Bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat 11
2.6....................................................Model konseptual keperawatan komunitas 14
........................................................................................................................
2.7....................................................Hubungan konsep keperawatan komunitas 16
2.8..................................................Proses pelaksanaan keperawatan komunitas 20
BAB III HASIL KEGIATAN ........................................................................28
3.1......................................................................................................Pengkajian 28
3.2....................................................................................................Analisa data 31
3.3............................................................................................Prioritas masalah 32
3.4....................................................................................Diagnosa keperawatan 33
3.5...................................................................................Intervensi keperawatan 33
3.6................................................................................................................POA 37
3.7..................................................................................................Implementasi 40
3.8.....................................................................................Rencana tindak lanjut 41

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraki satu
sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan
komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah
individu yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita
penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang
sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ratih
Dwi Ariani, 2015).
Salah satu sasaran pelayanan keperawatan komunitas adalah pelayanan pada
kelompok khusus. Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan umur, permasalahan baik fisik, mental, sosial yang memerlukan
bantuan karena ketidakmampuan dan ketidaktauan kelompok dalam memelihara
kesehatan terhadap dirinya sendiri. Asuhan keperawatan pada kelompok khusus
diberikan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, pada prinsipnya
sama dengan proses keperawatan individu, keluarga, maupun komunitas, yang
berbeda hanyalah sasarannya.
Yang perlu dikaji dalam kelompok khusus ini secara mendalam adalah latar
belakang yang menyebabkan timbulnya masalah pada kelompok tersebut, karena
setiap kelompok mempunyai kebutuhan yang berbeda. Pengkajian ini menjadi
dasar untuk membuat perencanaan keperawatan yang tepat. Perawat komunitas
seyogyanya dapat memberikan pelayanan keperawatan pada kelompok khusus di
tatanan komunitas, penyusunan modul ini diharapkan dapat membantu perawat
lebih memahami tentang kebutuhan keperawatan pada kelompok khusus.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan komunitas ?
2. Bagaimanana tabulasi data pada pengkajian di daerah penurunan?
3. Bagaiamana analisis data pada pengkajian didaerah penurunan ?

4
4. Diagnosa apa saja yang muncul pada pengkajian yang dilakukan di daerah
penurunan ?
5. Tindakan apa yang akan dilakukan pada bagian intervensi pada pengkajian
ini ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa konsep dari keperawatan komunitas.
2. Untuk mengetahui tabulasi data pada pengkajian di daerah penurunan.
3. Untuk mengetahui hasil analisi data pada pengkajian yang dilakukan
didaerah penurunan.
4. Untuk mendapatkan apakah permasalahan dan diagnosa yang dapat
diangkat dari pengkajian didaerah penurunan yang telah dilakukan.
5. Untuk menentukan tindakan apa yang sebaiknya direncanakan untuk
dilakukan dalam mengatasi masalah yang terdapat pada bagian intervensi.
D. MANFAAT PENULISAN
Agar mahasiswa dapat lebih memahami mengenai konsep keperawatan
komunitas dengan membaca maupun mempelajari makalah ini, dapat mengetahui
data – data yang telah didapatkan dari pengkajian yang telah dilakukan di daerah
penurunan. Serta dapat dilihat dari intervensi yang telah diterapkan apakah
masalah di daerah penurunan dapat teratasi maupun tidak. Semoga makalah dapat
menjadi sumber pembelajaran bagi mahasiswa lainnya mengenai keperawatan
komunitas.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :

6
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam kontekskomunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dankelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami


2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).

b. Fungsi keperawatan komunitas


1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).

3. Startegi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar
dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu,

7
media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan
sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual
tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka
mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang
ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan
tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-
Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika
tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat
luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam
lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

4. Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan
penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.Selain itu perawatan
yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada
kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa,
batu dll.Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan
keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

8
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya
yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini
meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan program yang bertujuan untuk :
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah
kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006)
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat
diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat
memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawatan melakukan
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah
harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan
percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggung jawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat
mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawatan lain, bekerja di bidang
pendidikan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain
itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan
perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

5. Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat


a. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat
sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga
dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat
kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan- kegiatan seperti :

9
1) Kesehatan ibu dan anak
2) Kb
3) Imunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
6) Sanitasi dasar
7) Penyediaan obat esensial (zulkifli, 2003)
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun
keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.
Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan
kesehatan ibu dan anak.Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).Tujuan pokok
penyelenggaraan Posyandu adalah untuk :
1. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan imr
3. Mempercepat penerimaan nkkbs.
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan
hidup sehat
5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografi
6. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.

Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu


dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:

1) Meja I

10
a) Pendaftaran
b) Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan Usia
Subur)
2) Meja II
Penimbangan Balita dan ibu hamil
3) Meja III
Pengisian KMS
4) Meja IV
a) Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi,PUS
yang belum mengikuti KB
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom
5) Meja V
a) Pemberian iminisasi
b) Pemeriksaan Kehamilan
c) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak
a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii dan
Agustus)
c) PMT
d) Imunisasi.
e) Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui
pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui
grafik pada kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan
dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS
baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

11
Menurut (Nasrul effendi, 2000), untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan
oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan
seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi.Tetapi dilapangan yang kita temukan
dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di
beberapa posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif.Pendidikan dan
pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat.Kader
seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu.Keadaan seperti ini
masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
6. Model Konseptual Keperawatan Komunitas
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu
yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari
konsep.Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep
praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan
stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel,
normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak &
Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma
keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan
keperawatan komunitas adalah:
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi,
psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh
dari sekitar atau sistem klien
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
menghindari atau mengatasi stresor.

12
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek
sosial dan kultural, serta aspek spiritual.
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan
resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
a. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
b. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik
(misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
c. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara
social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
d. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
e. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
f. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah
karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang
tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk
kesehatan/keselamatan orang lain
g. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit
medisnya
h. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan social.

7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan


Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif
dan rehabilitatif sehinggadiharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil
keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang
menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan
masyarakat.Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972

13
dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien
dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat
sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan.Model tersebut telah diganti
namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi
pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.Secara lebih rinci dijabarkan
sebagai berikut :
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan
keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat
dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan
pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di
rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit
demam darah dan diare.Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan
perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan
sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit
menular dan kronis.Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama
masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat.Dalam
pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan anggotanya.
c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam
lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah
kerjapuskesmas.Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau
masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan,
pendidikan dan sebagainya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas
sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup
tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok
dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.Pelayanan yang diberikan

14
oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan
berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit
sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat
kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.Promosi kesehatan secara
umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun
kelompok.Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi
individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang
paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih
awal dengan mengobati secara tepat.Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor
resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan
stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat
secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan
latihan fisik pada penderita patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut
ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat
(Mubarak, 2009) :
a. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.Falsafah yang melandasi yang
mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen
dasar yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b. Pengorganisasian masyarakat

15
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998)
meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial
melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan
kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-
tahapan berikut :
1) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas,
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat , mempelajari dan
bekerjasama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan
pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
3) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok
masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung
pada individu, keluarga dan masyarakat.
4) Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampilan yang
mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan
kegiatan pendidikan kesehatan.
5) Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat
6) Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan
balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok
kesehatan kerja selanjutnya.

8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun

16
yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan
lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat
diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kesehatan.Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara
konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas
dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada
proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien
yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah
(Mubarak, 2005):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan
ditentukan.
1) Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
a) Inti (Core)
Meliputi data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas
usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

17
 Perumahan
Bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena
dapat menjadi stresor bagi penduduk
 Pendidikan komunitas
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat
 Keamanan dan keselamatan
Bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah
masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres
akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
 Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan
Apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
 Pelayanan kesehatan yang tesedia
Untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi
 Pelayanan kesehatan yang tersedia
Untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan
yang terjadi
 Sistem komunikasi
Komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit
 Sistem ekonomi
Tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah
pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR)
atau sebaliknya
 Rekreasi
Apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya
dapat dijangkau masyarakat

2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif
(Mubarak,2005):
a) Data Subjektif

18
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan.
b) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran

3) Sumber Data
a) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya:
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
c) Cara Pengumpulan Data
 Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
 Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
 Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
 Klasifikasi data atau kategorisasi data
 Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
 Tabulasi data
 Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah

19
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow:
 Keadaan yang mengancam kehidupan
 Keadaan yang mengancam kesehatan
 Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian. Dalam
lingkup asuahn keperawatan individu, metode pengkajian dilakukan baik melalui
anamnesis,pemeriksaan,observasi respon klien, dan hasil pemeriksaan penunjang.
Pengkajian keluaga dilakukan melalui wawancara terhadap anggota keluarga,
pemeriksaan, dan observasi lingkungan rumah. Pengkajian komunitas dilakukan
melalui survei,wawancara, diskusi kelompok terfokus, observasi lingkungan
komunitas, dan studi dokumen. Data hasil pengkajian ditelaah melalui proses
analisis dan sintesis sebagai dasar mengidentifikasi diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan merupakan pertimbangan klinis/rasional dari perawat
(clinical judgement) yang berfokus pada respon manusia terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan terhadap respon dari
individu,keluarga, kelompok, atau komunitas (herdman & kamitsuru,2015).
Sesuai hasil munas IPKKI II Yogyakarta ditetapkan formulasi diagnosis
keperawatan menggunakan ketentuan diagnosis keperawatan menggunakan
ketentuan diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017) dan ICNP formulasi
diagnosis tersebut sesuai dengan label diagnosis sesuai dengan NANDA (2015-
2017) mencakup diagnosis aktual, promosi kesehatan/sejahtera atau risiko.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor
yang ada.Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah
(P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)
(Mubarak, 2005).
1) Problem
Merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi.
2) Etiologi
Penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan
arah terhadap intervensi keperawatan.

20
3) Symptom
Tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

c. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudahditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien.
Perencanaan yang disusun dalam keperawatan kesehatan komunitas
berorientasi padaa promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, dan manajemen krisis. Dalam menyusun perencanaan keperawatan
kesehatan komunitas melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas masalah perlu melibatkan masyarakat/komunitas dalam
suatu pertemuan musyawarah masyarakat.
2. Menetapkan sasaran (goal)
3. Menetapkan tujuan (objective)
4. Menetapkan rencana intervensi
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa
keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):
1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
2) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
5) Lakukan olahraga secara rutin
6) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
7) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus
bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak
puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat

21
bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas

e. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis mengenai suatu
kebijakan, progrsm dan kegiatan berdasarkan informasi dan hasil analisis
diabndingkan terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan keberhasilannya untuk
keperluan pemangku kepentingan.

a). Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan

1). Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program
yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan kemungkinan adanya temuan
utama berupa berbagai masalah dalam pelaksanan program.

2). Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudah
selesai, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan temuan utama
berupa pencapaian apa saja dari pelaksanaan program.

b). Prinsip-prindip evaluasi meliputi : 1). Penguatan program; 2) menggunakan berbagai


pendekatan; 3) desain evaluasi untuk kriteria penting dikomunitas; 4) menciptakan
proses partisipasi; 5) diharapkan lebih fleksibel; 6) membangun kapasitas.

c). Proses evaluasi meliputi :

1. Menentukan tujuan evaluasi


2. Menyusun desian evaluasi yang kredibel
3. Mendiskusikan rencana evaluasi
4. Menentukan pelaku evaluasi
5. Melaksanakan evaluasi
6. Mendeseminasikan hasil evaluasi
7. Menggunakan hasil evaluasi

d). Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari :

1. relevansi (relevance) : apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan ?


2. keefektifan : apakah tujuan program dapat tercapai ?

22
3. efisiensi : apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling rendah ?
4. hasil : apakah indikator tujuan program-program membaik ?
5. dampak : apakah indikator tujuan kebijakan membaik ?
6. keberlanjutan : apakah perbaikan indikator terus berlanjut setelah program
selesai ?

BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Pengkajian
1. Sistem Pembuangan Limbah

No Tempat Pembuangan Frekuensi Presentase


1 Resapan 9 8,3 %
2 Got 33 91,7%
3 Sembarangan Tempat 0 0%

2. Keluhan ibu selama ber KB

No Jenis Kontrasepsi Frekuensi Presentase


1 Haid tidak teratur 3 17,6%
2 Keputihan 0 0%
3 Perubahan berat badan 7 41,2%
4 Pusing 3 17,6%
5 Perdarahan 0 0%
6 Dll 4 23,5%

3. Penyakit yang Sering di Derita Keluarga dalam 6 Bulan Terakhir

No Jenis Penyakit Frekuensi Presentase


1 Batuk Pilek 4 10,5%
2 Asma 0 0%
3 TBC 0 0%
4 Thipoid 0 0%
5 Asam Urat 3 7,9%
6 Hipertensi 8 21,1%
7 Lain-lain 3 7,9%
8 Tidak Ada 23 60,5%

23
4. Jenis penyakit yang di derita lansia

No Jenis penyakit Frekuensi Presentase


1 Asma 0 0%
2 TBC 0 0%
3 Hipertensi 12 57,1%
4 DM 3 14,3%
5 Reumatik 7 33,3%
6 Katarak 1 4,8%
7 Dll 5 23,8%

5. Penyakit yang pernah diderita dalam satu bulan terakhir

No Penyakit yang diderita Frekuensi Presentase


1 Batuk pilek 6 50%
2 Demam 2 16,7%
3 Diare 0 0%
4 Campak 0 0%
5 Cacingan 5 33,35%
6 Dll 0 0%

24
B. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1 Hasil Quisioner : Perilaku
 Hampir seluruhnya pengelolaan kesehatan
cenderung beresiko
sampah dikumpulkan terlebih dahulu
dan dibuang tempat umum (97%)
 Kondisi tempat penampungan sampah
terbuka (70%)

 Jarak tempat penampungan sampah


dengan rumah (59%)<5 meter

 Jarak sumber air minum dari sumur


gali dengan septic tank kurang dari <10
meter (57%)
 Kurang dari separuh (38%) warga
memiliki hewan ternak dirumah

 Kurang dari separuh (21%) Penyakit


yang diderita keluarga 6 bulan terakhir
adalah batuk pilek
 Sejumlah 33 orang (91,7%) penduduk di
wilayah Penurunan Kota Bengkulu
menggunakan got sebagai tempat
pembuangan limbah

Hasil Wawancara dan Observasi:


 Sebagian besar warga merokok didalam
rumah
 Kondisi penampungan sampah sementara
terbuka
 Kebanyakan warga membuang samapah di
got dan pembakaran saat gotong royong.

2  Warga banyak yang tidak mengetahui apa Kurangnya pengetahuan


tentang penyakit
itu penyakit degeneratif.
 Beberapa anak sering mengalami batuk

25
pilek (10,5 % )
 Banyak orang dewasa dan lansia menderita
hipertensi sebanyak 21,1 %.
 Beberapa ibu mengalami perubahan berat
badan akibat dari KB. (41,2 %).

C. PRIORITAS MASALAH

NO Masalah A B C D E F G H I J K L Jumlah
kesehatan
1. Perilaku 5 4 6 4 6 3 3 3 3 5 4 4 50
kesehatan
cenderung
beresiko
2. Kurangnya 6 5 5 4 4 4 3 3 3 4 2 4 47
pengetahuan
tentang
penyakit

KETERANGAN :
a) Risiko terjadi
b) Risiko parah
c) Potensial untuk pendidikan kesehatan
d) Minat masayarakat
e) Mungkin diatasi
f) Sesuai program
g) Tempat
h) Waktu
i) Dana
j) Fasilitas kesehatan
k) Sumber dana
l) Sesuai dengan peran perawat

KETERANGAN PEMBOBOTAN :

1. Tidak dirasakan
2. Sangat rendah
3. Rendah
4. Cukup
5. Tinggi
6. Sangat tinggi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

26
Berdasarkan hasil analisa data dan penyusunan prioritas masalah, maka dapat
dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan komunitas , yaitu :
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurangnya kesadaran masyarakat
dalam memelihara kesehatan.
2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d banyaknya penyakit yang diderita
warga di wilayah Penurunan.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DATA Diagnosis NOC NIC


o. keperawatan
Kode diagnosis Kod hasil Kode intervensi
e
1. Studi dokumentasi: Perilaku Prevensi 5510 Prevensi Primer
Data Masyarakat penurunan kesehatan 160 Primer Pendidikan
yakni 33 orang cenderung 0 Perilaku kesehatan
(91,7%)beresiko terkena beresiko Patuh 1. Targetkan
penyakit tidak menular akibat sasaran pada
dari perilaku membuang Menggunaka kelompok
limbah ke got 160 n perilaku beresiko tinggi
Hasil Quisioner : 201 yang yang akan
 Sejumlah 33 orang (91,7%) menghindari mendapat
dari 30 KK di wilayah resiko manfaat besar
penurunan Kec. Ratu dari
samban Rt.007 Rw. 003 pendidikan
kota Bengkulu kesehatan
Hasil Wawancara 2. Pertimbangkan
dan Observasi: riwayat
 Sebagian besar warga di individu dalam
wilayah penurunan konteks
mengalami pencemaran personal dan
lingkungan dan penyakit riwayat social
dbd akibat dari air budaya
genangan got individu,
 Sebagian besar warga keluarga dan
tidak mengetahui akibat masyarakat
dari pembuangan limbah 3. Tentukan
di got. pengetahuan
 Sebagian besar warga kesehatan dan
tidak mengetahui cara gaya hidup
penangan terhadap limbah perilaku saat
sisa bekas rumah ini pada
tangganya. individu,
keluarga, atau
kelompok
sasaran
4. Berikan
ceramah untuk

27
menyampaika
n informasi
tentang
dampak
pencemaran
dan penyakit
yang
ditimbulkan
5. Lakukan
demonstrasi
mengenai pola
dampak yang
terjadi jika
pencemaran
lingkungan
akibat
pembuangan
limbah di got
serta penyakit
yang muncul
6. Tekankan
pentingnya
pola hidup
sehat,menjaga
kebersihan
lingkungan,da
n
penangulangan
pengelolaan
limbah rumah
tangga,dan
lain-lain

Prevensi
Sekunder
Bantuan
pemeriksaan
1. Jelaskan
rasionalisasi
dilakukannya
prosedur
2. jelaskan tujuan
dari
pelaksanaan
edukasi yang
di berikan

2. Studi dokumentasi: 1002 Kurangnya Prevensi 5510 Prevensi


Data pengkajian kuisioner 9286 pengetahu 183 Primer Primer
pada wilayah penurunan Kec. an tentang 7 Pengetahuan Pendidikan

28
Ratu samban Rt.007 Rw. bahaya : Manajemen kesehatan
003 kota bengkulu: Jumlah penyakit penyakit 1. Targetkan
warga yang mengalami degeratif tidak sasaran pada
penyakit dengan 10,5% anak- menular kelompok
anak dan 21,1% desa dan beresiko tinggi
lansia. 183 Jenis dan rentang
Hasil Quisioner : 701 penyakit usia yang akan
 10,5% jenis penyakit tidak mendapat
yang diderita warga 183 menular manfaat besar
penurunan yaitu anak- 702 Dampak dari pendidikan
anak adalah batuk pilek. yang di kesehatan
 21,1% jenis penyakit timbulkan 2. Pertimbangkan
yang diderita oleh lansia dari penyakit riwayat
dan orang Dewasa adalah 183 tidak individu dalam
Hipertensi, 7,9% asam 708 menular konteks
urat, 14,3% Diabetes, Tanda dan personal dan
3,3% rematik. gejala riwayat social
Hasil Wawancara dan penyakit budaya
Observasi: tidak individu,
 Sebagian besar warga menular keluarga dan
mengeluh tentang penyakit masyarakat
degeneratif 3. Tentukan
 Sebagian besar warga pengetahuan
menyatakan tidak kesehatan dan
mengetahui tanda-tanda gaya hidup
dari penyakit degeratif perilaku saat
ini pada
individu,
keluarga, atau
kelompok
sasaran
4. Berikan
ceramah untuk
menyampaikan
informasi
5. Lakukan
demonstrasi
video edukasi
tentang
penyakit tidak
menular
terhadap
warga
6. Tekankan
pentingnya
pola makan
yang sehat,
tidur,
olahraga,untuk
meningkatkan

29
imun tubuh dan
lain-lain

F. POA ( plan of action )

n Masalah Tujuan Kegiatan/ Sasaran Saluran Wakt biaya Penanggung


o implementasi u jawab
1 Perilaku Setelah di  Semua Tata Hari 1.
kesehatan lakukan  Penyuluha warga RT p jum’at Mahasisw
cenderun penyuluhan n 07 Muka a/i
g tentang dampak kesehatan Penurunan , meng Sarjana
beresiko dari perilaku pencegaha khususnya gunak terapan
membuang n anak-anak an Poltekkes
limbah ke got disana media Kemenkes
membuan
Setelah  Semua kerum Bengkulu
dilakukan g sampah h- 2.
warga RT
penyuluhan serta 07 rumah Swadaya
tentang limbah ke Penurunan , warga masyaraka
edukasi got khususnya t
dampah anak-anak
membuang dan remaja
limbah disana
sampah di
got,
digarapkan
warga mampu
memiliki:
 Pengetahuan
masyarakat
tentang
perawatan
penyakit
 Pengetahuan
kelompok
masyarakat
tentang
membiasaka
n diri untuk
tidak
membuang
limbah
apapun itu
ke got

2 Kurang Setelah di  pendidika  Semua Tatap Hari 1.


pengetah lakukan n warga RT muka Mahasisw
mingg
uan penyuluhan kesehatan 07 mengg a/i

30
tentang tentang bahaya tentang Penurunan unakan u Sarjana
bahaya penyakit tidak pengertian khususnya media ( terapan
penyakit menular dan , tanda orang pamflet Poltekkes
tidak degeneratif. dan dewasa dan , Kemenkes
menular Setelah gejala, lansia yang vidio). Bengkulu
dilakukan penyebab, mengalami 2. Swadaya
penyuluhan akibat dan penyakit
cara masyarakat
tentang tidak
edukasi perawatan menular ini.
dampak penyakit
penyakit tidak tidak
menular ini, menular
diharapkan
 Melakuka
warga mampu
memiliki: n senam
 Pengetahuan pagi dihari
masyarakat minggu
tentang
perawatan
penyakit
 Pengetahuan
setiap warga
mengenai
dampak
penyakit
tidak
menular ini.
 Warga dapat
mengetahui
bagaimana
cara agar
memperbaik
i perilaku
kesehatanny
adengan
baik.

G. IMPLEMENTASI

NO Masalah kesehatan Waktu Kegiatan yang telah dilakukan Hasil


1. Perilaku kesehatan jumat / 26  Melakukan penyuluhan  Karena
februari 2020 adanya
cenderung beresiko mengenai dampak
14.00 – 16.00 pandemic
WIB pencemaran lingkungan. corona kegiatan
tidak dapat
 Melakukan penyuluhan dilaksanakan
pembuangan sampai yang jadi kegiatan

31
baik dan sesuai dengan diserahkan
kepada pihak
jenis sampah agar tidak
puskesmas.
merusak lingkungan.
 Melakukan penyuluhan
gaya hidup yang sehat.
 Mendemostrasikan hal-hal
atau kegiatan dan tindakan
untuk memperbaiki
lingkungan dan gaya hidup
sehat.
2. Kurang pengetahuan Mengikuti dan  Melakukan penyuluhan  Karena
tentang bahaya adanya
mengamati tentang penyakit tidak
penyakit tidak pandemic
menular aktivitas atau menular. corona
kegiatan
kegiatan  Melakukan penyuluhan tidak dapat
sehari-hari betapa bahayanya dilaksanakan
jadi kegiatan
warga pada penyakit tidak menular. diserahkan
hari tertentu.  Mengajari orang dewasa kepada
pihak
dan lansia bagaimana puskesmas.
tindakan yang dapat
dilakukan untuk
mengkontrol penyakit
yang diderita seperti
hipertensi diberikan
penyuluhan hipertensi.
 Mengajak semua warga di
rw 07 untuk senam setiap
minggunya.

H. RENCANA TINDAK LANJUT

No Masalah Kegiatan lanjutan Yang Waktu Dana pj


keperawatan terlibat
1. Perilaku  Masyarakat Seluruh Setiap Warga Ketua rw
kesehatan dapat lebih warga hari 07

32
cenderung menjaga
beresiko lingkungannya
dengan baik
tidak
membuang
sampah
sembarangan.
 Masyarakat
dapat
mengarti
pentingnya
lingkungan
yang sehat.
 Masyarakat
dapat
melakukan
gotong-royong
setiap
minggunya.
2. Kurang  Masyarakat Seluruh Setiap warga Petugas
pengetahuan
dapat warga, hari puskesmas
tentang bahaya
penyakit tidak memahami khususnya minggu
menular
tentang orang
bahaya dewasa
penyakit tidak dan
menular. lansia.
 Masyarakat
sudah dapat
mengetahui
tindakan apa
yang dapat
mengkontrol
penyakit yang
dideritanya.

33
 Masyarakat
mengetahui
apa yang
harus
dilakukan
ketika merasa
sakit degeratif
ini muncul.
 Masyarakat
mengikuti
setiap
minggunya
senam pagi.

DOKUMENTASI

34
35

Anda mungkin juga menyukai