Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN


MASYARAKAT”
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen Pengampu :
Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 6/3B/Semester 6
1. Soofia Lahmunia (P17311214062)
2. Angelika Arista P. (P17311214063)
3. Elisa Anggraheni (P17311214064)
4. Novia Anjany (P17311214065)
5. Fidia Marzelina P. (P17311214066)
6. Tyas Alfi Karuniriati (P17311214067)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga kami
dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah mengenai “Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampu. Selain
itu, kami juga berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca makalah. Kami
mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada Ibu Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes selaku
dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Tugas yang telah diberikan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penyusun. Kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu proses penyusunan
makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta para mahasiswa untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam


pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Malang, 1 April 2024

Penyusun

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan ...............................................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Pemberdayaan......................................................................................3
2.2 Tujuan Pemberdayaan.......................................................................................4
2.3 Strategi Pemberdayaan......................................................................................5
2.4 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat....................................................................9
2.5 Langkah – Langkah Pemberdayaan Masyarakat...............................................11
2.6 Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat.............................................12
2.7 Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat............................................................15
BAB III KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus Semu.......................................................................................................16
3.2 Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat..............................16
3.3 Pembahasan.......................................................................................................17
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................18
4.2 Saran..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberdayaan keluarga dan masyarakat telah menjadi fokus utama dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan sosial, kesehatan, dan pembangunan komunitas secara
keseluruhan. Data menunjukkan bahwa masih banyak komunitas yang menghadapi
tantangan dalam hal akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, pendidikan,
dan sumber daya ekonomi. Konsep pemberdayaan mencakup serangkaian strategi dan
intervensi yang bertujuan untuk memberikan kekuatan, keterampilan, dan sumber daya
kepada individu, keluarga, dan komunitas untuk mengatasi tantangan yang mereka
hadapi dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020, masih terdapat
sejumlah indikator kesejahteraan masyarakat yang menunjukkan tingkat ketimpangan
yang signifikan di berbagai wilayah di Indonesia. Misalnya, angka kematian ibu dan
angka kematian bayi masih tinggi di beberapa daerah, sementara akses terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas seringkali terbatas. Selain itu, data menunjukkan
bahwa masih ada kesenjangan dalam hal pendidikan, dengan sebagian besar masyarakat
di daerah pedalaman atau pinggiran kota tidak memiliki akses yang memadai terhadap
pendidikan formal.
Dalam konteks ini, implementasi program pemberdayaan keluarga dan
masyarakat menjadi sangat penting sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan
pembangunan berkelanjutan. Pelaksanaan program pemberdayaan keluarga dan
masyarakat melibatkan beberapa tahapan yang kompleks dan terstruktur. Tahapan ini
meliputi identifikasi masalah dan kebutuhan komunitas, perencanaan program,
implementasi intervensi, serta evaluasi dan pemantauan hasil. Setiap tahap membutuhkan
perhatian khusus dan kerjasama antara berbagai pihak terkait, termasuk praktisi
kesehatan, pembuat kebijakan, lembaga pemerintah, dan masyarakat itu sendiri.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara lebih mendalam tentang tahapan
pelaksanaan program pemberdayaan keluarga dan masyarakat, serta pentingnya
memperhatikan setiap aspek dalam proses implementasi. Catatan dan diskusi mengenai
aspek-aspek pelaksanaan program ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih
baik tentang bagaimana program-program pemberdayaan dapat dirancang,

1
diimplementasikan, dan dievaluasi secara efektif guna mencapai dampak yang positif
bagi kesejahteraan dan kesehatan komunitas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar penulis memahami tentang tahapan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam aspek pelaksanaan program dalam
asuhan kebidanan komunitas.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui definisi pemberdayaan
1.2.2.2 Mengetahui tujuan pemberdayaan
1.2.2.3 Mengetahui strategi pemberdayaan
1.2.2.4 Mengetahui prinsip pemberdayaan masyarakat
1.2.2.5 Langkah - langkah pemberdayaan masyarakat
1.2.2.6 Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
1.2.2.7 Mekanisme pemberdayaan masyarakat

1.2 Manfaat
Manfaat makalah ini termasuk memberikan pemahaman mendalam tentang
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, panduan praktis bagi pembaca, penyediaan
wawasan baru, kontribusi pada pembelajaran mahasiswa, dan pengembangan
pengetahuan tentang pentingnya pemberdayaan komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Pemberdayaan


Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang berkaitan dengan
kekuasaan (power). Istilah kekuasaan seringkali identik dengan kemampuan individu
untuk membuat dirinya atau pihak lain melakukan apa yang diinginkan. Kemampuan
tersebut baik untuk mengatur dirinya, mengatur orang lain sebagai individu atau
kelompok/ organisasi, terlepas dari kebutuhan, potensi, atau keinginan orang lain,
kekuasaan menjadikan orang lain sebagai objek dari pengaruh atau keinginan dirinya (M.
Anwas, 2013). Menurut Moeljarto bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Sehingga pemberdayaan merupakan upaya untuk
membangun potensi, memberikan motivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya (Moeljarto, 1996).
Winarni (2004) dalam Suryana (2010: 18) mengungkapkan bahwa inti dari
pemberdayaan adalah meliputi tiga hal “pengembangan (enabling), memperkuat potensi
atau daya (empowering), terciptanya kemandirian”. Sedangkan menurut Mas’oed (1990),
beliau berpendapat bahwa “pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan
daya (empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat”.
Pemberdayaan pada dasarnya berusaha untuk membangun potensi yang ada pada
diri seseorang dengan memberikan motivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi yang ada seperti; Pertama,
pemberdayaan merupakan proses perubahan pribadi karena masing-masing pribadi
mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri dan kemudian mempertegas kembali
pemahaman terhadap dunia tempat mereka tinggal. Kedua, pemberdayaan diartikan
sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha yang terencana dan sistematis.
Dilaksanakan secara berkesinambungan baik itu individu maupun kolektif guna
mengembangkan potensi dan kemampuannya yang terdapat dari dalam individu dan
kelompok masyarakat, sehingga mampu melakukan transformasi sosial. Kehidupan
masyarakat perlu dikondisikan sebagai sebuah wadah, dimana setiap anggotanya melalui
aktivitas sehari-hari saling belajar dan mengajar. Dengan demikian diharapkan akan
terjadi proses interaksi dalam wujud dialog dan komunikasi informasi antara sesama
anggota masyarakat yang saling mendorong guna mencapai pemenuhan hidup manusia
mulai dari kebutuhan fisik sampai pada aktualisasi diri. Ketiga, pemberdayaan dapat
dilihat dari setiap manusia dan masyarakat yang memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Sehingga pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk
membangun potensi dengan memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki serta upaya untuk mengembangkannya (Moeljarto, 1996).
Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,
mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah
(suami), ibu (istri) dan anak. Dari keluarga mereka mempelajari sifat-keyakinan, sifat-
sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup. (Helmawati,
2014:42) Pemberdayaan keluarga adalah proses pemberdayaan dalam internal anggota
keluarga yang dilandasi nilai kasih-sayang, pendidikan dan pengasuhan baik pendidikan
karakter, sosial maupun budayanya sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang bertujuan untuk menjadikan keluarga yang berkualitas. Pemberdayaan ini
difasilitasi dari pihak luar dalam bentuk stimulasi dan transformasi nilai keberdayaan
yang berfungsi sebagai motivator, agar keluarga tersebut memiliki keberdayaan diri
melaksanakan fungsi-fungsi keluarga sebagai sistem organisasi keluarga.

2.2 Tujuan Pemberdayaan


Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan
yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Totok, 2015). Pemberdayaan ditujukan untuk
mengubah perilaku masyarakat agar mampu berdaya sehingga ia dapat meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraannya. Namun keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar
menekan pada hasil, tetapi juga pada prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi,
yang berbasis kepada kebutuhan dan potensi masyarakat. Menurut Dilla (2019),
disebutkan bahwa dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai
pendekatan. Menurut Suharto, penerapan pendekatan pemberdayaan dapat dilakukan
melalui 5P yaitu: pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan dan
pemeliharaan, dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal.
2) Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan kebutuhannya.
3) Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar
tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak
seimbang (apalagi tidak sehat ) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah
terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
4) Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu
menjalankan perannya dan tugas-tugas kehidupannya.
5) Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat
Strategi pemberdayaan, hakikatnya merupakan gerakan dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Menurut Suyono, gerakan masyarakat berbeda dengan membuat model
percontohan secara ideal, selanjutnya setelah teruji baru disebarluaskan. Berbeda dengan
strategi gerakan masyarakat, ditempuh melalui jangkauan kepada masyarakat seluas-
luasnya atau sebanyak-banyaknya. Benih pemberdayaan ditebar kepada berbagai lapisan
masyarakat. Masyarakatnya akhirnya akan beradaptasi, melakukan penyempurnaan dan
pembenahan yang disesuaikan dengan potensi, permasalahan dan kebutuhan, serta
cara/pendekatan mereka. Dengan demikian model atau strategi pemberdayaan akan
beragam, menyesuaikan dengan kondisi masyarakat lokal (M. Anwas, 2013).

2.3 Strategi Pemberdayaan


Strategi pembangunan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat dipahami
sebagai proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik
masyarakat, sehingga perubahan struktural yang terjadi diharapkan merupakan proses
yang berlangsung secara alami. Teori-teori ekonomi makro memerlukan intervensi yang
tepat sehingga kebijaksanaan pada tingkat makro mendukung upaya menutup
kesenjangan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat mikro yang langsung ditujukan
kepada masyarakat lapisan bawah, sehingga pemberdayaan masyarakat (empowering)
sebagai model pembangunan dapat menjadi jembatan bagi konsep-konsep pembangunan
makro dan mikro.
Pendekatan utama dari konsep pemberdayaan adalah “masyarakat tidak dijadikan
objek dari proyek pembangunan tetapi merupakan subjek dari pembangunannya sendiri”.
Berdasarkan pada konsep pemberdayaan masyarakat sebagai model pembangunan
hendaknya pendekatan yang dipakai adalah :
a. Targeted artinya upayanya harus terarah kepada yang memerlukan dengan program
yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.
b. Mengikutsertakan bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.
Tujuannya adalah supaya bantuan efektif karena sesuai kebutuhan mereka yang
sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman
dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan diri dan ekonominya.
c. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara individual masyarakat miskin
sulit memecahkan masalahnya sendiri. Disamping itu kemitraan usaha antar
kelompok dengan kelompok yang lebih baik saling menguntungkan dan memajukan
kelompok.
Terdapat beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan
kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat.
a. Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi. Dalam upaya
memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ;
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat 3
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan
taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber
kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan
pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan
prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial
seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh
masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga
pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi
penduduk yang kebudayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program
khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum
yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat,
tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern,
seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah
bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan
institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan
pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini
adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan
yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan
masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan,
pengamalan demokrasi.
3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh
karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengkerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus
dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak
seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan
masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi semakin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat
dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah
memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
b. Program Pembangunan Pedesaan Pemerintah di Negara-negara berkembang termasuk
Menurut Sunyoto Usman (2004), Indonesia telah mencanangkan berbagai macam
program pedesaan, yaitu :
1. Program pembangunan pertanian, merupakan program untuk meningkatkan
output dan pendapatan para petani. Juga untuk menjawab keterbatasan pangan di
pedesaan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan
kerumahtanggaan, serta untuk memenuhi kebutuhan ekspor produk pertanian bagi
negara maju.
2. Program industrialisasi pedesaan, tujuan utamanya untuk mengembangkan
industri kecil dan kerajinan. Pengembangan industrialisasi pedesaan merupakan
alternative menjawab persoalan semakin sempitnya rata-rata pemilikan dan
penguasaan lahan dan lapangan kerja dipedesaan.
3. Program pembangunan masyarakat terpadu, tujuan utamanya untuk
meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup penduduk dan
memperkuat kemandirian. Ada enam unsur dalam pembangunan masyarakat
terpadu, yaitu: pembangunan pertanian dengan padat karya, memperluas
kesempatan kerja, intensifikasi tenaga kerja dengan industri kecil, mandiri dan
meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan, mengembangkan
perkotaan yang dapat mendukung pembangunan pedesaan, membangun
kelembagaan yang dapat melakukan koordinasi proyek multisektor.
4. Program strategi pusat pertumbuhan, merupakan alternatif untuk menentukan
jarak ideal antara pedesaan dengan kota, sehingga kota benar-benar berfungsi
sebagai pasar atau saluran distribusi hasil produksi. Cara yang ditempuh adalah
membangun pasar di dekat desa. Pasar ini difungsikan sebagai pusat
penampungan hasil produksi desa, dan pusat informasi tentang hal-hal berkaitan
dengan kehendak konsumen dan kemampuan 5 produsen. Pusat pertumbuhan
diupayakan agar secara social tetap dekat dengan desa, tetapi secara ekonomi
mempunyai fungsi dan sifat-sifat seperti kota.
Senada dengan program pembangunan pedesaan, J. Nasikun (dalam Jefta Leibo, 1995),
mengajukan strategi yang meliputi :
a. Strategi gotong royong, melihat masyarakat sebagai sistem sosial. Artinya masyarakat
terdiri dari atas bagian-bagian yang saling kerjasama untuk mewujudkan tujuan
bersama. Gotong royong dipercaya bahwa perubahan-perubahan masyarakat, dapat
diwujudkan melalui partisipasi luas dari segenap komponen dalam masyarakat.
Prosedur dalam gotong royong bersifat demokratis, dilakukan di atas kekuatan sendiri
dan kesukarelaan.
b. Strategi pembangunan Teknikal – Profesional, dalam memecahkan berbagai masalah
kelompok masyarakat dengan cara mengembangkan norma, peranan, prosedur baru
untuk menghadapi situasi baru yang selalu berubah. Dalam strategi ini peranan agen –
agen pembaharuan sangat penting. Peran yang dilakukan agen pembaharuan terutama
dalam menentukan program pembangunan, menyediakan pelayanan yang diperlukan,
dan menentukan tindakan yang diperlukan dalam merealisasikan program
pembangunan tersebut. Agen pembaharuan merupakan kelompok kerja yang terdiri
atas beberapa warga masyarakat yang terpilih dan dipercaya untuk menemukan cara –
cara yang lebih kreatif sehingga hambatan –hambatan dalam pelaksanaan program
pembangunan dapat diminimalisir.
c. Strategi Konflik, dilihat dalam kehidupan masyarakat dikuasai oleh segelintir orang
atau sejumlah kecil kelompok kepentingan tertentu. Oleh karena itu, strategi ini
menganjurkan perlunya mengorganisir lapisan penduduk miskin untuk menyalurkan
permintaan mereka atas sumber daya dan atas perlakuan yang lebih adil dan lebih
demokratis. Strategi konflik menaruh tekanan perhatian pada perubahan organisasi
dan peraturan (struktur) melalui distribusi kekuasaan, sumber daya dan keputusan
masyarakat.
d. Strategi pembelotan kultural, menekankan pada perubahan tingkat subyektif
individual, mulai dari perubahan nilai-nilai pribadi menuju gaya hidup baru yang 6
manusiawi. Yaitu gaya hidup cinta kasih terhadap sesama dan partisipasi penuh
komunitas orang lain. Dalam bahasa Pancasila adalah humanis-religius. Strategi ini
merupakan reaksi (pembelotan) terhadap kehidupan masyarakat modern industrial
yang betrkembang berlawanan dengan pengembangan potensi kemanusiaan.
Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat,dalam konsiderannya menyatakan bahwa dalam rangka
penumbuhkembangan, penggerakan prakarsa dan partisipasi masyarakat serta swadaya
gotong royong dalam pembangunan di desa dan kelurahan perlu dibentuk Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Lebih lanjut dinyatakan bahwa Kader Pemberdayaan
Masyarakat merupakan mitra Pemerintahan Desa dan Kelurahan yang diperlukan
keberadaan dan peranannya dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
partisipatif di Desa dan Kelurahan. Adapun peran Kader Pemberdayaan Masyarakat
(KPM) intinya adalah mempercepat perubahan (enabler), perantara (mediator), pendidik
(educator), perencana (planer), advokasi (education), aktivis (activist) dan pelaksana
teknis (teknisi roles) (lihat Pasal 10 Permendagri RI No.7 Tahun 2007). Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa Permendagri tersebut, tampaknya dalam strategi pemberdayaan
masyarakat dapat dinyatakan sejalan dengan Strategi pembangunan Teknikal –
Profesional.
2.4 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
a. Penyadaran
Untuk dapat maju atau melakukan sesuatu, khususnya dalam pendidikan, orang harus
dibangunkan dari tidurnya sehingga memiliki kesadaran dan tidak memiliki sikap
ketergantungan dengan siapapun, Demikian masyarakat juga harus dibangunkan dari
“tidur” keterbelakangannya, dari kehidupannya sehari-hari yang tidak memikirkan
Masa depannya. Orang yang pikirannya tertidur merasa tidak mempunyai masalah,
karena mereka tidak memiliki kesadaran, inovasi, aspirasi dan tujuan-tujuan yang
harus diperjuangkan apalagi melihat realitas hasil/output pendidikan yang berkem-
bang saat ini, di mana lulusan yang dihasilkan dari proses pendidikan cenderung
masih didominasi oleh sifat ketergantungan.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan di sini bukan hanya belajar membaca, menulis dan menulis dan berhitung,
tetapi juga meningkatkan keterampilan-keterampilan bertani, kerumahtanggaan,
industri dan cara menggunakan pupuk. Juga belajar dari sumber-sumber yang dapat
diperoleh untuk mengetahui bagaimana memakai jasa bank, bagaimana membuka
rekening dan memperoleh pinjaman.
c. Pengorganisasian dan Konstruksi
Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, suatu masyarakat tidak
cukup hanya disadarkan dan dilatih keterampilan, tapi juga harus diorganisir dan
rekonstruksi, Organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian pembagian kerja
antara orang-orang tersebut dan adanya sistem kerjasama atau sistem sosial diantara
orang-orang tersebut.
d. Pengembangan Kekuatan dan Inovasi
Kekuatan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila dalam suatu
masyarakat tidak ada penyadaran latihan atau organisasi, orang-orangnya akan merasa
tidak berdaya dan tidak mempunyai kekuatan. Pada saat masyarakat merasa memiliki
potensi atau kekuatan, masyarakat menjadi percaya diri. Nasib mereka berada di
tangan mereka sendiri. Pada kondisi seperti ini bantuan yang bersifat fisik, uang,
teknologi dan sebagainya.
e. Membangun Dinamika
Dinamika orang miskin berarti bahwa masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan
melaksanakan program-programnya sesuai dengan rencana yang sudah digariskan dan
diputuskan sendiri. Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan,
selalu bergerak, berkembang berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara
memadai terhadap keadaan.
Dalam kajian-kajian tentang pemberdayaan masyarakat, para pakar ilmu sosial lebih
suka menggunakan menggunakan istilah istilah pengembangan masyarakat yang
sifatnya bottom up daripada pembangunan masyarakat yang cenderung bersifat top
down untuk menerjemahkan kata community development . Dalam konsep
pembangunan masyarakat juga dikenal istilah pemberdayaan yang berasal dari kata
empowerment. Konsep ini digunakan sebagai alternatif dari konsep-konsep
pembangunan yang selama ini dianggap tidak berhasil berhasil memberikan jawaban
yang memuaskan terhadap masalah-masalah besar, khususnya masalah kekuasaan
(power) dan ketimpangan (inequality) (Kartasasmita, Ginanjar 1996). Pemberdayaan
adalah suatu proses menolong individu dan kelompok masyarakat yang kurang
beruntung agar dapat berkompetisi secara efektif dengan kelompok kepentingan lainnya
dengan cara menolong mereka untuk belajar menggunakan pendekatan lobi,
menggunakan media, terlibat dalam aksi politik, memberikan pemahaman kepada
mereka agar dapat bekerja secara sistematik, dan lain-lain (Ife, 1995)

2.5 Langkah - langkah Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan dengan beberapa langkah. Berikut adalah
tahapan pemberdayaan masyarakat yang dikutip dari buku Pemberdayaan Masyarakat
oleh Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan (2019:13).

a. Tahap Persiapan

Ada dua hal yang perlu dikerjakan dalam tahapan ini, yakni penyiapan petugas tenaga
pemberdayaan oleh community worker dan penyiapan lapangan. Persiapan ini
dilakukan agar pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung dengan lancar.

b. Tahap Pengkajian

Tahap pengkajian atau assessment dapat dilakukan secara individual lewat kelompok-
kelompok masyarakat. Pada tahap ini, petugas mengidentifikasi masalah keputusan
dan sumber daya yang dimiliki klien. Ini dilakukan untuk menentukan sasaran
pemberdayaan yang tepat.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Dalam tahapan ini, petugas akan berperan sebagai exchange agent atau agen
perubahan. Masyarakat diharapkan bisa memikirkan beberapa alternatif program
berikut kelebihan dan kekurangannya. Nantinya, alternatif tersebut dipakai untuk
menentukan program yang paling efektif.

d. Tahap Pemfomalisasi Rencana Aksi

Pada tahap pemfomalisasi, agen perubahan membantu kelompok untuk menentukan


program yang bisa mengatasi permasalahan. Petugas juga memfinalisasi gagasan
tersebut ke dalam tulisan, apabila ada kaitannya dengan pembuatan proposal pada
penyandang dana.

e. Tahap Implementasi Program atau Kegiatan

Dalam tahap implementasi, masyarakat harus memahami maksud, tujuan dan sasaran
program untuk menghindari kendala dalam implementasi program. Mereka juga harus
bekerja sama dengan petugas.

f. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap pengawasan dari warga dan petugas program


pemberdayaan. Program ini sebaiknya melibatkan warga untuk membangun
komunitas pengawasan internal dan komunikasi masyarakat yang lebih mandiri.

g. Tahap Terminasi

Pada tahapan terakhir, proyek harus berhenti. Sebab, masyarakat yang diberdayakan
sudah mampu mengubah kondisi yang sebelumnya buruk menjadi lebih baik. Dengan
kata lain, mereka sudah bisa menjamin kehidupan layak bagi diri sendiri dan keluarga.

2.6 Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat


Dalam tahap ini rencana yang telah disusun bersama dengan dukungan fasilitas dari
pendamping selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap
memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini adalah
pemantauan pelaksanaan dan kemajuan kegiatan menjadi perhatian semua pihak, selain
itu juga dilakukan perbaikan jika diperlukan. Dalam pelaksanaan kegiatan dapat berupa :
a) Berbagai pelatihan untuk menambah dan atau memperbaiki pengetahuan teknis,
keterampilan manajerial serta perubahan sikap/wawasan;
b) Pengembangan kegiatan, utamanya yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan
(income generating) serta perlindungan, pelestarian dan perbaikan/rehabilitasi
sumberdaya alam, maupun pengembangan efektivitas kelembagaan. Kegiatan
peningkatan pendapatan merupakan upaya terpenting untuk membiayai kegiatan
kegiatan yang diperlukan maupun untuk meningkatkan posisi-tawar dan membangun
kemandirian. Peningkatan pendapatan, juga memiliki arti penting agar masyarakat
semakin yakin bahwa peran bantuan yang diberikan benar-benar mampu
memperbaiki kehidupan mereka, minimal secara ekonomi.
Adapun tahap dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat adalah sebagai
berikut:
● Tahap 1. Seleksi lokasi
Seleksi lokasi dilakukan untuk menentukan tempat atau wilayah pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat yang diinginkan. Pemilihan lokasi dilakukan sesuai dengan
kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan Masyarakat. Misalnya:
· Kesediaan masyarakat menerima kegiatan non-fisik
· Tidak terlalu banyak kegiatan keproyekan lain
· Adanya masyarakat yang terpinggirkan
· Dukungan dari aparat desa serta tokoh-tokoh masyarakat
· Lokasi terjangkau,sesuai kemampuan dan sarana.
Penetapan kriteria ini penting agar tujuan lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat
akan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin. Bisa saja suatu desa
terlalu luas untuk menerapkan Pemberdayaan Masyarakat secara menyeluruh
sehingga Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan misalnya dalam salah satu dusun.

● Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat


Sosialisasi PM dilakukan untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan
masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang
program. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk
berperan dan terlibat di dalam program. Tahapan dan metode dalam proses sosialisasi
meliputi: Pertemuan formal dengan Aparat Desa dan tokoh-tokoh masyarakat,
Menyepakati wilayah kerja (dusun), Pertemuan formal dengan masyarakat, Pertemuan
informal dengan masyarakat: kunjungan rumah, diskusi kelompok, berpartisipasi
dalam kegiatan masyarakat (sosial, agama, lapangan). Hal – hal yang perlu
disosialisasikan misalnya: Penjelasan tujuan, manfaat, sasaran PM, Prinsip-prinsip
PM (termasuk prinsip non-fisik), Penjelasan kelompok sasaran (pria, wanita, pemuda
dan lain-lain), Umpan balik masyarakat terhadap semua aspek di atas. Materi dan
media yang dapat dimanfaatkan dalam sosialisasi diantaranya: Brosur, Film(video),
Poster ,Buku dll.
● Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat:
1. Kajian keadaan pedesaan partisipatif
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dimaksudkan agar masyarakat mampu dan
percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisis keadaannya, baik potensi
maupun permasalahannya. Selain itu tahap ini dimaksudkan untuk mendapat
gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat serta
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Gambaran ini akan memberikan dasar
untuk penyusunan rencana kegiatan pengembangan.
2. Pengembangan kelompok
Pengembangan kelompok dilakukan dengan memfokuskan kegiatan pada
masyarakat yang benar-benar tertarik dan berminat untuk melakukan kegiatan
bersama. Dalam hal ini perlu diperhatikan keterlibatan perempuan serta yang
terabaikan lain. Kegiatan bersama ini dapat berbentuk suatu kelompok yang lengkap
dengan kepengurusan dan aturan. Pembentukan berdasarkan kemauan masyarakat
dan bisa terjadi pada saat pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif maupun
sesudahnya. Berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk memandirikan
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pendampingan
kelompok adalah mempersiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola
sendiri kegiatannya.
3. Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana kelompok dimaksudkan agar kelompok dan anggotanya mampu
mengembangkan dan melaksanakan rencana kegiatan yang konkrit dan realistis.
Dasar penyusunan adalah potensi dan masalah-masalah yang sudah teridentifikasi
dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dan tujuan kelompok yang sudah
ditentukan. Dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan
evaluasi, bukan hanya pengurus, tetapi seluruh anggota kelompok berperan serta.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif bukanlah suatu kegiatan khusus, tetapi
dilaksanakan secara mendalam pada semua tahap. agar proses Pemberdayaan
Masyarakat berjalan dengan baik dan tujuannya akan tercapai. M&EP dilaksanakan
oleh semua pihak yang terlibat dalam PM di mana intinya adalah peran masyarakat
sebagai pelaku utama. M&EP adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan
pemantauan kegiatan PM, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan
dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan.
● Tahap 4. Kemandirian Masyarakat
Proses Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran terus-
menerus bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya
peningkatan taraf hidupnya. Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat dari awal
proses sadar bahwa hal ini akan terjadi.

2.7 Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan Masyarakat harus melibatkan berbagai potensi yang ada dalam
masyarakat, beberapa elemen yang terkait, misalnya :
a. Peranan Pemerintah dalam artian birokrasi pemerintah harus dapat menyesuaikan
dengan misi ini, mampu membangun partisipasi, membuka dialog dengan
masyarakat, menciptakan instrument peraturan dan pengaturan mekanisme pasar
yang memihak golongan masyarakat bawah.
b. Organisasi-organisasi kemasyarakatan di luar lingkungan masyarakat, Lembaga
Swadaya Masyarakat, organisasi kemasyarakatan nasional maupun lokal
c. Lembaga masyarakat yang tumbuh dari dan didalam masyarakat itu sendiri (local
community organization) seperti BPD, PKK, Karang Taruna dan sebagainya,
d. Koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat yang merupakan organisasi sosial berwatak
ekonomi dan merupakan bangun usaha yang sesuai untuk demokrasi ekonomi
Indonesia,
e. Pendamping diperlukan karena masyarakat miskin biasanya mempunyai
keterbatasan dalam pengembangan diri dan kelompoknya,
f. Pemberdayaan harus tercermin dalam proses perencanaan pembangunan nasional
sebagai proses bottom-up.
g. Keterlibatan masyarakat yang lebih mampu khususnya dunia usaha dan swasta.
BAB III
KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus Semu


Pada Kelurahan Bawen Semarang dilakukan pelaksanaan program pengendalian
penyakit tidak menular berbasis posbindu. Program tersebut dilaksanakan tepatnya pada
posbindu Siwi Raharja dimulai pada hari Minggu pukul 08.00 di Balai Desa Bawen dan
dilaksanakan oleh petugas puskesmas, kader serta diikuti oleh sasaran program. Sasaran
posbindu mencangkup semua masyarakat laki-laki maupun perempuan dengan usia 15
tahun ke atas. Pelaksana program melakukan pelayanan kepada sasaran seperti
pendaftaran dan pencatatan yang dilakukan oleh kader, tahap wawancara identitas diri
oleh kader, kegiatan pemeriksaan laboratorium dilakukan secara sederhana, pemeriksaan
tekanan darah, kolesterol, asam urat dan gula darah. Selain itu, program ini juga
menyediakan layanan konsultasi/edukasi yang diberikan kepada peserta untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya menjaga kesehatan, serta
pemberian rujukan pada peserta Posbindu yang dilakukan oleh petugas puskesmas.

3.2 Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat


1. Tahap Seleksi lokasi
Kegiatan posbindu dilakukan atas izin puskesmas yang sudah berkoordinasi dengan
kader desa/kelurahan. Sebelum melaksanakan kegiatan posbindu dilakukan dengan
koordinasi antara kader dan puskesmas. Perencanaan yang dilakukan dengan
puskesmas meliputi penetapan tanggal dan tempat pelaksanaan kegiatan. Setelah
memastikan tanggal, waktu, dan tempat pelaksanaan, kemudian kader akan
membagikan informasi pelaksanaan kegiatan posbindu sehari sebelum pelaksanaan
melalui WhatsApp grup warga, dan juga speaker masjid.
2. Tahap Sosialisasi pemberdayaan masyarakat
Dengan diadakannya sosialisasi posbindu di kelurahan bawean maka masyarakat
dapat mengerti mengenai kegiatan pembinaan Posbindu PTM yang merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan perkembangan Posbindu PTM. Pembinaan Posbindu
PTM diberikan oleh Puskesmas dengan memperhatikan hasil monitoring dan evaluasi.
3. Tahap Proses pemberdayaan masyarakat
Posbindu PTM Kelurahan Bawen dalam pelaksanaan kegiatan posbindu pada tahap
pertama yaitu pendaftaran dan pencatatan sudah dilaksanakan dengan baik. Pada
tahap ini, kader menuliskan identitas peserta di lembar biodata milik masing-masing
peserta, dan menuliskannya di buku pencatatan posbindu ptm. Tahap wawancara yang
dilakukan merupakan wawancara mengenai identitas peserta. Tahap wawancara ini
dilakukan oleh kader yang ada di meja pertama, jadi bersamaan dengan pencatatan
peserta, hal ini dikarenakan wawancara yang ditanyakan hanya seputar identitas diri
peserta posbindu ptm. Kegiatan pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran berat
badan, tinggi badan, dan lingkar perut. Pada kegiatan pemeriksaan laboratorium
dilakukan secara sederhana, hanya pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, asam urat
dan gula darah. Selain itu kegiatan konsultasi/edukasi dilakukan oleh Petugas
Puskesmas, kegiatan ini dilakukan bersamaan saat pemeriksaan laboratorium.
Selanjutnya kegiatan tindak lanjut yang diberikan saat Posbindu PTM adalah
pemberian obat sesuai penyakitnya serta rekomendasi pendaftaran peserta Prolanis
bagi masyarakat yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
4. Tahap Kemandirian Masyarakat
Dengan berkunjungnya masyarakat yang menjadi sasaran Posbindu PTM secara rutin
menunjukkan peran aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan dan memperoleh
manfaat dari program Posbindu PTM.

3.3 Pembahasan
Pada kegiatan posbindu yang dilaksanakan dikelurahan bawean dilakukan atas
izin puskesmas yang sudah berkoordinasi dengan kader desa/kelurahan. Sebelum
melaksanakan kegiatan posbindu dilakukan dengan koordinasi antara kader dan
puskesmas. Karena pemberdayaan pada dasarnya berusaha untuk membangun potensi
yang ada pada diri seseorang dengan memberikan motivasi, membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi yang ada.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Posbindu
di Wilayah Kerja Puskesmas Bawen sudah sesuai dengan teori delivery. Tahap seleksi
lokasi kegiatan posbindu dilakukan atas izin puskesmas yang sudah berkoordinasi
dengan kader desa/kelurahan. Tahap Sosialisasi pemberdayaan masyarakat dilakukan
dengan mengadakan sosialisasi posbindu di kelurahan bawean sehingga masyarakat
dapat mengerti mengenai kegiatan pembinaan Posbindu PTM yang merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan perkembangan Posbindu PTM. Pada tahap Proses
pemberdayaan masyarakat, tahap pertama yaitu pendaftaran dan pencatatan sudah
dilaksanakan dengan baik. Namun Pelaksanaan belum sesuai dengan tahap layanan dan
juga belum menerapkan sistem 5 meja. Wawancara dilakukan dengan sederhana, dan
kegiatan pengukuran belum semua dilakukan. Untuk pengecekan laboraturium,
punyuluhan, konsultasi, pemeriksaan dilakukan oleh petugas puskesmas. Pencatatan dan
pelaporan sudah berjalan baik, pelaporan dilakukan secara berjenjang. Monitoring dan
evaluasi belum dilakukan secara rutin. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sudah
memenuhi tahap pemandirian dilihat dari dengan adanya kunjungan masyarakat yang
menjadi sasaran posbindu PTM secara rutin.

4.2 Saran
1. Diharapkan program Posbindu PTM agar lebih ditingkatkan sistem atau aktivitas
kegiatannya agar masyarakat yang belum aktif dapat mengikuti dengan baik, lebih
optimal menjalankan program pemberdayaan kesehatan masyarakat sebagai bentuk
sosialisasi dari pelayanan kesehatan desa setempat agar masyarakat dapat merasakan
manfaat dan mendapatkan hasil sesuai dengan rencana.
2. Diharapkan posbindu PTM dapan membuat penetapan target program yang dapat
mengukur keberhasilan kegiatan Posbindu PTM agar dapat dijadikan acuan untuk
menjalankan program tersebut menjadi lebih baik untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. (2018). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Pelaksanaan Program Asuhan

Kebidanan di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi, P. R. (2017). Strategi Pelaksanaan Asuhan Kebidanan di Puskesmas. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Koming. (2011). Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat. https://keepinmind-

blog.blogspot.com/2011/11/tahapan-pelaksanaan-pemberdayaan.html

Munawar Noor. (2011). Pemberdayaan Masyarakat. Semarang : Jurnal Ilmiah CIVIS,

Volume I, No 2.

Cholistin. (2011). Pemberdayaan Masyarakat. Yogayakarta

Anda mungkin juga menyukai