Dosen Pengajar :
Prof. Dr. dr. Starry Rampengan, MARS, Sp.JP (K)
Dr. dr. Wulan P.J. Kaunang, GradDip, M.Kes
dr. Grace Korompis, PhD
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Viktor N. A. Tampi 212021110013
Citra Elvira Mokoagow 212021110033
Septa Ayu Bungasari 212021110019
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok ini yang berjudul “Fasilitator Pembangunan Kesehatan”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program
Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, disebabkan keterbatasan
kemampuan ilmu dan pengetahuan yang kelompok kami miliki, untuk memohon
kiranya dapat memberikan masukan dan saran-saran guna perbaikan dimasa
yang akan datang.
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 8
B. SARAN ..............................................................................................................
PEMBAHASAN
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat
(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion
leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa
kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan
dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik, dan dorongan (pressure) bagi
terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan
bina suasana, pemberdayaan, dan bahkan proses pembinaan PHBS secara
keseluruhan. Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga
akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan
Kebijakan dan strategi promosi kesehatan membentuk jejaring advokasi atau
forum kerjasama. Dengan kerjasama, melalui pembagian tugas dan saling-
dukung, maka sasaran advokasi akan dapat diarahkan untuk sampai kepada
tujuan yang diharapkan. Sebagai konsekuensinya, metode dan media advokasi
pun harus ditentukan secara cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik.
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan
dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga,
pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas
sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa, dan lain-lain. Kemitraan
yang digalang itu harus berlandaskan kepada tiga prinsip dasar, yaitu
a. Kesetaraan,
b. Keterbukaan, dan
c. Saling menguntungkan.
Berdasar strategi dasar tersebut dikembangkan strategi umum pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan tahun 2010-2014, sebagai berikut :
a. Memperkuat, kelembagaan dan penganggaran serta sarana
promosi kesehatan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota;
b. Mengupayakan terbitnya kebijakan publik berwawasan
kesehatan;
c. Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis disemua
tingkatan;
d. Meningkatkan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab;
e. Meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor terkait, swasta,
dunia usaha, dan LSM;
f. Menumbuhkan partisipasi dan peran individu, keluarga, dan
masyarakat dalam upaya kesehatan;
g. Menyelaraskan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat pada setiap upaya pencegahan penyakit,
peningkatan KIA dan Gizi, peningkatan akses ke pelayanan
kesehatan;
h. Melakukan riset dan pengembangan upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat;
i. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan status dan lembaga tempatnya bekerja, fasilitator
dibedakan dalam beberapa bagian (UU No. 16 Tahun 2006), diantaranya :
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu pegawai negeri yang ditetapkan
dengan status jabatan fungsional sebagai Penyuluh/Fasilitator.
b. Penyuluh/Fasilitator Swasta, yaitu Fasilitator pemberdayaan
masyarakat yang berstatus sebagai kariyawan perusahaan swata.
Termasuk dalam kategori penyuluh swata adalah penyuluh dari
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
c. Penyuluh/Fasilitator, yaitu fasilitator pemberdayaan masyarakat yang
berasal dari masyarakat yang sukarela tanpa ibalan melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat dilingkungannya.
Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah, yaitu melepaskan
belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat posisi lapisan
masyarakat dalam struktur kekuasaan. Pemberdayaan adalah sebuah
proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah
dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi maupun social seperti memiliki kepercayaan
diri mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya
Upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat tidak akan tercapai
apabila tidak mengikut sertakan peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan. Masyarakat tidak lagi sebagai obyek melainkan sebagai subyek
dalam pembanguan kesehatan, seperti yang telah diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Masalah
kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu
banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya
berada di luar sektor kesehatan.
3.2 Saran
1. Bagi Fasilitator : Agar dapat meningkatkan kapasitas dampingan terkait
serta memastikan keterlibatan para pihak dan memberikan
pemahaman terkait dengan konservasi dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan.
2. Bagi Masyarakat : Agar dapat berpartisipasi dalam mendukung
program-program kesehatan dalam system pemberdayaan masyarakat.
3. Bagi Pembaca : Diharapkan agar makalah ini dapat menambah
wawasan tentang Fasilitator itu sendiri dan lebih khusus yang di
aplikasikan dalam bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA