Anda di halaman 1dari 22

PROMOSI KESEHATAN DALAM ASUHAN KOMUNITAS KEBIDANAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebidanan Komunitas


Dosen Mata Kuliah: Kusma Putri Pratiwi, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh:
Ulfa Nurul Hizzaiyatul Fallah (32722401D18056)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ I
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
2.1 Definisi Promosi Kesehatan........................................................................................ 2
2.2 Sarana promosi kesehatan
2.3 Strategi promosi kesehatan
2.4 Tugas atau peran dari pelaksana
2.5 Langkah-langkah pelaksanaan promosi kesehatan
2.6 SAP tentang Asuhan Kebidanan................................................................................ 3
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9
3.2 Saran................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebidanan adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan
reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik tentang
arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan
sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan. Komunitas
digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik di mana seseorang tinggal sebagai sebuah lingkungan beserta aspek-
aspek sosialnya. Masyarakat setempat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan
batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas wilayah. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa
masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial
tertentu.

Dalam isu-isu kesehatan masyarakat, seringkali kita harus melakukan advokasi sebagai bagian penting dalam
strategi program. Peta pikiran berikut ini berbicara tentang advokasi. Intinya, advokasi merupakan proses untuk
mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk
mencapai hasil yang kita inginkan kita memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan mendasar kepada penyebab
majemuk.
Promosi kesehatan adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para
pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?
2. Apa yang menjadi sarana promosi kesehatan?
3. Bagaimana strategi promosi kesehatan?
4. Bagaimana tugas atau peran dari pelaksana?
5. Bagaimana Langkah-langkah pelaksanaan promosi Kesehatan?
6. Bagaimana SAP dalam Asuhan Kebidanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui sarana promosi kesehatan
3. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan
4. Untuk mengetahui tugas atau peran dari pelaksana
5. Untuk mengetahui Langkah-langkah pelaksanaan promosi kesehatan
6. Untuk mengetahui SAP dalam Asuhan Kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah usaha sistematis secara bertahap (inkremental) dan terorganisir yang
dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta
usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada
kelompok tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif.
Advokasi menurut Mansour Faqih adalah media atau cara yang digunakan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap maju (Satrio Aris Munandar 2007: 2). Menurut Sheila Espine-Villaluz,
advokasi diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan basis dukungan
atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. (Valeri Miller dan
Jane Covey , 2005 : 8) dan kelompok untuk memasukkan suatu masalah (isu) kedalam agenda
kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan
membangun.
Promosi kesehatan juga dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang
lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan
yang dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin suatu
organisas atau institusi kerja baik dilingkunagn pemerintah maupun swasta serta organisasi
kemasyarakatan. Dari segi komunikasi advokasi adalah salah satu komunikasi personal,
interpersonal, maupun massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers) atau
para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial

Promosi kesehatan atau advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan
kepada orang lain atau menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat
serta mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta
membangun dukungan terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana
cara penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah
kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan social, untuk memperoleh komitmen
politik, dukungan kebijakan, penerimaan social, dan adanya sistem yang mendukung terhadap
suatu program atau kegiatan.

2.2 Sasaran promosi kesehatan

Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan,
khususnya : para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para
mitra di kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, kalangan media massa, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-
kelompok potensial lainnya di masyarakat.
Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang atau yang upayanya berlawanan
atau merugikan kesehatan (misalnya : Industri rokok).
Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra
untuk mendukung upaya tersebut.
Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi khususnya
melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya (credible), dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya
tidak tercela khususnya di depan kelompok sasaran.
Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi, Organisasi profesi, Organisasi
berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh berpengaruh, dll.
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah
terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan Kebidanan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga,
sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upayapeningkatan,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah
kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah
untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta
orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan
setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah
mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk
masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau
penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran
sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
2.3 Strategi promosi kesehatan
A. Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan
atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekannkan bahwa kekuasaan
berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang
tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam
konteks relasi sosial antara manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan
kekuasaaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses
perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses
pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal :

Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah pemberdayaan tidak mungkin terjadi
dengan cara apapun.
Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan
dinamis.
Pemberdayaan (Empowernment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran
masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya Eropa. Untuk memahami konsep pemberdayaan secara tepat dan
jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah
begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian presepsi yang berbeda satu dengan yang
lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal tentulah meminta kita mengadakan telaah yang
sifatnya mendasar dan jernih.

Konsep pemberdayaan mulia Nampak disekitar decade 70-an, dan kemudian berkembang terus sepanjang decade
80-an dan sampai decade 90-an atau akhir abad ke-20 ini. Diperkirakan konsep ini muncul bersamaan dengan
aliran-aliran seperti Eksistensialisme, Phenomelogi, Personalisme, kemudian lebih dekat dengan gelombang New-
Marxisme, freudialisme, aliran-aliran seperti Sturktualisme dan Sosiologi Kritik Sekolah Frankfurt serta konsep-
konsep seperti elit, kekuasaan, anti–astabilishment, gerakan populasi, anti-struktur, legitimasi, ideology,
pembebasn dan konsep civil society (Pranarka & Moeljarto, 1996).

Istilah Pemberdayaan masyarakat tidak menganut pendekatan mobilisasi tetapi partisipatif. Pada pendekatan
partisipatif ini, perencana, agents dan masyarakat yang dijadikan sasaran pembangunan bersama-sama merancang
dan memikirkan pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat (Sairin, 2002)

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini telah dijadikan sebuah strategi dalam membawa
masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi ini cukup efektif memandirikan
masyarakat pada berbagai bidang, sehingga dibutuhkan perhatian yang memadai. Oleh kerena itu, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Achmad Suyudi mengingstruksikan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit (http://www.depkes.go.id/ ).

Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program pendampingan masyarakat
(community organizing and defelopment), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan (planning),
pengorganisasian (Organising), pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling) program
dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (Halim,
2000).

Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; perencanaan (Planning), pengorganisasiaa.n


(Organising), pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling) program atau biasa disingkat
POAC telah diadopsi untuk program-program bidang kesehatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat (Notoadmojo, 2003).
B. Bina suasana
C. Advokasi, serta dilandasi oleh sekamar

Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan
( Decision makers ) dan penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Dengan demikian, para pembuat keputusan akan
mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi yang
diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Srategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat dan
sasaran advokasi ini adalah para pejabat eksekutif dan legislatif, para pejabat pemerintah, swasta, pengusaha,
partai politik dan organisasi atau LSM dari tingkat pusat sampai daerah. Bentuk dari advokasi berupa lobbying
melalui pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan,
penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengarui kesehatan masyarakat setempat, dan
seminar-seminar kesehatan. .( Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayantin2009 ).

Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil kebijakan agar dapat memberikan
dukungan masksimal, kemudahan perlindungan pada upaya kesehatan (Depkes 2001). Menurut para ahli retorika
Foss dan Foss et. All 1980, Toulmin 1981 (Fatma Saleh 2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup
kegiatan-kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mngenai sesuatu.
D. Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan (partnership) masih relative baru, namun demikian prakteknya di masyarakat
sebenarnya sudah terjadi sejak saman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang
sebenarnya esensinya kemitraan.
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali
terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan
yang diperoleh.
Dalam membangun Kemitraan ada tiga (3) prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota
kemitraan (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007), yakni :

a) Equity (Persamaan)

Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa “duduk sama rendah
berdiri sama tinggi”.Oleh sebab itu didaam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu
anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang
lain.

b) Transparancy (Keterbukaan)

Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang menjadi kekurangan
atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan
yang satu tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa
saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu
diantara anggota.

c) Mutual Benefit ( Saling menguntungkan )

Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang, tetapi lebih kepada Non materi.Saling
menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.

Tujuh (7) landasan, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur); saling
memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage);
saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka,
dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy);
dan saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
2.4 Tugas dan peran dari pelaksana dari petugas kesehatan

Advokasi terhadap kebidanan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kebidanan,
utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh
pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para
pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan
memengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan
dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud
di masyarakat. Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan
masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan
(kebidanan).
Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis
dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara
bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala
desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada
masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah
(miskin).
a. Setiap petugas kesehatan
Ada beberapa peran bidan sebagai Advokator yaitu :
Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang diperlukan untuk mencapai
kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan)
Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan
menggunakan peralatan yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat agar
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya adalah
melakukan pembinaan terhadap dukun bayi dan pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di
lapangan menggunakan alat-alat yang tidak steril.
b. Petugas khusus promosi kesehatan
Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Bidan sebagai advocator mempunyai tugas antara lain:
1.Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan
dan tidak mampu melindungi kepentingan mereka sendiri.
2.Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi kesehatyan dan membertikan
dukungan sosial.
3.Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai program dan sektor yang terkait
dengan kesehatan.
4.Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau mempercayai bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan,
Undang-Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan public dengan sasaran yaitu pejabat legislatif dan
eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi politik dan organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi,
kabupaten, keccamatan desa kelurahan.
2.5 Langkah-langkah pelaksanaan promosi kesehatan
A.Langkah-langkah Promosi kesehatan di puskesmas

1. Tahap Pengkajian

Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien
atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik individu maupun komunitas.
2. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada
prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi
individu, kelompok maupun masyarakat.
3. Tahap Implementasi

Tahap implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan penyelesaian yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
yakni untuk mencapai kesehatan yang optimal, implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana perawatan
terhadap perilaku yang digambarkan dalam hasil individu yang diusulkan. Pemilihan intervensi keperawatan
tergantung pada beberapa faktor:
a. hasil yang diinginkan klien
b. karakteristik dari diagnosa keperawatan
c. penelitian yang berkaitan dengan intervensi
d. kelayakan pelaksanaan intervensi
e. penerimaan intervensi oleh individu
f. kemampuan perawat
4. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses
keperawatan secara umum. Didalam tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran
yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang
diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut.
B. Langkah-langkah pelaksanaan promosi kesehatan di masyarakat
ini berupa promosi kesehatan yang dilakukan dengan sasaran masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas
yang bersangkutan sebagai upaya untuk meningkatkan PHBS dengan pengorganisaian masyarakat. Pelaksanaan
promkes diluar gedung dilaksanakan puskesmas bekerjasama dengan berbagai fihak potensial melalui metode
advokasi, binasuasana, gerakan pemberdayaan yang dijiwai semangat kemitraan dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu
2. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (TP PKK, karang taruna, posyandu, SBH, majlis taklim dan lain
sebagainya)
3. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi masyarakat (ormas) seperti kelompok kesenian tradisional
dan lain sebagainya
4. Penggerakan dan pengorganisaian masyarakat melalui:
a. Kunjungan rumah
b. Pemberdayaan berjenjang
c. Pengorganisasian masyarakat melalui Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat
2.6 Satuan acara penyuluhan tentang asuhan kebidanan (Antenatal Care)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pemeriksaan Kehamilan


Sub Topik : Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan K1-K4
Tempat :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Sasaran : Ibu Hamil

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pemahaman peserta penyuluhan tentang Pentingnya Pemeriksaan
Kehamilan K1-K4 menjadi lebih baik.

B. Tujuan Istruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang:
1. Definisi Pemeriksaan Kehamilan
2. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
3. Tujuan Pelayanan Antenatal
4. Alasan dilakukan pemeriksaan Kehamilan
5. Tujuan kunjungan K1
6. Tujuan Kunjungan k2
7. Tujuan Kunjungan k3 dan k4

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Media dan Alat


1. Leaflet

E. Strategi Pelaksanaan
Tahap
Kegiatan
Respon Peserta
Waktu
Pembukaan
1. Salam Pembuka
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan jalannya penyuluhan
1. Menjawab salam
2. Peserta mengerti tujuan diadakan penyuluhan
3 menit
Isi
1. Menjelaskan Definisi Pemeriksaan Kehamilan
2. Menjelaskan Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
3. Menjelaskan Tujuan Pelayanan Antenatal
4. Menjelaskan Alasan dilakukan pemeriksaan Kehamilan
5. Menjelaskan Tujuan kunjungan K1
6. Menjelaskan Tujuan Kunjungan k2
7. Menjelaskan Tujuan Kunjungan k3 dan k4
Peserta menyimak dengan seksama setiap penjelasan yang diberikan
20 menit
Penutup
1. Menanyakan kembali pada audience tentang materi yang diberikan

2. Memberikan reinforcement positif.

3. Salam penutup.
1. Peserta mampu menjawab setiap pertanyaan
2. Peserta semakin paham pentingnya pemeriksaan K1-K4
3. Peserta menjawab salam
7 menit.

F. Materi

PEMERIKSAAN KEHAMILAN K1- K4

A. Definisi Pemeriksaan Kehamilan


Pemeriksaan kehamilan adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal kehamilan
hingga proses persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan yang optimal.
(Manuaba (2007)
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan
singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama
kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
(Manuaba, 2007)
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan
yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya
penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran
kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan seperti
yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan
berbagai metoda yang tersedia.

B. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan


Pemeriksaan kehamilan ini penting karena berguna dalam :
Mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu.
Memonitor kesehatan ibu dan janin supaya persalinannya aman.
Agar tercapainya kesehatan bayi yang optimal.
Mendeteksi dan mengatasi dini komplikasi dan penyakit kehamilan yang mungkin dapat muncul misalnya :
a. Hipertensi dalam kehamilan
b. Diabetes dalam kehamilan
c. Anemia
d. Janin dengan berat badan rendah
e. Kehamilan anggur
f. Plasenta previa (ari-ari menutup jalan lahir)
g. Infeksi dalam kehamilan misalnya keputihan atau infeksi saluran kemih dll

C. Tujuan Pelayanan Antenatal


1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang
dilahirkan sehat.
2. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
3. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal
terhadap kehamilan risiko tinggi.

D. Alasan dilakukan pemeriksaan Kehamilan


Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil
dan bayi yang dikandungnya.
E. Tujuan kunjungan K1
K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali
Meliputi :
1. Identitas/biodata
2. Riwayat kehamilan
3. Riwayat kebidanan
4. Riwayat kesehatan
5. Pemeriksaan kehamilan
6. Pelayanan kesehatan
7. Penyuluhan dan konsultasi

Serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :


1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Skrinning status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila diperlukan
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Test Laboratorium (rutin dan Khusus)
7. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca
persalinan.

Atau yang terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi dengan:


8. Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)
9. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
10. Tata laksana kasus.
Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan berisiko, yang kemudian
mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.
Tujuan k1 :
1. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
2. mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau penggunaan praktek
tradisional yang merugikan
4. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa
proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.
5. mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk
mendeteksi dan mewaspadai.
6. Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu
7. Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang, riwayat
obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.
8. Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran
tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan, kelahiran atau puerperium.
K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan
yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat (Manuaba, 2007).

F. Tujuan Kunjungan k2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28
minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.
Tujuan k2 :
1. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
2. mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau penggunaan praktek
tradisional yang merugikan
4. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa
proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya
5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk
mendeteksi dan mewaspadai.
6. Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD (tekanan
darah), kaji adanya edema dan protein uria.
7. Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
8. Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran perkemihan.
9. Mengulang perencanaan persalinan.

G. Tujuan Kunjungan k3 dan k4


K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36 minggu dan
sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan akhir) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

Tujuan k4
1. Sama dengan kunjungan I dan II
2. Palpasi abdomen
3. Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan kehahiran RS.
4. Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.
Menurut Saifudin (2009:90), kunjungan antenatal yang di anjurkan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan, yaitu:
1) Satu kali pada trimester pertama
2) Satu kali pada trimester kedua
3) Dua kali pada trimester ketiga

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien,
maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi kesehatan.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai perawat dapat
memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat
serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat , dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui
penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai perawat dapat mencegah berbagai
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Fadhila, 2009. Kebidanan Komunitas, http://bidandhila.blogspot.com/2009/05kebidanan-komunitas.html Diakses


oleh Masriani Sihombing,tgl 30 Desember 2013, jam16.50 WIB. Fatma, 2009. Prioritas Tema untuk Advokasi,
http://www.rafpakistan.org. Diakses oleh Masriani Sihombing,tgl 29 Desember 2013, jam17.08 WIB.

Fatmanadia. 2012. Kepemimpinan Dan Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan, http://fatmanadia.wordpress.com.


Diakses oleh Martine Onasis Matondang, tgl 06 Januari 2014, jam 14.00 WIB.

Gustin. 2012. Advokasi Dalam Promosi Kesehatan, http://gustin74.blogspot.com/2012/10/advokasi-dalam-


promosi-kesehatan.html. Diakses oleh Mauliyani, tgl 27 Desember 2013, jam 17.05 WIB.

Hasirun. 2013. Advokasi Kesehatan, http://kesmas-08.blogspot.com/2013/05/advokasi-kesehatan-1-definisi-dan-


dasar_30.html. Diakses oleh Firmah D. Putri, tgl 29 Desember 2013, jam 18.05 WIB.

Keriastianto, Aji. 2013. Konsep Advokasi Dalam Promosi Kesehatan,


http://ajikeristianto2013.blogspot.com/2013/04/konsep-advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html. Diakses oleh
Masroh Sihombing, tgl 27 Desember 2013, jam 16.00 WIB.

Miller, Valerie., Covey, Jane. 2005. Perencanaan Advokasi. Jakarta. YOI.


Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. Rezky, Mega. 2012.
Leadership Dalam Kebidanan, http://divbidanpendidikmegarezky.blogspot.com/2012/03/leadership-dalam-
kebidanan.html. Diakses oleh Martine Onasis Matondang, tgl 29 Desember 2013, jam 17.45 WIB.

Rosamiani, 2010. Upaya Promosi Kesehatan Berdasarkan Strategi Global Dan Strategi,
http://kebidanankomunitas.blogspot.com/2010/01/upaya-promosi-kesehatan-berdasarkan_03.html. Diakses oleh
Masriani Sihombing,tgl 30 Desember 2013, jam 17.00 WIB.

Sanpig, Sani. 2013. Bidan Sebagai Advokator Dan Edukator,

Anda mungkin juga menyukai