Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan atau
disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu kehamilan yang spesifik dapat
bervariasi antar Negara, begantung pada perundangan setempat.

Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah tidak
direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada remaja, wanita
berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah. Hampir
setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi.

Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau majelis
tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan
mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan oleh para remaja. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan tentang sex dan pergaulan bebas serta dampaknya,
baik dari segi kesehatan maupun social kepada masyarakat khususnya remaja. Selain itu,
pengawasan orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan seperti kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan akibat dari
pergaulan bebas tersebut yang tidak sedikit berakhir dengan tindakan aborsi.

Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi
orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan
sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang negatif karena
ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik.

Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor atau
peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan prinsip dan asas etik
keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi pilihan yang telah dipilih (aborsi).
Selanjutnya, dalam makalah ini kami akan membahas tentang aborsi beserta dampaknya
sekaligus peran orang tua untuk menghindari hal-hal tersebut
B. Tujuan Umum

1. Mengetahui definisi aborsi

2. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi

3. Mengetahui dampak aborsi

4. Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia

5. Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik keperawatan
BAB II

ISI

A. Definisi

Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan atau
disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu kehamilan yang spesifik dapat
bervariasi antar Negara, begantung pada perundangan setempat.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelu
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan.

Menurut Brunner&Suddarth (2001) aborsi adalah penghentian kehamilan


atau pengeluaran produk konsepsi sebelum janin hidup. Janin biasanya dianggap mampu
hidup setelah lima sampai enam bulan masa gestasi.

B. Jenis Aborsi

Abortus dapat dibagi menjadi sebagai berikut:


1. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran); merupakan kurang lebih 20% dari
semua abortus.
2. Abortus provokatus (disengaja, digugurkan); 80% dari semua abortus.
a) Abortus provokatus artificialis atau abortus terapeutikus
Abortus provokatus artificialis adalah pengguran kehamilan, biasanya dengan alat-
alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provokatus pada hamil muda dibawah 12 minggu dapat dilakukan dengan
pemberian prostaglandin atau kuretase dengan penyedotan (vacum) atau dengan
sendok kuret.
Pada hamil yang tua diatas 12 minggu dilakukan histerektomi, juga dapat
disuntikkan garam hipertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial. Indikasi untuk
abortus terapeutikus misalnya: penyakit jantung (jantung rheumatic), hipertensi
esentialis, karsinoma serviks.
b) Abortus provokatus kriminalis.
Abortus provokatus kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang syah dan dilarang oleh hukum.
Secara klinis masih ada istilah-istilah sebagai berikut:
1) Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi.
3) Abortus inkompletikus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah
dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta masih tertinggal didalam rahim.
4) Abortus kompletikus (keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan
dengan lengkap.
5) Missed abortion (keguguran tertunda). Missed abortion adalah keadaan dimana janin
telah mati sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau
lebih setelah janin mati.
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang). Ialah abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi; sekurang-kurangnya tiga kali berturut-turut.
C. Etiologi

Walaupun terjadinya abortus habitualis berturut-turut mungkin kebetulan, namun wajar


untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan peristiwa berulang ini. Sebab
dasar ini dalam kurang lebih 40% tidak diketahui; yang diketahui, dapat dibagi dalam tiga
golongan:
a. Kelainan pada zigote
Agar bisa menjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung terus dengan
selamat, perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang normal dengan ovum yang
normal pula.
Kelainan genetik pada suami atau istri dapat menjadi sebab kelainan pada zigote dengan
akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat
memegang peranan dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan ini
dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami istri apabila terjadi sedikit-
sedikitnya abortus berturut-turut tiga kali, atau janin yang dilahirkan menderita cacat.
b. Gangguan fungsi endometrium yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang
dibuahi dan gangguan dalam pertumbuhan mudigah.
Malfungsi endometrium yang mengganggu implantasi dan mengganggu mudigah
dalam pertumbuhannya.
Di bawah pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada waktu
haid, timbul lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang
dibuahi. Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal endometrium
memasuki sel-sel dan lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium, untuk kelak
dibawah pengaruh alkalin fosfatase diubah menjadi glukose. Di samping zat hidrat
arang tersebut dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan
mudigah.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan endometrium
adalah :
a. Kelainan hormonal
b. Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula
tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu pemeriksaan fungsi tiroid pada wanita-
wanita dengan abortus berulang perlu dilakukan; pemerikasaan ini hendaknya
dilakukan diluar kehamilan. Selain itu gangguan fase luteal dapat menjadi sebab
infertilitas dan abortus muda yang berulang. Gangguan fase luteal dapat
menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat transfor ovum terlalu cepat, motilitas
uterus yang berlebihan dan kesukaran dalam nidasi karena endometrium tidak
dipersiapkan dengan baik.
c. Gangguan nutrisi
d. Penyakit-penyakit yang mengganggu persediaan zat-zat makanan untuk janin yang
sedang tumbuh dapat menyebabkan abortus. Anemia yang berat, penyakit menahun
dan lain-lain akan mempengaruhi gizi penderita.
e. Penyakit infeksi
f. Penyakit infeksi menahun yang dapat menjadi sebab kegagalan kehamilan ialah
luwes. Disebut pula mikoplasma hominis yang ditemukan di serviks uteri, vagina
dan uretra. Penyakit infeksi akut dapat menyebabkan abortus yang berturut-turut.
g. Kelainan imunologik
h. Inkomtabilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen-antibodi dapat
menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan
vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler. Inkomtabilitas karena Rh faktor
dapat menyebabkan abortus berulang, tetapi hal itu biasanya menyebabkan
gangguan pada kehamilan diatas 28 minggu.
i. Faktor psikologis
j. Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus berulang dan keadaan mental, akan
tetapi sebelum terang sebab musababnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus
ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat mengkhawatirkan
risiko kehamilan; begitu pula wanita yang sehari-hari bergaul dalam dunia pria dan
menganggap kehamilan sebagai suatu beban yang berat.
k. Dalam hal-hal tersebut diatas, peranan dokter untuk menyelamatkan kehamilan
sangat penting. Usaha-usaha dokter untuk mendapatkan kepercayaan pasien, dan
menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

c. Kelainan anatomik pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya janin


didalamnya dengan sempurna.
Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia
uterus, subseptus uterus bikornis dan sebagainya. Akan tetapi pada kelainan bawaan seperti
uterus bikornis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung terus dengan baik. Walaupun
pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan histerosalpingografi, apakah ada kelainan
bawaan, perlu diperiksa pula apakah tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelum
menganggap kelainan bawaan uterus tersebut sebaga sebabnya.
Diantara kelainan-kelainan yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi serviks
uteri yang luas, tumor uterus khususnya mioma, dan serviks uteri yang inkompeten. Pada
laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat memberi perlindungan pada janin
dan dapat menjadi abortus, biasanya pada inkompeten; pada kehamilan 14 minggu atau
lebih ostium uteri internum perlahan-lahan membuka tanpa menimbulkan rasa nyeri dan
ketuban mulai menonjol. Jika keadaan dibiarkan, ketuban pecah dan terjadi abortus. Mioma
uteri, khususnya berjenis sub mukus, dapat mengganggu implantasi ovum yang dibuahi
atau pertumbuhannya didalam cavum uteri.

D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2
.bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan
dengan kontraksi.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal
yang menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, keguguran memberikan gejala
umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran
seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:
a. sedikit-sedikit dan berlangsung lama
b. sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan
c. akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun; dapat menimbulkan syok,
nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi:


1. umur kehamilan dibawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna,
dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2. diatas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dpat didahului dengan
ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluran
plasenta berdasarkan proses persalinannya dahulu disebutkan persalinan immaturus.
3. hasil kosepsi tiak dikeluarkan lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam
bentuk gangguan pembekuan darah.

Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi:
1. mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan seperti daging.
2. mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara amnion dan
karion
3. fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium, dan
tertekan sampai gepeng.
4. fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan, laksna kertas.
5. blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda
kecil yang tidakberbentuk.
6. missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu

E. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada abortus Imminen :

1. Terdapat keterlambatan dating bulan


2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :

1. Perdarahan lebih banyak


2. Perut mules atau sakit lebih hebat
3. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka
dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :

1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis


2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
3. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
4. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)

Tanda dan gejala abortus Kompletus :

1. Uterus telah mengecil


2. Perdarahan sedikit
3. Canalis servikalis telah tertutup

Tanda dan gejala Missed Abortion :

1. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan
maserasi janin
2. Buah dada mengecil kembali

F. Akibat aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita.
Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-
apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan
yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang
akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang
ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Infeksi serius disekitar kandungan
c. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
d. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
e. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
f. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
g. Kanker hati (Liver Cancer)
h. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
i. Beresiko menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
j. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
k. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko gangguan psikologis


Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat
hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
Pasca-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions
Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut
ini:
a. Kehilangan harga diri
b. Merasa diasing di masyarakat
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
d. Ingin melakukan bunuh diri
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa bersalah tersebut
dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitu stres yang disebabkan karena gangguan
situasi psikologis (Hidayat, 2007).

E. Diagnosa dan Intervensi


Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Tindakan :

 Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien


 Berikan informasi tentang abortus
 Yakinkan pasien tentang diagnosa

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam


Tujuan : infeksi dapat dicegah
Tindakan :

 Observasi perdarahan
 Observasi TTV
 Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
 Kolaborasi pemberian obat antibiotik

3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding
endometrium dan jalan lahir
Tujuan : nyeri berkurang
Tindakan :

 Kaji skala nyeri


 Anjurkan pasien untuk bedrest total
 Berikan pasien posisi yang nyaman
 Kolaborasi pemberian obat analgetik

4. Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam


Tujuan : syok dapat dicegah

Tindakan :
Observasi perdarahanObservasi TTV
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Kolaborasi pemberian obat anti koagulan

5. Berduka berhubungan dengan kehilangan


Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan
Tindakan :
Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan
Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar
Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog
tag : askep abortus, asuhan keperawatan abortus, pathway abortus, abortus kompletus,
abortus inkompletus, abortus imminen, abortus insipien, abortus infeksiousus, Missed
abortion

F. Undang – undang yang mengatur mengenai aborsi

Mengenai aborsi, dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :

1. Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan”.

G. Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan
yakni :

1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan
oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya, seperti
menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.

2. Abortus buatan ilegal

Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/ menyembuhkan


si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang
disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).
Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 ayat
(1) dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2)
menyebutkan tindakan medis tertentu dapat dilakukan :

1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut

2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli

3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga.
H. Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Menghindari Kejadian Aborsi Tidak aman (Ilegal)

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir serta mencegah terjadinya
tindakan aborsi yang tidak aman/illegal, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya dikalangan remaja tentang


kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif yang memberikan informasi tentang
seksualitas, kontrasepsi dan hubungan gender.

2. Memotivasi kepada orang tua untuk ikut mengambil peran dalam mengawasi anak-anaknya
dalam bergaul

3. Menyediakan layanan konseling yang berkualitas tinggi yang dapat memberikan informasi
yang akurat tentang aborsi dan bahayanya bagi kesehatan

4. Bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti sekolah-sekolah, puskesmas dan
lain-lain dalam menurunkan angka aborsi yang ada.

5. Menyediakan sarana atau tempat pelayanan kesehatan yang bermutu dan memenuhi syarat

Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan oleh orang tua,
yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan pendidikan sex dini yang sesuai kepada anak-anaknya

2. Melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya

3. Menanamkan moral dan etika yang baik untuk menghindari hal-hal yang melanggar
aturan/hukum, baik di masyarakat bahkan di dalam Negara.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan atau
disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu atu sebelum janin diberi kesempatan untuk hidup.

Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan tidak dibenarkan dalam kondisi
apapun kecuali untuk kemaslahatan si ibu. Hal ini sudah di atur dalam hokum Negara.

Aborsi memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi seorang yang melakukanya, baik
dari segi kesehatan maupun sosial. Selain itu aborsi yang tidak memenuhi syarat dan tidak
dilakukan oleh ahlinya dapat mengakibatkan komplikasi-komplikasi yang sangat berbahaya
bahkan dapat menyebabkan kematian.

B. Saran

Seorang tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan khususnya
tentang aborsi dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga masyarakat dapat pengetahuan dan
memiliki persepsi yang benar akan hal tersebut dan diharapkan dapat menurunkan angka
kejadian aborsi baik secara legal maupun illegal
ABORTUS

Dosen pengampu :
Heni Purwaningsih

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi mata kuliah Keperawatan Maternitas

OLEH:
Putri Kurnia Sandy (010215A053 )
Warsito ( 010215A070 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2016
DAFTAR PUSTAKA

Didik Tjindarbumi, Dkk. 2001. Pencegahan, Diagnosis Dini, Dan Pengobatan Penyakit
Kanker. Yayasan Kanker Indonesia : Jakarta.

Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, Egc : Jakarta. 2001.

Suzanne C. Smeltzer. Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta : Egc.

www.medicastore.com

Anda mungkin juga menyukai