Oleh:
Lina Rahmawati
1808082
B. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008) adalah sebagai berikut :
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh lain )
3. Iskemia ( penurunan aliran darah ke area otak )
4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian suplai
darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gerakan, berfikir, memori, bicara atau sensasi.
C. FAKTOR RESIKO
Smeltzer C. Suzanne (2008) mengemukakan faktor resiko stroke antara lain
sebagai berikut :
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler : arteria kronaria,gagal jantung kongestif
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit
6. Diabetes mellitus
7. Konsumsi alcohol
D. PATOFISIOLOGI
Stroke non hemoragik (SNH) terjadi karena faktor-faktor resiko seperti kebiasaan
merokok, usia, dan gaya hidup yang tidak sehat yang menyebabkan kepekatan
darah meningkat kemudian akan mengakibatkan trombosis dikarenakan
ateroskelrosis (tingkat elastis pada pembuluh darah menurun) sehingga terjadi
penyumbatan pada pembuluh darah ke otak akibat bekuan darah, lemak dan udara
dan terjadi emboli serebral dari penyebab ini stroke terjadi.
Dari penyakit SNH bisa muncul tanda dan gejala seeperti penurunan neurologis
misalnya kehilangan motorik, kehilangan komunikasi dan serebral, dan muncul
masalah penurunan perfusi jaringan serebral, setelah itu apabila terjadi kehilangan
kontrol volunter pasien akan mengalami hemiplegia dan hemiparasis dan muncul
masalah hambatan mobilitas fisik. Penurunan neurologis bisa terjadi gangguan
kontrol motorik yang mengakibatkan kelemahan anggota gerak sehingga terjadi
bedrest dan muncul masalah kerusakan integritas kulit (Wijaya, 2013).
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik berdasarkan Arif Muttaqin ( 2008 ) sebagai berikut :
1. Kehilangan motorik
a. Hemiplegic, hemiparese
b. Paralisis flaksid dan kehilangan/penurunan tendon profunda ( gambaran
klinis awal )
2. Kehilangan komunikasi
a. Disuria : rasa sakit atau nyeri saat berkemih
b. Difagia : sulit menelan
c. Afagia : gangguan fungsi bicara pada seseorang
3. Gangguan konseptual
a. Hamonimus hemiatopia ( kehilangan setengah dari lapang pandang )
b. Gambaran dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada pasien
hemiplegia kiri)
c. Kehilangan sensori sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk dengan
fisiosepsi, kesulitan dalam mengatur stimulus visual, taktil dan auditori.
4. Disfungsi kandung kemih
a. Inkontinensia urinarius transia
b. Inkontinensia urinarius persisten/retensi urin ( mungkin simpomatik dari
kerusakan otok bilateral)
c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan ( dapat menunjukkan
kerusakan neurologisekstentif ).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-Scan : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark
2. Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan/obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal : tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan
4. USG dopler : mengidentifikasi penyakit arterioven
5. EKG : digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau
penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke
6. Angiografi otak : adalah penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra
sinar-X kedalam arteri-arteri otak
7. Foto toraks : adalah proses standar yang digunakan untuk mencari kelainan
dada, termasuk penyakit jantung dan paru
8. Pemeriksaan darah dan urine : rutin untuk mendeteksi penyebab stroke dan
untuk menyingkirkan penyakit lain yang mirip stroke ( Tarwoto, 2008 ).
H. KOMPLIKASI
1. Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme paru
yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah
ke paru.
2. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi ulkus
dekubitus dan infeks.
3. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan
pneumoni
4. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi
5. Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi
emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh (Pudiastuti, 2011).
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan umum menurut (Tarwoto, 2013) antara lain :
1) Pada fase akut
a) Terapi cairan, pada fase akut stroke beresiko terjadinya dehidrasi
karena penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan
penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah. The
American Heart Association sudah menganjurkan normal saline 50
ml/jam selama Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragic
jam-jam pertama dari stroke iskemik akut. Segera setelah hemodinamik
stabil, terapi cairan rumatan bisa diberikan sebagai KAEN 3B/ KAEN
3A. Kedua larutan ini lebih baik pada dehidrasi hipertonik serta
memenuhi kebutuhan homeostasis kalium dan natrium. Setelah fase
akut stroke, larutan rumatan bisa diberikan untuk memelihara
homeostasis elektrolit, khususnya kalium dan natrium.
b) Mengalami gangguan aliran darah ke otak. Sehingga kebutuhan
oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia dan juga untuk
mempertahankan metabolisme otak. Pertahankan jalan napas,
pemberian oksigen, penggunaan ventilator merupakan tindakan yang
dapat dilakukan sesuai hasil pemeriksaan analisa gas darah atau
oksimetri.
c) Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial
Peningkatan tekanan intrakranial biasanya disebabkan karena edema
serebri, oleh karena itu pengurangan edema penting dilakukan misalnya
dengan pemberian manitol, kontrol atau pengendalian tekanan darah.
d) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah
e) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
f) Evaluasi status cairan dan elektrolit
g) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvilsan, dan cegah
resiko injuri
h) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan
i) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
j) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks.
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat
b) Program managemen bladder dan bowel
c) Mempertahnkan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan komunikasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang
3) Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume
lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-
peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut.
4) Terapi obat-obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke
a) Stroke iskemia
Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue –
plasminogen)
Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia
jantung atau alfabeta, kaptropil, antagonis kalsium pada pasien
dengan hipertensi
b) Stroke hemoragic
Antihipertensi : kaptropil, antagonis kalsium
Diuretik : manitol 20%, furosemide
Antikonfulsan : fenitoin
b. Sedangkan perawatan umum pasien dengan stroke akut menurut baticaca
( 2008, hlm 63 ) antara lain :
1) Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20°C
2) Pemantauan ( monitoring ) keadaan umum pasien ( EKG, nadi, SaO2,
PO2, PCO2 )
3) Pengukuran suhu tubuh tiap 2 jam
c. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk memulihkan kondisi penderita pasca serangan stroke biasanya akan
dilakukan terapi menurut Wiwit ( 2010, hlm 48 ) & Asmadi ( 2008, hlm
131 ) antara lain :
1) Senam khusus atau ROM ( range of motion )
Senam khusus dilakukan dengan bertujuan untuk mengembalikan fungsi
otot dan saraf. Gerakan-gerakannya yang ringan dan tidak menyakiti bagi
pasien sangat tepat untuk melatih otot yang kaku.
2) Terapi musik
Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan musik setiap
hari, penderita akan mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan
memiliki mood yang lebih baik dibandingkan dengan penderita stroke
yang tidak mendengarkan musik. Selain itu, mendengarkan musik pada
awal pasca stroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan
mencegah munculnya perasaan negatif
3) Terapi A I U E O
A I U E O disini bukanlah suatu singkatan, melainkan huruf vokal dalam
sistem alfabet. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki cara bicara pasien
stroke.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebal berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika
Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Yogyakarta: MediAction
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta. Salemba Medika
Wijaya, Andra. 2013. Keperawatan Medical Bedah Keperawatan Dewasa dan Catatan
Asuhan Keperawatan.Yogyakarta : Nuha Medika