1. Pengertian Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemik atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma). Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu. Stroke terdiri dari 2 jenis yaitu : Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak non traumatic Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. 2. Etiologi Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragic a. Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah keotak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Stroke trombotik : proses terbentuknya trombus yang membuat penggumpalan 2. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah 3. Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. b. Sroke yang desebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragic terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragic ada 2 jenis, yaitu : 1. Hemoragic intraserebral Pendarahan yang terjadi di dalam jaringan otak 2. Hemoragik subaraknoid Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak)
Faktor Resiko Tambahan
a. Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya arteriosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah. b. Kegemukan atau obesitas c. Merokok Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah. d. Riwayat keluarga dengan stroke e. Lanjut usia f. Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak. 3. Patofisiologi Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif). Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. 4. Manifestasi Klinis a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan b. Tiba-tiba hilang rasa peka c. Bicara cedel atau pelo d. Gangguan bicara dan bahasa e. Gangguan penglihatan f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai g. Gangguan daya ingat h. Vertigo i. Kesadaran menurun j. Gangguan fungsi otak 5. Komplikasi a. Hipoksia serebral b. Penurunan darah serebral dan Luasnya area cedera 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara lain adalah: a. Angiografi Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan. b. CT-Scan CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan. c. EEG (Elektro Encephalogram) Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami gangguan. d. Pungsi Lumbal Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan. e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik. f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292). 7. Penatalaksanaan Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan : 1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. 2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi. 3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung. 4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter. 5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan- latihan gerak pasif. 8. Pencegahan Resiko terkena stroke bisa dicegah dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat memicunya. Misalnya apabila anda memiliki penyakit hipertensi, maka tangani dengan menggunakan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dan menjalani gaya hidup sehat yang dianjurkan (mengkonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, tidak merokok dan menghindari narkoba). Selain itu karena stroke hemoragic bisa disebabkan oleh cedera dikepala, maka berhati-hatilah saat melakukan aktivitas baik didalam maupun diluar rumah. Misalnya ketika anda mengendarai sepeda motor, selalu gunakan helm dengan standar yang dianjurkan. Pencegahan stroke ulang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko (modifikasi dan non modifikasi) pengobatan antitrombotik (oral/parenteral dan antikoagulan), statin, trombektomi, angioplasti dan stenting. Pengobatan antitrombotik oral (aspirin, dipiridamol, ticlopidin, clopidogrel, triofusa, cilostazol). Antikoagulan oral (warfarin), parenteral (heparin dan LMWH). Pengobatan statis (simvastatin, atorvastati). Trombektomi yaitu pengangkatan penyumbat aterosklerotik dengan cara operasi dari pembuluh darah karotis operasi dilakukan jika sumbatan 50%. B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis, pekerjaan, alamat, tempat tinggal 2) Riwayat penyakit sekarang Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran 3) Riwayat penyakit dahulu Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien dengan timbulnya kanker kolon 4) Riwayat penyakit keluarga Adalah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya 5) Riwayat psikososial dan spiritual Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. b. Riwayat biopsikososial spiritual 1) Pola nutrisi Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari hari, jenis makanan apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekuensi makanannya 2) Pola eliminasi kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah, atau tidak, keras, lembek, cair? 3) Pola istirahat dsn tidur Kebiasan istirahat tidurberapa jam? Kebiasan sebelum tidur apa saja yang dilakukan? 4) Pola personal hygiene Kebiasan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan atau tidak menyikat gigi 5) Pola aktivitas dan latihan Kegiatan sehari hari, olahraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar kegiatan olahraga, misalnya nmengurusi urusan adat di kampung dan sekitarnya 6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum minuman keras ketergantungan dengan obat obatan (narkoba) 7) Hubungan peran Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetagga, teman teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat? 8) Pola persepsi dan konsep diri Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan dengan keluarga 9) Pola nilai kepercayaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang dianut dan patuh terhadap perintah dan larangannya 10)Pola reproduksi dan seksual Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar. c. Riwayat pengkajian nyeri P: provokasi paliatif Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa memperberat? Apa yang bisa mengurangi? Q: quality quantity Bagaiman gejala dirasakan, sejauh mana gejal dirasakan? R: region radiasi Dimana gejala yang dirasakan? Apakah menyebar? S: skal saverity Seberapa tingkat keparahan dirasakan? Pada skala berapa? T: time Kapan gejala mulai timbul? Seberapa serng gejala dirasakan? Tiaba tiba atau bertahap? Seberapa lama gejala dirasakan? 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan menelan b.d penurunan fungsi nervus vagus atau hilangnya refluks muntah b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus c. Nyeri akut d. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak e. Defisit perawatan diri b.d gejala stroke f. Resiko jatuh b.d perubahan ketajaman penglihatan 3. Intervensi keperawatan a. Gangguan menelan b.d penurunan fungsi nervus vagus atau hilangnya refluks muntah Tujuan : - Pencegahan aspirasi - Status menelan : tindakan pribadi untuk mencegah pengeluaran cairan dan partikel padat kedalam paru - Status menelan : fase esofagus : penyaluran cairan atau partikel padat dari faring ke lambung.
KH : - Dapat mempertahankan makanan dalam mulut - Kemampuan menelan adekuat - Pengiriman bolus ke hipofaring
Intervensi :
- Memantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah, dan
kemampuan menelan - Memonitor status paru, menjaga/mempertahankan jalan napas - Posisi tegak 90 derajat atau sejauh mungkin - Jauhkan manset trakea meningkat - Menyuapkan makanan dalam jumlah kecil - Periksa tabung NG atau gastrostomy sisa sebelum makan b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus Tujuan : - Nutritional status : food and fluid intake - Nutritional status : nutrient intake weight control
KH :
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Intervensi
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe - Berikan informasi tentang kebutuhan pasien c. Nyeri akut Tujuan : - Pain level - Pain control - Comfort level
KH :
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri - Mampu mengenali nyeri - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktorpresipitasi - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau d. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak Tujuan : - joint movement : active - mobility level
KH :
- klien meningkat dalam aktivitas fisik
- mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas - memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah - memperagakan penggunaan alat
intervensi :
- monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan - bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera - kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi - berikan alat bantu jika klien memerlukan - ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan e. Defisit perawatan diri b.d gejala stroke Tujuan : - Activity intolerance - Self care deficit hygiene
KH :
- Perawatan diri mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu - Perawatan diri hygiene : mampu untuk mempertahankan kebersihan dan penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Intervensi :
- Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri - Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan - Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan - Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan hangat, santai, pengalaman pribadi, dan personal - Menjaga kebersihan ritual f. Resiko jatuh b.d perubahan ketajaman penglihatan Tujuan : trauma risk for, injury risk fork KH : - Keseimbangan : kemampuan untuk mempertahankan ekuilibrium - Gerakan terkoordinasi : kemampuan otot untuk bekerja sama secara volunter untuk melakukan gerakan yang bertujuan. - Perilaku pencegahan jatuh : tindakan individu atau pemberi asuhan untuk meminimalkan faktor resiko yang dapat memicu jatuh dilingkungan individu
Intervensi :
- Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik pasien yang dapat
meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu - Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh - Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh (misalnya, lantai yang licin dan tangga terbuka) - Sarankan perubahan dalam gaya berjalan kepada pasien - Menyediakan tempat tidur kasur dengan tepi yang erat DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru,dkk 2009.buku ajar ilmu penyakit dalam,jilid 1,2,3 edisi
keempat.internal publishing,jakarta
T.Heather Herdman,PhD, Rn,Nanda international diagnosis keperawatan definisi
dan klasifikasi 2012-2014.EGC.jakarta
Wilkinson, judith m.2009.buku saku diagnosis keperawatan,edisi 7.EGC:jakarta
Peterson andrew, webster george.management of urethral stricture
disease:developing option for surgical intervention.BJU international.2010;94;971-976
Makalah Sistem Indera Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis 2011 Kata Pengantar Segala Puji Bagi Allah SWT Rabb Seluruh Alam