Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP PENYAKIT)

STROKE

PURI AHC (Arga Holistic Care) Glenmore, Banyuwangi

Oleh:
Anita Fitria

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr.SOEBANDI
JEMBER
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :

Kasus Laporan Pendahuluan/ Asuhan Keperawatan :

Ruang Praktik :

Rumah Sakit/Lahan Praktik :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

………………………………………… ……………………………………........
NIK/NIDN NIK/NIDN
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE

1. Definisi
Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana
ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit
neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama
selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vascular. Menurut Padila (2015) istilah stroke
lebih dikenal daripada Cerebro Vaskuler Accident (CVA), kelainan ini terjadi
pada organ otak. Lebih tepatnya adalah ganguan pembuluh darah otak. Berupa
penurunan kualitas pembuluh darah otak yang menyebabkan angka kematian
yang tinggi. Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum laki-laki dan usianya
umumnya diatas 55 tahun.
2. Etiologi
Penyebab stroke menurut Rendi dan Margareth (2015) :
a) Infark otak (80%)
 Emboli
Emboli kardiogenik, fibrilasi atrium dan aritmia lain, thrombus
mural dan ventrikel kiri, penyakait katub mitral atau aorta,
endokarditis (infeksi atau non infeksi).
 Emboli paradoksal
Emboli arkus aorta, aterotrombotik (penyakit pembuluh darah
sedang-besar), penyakit eksrakanial, arteri karotis interna, arteri
vertebralis.
 Penyakit intracranial
Arteri karotis interna, arteri serebri interna, arteri basilaris,
lakuner (oklusi arteri perforans kecil).
b) Pendarahan intraserebral (15%)
c) Hipertensi, malformasi arteri-vena, angipati amiloid.
d) Pendarahan subaraknoid (5%)
e) Penyebab lain (dapat menimbulkan infark/pendarahan) Trobus sinus
dura, diseksi arteri karotis/vertebralis, vaskulitis sistem saraf pusat,
penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intra cranial yang progresif),
migren, kondisi hiperkoagulasi, penyalahgunaan obat, dan kelainan
hematologist (anemia sel sabit, polisistema, atau leukemia), serta
miksoma atrium.
3. Klasifikasi
Klasifikasi stroke menurut Corwin (2009) adalah :
a) Stroke non hemoragik
 Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah
otak perlahan karena proses arterosklerosis cerebral dan
perlambatan sirkulasi serebral.
 Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi
mendadak akibat abnormalitas patologik pada jantung. Embolus
biasanya menyumbat arteri cerebral tengah atau cabang-cabangnya
yang merusak sirkulasi cerebral.
b) Stroke hemoragik
Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebral dan mungkin
perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak pada daerah otak tertentu. Kejadiannya biasanya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran psien umunya dapat menurun.
4. Patofisiologi
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi


(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, jumlah darah kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala klinis adalah
sebagai berikut:
1. kelumpuhan wajah atau anggota badan (hemiparesis) yang timbul mendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik)
3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma)
1. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan)
2. Disartia (bicara pelo atau cadel)
3. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
4. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
5. vertigo, mual, dan muntah atau nyeri kepala (Arif, 2014).
Perbedaan Stroke Non Haemoragic dan Stroke Hemoragik menurut Misbach
(2018) antara lain:
Gejala Stroke Hemoragik Stroke Non Hemoragik

Saat kejadian Mendadak, Sedang aktivitas Mendadak, saat istirahat


Nyeri kepala Hebat Ringan, sangat ringan
Kejang Ada Tidak ada
Muntah Ada Tidak ada
Adanya tanda Tidak ada Ada
peringatan
Sakit kepala Mulai dari pingsan – koma Tergantung luas daerah
yang terkena
Reflek patologis Ada Tidak ada
Pembengkakan
otak Ada Tidak ada
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologi antara lain:


1. Computerized Tomography Scan: untuk menentukan jenis stroke,
diameter perdarahan, lokasi, dan adanya edema otak.
2. Magnetic Resonance Imaging: Untuk menunjukkan area yang
mengalami perdarahan.
3. Angiografi serebral: Untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisme atau malformasi vascular.
4. Elektroensefalogragi: Untuk dapat menentukan lokasi stroke.
5. Foto thoraks: Untuk dapat memperlihat keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis.elektrokardiogram.

Pemeriksaan laboratorium antara lain:


1. Pungsi lumbal: Untuk mengetahui jenis perdarahan atau warna liquor.
2. Pemeriksaan: darah rutin lengkap dan trombosit
3. Pemeriksaan kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan keratin), masa
protrombin, dan masa tromboplastin parsial: untuk dapat mengetahui
kadar gula darah, apakah terjadi peningkatan dari batas normal atau
tidak. Jika ada Indikasi lekukan test - test berikut ini: kadar alkohol,
fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi (Taufan N, 2011).

8. Diagnosa Banding

Penyebab Stroke dibedakan dalam dua jenis stroke, yaitu: stroke


iskemik dan stroke hemoragik :
1. Stroke iskemik (hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti,
80% stroke iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Stroke trombotik: proses terbentuknya tombus yang membuat
Penggumpalan
2) Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3) Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah keseluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Stroke iskemik juga dapat menyebabkan Subdural hematoma
(Brain Hematoma) atau juga disebut perdarahan subdural adalah
kondisi di mana darah menumpuk di antara 2 lapisan di otak:
lapisan arachnoidal dan lapisan dura atau meningeal. Kondisi ini
dapat menjadi akut terjadi tibatiba, atau kronis muncul dengan
perlahan. Hematoma (kumpulan darah) yang sangat besar atau akut
dapat menyebabkan tekanan tinggi di dalam tengkorak. Akibatnya
dapat terjadi kompresi dan kerusakan pada jaringan otak. Kondisi
ini dapat membahayakan nyawa.
2. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu:
1) Hemoragik intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak
2) Hemoragik subraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yanag menutupi otak (Andra, et all, 2018).
9. Penatalaksaan Farmakologis dan Nonfarmakologis
1. Farmakologis
Berdasarkan guidelines American Stroke Association (ASA), untuk
pengurangan stroke iskemik secara umum ada dua terapi farmakologi yang
direkomendasikan dengan grade A yaitu t-PA dengan onset 3 jam dan
aspirin dengan onset 48 jam (Fagan and Hess, 2008).
1) Aktivator Plasminogen (Tissue Plasminogen Activator/ tPA)
Obat ini dapat melarutkan gumpalan darah yang menyumbat
pembuluh darah, melalui enzim plasmin yang mencerna fibrin
(komponen pembekuan darah). Akan tetapi, obat ini mempunyai
risiko, yaitu perdarahan. Hal ini disebabkan kandungan terlarut tidak
hanya fibrin yang menyumbat pembuluh darah, tetapi juga fibrin
cadangan yang ada dalam pembuluh darah. Selain itu, tPA hanya
bermanfaat jika diberikan sebelum 3 jam dimulainya gejala stroke.
Pasien juga harus menjalani pemeriksaanlain, seperti CT scan MRI,
jumlah trombosit, dan tidak sedang minum obat pembekuan darah
(Wiwit S., 2010).
2) Antiplatelet
The American Heart Association/ American Stroke Association
(AHA/ASA) merekomendasikan pemberian terapi antitrombotik
digunakan sebagai terapi pencegahan stroke iskemik sekunder.
Aspirin,klopidogrel maupun extended-release dipiridamol-aspirin
(ERDP-ASA) merupakan antiplatelet yang direkomendasikan (Fagan
and Hess, 2008).
Berbagai obat antiplatelet, seperti asetosal, sulfinpirazol,
dipiridamol, tiklopidin, dan klopidogrel telah dicoba untuk mencegah
stroke iskemik. Belum ada data penelitian yang merekomendasikan
obat golongan antiplatelet selain dariaspirin. Aspirin merupakan
antiplatelet yang lebih murah, sehingga akan berpengaruh pada tingkat
kepatuhan jangka panjang. Bagi pasien yangtidak tahan terhadap
aspirin karena alergi atau efek samping pada salurancerna yaitu
mengiritasi lambung, dapat direkomendasikan dengan penggunaan
klopidogrel.
Klopidogrel sedikit lebih efektif dibandingkan asetosal dengan
penurunan resiko serangan berulang 7,3% lebih tinggi
dibandingkandengan pemberian asetosal. Kombinasi asetosal dan
klopidogrel tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan resiko
perdarahan dan tidak menunjukkan hasil yang signifikan dengan
pemberian tunggal klopidogrel (Tatro, 2008).
2. Non-farmakologis
1) Perubahan Gaya Hidup Terapeutik
Modifikasi diet, pengendalian berat badan, dan peningkatan
aktivitasfisik merupakan perubahan gaya hidup terapeutik yang
penting untuk semua pasien yang berisiko aterotrombosis. Pada pasien
yang membutuhkan terapi obat untuk hipertensi atau dislipidemia,
obat tersebu tharus diberikan, bukannya digantikan oleh modifikasi
diet dan perubahan gaya hidup lainnya (Goldszmidtet al.,2017). Diet
tinggi buah-buahan sitrus dan sayuran hijau berbunga terbukti
memberikan perlindungan terhadap stroke iskemik pada studi
Framingham dan studi Nurses Health, setiap peningkatan konsumsi
per kali per hari mengurangi risiko stroke iskemik sebesar 6%. Diet
rendah lemak trans dan jenuh serta tinggi lemak omega-3 juga
direkomendasikan.
2) Aktivitas fisik
Inaktivasi fisik meningkatkan risiko penyakit jantung dan
stroke setara dengan merokok, dan lebih dari 70% orang dewasa hanya
melakukan sedikit latihan fisik atau bahkan tidak sama sekali, semua
pasien harus diberitahu untuk melakukan aktivitas aerobik sekitar 30-
45 menit setiap hari (Goldszmidtet al., 2017). Latihan fisik rutin
seperti olahraga dapat meningkatkan metabolism karbohidrat,
sensitivitas insulin dan fungsi kardiovaskular (jantung). Latihan juga
merupakan komponen yang berguna dalam memaksimalkan program
penurunan berat badan, meskipun pengaturan pola makan lebih efektif
dalam menurunkan berat badan dan pengendalian metabolisme.
3) Terapi Bekam
Bekam juga memiliki manfaat bagi tubuh, seperti badan
menjadi lebih sehat, juga tidur menjadi nyenyak. Tindakan
pembekaman akan diikuti juga dengan keluarnya beberapa zat
berbahaya. Bekam menjadikan mikrosirkulasi pembuluh darah
sehingga timbul efek relaksasi pada otot. Efeknya memberikan rasa
nyaman dan lebih rileks. Kelebihan dari bekam adalah tidak memiliki
efek samping. Telah dilaporkan bahwa 59% pasien memilih
pengobatan alternatif (CAM) dikarenakan efek samping obat medis;
28% melaporkan bahwa CAM terbukti bermanfaat, membantu proses
penyembuhan. Pengguna CAM merasa aman atau sedikit efek
samping dibandingkan pengobatan medis (Meilani, E., dkk, 2020).
4) Terapi Akupuntur
Manfaat terapi akupuntur untuk membuka pembuluh darah dan
memperbaiki aliran darah. Akupunur dapat memfasilitasi perbaikan
sistem segmental sel saraf yang masih hidup untuk menemukan jalan
baru, efektif, spinal,, lokal, regenerasi saraf, membantu sel melewati
bagian yang rusak dari otak sehingga terjadi perbaikan kondisi tubuh
pada pasien stroke yang ditandai dengan peningkatan mobilitas fisik
(Fikriyah, dkk, 2020).
10. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2019) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
1. Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan
embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri
yang mengalirkan darah ke paru.
2. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat,
sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka
akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
3. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumoni.
4. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
5. Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi
emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh

11. Proses Keperawatan


1) Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomorregister, diagnose medis.
2) Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidakdapat berkomunikasi.
3) Riwayat Penyakit Saat Ini
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saatklien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkankejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguanfungsi otak yang lain
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayattrauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin,vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetesmilitus
6) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkanperawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, danperilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga pentinguntuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya danperubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons ataupengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun
dalammasyarakat.
7) Pemeriksaan Saraf Kranial
a) Saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II, hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal.
c) Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
d) Saraf VI, pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada
otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
e) Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris.
f) Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g) Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
h) Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi, indra pengecapan normal.
8) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa,lobus frontal, dan hemisfer.
9) Pemeriksaan BE-FAST
a) BALANCE (Keseimbangan) – Perhatikan bila seseorang tiba-tiba
kesulitan berjalan dan kehilangan keseimbangan. Apakah orang
tersebut condong ke satu sisi atau terhuyung ketika berjalan?
b) EYE (Mata) – Tanyakan kepada orang tersebut apakah ada
kehilangan penglihatan tiba-tiba di satu atau kedua mata? Penglihatan
ganda pun akan tetap muncul (tidak hilang) meski orang tersebut
mengedipkan mata.
c) FACE (Wajah) – Wajah bisa mengalami lumpuh sebelah, dapat
diamati dan terlihat ketika tersenyum sudut bibir hanya mengangkat
sebelah atau mata terlihat terkulai. Bedakan ini dengan lumpuh wajah
sebelah.
d) ARMS (Lengan) – Seseorang yang mengidap stroke dicurigai ketika
tidak mampu mengangkat salah satu atau kedua lengannya karena
lemah, disamping itu lengan juga bisa mengalami hilang rasa, bisa
juga mengalami kesemutan.
e) SPEECH (Bicara) – Bicara cadel atau pelo, bahkan tidak dapat
berbicara sama sekali meski terlihat sadar.
f) TIME (Waktu) - Sangat penting untuk kamu selalu ingat tanda-tanda
stroke di atas, terlebih lagi apabila saat ini kamu hidup bersama atau
sedang merawat seseorang yang berisiko tinggi, jika kamu melihat 3
gejala tersebut, bawalah pengidap stroke tersebut ke rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan penanganan.
10) Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Dasar (TTV Dasar)
2. Pemeriksaan kekuatan otot
0 : Tidak ada kontraksi otot
1 : Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan nyata
2 : Pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki
3 : Mampu angkat tangan, tidak mampu menahan gravitasi
4 : Tidak mampu menahan tangan pemeriksa
5 : Kekuatan penuh
3. Pemeriksaan Mukuluskeletal
Inspeksi : bentuk vertebrae, kesimetrisan tulang, pergerakan otot
tidak disadari, ROM, simetrisitas otot
Palpasi : edema ekstremitas, kekuatan otot

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul menurut adalah berikut ini :
1. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Gangguan Neuromuskular (D.0054)
2. Defisit Perawatan Diri b.d Gangguan Neuromuskular (D.0109)
3. Resiko Jatuh b.d Penurunan Tingkat Kesadaran (D.0143)
3) Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI


1. Gangguan Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi (1.06171)
Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d Gangguan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Neuromuskula mobilitas fisik meningkat keluhan fisik lainnya
r (D.0054) dengan kriteria hasil : 2. Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
indikator SA ST Terapeutik
Pergerakan 1 5 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
Ekstremitas dengan alat bantu (mis.
Kekuatan Otot 1 5 Tongkat, kruk)
Rentang Gerak 1 5 2. Libatkan keluarga untuk
(ROM) membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi
dini

2. Defisit Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri


Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan (1.11348)
b.d Gangguan keperawatan diharapkan Observasi
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
Neuromuskula defisit perawatan diri dapat
perawatan diri sesuai usia
r (D.0109) teratasi dengan kriteria hasil
2. Monitor tingkat kemandirian
:
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
Indikator SA ST
terapeutik (mis. Suasana
Kemampuan 1 5
hangat rileks, privasi)
mandi
2. Dampingi dalam melakukan
Kemampuan 1 5 perawatan diri sampai mandiri
mengenakan Edukasi
pakaian 1. Anjurkan melakukan
Verbalisasi 1 5 perawatan diri secara konsisten
keinginan
melakukan sesuai kemampuan
perawatan diri

3. Resiko Jatuh Tingkat Jatuh (L.14138) Pencegahan Jatuh (1.14540)


b.d Penurunan Setelah dilakukan asuhan Observasi
Tingkat keperawatan, maka 1. Identifikasi faktor risiko jatuh
Kesadaran diharapkan risiko jatuh 2. Identifikasi faktor lingkungan
(D.0143) dapat teratasi, dengan yang meningkatkan resiko
kriteria hasil: jatuh
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada
indikator SA ST
pasien dan keluarga
Jatuh dari 1 5
2. Pastikan roda tempat tidur dan
tempat tidur
kursi roda selalu dalam
Jatuh saat 1 5
keadaan terkunci
berdiri
Edukasi
Jatuh saat 1 5 1. Anjurkan memanggil perawat
duduk jika membutuhkan bantuan
Jatuh saat 1 5 untuk berpindah
berjalan 2. Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
DAFTAR PUSTAKA

Andra, et all. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:Nuha Medika.


Arif. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aescuapalius
Fikriyah, dkk. (2020) ‘Pengaruh Terapi Akupuntur Terhadap Mobilitas Fisik Pada
Pasien Stroke Di Klinik Akupuntur Dan Herbal Bina Sejahtera Jember’, pp.
1–13. Available at: http://fikes.unmuhjember.ac.id.
Junaidi, I. (2018). Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: PT.Andi
Meilani, E., dkk. (2020) ‘Pengalaman Pasien Stroke Menggunakan Terapi Bekam’,
Proceeding Seminar Nasional Keperawatan, 6(1), pp. 130–134.
Misbach,J. (2018). Pandangan Umum Mengenai Stroke. Dalam : Rasyid,A.; dan
Soertidewi,L.; (Ed). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif.
Hal 1-9.Jakarta: Balai Penerbit Universitas Indonesia
Nurarif, et all. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction jogja.
Price, et all. (2015). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6.EGC, Jakarta
Pudiastuti, R.D. (2019). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi III. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi II. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi II. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai