Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KRITIS

STROKE NON HEMORAGIK

Disusun oleh

Ria Fadhla

NIM.P27220018074

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURAKARTA

2021
A. Konsep Medis Stroke
1. Pengertian

Stroke adalah gangguan perderahan darah otak yang menyebabkan


deficit nueorologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemorogi
sirkulasi saraf otak (sudoyo Aru). Istilah stroke biasanya digunakan
seacara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. (Nuratif dan
Kusuma, 2015).
Stroke didefisinikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf
yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredarahan
darah otak.Stroke terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak.
Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguam fungsi otak ini
akan menimbulkan gejala stroke (Pinzon Rizaldy & Asanti Laksmi,
2010).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa stroke merupakan gangguan perdaerahan otak yang terjadi
secara mendadak dan biasanya disebabkan oleh gangguan peredarah
darah di otak.
2. Klasifikasi
Menurut Indrawati, dkk. (2016), mekanisme stroke dibagi menjadi
dua kategori yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik atau
stroke iskemik.
a. Stroke hemoragik
Stroke yang disebabkan karena adanya perdarahan akibat
bocor atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Aneurisma atau
pembengkakan pembuluh darah di otak.Aneuarisme atau
pembengkakan pembuluh darah adalah salah satu penyebab yang
umum dialami penderita stroke hemoragik. Seiring bertambahnya
usia, maka ada satu beberapa bagian dari dinding pembuluh darah
yang lemah bisa mengakibatkan pembuluh darah tersebut pecah.
Selain usia, faktor yang berisiko untuk terjadinya stroke hemoragik
adalah faktor keturunan dan secara umum terjadi karena penderita
memiliki tekanan darah yang tinggi atau hipertensi.
Hipertensi kronis yang diderita pasien juga dapat
menyebabkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis (radang pada pembuluh darah) atau nekrosis
fibrinoid (nekrosis/kematian sel karena kerusakan pembuluh darah
yang termediasi imun). Selain mengakibatkan gangguan aliran
darah ke bagian otak, pecahnya pembuluh darah arteri juga akan
menekan otak dan menyebabkan jaringan otak membengkak. Ada
dua jenis stroke hemoragik antara lain :
1) Perdarahan intraserbral yang merupakan jenis paling umum
dari stroke hemoragik. Hal ini terjadi saat arteri di otak pecah
dan membanjiri jaringan sekitarnya dengan darah, pendarahan
yang sering dijumpai berada didaerah putamen, thalamus,
subkrotikel, nucleus, kaudatus, dan cerebellum.
2) Pendarahan subarachnoid adalah perdarahan di daerah antara
lapisan dalam (piameter) dan lapisan tengah (aracnoid mater)
dan jaringan tipis pelindung otak (meninges).
b. Stroke non hemoragik
Terjadi karena pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini
disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolestrol pada
dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak.
Stroke iskemik dbagi menjadi 3 jenis yaitu : (1) stroke
trombotik (proses terbentuknya thrombus hingga menjadi
gumpalan); (2) stroke embolik (tertutupnya pembuluh arteri oleh
bekuan darah); (3) hipoperfusion sistemik (aliran darah ke seluruh
bagian tubuh berkurang karena adanya gangguan denyut jantung).
c. Etiologi
Menurut Adam dan Victor (2013), penyebab kelainan pembuluh
darah otak yang dapat mengakibatkan stroke, antara lain :
1) Trombosis aterosklerosis
2) Transient iskemik
3) Emboli
4) Perdarahan hipertensi
5) Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
6) Arteritis
7) Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus
paranasal, dan wajah.
8) Kelaianan hematologi : antikoagulan dan thrombolitik,
kelainan faktor pembekuan darah, polisitemia, sickle cell
disease, trombotik trombositopenia purpura, trombositosis,
limpoma intravaskular.
9) Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
10) Angiopati amiloid
11) Kerusakan aneurisma aorta
12) Komplikasi angiografi
d. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), terdapat beberapa
manifestasi klinis yang seringkali ditemukan pada pasien dengan
stroke. Manifestasi tersebut antara lain :
1) Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh
badan
2) Tiba – tiba hilangnya rasa peka
3) Bicara cedal atau pelo
4) Gangguan bicara dan bahasa
5) Gangguan pengelihatan
6) Mulut moncong atau tidak simetris ketika menyeringai
7) Gangguan daya ingat
8) Nyeri kepala hebat
9) Vertigo
10) Kesadaran menurun
11) Proses kencing terganggu
e. Faktor risiko
Menurut Safitri (2016), banyak faktor yang dapat
meningkatkan risiko stroke. Beberapa faktor juga dapat
meningkatkan kemungkinan anda terkena serangan jantung. Faktor
resiko stroke antara lain :
1) Faktor Resiko Gaya Hidup

a) Kelebihan berat badan dan obesitas


b) Aktivitas fisik
c) Konsumsi alkohol
d) Pengguanaan obat – obatan terlarang, seperti kokain dan
methamphetamine
2) Faktor Resiko Medis
a) Tekanan darah tinggi. Risiko stroke meningkat jika tekanan
darah lebih tinggi dari 120 / 80 mmHg
b) Merokok atau menjadi perokok pasif
c) Kolestrol tinggi
d) Diabetes
e) Sllep apnea atau gangguan tidur
f) Penyakit kardiovaskuler
3) Faktor –Faktor Lain :
a) Riwayat keluarga stroke, serangan jantung atau TIA
b) Berusia 55 ke atas
c) Suku bangsa. Orang afrika – amerika memiliki risiko lebih
tinggi terkena stroke dari pada ras lain.
d) Jenis kelamin. Pria memiliki risiko stroke lebih tinggi dari
pada wanita, namun wanita lebih mungkin untuk meninggal
karena stroke dari pada pria. wanita juga memiliki risiko
terkena stroke dari penggunaan pil KB atau terapi hormone,
serta dari kehamilan dan persalinan

f. Patofisiologi
1) Patofisiologi Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi karena berkurangnya aliran darah ke
otak atau bagian otak sehingga terjadi kekurangan oksigen dan
glukosa serta zat-zat lain yang penting dan diperlukan untuk
kehidupan sel-sel, otak dan pembuangan CO2 dan asam laktat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak,
antara lain:

a) Keadaan pembuluh darah dapat menyempit akibat


aterosklerosis atau tersumbat oleh thrombus atau embolus
b) Keadaan darah : viskositas darah yang meningkat dan
hematokrit yang meningkat menyebabkan aliran darah ke
otak lebih lambat, anemia yang berat menyebabkan
oksigenasi otak menurun
c) Tekanan darah sistematik memgang peranan terhadap
tekanan perfusi otak
d) Kelainan jantung menyebbakan menurunnya curah jantung
serta lepasnya embolus yang menimbulkan iskemai otak.
Sebagai akibat dari menurunnya aliran darah ke sebagian
otak tertentu, maka akan terjadi seragkaian proses patologik
pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai ditingkat selular,
berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan
kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan
sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron.
2) Patofisiologi Stroke Hemoragik
a) Patofisiologi Perdarahan Intraserebral
Penyebab perdarahan intraserebral dapat bersifat
primer akibat hipertensi kronik dan sekunder akibat
anomaly vaskuler congenital, koagulopati, tumor otak,
vaskulitis, post stroke iskemik dan penggunaan obat anti
koagulan.
b) Patofisiologi perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid jumlahnya realtif kecil
yaitu sekitar 4,2%. Perdarahan subarachnoid terjadi karena
pecahnya anuerisme sakuler 80% kasus perdarahan
subarachnoid non traumatic. Anuerisme sakuler merupakan
proses degenerasi vaskler akibat didapat proses
hemodinamika pada bifurcation pembuluh arteri otak
terutama di daerah sirkulus willisi. Darah masuk ke
subarachnoid pada sebagian besar kasus menyebabkan sakit
kepala hebat diikuti penurunan kesadaran dan rangsangan
meningeal.
g. Pathways
h. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muttaqin (2008), terdapat beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat mempertegas diagnosa stroke. Pemeriksaan
tersebut antara lain :
1) Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti pendarahan arteriovena atau adanya rupture dan
untuk mencari perdarahan seperti aneurisma malformasi
vaskuler
2) Lumbal pungsi, CT scan , EEG,Magnetic Imaging Resnance
(MRI)
3) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah system karotis).
i. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis pada pasien stroke menurut Smeltzer &
Bare (2010) adalah sebagai berikut :
a) Diueretik untuk menurunkan edema serebral yang
mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
serebral.
b) Antikogulan untuk mencegah terjadihnya thrombosis
embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskuler.
c) Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
2) Penatalaksanaan pada pasien stroke menurut Wijaya & Putri
(2013) terbagi atas penatalaksanaan umum dan
penatalaksanaan medis.
a) Penatalaksanaan umum
 Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral
dekubitus bila disertai muntah. Boleh dimulai
mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.
 Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat
bila perlu berikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil
gas darah.
 Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan
kateter.
 Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal.
 Suhu tubuh harus dipertahankan.
 Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi
menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau
pasien yang kesadaran menurun dianjurkan pasang
NGT.
 Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada
kontraindikasi.
b) Penatalaksanaan medis
 Trombolitik (streptokinase).
- Anti platelet (asetosol, ticlopidin, cilostazol,
dipiridamol).
- Antikoagulan (heparin).
- Hemorrhage (pentoxyfilin).
- Antagonis serotonin (noftidrofurly).
- Antagonis calsium (nomodipin, piracetam).
 Penatalaksanaan khusus atau komplikasi
- Atasi kejang (antikonvulsan).
- Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitol,
gliserol, furosemid, intubasi, steroid dll).
- Atasi dekompresi (kraniotomi).
- Untuk penatalaksanaan faktor resiko : atasi hipertensi
(anti hipertensi), atasi hiperglikemia (anti
hiperglikemia), atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
 Penatalaksanaan faktor risiko
Atasi hipertensi (anti hipertensi), atasi hiperglikemia
(anti hiperglikemia), atasi hiperurisemia (anti
hiperurisemia)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi: kadang
penurunan kesadaran, gangguan pernafasan, disertai kelumpuhan
dan keluhan sakit kepala bila masih sadar.
c. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya mengalami gejala kelumpuhan separuh badan dan
kadang mungkin mengalami penurunan kesadaran sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive,
gangguan pernafasan dan koma.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
mellitus.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang
pernah mengalami stroke . Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi, diabetes mellitus.
d. Pengkajian keperawatan kritis
(1) Sistem pernapasan
Sistem pernafasan pasien stroke non hemoragik berkaitan
dengan kebutuhan oksigen berhubungan dengan pola
pernafasan . Pola pernapasan biasanya berkaitan dengan cedera
neurologis. Pernapasan ronchi , mengorok juga dapat
menunjukkan jalan napas yang terobstruksi sebagian.
Pernafasan cepat – dangkal bergantian dengan periode apnea)
sering kali terlihat pada penyakit neurologis. Hipoventilasi
setelah trauma serebral dapat menyebabkan asidosis
pernapasan. Ketika karbondioksida darah meningkat dan
oksigen darah berkurang, hipoksia serebral dan edema dapat
menyebabkan cedera otak sekunder, sehingga memperluas
jumlah kerusakan. Hiperventilasi setelah trauma serebral
menyebabkan alkalosis respiratorik (Hudak dan Gallo, 2014).
Pada inspeksi didapatkan pasien batuk, sesak nafas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan, adakah nyeri, kadang dengan penurunan tingkat
kesadaran. Pada pasien stroke non hemoragik jalan nafasnya
stabil kecuali pada infark batang otak atau kejang yang
berulang kepatenan jalan napas terganggu biasanya didapatkan
peningkatan produksi sputum. Usaha kita adalah memelihara
oksigen yang adekuat terutama pada pasien dengan gangguan
kesadaran. Untuk menghindari sumbatan jalan nafas pada
pasien bisa dilakukan suction atau batuk efektif.
3) Sistem kardiovaskuler
Pasien stroke non hemoragik terjadi penurunan sirkulasi
darah ke otak yang dapat menggganggu metabolisme tubuh
yang disebabkan adanya edema serebral, thrombus atau infark
pada pembuluh arteri. Pada inspeksi tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan terjadi hipertensi (tekanan darah>200
mmHg), periksa adanya ictus cordis, apakah ada nyeri tekan,
palpasi nadi bandingkan dengan yang lainnya. Perkusi batas
jantung untuk mengidentifikasi perubahan kepekaan.
Auskultasi 5 daerah jantung dengan diafragma, evaluasi adanya
murmur.
4) Sistem neurologi
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Kaji adanya keluhan sakit
kepala hebat. Periksa adanya pupil unilateral, observasi tingkat
kesadaran.
5) Sistem endokrin
Perhatikan adanya gigantisme. Perhatikan ukuran leher, adanya
nyeri tekan. Auskultasi tiroid normalnya tidak ada bunyi
desiran.
6) Sistem perkemihan
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermitan dengan teknil steril. Inkontinensia urine
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
7) Sistem gastrointestinal
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
8) Sistem muskuloskeletal
Stroke adalah penyakit yang mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor
atas menyilang, gangguan kontrol motorik volunter pada salah
satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi
motorik paling umum adalah hemiplegia (paralis pada salah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda
lain. Kekuatan otot.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau
riwayat operasi.
2) Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan
nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat
bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar bola mata
(nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata
kelateral (nervus VI).
3) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada
nervus olfaktorius (nervus I).
4) Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan
nervus vagus, adanya kesulitan dalam menelan.
5) Thorax
 Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding
dada
- Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : ronchi
 Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi: Suara jantung I dan II murmur atau gallop.
6) Abdomen
- Inspeksi : Bentuk simetris, permukaan datar
- Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
- Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
- Palpasi : Tidak ada massa/benjolan
7) Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya
ditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase, mengalami
kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran
kekuatan otot, normal : 5
Menurut Muttaqin (2008), pada pasien stroke
biasanya akan terjadi penurunan kekuatan otot. Penurunan
ini dapat di lihat dengan pemeriksaan tonus otot.
- Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
- Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada
gerakan pada sendi.
- Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan gravitasi.
- Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tekanan pemeriksaan.
- Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan
tetapi kekuatanya berkurang.
- Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan
dengan kekuatan penuh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
aliran darah ke otak
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus
berlebihan
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis
(misalnya: tumor otak, penurunan sirkulasi ke otak, sistem
muskuluskoletal melemah).
f. Resiko integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (misalnya
daya gesek, tekanan imobiltas fisik)

3. Intervensi Keperawatan
N Diagnos Tujuan dan Intervensi Rasional
o a Kriteria Hasil
1 Bersihan Setelah a. Monitor pola nafas 1) Untuk
jalan dilakukan (frekuensi, memantau
nafas tindakan kedalaman, usaha abnormalitas
tidak keperawatan nafas) pola nafas
efektif selama 3 x 24 b. Monitor bunyi nafas pasien
b.d jam di tambahan 2) Untuk
disfungsi harapkan c. Monitor sputum memonitor
neuromu klien mampu d. posisikan semi- abnormalitas
skular meningkatkan fowler atau fowler bunyi nafas
dan e. lakukan penghisapan pasien
memepertahan lendir kurang dari 15 3) untuk
kan detik mengetahui
keefektifan f. berikan oksigen adanya
jalan nafas g. kolaborasi akumulasi
dengan criteria pemberian sputum
hasil: bronkhodilator, 4) untuk
ekspektoran, atau memberikan
a. Frekuensi mukolitik posisi yang
pernafasan nyaman pada
dalam pasien untuk
batas bernafas
normal 5) untuk
(12-20 mengeluarkan
x/menit) akumulasi
b. Akumulasi sputum
sputum 6) menjaga
menurun oksigenasi
c. Irama tetap adekuat
pernafasan 7) Untuk
vesikuler melonggarkan
pernafasan
klien

2 Perubaha Setelah a. identifikasi a. Untuk


n perfusi dilakukan penyebab mengetahui
jaringan tindakan peningkatan TIK TTV klien
b.d keperawatan b. monitor tanda/gejala b. Agar pasien
penuruna selamu 3x peningkatan TIK nyaman
n aliran 24 jam c. monitor MAP c. Untuk
darah ke diharapkan d. monitor status menghindari
otak klien pernafasan terjadinya
perubahan e. posisikan semi perdarahan di
perfusi fowler otak
jaringan dapat f. cegah kejang d. Agar TD klien
diatasi dengan g. kolaborasi turun
kriteria hasil : pemberian sedasi
a. Pasien dan anti konvulsan,
tidak bila perlu
mengeluh h. kolaborasi
nyeri pemberian diuretik
kepala osmosis
b. pasien
tidak
gelisah
c. Refleks
saraf
terggangu
mengalami
peningkata
n
d. Tekanan
darah
dalam
batas
normal
(90/60
mmHg-
120/80
mmHg)
3 Hambata Setelah di a. Kaji kekuatan otot a. Untuk
n lakukan mengetahui
mobilitas tindakan kekuatan otot
fisik b.d keperawatan b. Ajarkan klien Room klien
ganggua selama 3 x 24 pasif b. Agar ototnya
n ne jam mobilitas c. Instrusikan klien tidak kaku
uromusk fisik teratasi, mengenai c. Agar posisi
ular dengan kriteria pemindahan dan klien nyaman
hasil : teknik ambulasi
a. pasien yang aman d. Mempertahank
mampu d. Konsultasikan pada an mobilitas
turut ahli terapi fisik sendi
berpatsipas mengenai rencana e. Agar keluarga
i dalam ambulasi, sesuai bisa merawat
mobilitas kebutuhan klien secara
dini e. Libatkan keluarga mandiri
b. Kekuatan dalam mobilitas fisik
tubuh klien
bagian atas
meningkat
c. Kekuatan
tubuh
bagian
bawah
meningkat
d. Tekanan
darah
dalam
batas
normal
(90/60
mmHg-
120/80
mmHg)
4 Defisit Setelah di a. Monitor integritas a. Untuk
perawata lakukan kulit klien mengetahui
n diri b.d tindakan b. Letakan handuk, kulit klien
ganggua keperawatan sabun, deodoran, b. Agar kulit
n selama 3 x 24 alat bercukur, dan tetap lembab
neuromu jam terjadi asesoris lain yang c. Agar tidak
skular prilaku diperlukan disisi terjadi
peningkatan tempat tidur atau integritas kulit
perawatan diri kamar mandi d. Agar klien
dengan kriteria c. Jaga ritual dapat merawat
hasil : kebersihan diri secara
a. klien d. Berikan bantuan mandiri
menunjuka sampai klien benar-
n benar mampu
perubahan merawat diri secara
gaya hidup mandiri
untuk
kebutuhan
merawat
diri.
b. klien
mampu
melakukan
aktivitas
perawatan
diri sesuai
dengan
tingkat
kemampua
n.
c. Mempertah
ankan
kebersihan
mulut
d. Mempertah
ankan
kebersihan
tubuh

5 Hambata Setelah di a. Monitor klien terkait a. Untuk


n lakukan dengan perasaan mengetahui
komunik tindakan frustasi, kemerahan, hanbatan
asi keperawatan depresi atau respon – komunikasi
verbal selama 3 x 24 respon lain verbal klien
b.d jam Hambatan disebabkan karena b. Untuk melatih
Ganggua komunikasi adanya gangguan bicara pasien
n verbal teratasi kemampuan c. Agar keluarga
fisiologis dengan kriteria berbicara dapat melatih
(mis :hasil : b. Instrusikan klien klien
tumor a. Klien untuk berbicara d. Agar klien bisa
otak, berbicara pelan bicara dengan
penuruna dengan c. Instrusikan klien lancer
n jelas atau keluarga untuk
sirkulasi b. Klien menggunakan proses
ke otak, memastika kognitif, anatomis,
sistem n bahwa dan fisiologi, yang
musculo informasi terlibat dalam
skeletal dipahami kemampuan
melemah c. Metode berbicara
) komunikas d. Sediakan metode
i alternatif alternative untuk
digunakan berkomunikasi
jika dengan berbicara
dibutuhkan ( misalnya menulis
dimeja,
menggunakan kartu
kedipan mata, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf,
tanda dengan tangan
atau postur, dan
menggunakan
computer)
6 Resiko Setelah di a. Monitor penggunaan a. Agar
kerusaka lakukan alat bantu misal mencegah
n tindakan (kruk, kursi roda) terjadinya
integritas keperawatan b. Jelaskan pada klien resiko intgritas
kulit b.d selama 3 x 24 dan keluarga kulit
faktor jam resiko manfaat dan tujuan b. Untuk melatih
mekanik kerusakan melakukan latihan otot klien
(misalny integritas kulit sendi c. Agar Otot
a daya teratasi dengan c. Konsultasikan klien tidak
gesek, kriteria hasil : kepada ahli terapi kaku
tekanan, a. Tidak fisik mengenai
imobilita terdapat rencana ambulasi,
s f isik) luka pada sesuai kebutuhan
daerah
penekanan
b. Tidak
menunjuka
n adanya
kelainan
pada
kekuatan
otot
c. Tidak
menunjuka
n adanya
kelainan
pada
persendian

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Rio Nurdiansyah. 2013. Penyebab Mortalitas Pada Pasien Stroke Fase
Akut di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011-Desember 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37942/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 1 April 2021.

Dosen keperawatan Medikal bedah Indonesia. 2016. Rencana Asuhan


Keperawatan Medikal – Bedah : Diagnosa NANDA – 12015 Intervensi NIC
hasil NOC. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan:


Definisi Dan klasifikasi 2015 – 2017. Jakarta : EGC

Simangunsong, Dedy Kristofer. 2011. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita


Stroke di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30235/3/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 1 April 2021.
Stroke Association. 2010. Converging Risk Factors. 10 September 2016.
www.strokeassosiation.org diakses pada tanggal 1 April 2021.

WHO. 2010. Fact Sheet: The Top Ten Causes of Death. 12 September 2016.
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf diakses pada tanggal 2
April 2021.

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai