Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PEDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH MEDIS

CHRONIC KIDNEY DISEASE DI PRAKTEK KEPERAWATAN


MANDIRI LUMAJANG
(KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT)

Nama : Dinda Noor Faizzah

NIM : 23101032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1.1 Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2016).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan ( Wartonah & Tartowo, 2017).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500l/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan
dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.(Koizer & dkk,2016).

1.2 Kebutuhan Fisiologis


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu (Wartonah &
Tartowo, 2017):
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh (Abdul H, 2018). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan
tubuh (total body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS
25 liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan
intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES
menyusun sekitar 20% berat tubuh. CES terdiri dari tiga kelompok yaitu
(Abdul H, 2018):
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu :
anion dan kation.
1.3 Faktor yang mempengaruhi
Menurut Tarwoto & Wartonah (2017), faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan eleketrolit adalah sebagai berikut
:
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme dan berat
badan. Anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibandingkan usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan angguan fungsi ginjal atau
jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stres dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme`ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit misalnya:
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL
b. Penyakit ginjal dan kariovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan ellektrolit tubuh
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri
6. Tindakan medis
Banyak tindakan medis dan berpengaruh pada kesimbangan cairan
pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik, laksative dapat berpengaruh
pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tub uh karena kehilangan
darah selama pembedahan
1.4. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala dari hipovolemia SDKI (2016) adalah sebagai berikut :
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan darah menurun
d. Tekanan nadi menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urin menurun

Tanda dan gejala dari hipervolemia SDKI (2016) adalah sebagai berikut :

a. Edema anasarka atau edema perifer


b. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c. Refleks hepatojugular positif
d. Distensi vena jugularis
e. Hepatomegali
f. Kadar hb/ht turun
g. Oliguria
h. Balance cairan positif

1.5 Patofisiologi
Patofisiologi syok hipovolemik terjadi akibat kegagalan perfusi jaringan
sebagai imbas dari kehilangan volume cairan dalam jumlah besar yang tidak
mampu ditangani melalui mekanisme kompensasi tubuh. Beberapa perubahan
hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah penurunan
kardiak output, penurunan tekanan darah, peningkatan resistensi vaskular
sistemik, dan penurunan tekanan vena sentra. Abdul.H. (2018).
Patofisiologi hipervolemia terjadi bila natrium dan air tertahan dengan
proporsi yang kira kira sama. Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang
berlebihan pada hipervolemia maka cairan akan berpindah ke kompartemen
cairan interstisial sehingga menyebabkan edema. Edema adalah penumpukan
cairan interstisial yang berlebihan. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum.

1.6 Pemerikaan penunjang


a. Tes darah dapat mengukur kadar elektrolit dalam tubuh. Dan memeriksa
fungsi jantung
b. Jika gangguan elektrolit disebabkan oleh jumlah natrium yang terlalu
tinggi (hipernatremia) dilakukan melakukan tes cubit untuk mendeteksi
dehidrasi.
c. dapat menguji refleks, karena kadar elektrolit yang meningkat dan
berkurang dapat memengaruhi refleks tubuh kita.
d. Tes urin untuk mengukur kadar pada beberapa jenis elektrolit seperti
kalsium ,klorida ,potassiumdan sodium.
1.7 Komplikaasi
Hipovolemia dapat menimbulkan beragam komplikasi, Abdul.H. (2018)
a) Kegagalan berbagai fungsi organ tubuh berupa gagal ginjal,
b) Kerusakan otak, ( kejang, koma pembengkakan otak atau edema serebri )
c) Kematian jaringan tubuh (gangren),
d) Gagal jantung,
e) Kematian
f) Demam
1.8 Penatalaksanaan medis dan keperawatan atau farmakologi
a. Memberian cairan infus yang mengandung klorida untuk mengembalikan
cairan tubuh dan kadar elektrolit yang menurun.
b. Pemberian obat obatan melalui vena untuk meningkatkan kadar elektrolit
daalam darah seperti kalsium atau kalium.
c. Pemberian obat obatan atau suplemen untuk mengatasi gangguan elektrolit
yang bersifat kronis
1.9 Konsep Keperawatan
1.9.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan dan elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat
mengganggu status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan
penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam
masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat
badan:
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan,
dan tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental: termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik,
tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan
saturasi O2. Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 –
100 mmHg; HCO3-: 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2
adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95
– 98 %) dan vena (60 – 85 %).
1.10 Masalah/Diagnosa Cairan dan Elektrolit
a. Berat badan lebih (D.0018)
b. Defisit nutrisi (D.0019)
c. Diare (D.0020)
d. Disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0021)
e. Hipervolemia (D.0022)
f. Hipovolemia (D.0023)
g. Ikterik neonatus (D.0024)
h. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan (D.0025)
i. Kesiapan peningkatan nutrisi (D.0026)
j. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)
k. Menyusui efektif (D.0028)
l. Menyusui tidak efektif (D.0029)
m. Obesitas (D.0030)
n. Risiko berat badan lebih (D.0031)
o. Risiko defisit nutrisi (D.0032)
p. Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0033)
q. Risiko hipovolemia (D.0034)
r. Risiko ikterik neonatus (D.0035)
s. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
t. Risiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
u. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0038)
v. Risiko syok (D.0039)
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1. Risiko Tujuan : Manajemen
ketidakseimba Setelah dilakukan tidakan
cairan
ngan cairan keperawatan selama 1 x 24 jam,
( D.0037) kekurangan volume cairan teratasi (1.03098)
O:
Keseimbangan cairan ( L.03020)
- Monitor status
hidrasi
Kritera hasil :
- Monitor berat
Indikator SA ST
badan sebelum
Membran 1 4 dan sesudah
mukosa dianalisis
lembap - Monitor hasil
Edema 1 4 pemeriksaan
Turgor 1 4 laboratorium
kulit
Keterangan T:
1. Menurun/meningkat/memb - Catat intake
uruk
2. Cukup menurun/cukup output dan hitung
meningkat/cukup balanns cairan 24
memburuk
3. Sedang jam
4. Cukup meningkat/cukup - Berikan asupan
menurun/cukup membaik
5. Meningkat/menurun/memb cairan sesuai
aik kebutuhan
- Berikan Teknik
non farmakologis
(akupuntur)
K:
- Kolaborasi
dengan terapis
akupuntur
- Kolaborasi
pemberian
diuretik , jika
perlu
2. Hipervolemia Setelah dilakukan tidakan Manajemen
(D.0022) keperawatan selama 1 x 24 jam, hipervolemi
kekurangan volume cairan teratasi (I.03114)

keseimbangan cairan (I.5020) O:


Kriteria hasil:  Pemeriksaan tanda
Indicator S.A S.T dan gejala
Asupan 4 2 hypervolemia
cairan (edema dan
Dehidrasi 4 1 dyspnea)
Mata 3 2  Monitor TTV(
cekung frekuensi nadi dan
tekanan darah )
Keterangan :  monitor intake dan
1. Meningkat output cairan
2. Cukup meningkat
3. Sedang T:
4. Cukup menurun  Timbang berat
5. Menurun badan setiap hari
pada waktu yang
sama
 Batasi asupan
cairan dan garam
 Tinggikan tempat
tidur 30- 40
derajat .

E:
 Ajarkan cara
membatasi cairan
 Anjurkan jika BB
bertambah > 1 kg
dalam sehari

K : Kolaborasikan
pemberian diuretik

3. Risiko Setelah dilakukan tidakan Pemantauan


ketidakseimba keperawatan selama 1 x 24 jam, elektrolit (1.03122)
ngan elektrolit risiko ketidakseimbangan elektrolit O :
(D.0037) teratasi  Identifikasi
kemungkinan
penyebab
Keseimbangan elektrolit ketidakseimban
(L.03021) gan elektrolit
Kriteria hasil:  Monitor mual,
Indicator S.A S.T
Serum 4 1 muntah diare
netrium T:
Serum 5 1  Atur interfal
kalium waktu
Serum 3 2 pemantauan
klorida sesuai dengan
kondisi pasien
Keterangan :  Dokumentasika
1. Meningkat n hasil
2. Cukup meningkat pemantauan
3. Sedang E:
4. Cukup menurun  Jelaskan tujuan
5. Menurun dan prosedur
pemantauan
 Informasikan
hasil
pemantauan
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Abdul.H. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Koizer, & dkk. (2017). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Volume 2, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Pranata, A. E. ( 2017). Manajemen Cairan & Elektrolit . Yogyakarta: Nuha


Medika.

Siregar, P. (2009). Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. dalam: Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Interna publishing.

T Heather Herdman, S. K. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2019). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit. Jakarta:


EGC.

Wartonah, & Tartowo. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai