Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

Dian Islamiyah
202102040068

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
A. PENGERTIAN
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul
H, 2012).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500 ml - 3.500 ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

B. TINJAUAN ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable. Kedua kompertemen tersebut adalah
intraseluler dan ekstraseluler. Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel,
atau intraseluler. Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau
ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga
subdivisi:
a. Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
b. Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma
darah (8%).
c. Transeluler : air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial, dan pleural (25%).
2. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan
diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan
dan dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan
melalui hati, kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.
3. Keseimbangan asam basa
a. Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan tubuh dan diterima
oleh sel darah merah (SDM).
b. CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan dengan air dan dibawah
pengaruh karbon anhidrasi (suatu enzim) dengan segera dikonversi
menjadi asam karbon
c. Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi bikarbonat (HCO3-)
dan H+.
d. Bikarbonat meninggalkan sel darah merah dan beredar dalam plasma
menuju paru-paru.
e. Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah merah dengan cepat
berinteraksi dengan oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan
pelepasan oksigen (O2) dari sel darah merah kedalam jaringan untuk
respirasi sel (Bennita, 2013).

C. TINJAUAN MEDIS
1. Ketidakseimbangan cairan
Mula-mula ginjal kehilangan fungsinya sehingga tidak mampu
memekatkan urine (hipothenuria) dan kehilangan cairan yang
berlebihan (poliuria). Hipothenuria tidak disebabkan atau
berhubungan dengan penurunan jumlah nefron, tetapi peningkatan
beban zat tiap nefron. Hal ini terjadi karena keutuhan nefron yang
membawa zat tersebut dan kelebihan air untuk nefron-nefron tersebut
tidak dapat berfungsi lama. Terjadi osmotic diuretic, menyebabkan
seseorang menjadi dehidrasi.
2. Ketidakseimbangan natrium
Ketidakseimbangan natrium merupakan masalah yang serius dimana
ginjal mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap hari atau
dapat meningkat sampai 200 mEq per hari. Variasi kehilangan
natrium berhubungan dengan intact nephron theory. Dengan kata lain,
bila terjadi kerusakan nefron, maka tidak terjadi pertukaran natrium.
Pada GGK yang berat keseimbangan natrium dapat dipertahankan
meskipun terjadi kehilangan yang fleksibel pada natrium. Bila GFR
menurun di bawah 25-30 ml/menit, maka ekresi natrium kurang lebih
25 mEq/hari, maksimal eksresinya 150-200 mEq/hari. Pada keadaan
ini natrium dalam diet dibatasi yaitu sekitar 1-1,5 gram/hari.
3. Ketidakseimbangan kalium
Jika keseimbangan cairan dan asidosis metabolic terkontrol, maka
hiperkalemia jarang terjadi sebelum stadium IV. Keseimbangan
kalium berhubungan dengan sekresi aldosteron. Selama urine output
dipertahankan, kadar kalium biasanya terpelihara. Hiperkalemia
terjadi karena pemasukan kalium yang berlebihan. Hipokalemia
terjadi pada keadaan muntah atau diare berat, pada penyakit tubuler
ginjal, dan penyakit nefron ginjal, dimana kondisi ini akan
menyebabkan ekresi kalium meningkat.
4. Ketidakseimbangan asam basa
Asidosis metabolic terjadi karena ginjal tidak mampu mengeksresikan
ion hydrogen untuk menjaga pH darah normal. Asam yang
secara terus menerus dibentuk oleh metabolism dalam tubuh dan
tidak difiltrasi secara efektif, NH3 menurun dan sel tubuler
tidak berfungsi.
5. Ketidakseimbangan magnesium
Magnesium pada tahap awal GGK adalah normal, tetapi menurun
secara progresif dalam eksresi urine sehingga menyebabkan
akumulasi. Kombinasi penurunan eksresi dan intake yang berlebihan
pada hipermagnesemia dapat mengakibatkan henti napas dan jantung.
6. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfor
Secara normal kalsium dan fosfor dipertahankan oleh paratiroid
hormone yang menyebabkan ginjal mreabsorbsi kalsium, mobilisasi
kalsium dari tulang, dan depresi reabsorbsi tubuler dari fosfor.Bila
fungsi ginjal menurun 20-25% dari normal, hiperfosfatemia dan
hipokalsemia terjadi sehingga timbul hiperparatiroidisme sekunder.
Metabolism vitamin D terganggu dan bila hiperpathyroidisme
berlangsung dalam waktu lama dapat mengakibatkan osteornal
dystrophy.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Usia : Berkaitan dengan permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan, berat badan, dan perkembangan.
2. Temperatur : Panas yang berlebihan menyebabkan keringat dimana
seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat.
3. Diit : Pada saat tubuh mengeluarkan nutrisi, tubuh akan memesan
cadangan energi. Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari
insterstitial ke intraseluler.
4. Stress : Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot. Metabolisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine.
5. Olah Raga : Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat
mata melalui keringat.

E. KELUHAN-KELUHAN YANG SERING MUNCUL


1. Sakit kepala
2. Lemas
3. Mual
4. Muntah
5. Diare
6. Sembelit

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan
atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah
keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang


sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.

b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage dan IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi
O2. Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 3mmHg;
HCO - : 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan
oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh
darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %).

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Hipovolemia
2. Resiko Hipovolemia
3. Hipervolemia
H. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
1 Hipovolemia SLKI Manajemen
Setelah diberikan intervensi selama
hypovolemia
…x…. jam maka status cairan
Penyebab : Observasi
□ Kehilangan cairan aktif membaik, dengan kriteria hasil :
□ Periksa tanda dan gejala hypovolemia
□ Kegagalan mekanisme regulasi □ Kekuatan nadi meningkat
□ Peningkatan permiabelitas (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
□ Turgor kulit meningkat
kapiler □ Ortopnea menurun terba lemah, tekanan darah menurun,
□ Kekurangan intake cairan □ Dyspnea menurun tekanan nadi menyempit, turgor kulit
□ Evaporasi □ Frekuensi nadi membaik
□ Tekanan darah membaik menurun, membrane mukosa kering,
□ Tekanan nadi membaik volume urin menurun, hematocrit
□ Membrane mukosa membaik meningkat, haus, lemah)
□ Kadar hb membaik
□ Kadar ht membaik □ Monitor intake dan output cairan
Gejala □ Intake cairan membaik Terapeutik
□ Hitung kebutuhan cairan
dan tanda □ Berikan posisi mified tredelenburg
Mayor □ Berikan asupan cairan oral
Subjektif (tidak Edukasi
tersedia) Objektif □ Anjurkan memperbanyak asupan
□ Frekuensi nadi meningkat cairan oral
□ Nadi teraba lemah □ Anjurkan menghindari perubahan
□ Tekanan darah menurun posisi mendadak
□ Tekanan darah menyempit
□ Turgor kulit menurun
□ Membrane mukosa kering Kolaborasi
□ Volume urin menurun □ Kolaborasi pemberian cairan IV
□ Hematocrit meningkat isotonis (mis. NaCl, RL)

Minor □ Kolaborasi pemberiancairan IV


Subjektif hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl

□ Merasa lemah 0,4%)

□ Mengeluh haus □ Kolaborasi pemberian cairan koloid

Objektif (mis. Albumin, plasmanate

□ Pengisian vena menurun □ Kolaborasi pemberian produk darah

□ Status mental berubah


Manajemen syok hypovolemia
□ Suhu tubuh meningkat
Observasi
□ Konsentrasi urine meningkat
□ Monitor status kardiopulmogonal
□ Berat badan turun tiba-tiba
(frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas, TD, MAP)
Kondisi klinis terkait
□ Monitor status oksigenasi (oksimetri
□ Penyakit adison
nadi, AGD)
□ Trauma (pendarahan)
□ Monitor status cairan (masukan dan
□ Luka bakar
haluaran, turgor kulit, CRT)
□ AIDS □ Periksa tingkat kesadarajndan respon
□ Penyakit crohn pupil
□ Muntah □ Periksa seluruh permukaan tubuh
□ Diare terhadap adanya DOTS (deformity/
□ Colitis ulseratif deformitas, open wound/luka terbuka,

□ Hipoalbuminemia tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak


Terapeutik
□ Pertahankan jalan nafas paten
□ Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
□ Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
□ Lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada perdarahan eksternal
□ Berikan posisi syok (modified
tredelenberg)
□ Pasang jalur IV berukuran besar (mis.
14 atau 16)
□ Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
□ Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
□ Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
□ Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
□ Kolaborasi pemberian transfuse darah,
jika perlu
2 Risiko hypovolemia SLKI Manajemen hypovolemia
Faktor risiko Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
□ Kehilangan cairan secara aktif jam maka status cairan membaik, dengan □ Periksa tanda dan gejala hypovolemia
□ Gangguan absorbs cairan kriteria hasil : (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
□ Usia lanjut □ Kekuatan nadi meningkat terba lemah, tekanan darah menurun,

□ Kelebihan berat badan □ Turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kulit

□ Ortopnea menurun menurun, membrane mukosa kering,


□ Status hipermetabolik
□ Dyspnea menurun volume urin menurun, hematocrit
□ Kegagalan mekanisme regulasi
meningkat, haus, lemah)
□ Evaporasi □ Frekuensi nadi membaik
□ Monitor intake dan output cairan
□ Kekurangan intake cairan □ Tekanan darah membaik
Terapeutik
□ Efek agen farmakologis □ Tekanan nadi membaik
□ Hitung kebutuhan cairan
□ Membrane mukosa membaik
□ Berikan posisi mified tredelenburg
□ Kadar hb membaik
Kondisi Klinis yang  Kadar ht membaik □ Berikan asupan cairan oral
terkait:  Intake cairan membaik Edukasi

□ Penyakit □ Anjurkan memperbanyak asupan

Addison cairan oral


□ Anjurkan menghindari perubahan
□ Trauma/perdara
posisi mendadak
han Luka bakar
Kolaborasi
□ AIDS
□ Penyait □ Kolaborasi pemberian cairan IV

Crohn isotonis (mis. NaCl, RL)


□ Kolaborasi pemberiancairan IV
□ Muntah
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
□ Diare
□ Colitis ulseratif 0,4%)
□ Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, plasmanate
□ Kolaborasi pemberian produk darah

Pemantauan cairan
Observasi
□ Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
□ Monitor frekuensi napas
□ Monitor tekanan darah
□ Monitor berat badan monitor waktu
pengisian kapiler
□ Monitor turgor kulit
□ Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
□ Monitor kadar albumin dan protein
total
□ Monitor hasil pemeriksaan urine
□ Monitor intake dan output cairan
□ Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
□ Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
□ Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
□ Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
□ Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
□ Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3 Hipervolemia SLKI Manajemen hypervolemia
Penyebab Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
□ Gangguan mekanisme regulasi jam maka keseimbangan cairan meningkat, □ periksa tanda dan gejala hypervolemia
□ Kelebihan asupan cairan dengan kriteria hasil : □ identifikasi penyebab hypervolemia
□ Kelebihan asupan natrium □ asupan cairan meningkat □ monitor status hemodinamik
□ Gangguan aliran balik vena □ haluaran urine meningkat □ monitor intake dan output cairan
□ Efek agen farmakologis □ kelembaban membrane mukosa □ monitor tanda hemokonsentrasi
Gejala dan tanda mayor meningkat □ monitor tanda peningkatan tekanan
Subjektif □ edema menurun onkotik plasma
□ Ortopnea □ dehidrasi menurun □ monitor kecepatan infus secara ketat
□ Dyspnea □ tekanan darah membaik □ monitor efek samping diuretic
□ Paroxysmal nocturnal dyspnea □ denyut nadi membaik Terapeutik
Objektif □ membrane mukosa membaik □ timbang berat badan setiap hari pada
□ Edema anasarka dan/atau edema □ berat badan membaik waktu yang sama
perifer □ batasi asupan cairan dan garam
□ Berat badan meningkat dalam □ tinggikan keoala tempat tidur 30-40o
waktu sinngkat edukasi
□ JVP atau CVP □ anjurkan melapor jika haluaran urine
□ Reflek hepatojugular positif <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Gejala dan Tanda Minor □ anjurkan melapor jika BB bertambah
Subjektif (tidak tersedia) >1 kg dalam sehari
Objektif □ ajarkan cara mengukur dan mencatat
□ Distensi vena jugularis asupan dan haluaran cairan
□ Terdengar suara nafas tambahan □ ajarkan cara membatasi cairan
□ Hepaotomegali Kolaborasi
□ Kadar Hb/Ht turun □ kolaborasi pemberian diuretic

□ Oliguria □ kolaborasi penggantian kehilangan


□ Intake lebih banyak dari output kalium akibat diuretic

□ Kongesti paru □ kolaborasi pemberian CRRT, bila

Kondisi klinis terkait perlu

□ Penyakit ginjal
Pemantauan cairan
□ Hipoalbuminemia
Observasi
□ GJK
□ Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
□ Kelainan hormone
□ Monitor frekuensi napas
□ Penyakit hati
□ Monitor tekanan darah
□ Penyakit vena perifer
□ Monitor berat badanmonitor waktu
□ Imobilitas
pengisian kapiler
□ Monitor turgor kulit
□ Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
□ Monitor kadar albumin dan protein
total
□ Monitor hasil pemeriksaan urine
□ Monitor intake dan output cairan
□ Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
□ Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
□ Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
□ Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
□ Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
I. IMPLEMENTASI
Dilakukan berdasarkan interverensi
J. EVALUASI
a. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisis
terhadap klien terhadap respons langsung pada intervensi
keperawatan).
b. Evaluasi sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi
dan analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Abdul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika

Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed 12. Jakarta :


EGC
SDKI. SIKI, SLKI PPNI, 2016.
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

Vaughas, Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha


Publishing

Anda mungkin juga menyukai