Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


CAIRAN

OLEH:
NI KADEK SRI WAHYUNI ANTARI
NIM. 223213467

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA
BALI
DENPASAR
2023
A. KONSEP DASAR GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN
1. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dianamika karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan
yang tetap untyuk berespon terhadap stressor fisikologi dan
lingkungan (Kurniawan,2016). Cairan dan elektrolit sangat di
perlukan agar menjaga kondisi tubuh tetep sehat. Keseimbangan
cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan,tubuh
berusaha agar cairan dalam tubuh setiap waktu selalu berada
jumlah yang kostan. Dalam keadan normal,masukan cairan
akan dipenuhi melalui minum atau makanan yang masuk ke
dalam tubuh peroral,serta air yang diperoleh sebagai hasil
metabolisme.Air yang keluar dari tubuh,termasuk yang
dikeluarkansebagai urin,air didalam feses,isensibel,dan air yang
dikeluarkan melalui kulit dan paru – paru (Mangku
&Senapathi,2010). Terdapat tiga jenis masalah yang berkaitan
dengan gangguan kebutuhan cairan yaitu terdiri dari :
a) Kelebihan volume cairan atau hypervolemia adalah
istilah medis yang menggambarkan kondisi ketika tubuh
menyimpan terlalu banayk sel cairan. Kelebihan cairan
tersebut bisa menumpuk di luar sel-sel tubuh atau di
ruangan antar sel di dalam jaringan
terntentu.Hipervolemia anatar lain sesek nafas, dan
ortopnea.
Hipervolmia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskuler
b) Kekurangan volume atau hivopolemia adalah koindisi
yang umumnya terjadi gangguan dengan kehilangan
cairan intravaskuler,lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Tanda dan
gejala klinik yang mungkin didaptakan padaklien dengan
hypovolemia antara lain pusing, kelemahan,
keletihan,anoreksia,mual,muntah,haus,kekacuan,mental,k
onstipasi,oliguria. Kondisi hypovolemia yang lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut. Akibat lanjut dari
kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan
dehidrasi (ringann,sedang,berat), dan kejang pada
dehidrasi hipertonik(Agro & Vennari,2012)
2. KLASIFIKASI.
Menurut Rahayu dan Harnanto(2017),terdapat beberapa
klasifikasi cairan dan elektrolit yaitu sebagai berikut:
1.Klasifikasi cairan.
A. Klasifikasi menurut distribusi cairan tubuh yaitu sebagai
berikut:
a) Cairan Ekstrasel(CES) terdiri dari:
➢ Cairan intersitial (CI) yaitu cairan yang berada
diantara sel yang menyusun sekitar 15% berat
tubuh
➢ Cairan intravaskular (CIV) terdiri dari plasma
(cairan limfe) dan darah yang menyusun sekitar
5%berat tubuh.
➢ Cairan transeluler yang terdiri dari cairan
serebrospinalis,synovia,cairanan
peritoneum,cairan dalam rongga mata,dll yang
menyusun 1-3% berat tubuh
b) Cairan Instrasel (CIS) yaitu cairan dalam membrane sel
yang membentuk 40% berat tubuh.
B. Klasifikasi berdasarkan komposisi cairan tubuh terdiri
dari:
1 Elektrolit : senyawa yang jika larutan dalam air
akan pecah menjadi ion dan mampu membawa
muatan listsrik ,yang terdiri daeri:
o Kation :elektrolit yang mempunyai muatan
positif
o Anion : elektrolit yang mampunyai muatan
negatif
Elektrolit berfungsi untuk neuromuscular dan kesimbangan
Asam basa.Elektrolit diukur dalam mEq/L.
2 Mineral merupakan senyawa jaringan dan cairan
tubuh,yang berfungsi dalam:
o Mempertahankan proses fisiologis
o Katalis dalam respons saraf, kontraksi
otot,dan metabolisme zat gizi
o Mengantur keseimbangan elektrolit dan
produksi hormon ,menguatkan struktur
tulang.
3 Sel meruapakan unit fungional dasar dari jaringan
tubuh ,contohnya eritrosit dan leukosit.
C. Klasifikasi berdasarkan pergerakan tubuh.
a) Ketidakseimbangan natrium
Hiponatremia adalah konsentrasi natrium dalam
darah lebih rendah,terjadi saat kehilangan natrium
atau kelebihan air.Hiponatremiamenyebabkan
kolaps pembuluh darah dan syok. Hipernatremia
adalahkonsentrasi natrium dalam darah lebih
tinggi, dapat disebabkan olehkehilangan air yang
ekstrim atau kelebihan natrium. Ekskresi
darinatrium dapat dilakukan melalui ginjal atau
sebagian kecil melaluitinja, keringat, dan air
mata.Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt

b) Ketidakseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat
dalam cairan intraselyang berfungsi sebagai
exitability neuromukuler dan
kontraksiotot.Keseimbangan kalium diatur oleh
ginjal dengan mekanisme perubahan ion
natrium dalam tubulus ginjal dan sekresialdosteron
.Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi tidak
adekuat,dapat disebabkan oleh penggunaan
diuretik.Hipokalemia dapatmenyebabkan aritmia
jantung.Hiperkalemia adalah jumlah kaliumdalam
darah lebih besar, disebabkan oleh gagal
ginjal.Nilai normalnyasekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c) Ketidakseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk
pembentukan tulang dan gigi, penghantar impuls
kontraksi otot, koagulasi
darah (pembekuan darah)dan membantu beberapa
enzim pankreas.Kalsium diekresi melaluiurine,
keringat.Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur
langsung olehhormon paratiroid pada reabsorbsi
tulang.Hipokalsemiamencerminkan penurunan
kadar kalsium serum. Hiperkalsemia
adalah peningkatan konsentrasi kalsium serum.

d) Ketidakseimbangan magnesium
Keseimbangan magnesium diatur oleh
kelenjar parathyroid, danmagnesium diabsorbsi
dari saluran pencernaan.Magnesium dalamtubuh
dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Jika
magnesium dalam plasma darah
kadarnya menurun, maka ginjal akan mengeluarka
nkalium lebih banyak, dapat terjadi pada pasien
alkoholisme kronis,muntah-muntah, diare,
gangguan ginjal.
Hipomagnesemia terjadiketika kadar konsentrasi
serum turun sampai di bawah 1,5
mEq/L,menyebabkan peningkatan iritabilitas
neuromuskular.Hipermagnesemia terjadi ketika
konsentrasi magnesium serummeningkat sampai di
atas 2,5 mEq/L, menyebabkan
penurunaneksitabilitas sel-sel otot

e) Ketidak seimbangan klrorida


Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium
yaitumempertahankan keseimbangan tekanan
osmotik dalam darah.Hipokloremia terjadi jika
kadar klorida serum turun sampai di bawah100
mEq/L, disebabkan oleh muntah atau drainage
nasogastrik/fistula,diuretik. Hiperkloremia terjadi
jika kadar serum meningkat sampai diatas 106
mEq/L.
D. Klasifikasi berdasarkan perganturan cairan tubuh:
a) Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus,
yang berpusat di hipotalamus. Air dapat diperoleh dari
asupan makanan (buah, sayuran, dan daging, serta
oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan).
Sekitar 220 ml air diproduksi setiap hari selama
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
berlangsung.
b) Haluaran cairan Cairan terutama dikeluarkan melalui
ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang dewasa,
ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma
untuk disaring dan memproduksi urine. Jumlah urine
yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon
antideuretik (ADH) dan aldosteron. Kehilangan air
melalui kulit diatur oleh saraf simpatis, yang
mengaktifkan kelenjar keringat.
c) Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah ADH dan aldosteron.
ADH menurunkan produksi urine dengan cara
meningkatkan reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan
air akan dikembalikan ke dalam volume darah
sirkulasi. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium
dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal
mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium,
akibatnya air akandireabsorbsi dan dikembalikan ke
volume darah. Glukokortikoid memengaruhi
keseimbangan cairan dan elektroli

3. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolittubuh antara lain:
1.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,
karena usia akan berpengruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan.Kebutuhan cairan pada bayi
dan anak perharinya yaitu:
a.Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan
perhari100ml/kgBB.
b.Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml +
50ml/kgBB
c.Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml +
20ml/kgBBKebutuhan cairan pada orang dewasa
menggunakan rumus 30-50ml/kgBB/hari
2.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi)
dan kelembabanudara rendah memiliki peningkatan
kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan
elektrolit. Ketikaintake nutrisi tidak adekuat maka tubuh
akan membakar protein dan lemaksehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan
menurun padahalkeduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehinggahal ini akan menyebabkan
edema.
4.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa
darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningk
atkan natriumdan rentensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volumedarah.
5.Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a.Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melaluiIWL.
b.Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
prosesPasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c.Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kema
mpuan untukmemenuhinya secara mandiri.

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme


haus.
Pusathaus dikendalikan berada di otak Sedangkan
rangsangan haus berasal darikondisi dehidrasi intraseluler,
Sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunanvolume darah. Perasaan kering di
mulut biasanya terjadi bersama dengansensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akansegera hilang
setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractusgastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui
empat rute (proses) yaitu:
a. Urine Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi
melalui tractus urinariusmerupakan proses output cairan
tubuh yang utama. Dalam kondisi normaloutput urine sekitar
1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam padaorang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi
urine bervariasi dalam setiap harinya,
bila aktivitas kelenjar keringat meningkatmaka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)IWL terjadi melalui paru-paru
dan kulit, melalui kulit dengan mekanismedifusi. Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui prosesini
adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi
atau suhutubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. KeringatBerkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi
tubuh yang panas,respon ini berasal dari anterior
hypotalamus, sedangkan impulsnyaditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunansyaraf
simpatis pada kulit.
d. FecesPengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200
mL/hari, yang diaturmelalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).
6.Tindakan medis
7.PengobatanPengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
8.PembedahanFaktor yang menyebabkan adanya suatu

peningkatan terhadap kebutuhan cairan harian diantaranya:

a. Demam, kebutuhan meningkat 12% setiap 10C.


b. Hiperventilasi.
c. Suhu lingkungan yang tinggi.
d. Aktivitas yang ekstrim/berlebihan.
e. Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau polyuria
Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan
cairan harian, diantaranya:

a. Hipotermi.
b. Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
c. Oliguria atau anuria.
d. Hampir tidak ada aktivitas.
e. Retensi cairan misal gagal jantung.

4. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan
cairandan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang
proporsional(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya,gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, laludiikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskulersehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untukmengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan
oleh beberapa hal,yaitu kehilangan cairan abnormal melalui
kuli,penurunan asupancairan,perdarahan dan pergerakan cairan
kelokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untukmengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi
cairanekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasiintravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura,peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, k
ondisi tertentu, sepertiterperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadiakibat obstruksi saluran pencernaan.
➢ Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
denganhipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan,
sinkope,anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental,
konstipasi,oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan
hipovolemia dapatdisertai ketidak seimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. Penipisan(CES) berat dapat menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanismekompensasi tubuh pada kondisi
hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) d
an tahanan vaskuler), rasahaus, pelepasan hormon antideuritik
(ADH), dan pelepasanaldosteron. Kondisi hipovolemia yang
lama menimbulkan gagal ginjal akut.
➢ PATHWAY

5. KOMPLIKASI
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat
mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
Kelebihan volume ekstraselulserKebihan cairan ekstraseluler
dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan
proporsi yang kira-kira sama. Denganterkumpulnya cairan isotonik
yang berlebihan pada ekstraseluler,maka cairan akan berpindah ke
kompartemen cairan interstitialsehingga menyebabkan edema.

6. Gejala Klinis
a. Kelelahan
b. Kram otot dan kejang
c. Mual
d. Pusing
e. Pingsan
f. Lekas marah
g. Muntah
h. Mulut kering
i. Denyut jantung lambat
j. Kejang
k. Palpitasi
l. Tekanan darah naik turun
m. Kurangnya koordinasi
n. Sembelit
o. Kekakuan sendi
p. Rasa haus
q. Suhu naik
r. Anoreksia
s. Berat badan menurun

7. Pemeriksaan Fisik

➢ Kesadaran : kesadaran cukup atau menurun.

➢ Kepala : normal atau abnoramal

➢ Wajah : tampak pucat atau tidak, tampaklemas atau tidak, dll.

➢ Mata : mata cekung atau cowong, airmata kering atau tidak, dll.

➢ Mulut & Bibir : Mukosa bibir kering atau lembab,Lidah putih


atau tidak dll.
➢ Hidung : normal atau abnormal

➢ Leher : adanya pembesaran kelenjar limfaatau tidak.

➢ Integumen : turgor kulit <2 detik atau tidak,adanya edema atau

➢ Berat Badan : menurun atau tidak.

8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dna
tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi glukosa
- Bila perlu diadakan uji bakteri
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan
analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
5) Laboratorium:
- Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun)
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
9. Penatalaksanaan
Pengobatan cairan dan elektrolit secara intravena mempunyai
tujuan untukmengganti kekurangan air atau elektrolit di dalam
tubuh, memberikan air,elektrolit dan zat makanan untuk
kebutuhan harian, serta untuk memperbaikikeadaan akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan
pemberiancairan dan elektrolit harus berdasarkan penyebab,
setelah ditentukan, makadisusun suatu rencana pemberian
meliputi jenis cairan/elektrolit, jumlah, dankecepatan
pemberian. Penatalaksanaan harus dilakukan secara sistematik
meliputievaluasi status hemodinamik, pemasangan infus yang
baik, bila perlu memasangtekanan vena sentral (CVP), periksa
kadar elektrolit, analisis gas darah. Padakondisi gawat, kateter
urin harus terpasang untuk mengetahui kehilangan
cairansehingga dapat direncanakan pemberian cairan/elektrolit
yang tepat (Suwarsa,2018).
1) Pemilihan cairan intravenaa)
a) Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal
saline danringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi
yang mirip cairanekstraselular. Karena perbedaan sifat antara
kristaloid dan koloid, dimanakristaloid akan lebih banyak
menyebar ke ruang interstitial dibandingkandengan koloid maka
kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisitcairan di
ruang intersisial. Penggunaan cairan normal salin dalam
jumlahyang besar dapat menyebabkan timbulnya asidosis
hiperkloremik,
sedangkan penggunaan cairan ringer laktat dengan jumlah besar
dapat menyebabkanalkalosis metabolik yang disebabkan
adanya peningkatan
produksi bikarbonat akibat metabolisme laktat. Larutan dekstros
e 5% seringdigunakan jika pasien memiliki gula darah yang
rendah atau memiliki kadarnatrium yang tinggi. Namun
penggunaannya untuk resusitasi dihindarkankarena komplikasi
yang diakibatkan antara lain hiperomolalitashiperglikemik,
diuresis osmotik, dan asidosis serebral (Suta dan
Sucandra,2017).
b) Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat
molekul tinggidengan aktivitas osmotik yang menyebabkan
cairan ini cenderung bertahanagak lama dalam ruang
intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasicairan pada
pasien dengan defisit cairan berat seperti pada
syokhipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi
darah, pada penderitadengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein jumlah besar(misalnya pada luka bakar).
Cairan koloid merupakan turunan dari
plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki sifat y
aitu plasmaexpander yang merupakan suatu sediaam larutan
steril yang digunakan untukmenggantikan plasma darah yang
hilang akibat perdarahan, luka baker,operasi, Kerugian dari
‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal dan dapat
menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan
dapatmenyebabkan gangguan pada cross match. Contoh koloid
alami yaitu seperti fraksi protein plasma 5% dan albumin
manusia, serta koloid sintetik seperti cairan koloid yaitu dextra
dan gelatin.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Riwayat keperawatan.
a. Keluhan utama
Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekuensi BAB lebih dari 3 kali dengan
konsistensi encer.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan
darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih
dari 3 kali dan waktu diare: diare akut dan diare kronis
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakaian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA, campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau
tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan
- Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal
hygiene yang kurang mudah terkena kuman penyebab
diare
- Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang) di sungai dan
cara bermain anak yang kurang hygienis dapat
mempermudah masuknya kuman lewat fecal-oral
- Persepsi Keluarga
Kondisi lemah dan diare yang berlebihan perlu suatu
keputusan untuk penanganan awal atau lanjutan ini
bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki oleh keluarga.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang
menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal kotor.
3) Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB
lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya
distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
d. Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang
lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu,
kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun teraba cekung
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan
- Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi
lebih dari 3x dalam sehari, adakah bau disertai lendir
atau darah, mukosa mulut kering, distensi abdomen,
nafsu makan menurun, mual muntah,
- Auskultasi: bising usus (menggunakan diafragma
stethoscope), peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa,
hepar dan lien tidak membesar, suara tymphani
- Palpasi : memeriksa adanya nyeri tekan dan masaa
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan
lemah, tekanan darah menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, suhu meningkat > 37,50C, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memanjang
> 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal.
2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3) Inkontinensia fekal berhubungan dengan diare kronis.
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan.
5) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan
volume cairan.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan


Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi
dengan inflamasi keperawatan ...x24 jam 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
gastrointestinal. diharapkan diare teratasi penyebab diare peyebab
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi riwayat munculnya diare
1. Mampu mengontrol pemberian makanan 2. Untuk mengetahui
pengeluaran feses makanan yang
2. Frekuensi defekasi dikonsumsi pasien
menurun sebelum diare
3. Konsistensi feses 3. Monitor warna, 3. Untuk memonitor
lembek volume, frekuensi, konsistensi dan
4. Peristaltic usus dan konsistensi frekuensi feses
normal (5-35 tinja 4. Untuk mengetahui
permenit) 4. Monitor jumlah dan jumlah output yang
pengeluaran diare dikeluarkan pasien

Terapeutik 5. Untuk menambah


5. Berikan asupan cairan di dalam
cairan oral tubuh pasien
6. Untuk menambah
6. Berikan cairan cairan, mencegah
intravena dehidrasi

Edukasi 7. Makan dengan


7. Anjurkan makanan porsi kecil secara
porsi kecil dan bertahap membantu
sering secara pasien mencegah
bertahap terjadinya defisit
nutrisi
8. Untuk mencegah
8. Anjurkan peningkatan
menghindari terjadinya diare
makanan
pembentuk gas,
pedas, dan 9. Membantu
mengandung meningkatkan
laktosa konsistensi feses
Kolaborasi
9. Kombinasi
pemberian obat
pengeras feses
2 Hipovolemia Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan ...x24 jam 1. Periksa tanda dan 1. Mengidentifikasi
kehilangan cairan diharapkan hipovolemia gejala hipovolemia perubahan-
aktif. teratasi dengan kriteria (mis. frekuensi nadi perubahan yang
hasil: meningkat, nadi akan terjadi pada
1. Mempertahankan urin teraba lemah, keadaan umum
output sesuai dengan tekanan darah pasien terutama
usia dan Berat Badan, menurun, tekanan tanda dan gejala
BJ urine normal nadi menyempit, hipovolemia
(1.003-1.030), HT turgor kulit
normal (Anak-anak menurun, membrane
30-40%) mukosa kering,
2. Tekanan darah, nadi, volume urine
suhu tubuh dalam menurun, hematokrit
batas normal meningkat, haus,
(TD: 80-100/60 lemah). 2. Membantu dalam
mmHg, Nadi: 80- 2. Monitor intake dan menganalisa
90x/mnt, Suhu 36- output cairan keseimbangan
37,5oC) cairan dan derajat
3. Tidak ada tanda-tanda kekurangan cairan
dehidrasi, turgor kulit
elastisitas, membrane Terapeutik 3. Menentukan jumlah
mukosa lembab, tidak 3. Hitung kebutuhan pemberian cairan
ada rasa haus yang cairan pada pasien
berlebihan 4. Melancarkan
4. Berikan posisi peredaran darah ke
modified otak
Trendelenburg
5. Memenuhi
5. Berikan asupan kebutuhan cairan
cairan oral pasien
Edukasi
6. Anjurkan 6. Untuk
memperbanyak mempertahankan
asupan cairan oral cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasi
pemberian cairan IV 7. Pemberian cairan
isotonis (mis. NaCl, tepat melalui IV line
RL) sebagai pengganti
cairan yang hilang
3 Inkontinensia fekal Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan ...x24 jam 1. Monitor peristaltic 1. Memantau
diare kronis. diharapkan inkontinensia usus peristaltic usus
fekal teratasi dengan kriteria tetap dalam
hasil: keadaan normal
1. Pengontrolan 2. Identifikasi penyebab 2. Untuk mengetahui
pengeluaran feses inkontinensia fekal penyebab dari
2. Frekuensi buang air baik fisik maupun timbulnya
besar membaik psikologis (mis. inkontinensia fekal
3. Konsistensi feses gangguan sfingter
(lembek) rectum, diare kronis, 3. Mengetahui
4. Peristaltik usus dll). perubahan
normal (5-35 per 3. Identifikasi frekuensi defekasi
menit) perubahan frekuensi dan konstensi feses
defekasi dan
konsistensi feses 4. Mencegah
Terapeutik terjadinya infeksi
4. Bersihkan daerah dan menjaga
perineal dengan kebersihan perineal
sabun dan air 5. Membantu pasien
mendapatkan
5. Laksanakan program defekasi normal
latihan usus (bowel 6. Mencegah
training) terjadinya iritasi
6. Hindari makanan pada usus

yang menyebabkan
diare 7. Membantu pasien
Edukasi dan keluarga
7. Jelaskan definisi, memahami terkait
inkontinensia fekal
jenis inkontinensia,
8. Membantu dalam
penyebab pengkajian
inkontinensia fekal
8. Anjurkan mencatat
9. Membantu
karakteristik feses mengurangi
Kolaborasi defekasi
9. Kolaborasi
pemberian obat diare
(mis. loperamide,
atropine)
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 1. Identifikasi status 1. Mengetahui status
kurangnya asupan jam diharapkan defisit nutrisi nutrisi pasien dapat
makanan. nutrisi teratasi dengan membantu dalam
kriteria hasil: pengkajian
1. Diare menurun 2. Memantau asupan
2. Bising usus normal 2. Monitor asupan makanan pada
pasien
(5-30 per menit) makanan
3. Mengetahui berat
3. Berat badan normal 3. Monitor berat badan
badan pasien
4. Indeks massa tubuh
4. Membantu pasien
(IMT) normal Terapeutik
untuk menentukan
5. Penyiapan dan 4. Fasilitasi menentukan
program diet
penyimpanan pedoman diet
dengan gizi
makanan yang aman
seimbang
5. Membantu pasien
5. Sajikan makanan
makan dengan
secara menarik dan
makanan bergizi
suhu yang sesuai
6. Berikan makanan
6. Membantu
tinggi kalori dan
kecukupan nutrisi
tinggi protein pasa pasien
Edukasi
7. Anjurkan diet yang 7. Membantu pasien
diprogramkan memahami diet
yang akan
Kolaborasi
diberikan
8. Kolaborasi dengan 8. Menentukan diet
ahli gizi untuk dan jenis nutrien
menentukan jumlah yang akan
kalori dan jenis diberikan secara
nutiren yang tepat kepada pasien
dibutuhkan
5 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab 1.Mengetahui penyebab
dehidrasi. …x24jam diharapkan hipertermia hipertermia
hipertermia teratasi dengan 2. Monitor suhu tubuh 2.Memantau perubahan
kriteria hasil: suhu tubuh
1. Suhu tubuh dalam 3. Monitor komplikasi 3.Mengetahui adanya
rentang normal Suhu akibat hipertermia komplikasi
36-37,5oC)
1. Tidak ada perubahan Terapeutik
warna kulit 4. Sediakan lingkungan 4. Membantu pasien
2. Pucat menurun yang nyaman beristirahat
3. Tidak ada kejang 5. Basahi dan kipasi 5.Membantu
permurkaan tubuh mengurangi rasa panas
Edukasi pada pasien
6. Anjurkan tirah baring
6. Meminimalkan
Kolaborasi fungsi semua sistem
7. Kolaborasi organ pasien
pemberian cairan dan 7. Membantu
elektrolit intravena memulihkan kondisi
tubuh
6 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Observasi
kulit berhubungan keperawatan ...x24 jam 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui
dengan kekurangan diharapkan kerusakan kerusakan integritas penyebab kerusakan
volume cairan. integritas kulit teratasi kulit integritas kulit
dengan kriteria hasil:
1. Integritas kulit yang Terapeutik 2. Mengurangi tekanan
baik bisa 2. Ubah posisi tiap 2 pada daerah
dipertahankan. jam tirah baring gangguan integritas
2. Tidak ada luka/lesi kulit
pada kulit. 3. Lakukan pemijatan 3. Membantu
3. Perfusi jaringan baik. pada area penonjolan memperbaiki
4. Menunjukkan tulang sirkulasi, metabolism
pemahaman dalam dan memperlancar
proses perbaikan peredaran darah
kulit dan mencegah 4. Bersihkan perineal 4. Menjaga kebersihan
terjadinya cedera dengan air hangat, area perineal
berulang. terutama selama
5. Mampu melindungi periode diare
kulit dan 5. Gunakan produk
mempertahankan berbahan petroleum 5. Mencegah infeksi
kelembaban kulit dan atau minyak pada kulit dan mengobati
perawatan alami. kulit kering kulit rusak
Edukasi
6. Anjurkan gunakan 6. Menjaga kelembaban
pelembab kulit
7. Anjurkan minum air 7. Menjaga kadar
yang cukup cairan tubuh dan
8. Anjurkan mandi dan kesegaran kulit
menggunakan sabun 8. Menjaga kebersihan
secukupnya kulit
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi atau rencana keperawatan yang
disusun sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
S : Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga
O : Berdasarkan outcome yang diharapkan
A : Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian
dan /atau tidak tercapai
P : Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa:
pertahankan kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi
intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Haswita & Sulistyowati.R.(2017).Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan dan


Kebidanan.Jakarta.TIM

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Hardhi, K. 2015. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic,
Noc, dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.

Sharon, A. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Susan, C. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pusat
Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pusat
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pusat
Pengurus Pusat PPNI.

Wijaya, AS & Putri YM. 2013. KMB (Keperawatan Medikal Bedah), Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai