OLEH :
TRI MARHENI
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020/2021
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah kebutuhan
dasar Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan ataukekurangan.
(tarwoto wartonah, 2004)
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan danelektrolit:
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luass permukaan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melaui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial
ke intraseluler.
d. Stress
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine.
2. Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui empat proses yaitu :
a. Difusi
Adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampaiterjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran
sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi
larutan, dan temperatur.
b. Osmosis
Adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transforaktif
Bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
d. Filtrasi
Filtasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat
larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan.
3. Pengaturan keseimbangancairan.
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
- Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
- Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan
osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan
sensasi rasa dahaga.
b. Anti Diuretik hormon(ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan
reabsorbsi air pada dukus koligentes, dengan demikian dapat
menghemat air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium, serum dan
sistem angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus,dan mobilitas gastrointetstinal. Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respon natrium, dan
efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortirkoid
Meningkatkan responsi natrium dan air, sehingga volume darah naik
dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid
menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
4. Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:
a. Ginjal
- Merupakan pengatur utama kaseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiaphari.
- Produksi urin untuk semua usia 1ml/kg/jam
- Pada orang dewasa produksi urin sekitar 1,5liter/hari.
- Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
b. Kulit
- Hilangnya cairan melalui kulit di atur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjarkeringat.
- Rangsangan kelenjar keringat dapatt dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dandemam.
- Disebut juga Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.
c. Paru-paru
- Menghasilkan IWL sekitar400ml/hari
- Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan ataudemam.
d. Gastrointestinal
- Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap
hari sekitar 100-200ml.
- Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat
Celcius.
5. Pengaturan elektrolit
a. Natrium(sodium)
- Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel.
- Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf dan
kontraksi otot.
- Sodium diatur oleh intake garam,aldosteron dan pengeluaran urin.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
- Merupakan kation utam cairan intrasel, berfungsi sebagai excitability
neoromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan
glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam basa, karena
ion K+ dapat di ubah menjadi ion hidrogen (H+). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim. Nilai normalnya 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Chlorida
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-105
mEq/lt.
f. Bikarbonat
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fostat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengaturan asam basa, pengaturan oleh hormon
parathyroid.
6. Masalah keseimbangan cairan
a. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan
kasar, mukosa mulut kering, tanda-tanda penurunan berat badan akut,
mata cekung, pengosongan vena jugularis.
b. Hipervolemi
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi saat :
- Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
- Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan
air.
- Kelebihan pemberian cairan.
- Perpindahan cairan interstisial keplasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah,
nadi kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena
leher, dan irama gallop.
1.Pengkajian
Perawat melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi klien yang
berisiko tinggi atau yang memperlihatkan adanya tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa yang aktual. Kondisi-
kondisi tertentu, seperti luka bakar, membutuhkan pengkajian yang sering
dan mendalam. Kasus lain yang membutuhkan pamantauan rutin, misalnya
pada klien yang berada dalam masa pemulihan setelah operasi dan klien
yang berada dalam masa pemulihan dari gastrointeritis.
Perawat juga mengkaji ketidakseimbangan cairan, elektrolit, asam-
basa, yang mungkin berhubungan dengan penatalaksaan terapi penyakit
lain yang di deritanya. Misalnya, jika seorang klien mengkonsumsi obat-
obatan kemoterapi antikanker, yang memiliki efek samping merugikan
berupa diare, maka akibatnya klien tersebut akan menderita akan
kekurangan volume cairan yang fatal. Pelaksanaan pengkajian sangat
penting.
Pengkajian cairan,elektrolit, asam-basa membantu perawat dalam
mengantisispasi kebutuhan klien akan suatu asuhan keperawatan.
Misalnya seorang klien panderita edema yang mendapat terapi deuretik
harus memilki rencana keperawatan untuk mengantisipasi kebutuhan
eliminasi atau diet, seperti peningkatan penggunaan kamar mandi, bebpan,
atau urinal atau instruksi mengenai diet pembatasan garam.
Salah satu fungsi pengkajian keperawatan yang paling penting
adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko terjadinya
ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa. Perawat
mengumpulkan riwayat keperawatan yang berisi informasi mengenai
masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja terjadi, yang
dapat menyebabkan resiko seperti terjadinya ketidakseimbangan.
Pengkajian Keperawatan :
1. Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan ( oral, parenteral).
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasisosial.
g. Faktor psilologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
2. Pengukuran klinik.
a. Berat badan : kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan tubuh, pengukuran berat badan dilakukan setiap
hari pada waktu yang sama.
b. Keadaan umum
- Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi dan pernafasan
- Tingkat kesadaran.
c. Pengukuran masukan cairan
- Cairan oral : NGT dan oral
- Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV.
- Makanan yang cenderung mengandung air.
- Irigasi kateter atau NGT.
d. Pengukuran keluaran cairan.
- Urine : volume,kejernihan/kepekatan
- Feses : jumlah dan konsistensi
- Muntah
- Tubedrainase
- IWL (Insensible water loss)
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan adekuat : normalnya sekitar 200cc
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani,
dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan
bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurilogi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah,
dan bising usus.
2. AnalisaData
4. Tujuan PengumpulanData
5. Tipe Data:
a. DataSubjektif
b. Data Objektif
c. Karakteristik Data
a. Lengkap
c. Relevan
d. Sumber Data
Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.
b. Sumber data sekunder
Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau
istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan
dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi
atau anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar.
2. Riwayat penyakit
3. Konsultasi
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat
harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien
sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
6. Kepustakaan.
f. Metoda PengumpulanData
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi Dokumentasi
3. RumusanMasalah
basa, atau masalah terkait lainnya. Rumusan masalah ditegakkan dari batasan
ini berarti bahwa perawat dapat merawat dua klien, yang masing-masing
rencana keperawatan yang berbeda untuk setiap klien. Misalnya seorang klien
yang berhubungan dengan demam dan diare. Untuk klien ini, perawat harus
4. Perencanaan
asam basa yang dialami klien, kronik atau akut. Rencana asuhan keperawatan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien yang aktual atau yang
potensial. Tujuan rancana tersebut meliputi satu atau lebih tujuan berikut:
yang normal.
keluarga yang cukup mengenal perilaku klien sehari-hari yang kemudian mampu
mengetahui tindakan dan pencegahan, tanda dan gejala untuk dilaporkan, dan
obat-obatan, diet khusus, atau cairan per oral atau per IV diberikan di rumah, klien
dan keluarga perlu diberikan penyuluhan yang terinci sehingga intervensi ini
1. Gangguan keseimbangancairan
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri perut)
3. Gangguan pola eliminasi BAB