Anda di halaman 1dari 37

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Distribusi Cairan Tubuh


Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45- 75% total berat badan, nya
merupakan cairan intrasel dan sisanya ekstrasel dengan nya tardapat pada intravaskuler dan
sisanya merupakan intertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air
lebih banyak dibanding yang gemuk.
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
dewasa 60%
anak-anak 60 77%
infant 77%
embrio 97%
manula 40 50 %
pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan
jaringan tubuh.
intracellular volume = total body water extracellular volume
interstitial fluid volume = extracellular fluid volume plasma volume
total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)
Proporsi cairan dan elektrolit tubuh
BBL : 80 % bb
Anak : 70 % bb
Dewasa : 60 % bb
Usila : 40 45 % bb
Regulasi Cairan Tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar dalam
kondisi yang setimbang atau tetap. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini.
Normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr. Namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake
(masukan) air pada orang dewasa adalah dari ingesti liquid 1500 cc, daro makanan 700 cc, air dari
oksidasi 200 cc sehingga totalnya 2400 cc/hari. Sedangkan untuk pengaturan keseimbangan cairan
tubuh terdapat mekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Organ
tersebut adalah melalui kulit 300-400 cc berupa keringat dan penguapan namun tergantung pada
aktivitas dan suhu. Dari paru-paru300-400 cc berupa uap air dari ekspirasi. Dari GIT sekitar 200
cc/ hari dan akan meningkat pada kasus diare. Pengeluaran air yang terbanyak terjadi di ginjal,
sekitar 1200-1500 cc/hr. Ketika defisit volume cairan ekstraseluler, maka akan terjadi beberapa
mekanisme
diproduksi ADH (anti diuretic hormone) yang berfungsi untuk mereabsorpsi air
aldosteron diproduksi oleh corteks adrenal, berfungsi untuk mereabsorpsi Na yang . berefek
pada peningkatan air di ekstraseluler
renin yang dilepaskan sel jukstaglomerural ginjal, berfungsi untuk vasokontriksi . . dan sekresi
aldosteron.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN , ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA
1. Gangguan Keseimbangan Cairan
a.
Dehidrasi
b.
Syok hipovolemik

2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit


a. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
1)
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit
kepala dan keram otot.
2)
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,
kejang, disorientasi dan koma.
3)
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit
Addison).
4)
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok
seperti hipotensi dan takikardi
b. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes
insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena
hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder
terhadap hipernatremia.
c. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi :
1)
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik,
diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
2)
Diuretik
3) Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
4) Ekskresi berlebihan melalui ginjal
5) Maldistribusi K+
6) Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik,
penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada
hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan
konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
d. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
1)
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat
kalium, penghambat ACE.
2)
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau
rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi
darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
3) Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin

atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.


4) Insufisiensi adrenal
5)
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket
terlalu lama
6) Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan,
terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang,
amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya
interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole
cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan,
arefleksia dan paralisis ascenden.
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan
basa. Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga
mekanisme yaitu :
1. System Buffer
2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion
H+ (atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
1. Buffer Bikarbonat
2. Buffer Protein
3. Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat
(H2CO3) dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh
ginjal dan paru. N : 1 20 ( pada pH tubuh : 7,4 )
BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat
bediffasi kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.
SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan
menyimpan bikarbonat (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.

Dalam keadaan normal :


pH darah : 7,35 7,45
p CO2
: 40 mm Hg
HCO3: 24 mmol/ltr
ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan
metabolisme (metabolic asidosis) :
a. Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b. Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .
ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada
metabolisme (metabolic alkalosis)
a. Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b.Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi
penambahan basa pada cairan tubuh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan
dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung
lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan. Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral,
parenteral atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses,
muntah atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan
yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
Faktor yang Berhubungan. Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan
cairan seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
Pengkajian Fisik. Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit
seperti system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi
vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata),
system neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan system
gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya. Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit
(natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya
kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat
serta pendarahan.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat
penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus;
retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin,
hematokrit dan Hb.
Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan
minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
Pengurangan asupan garam
Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit
pasien terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien
untuk istirahat dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang
mengalami edema diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.

D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan


1. Pemberian cairan melalui infuse. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum
infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas
alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan
menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian
ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung
tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek
apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik
jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan
betadineTM dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester;
lalu cuci tangan.
Cara Menghitung Tetesan Infuse
Dewasa:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam
waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
1x3
Anak:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam,
maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit =
250 = 125 tetes mikro/menit
2
2. Tranfusi Darah. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat
tranfusi set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi
jaringan.
Alat dan bahan: standar infuse, tranfusi set, NaCl 0,9 %, darah sesuai dengan kebutuhan pasien,
jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung,
kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
prosedur perawatan dan pemasangan infus
Intruksi Prosedur Pemasangan infus

1. pemasangan infuse dari Dokter tercatat lengkap dan


Jelas pada rekam medik atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang dimenggerti segera
tanyakan pada Dokter yangmemberi intruksi.
2. Persiapan :
1.
Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang akan digunakan.IV
catheter cadangan atau wing needle.Transfusion set/infusion set terbungkus steril, kapas alkohol
70%,Bethadine, kasa steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
2. Standar infuse.
3. Pencahayaan yang baik.
4. Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi
1. Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan pasien.
2. Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukan bagian tajam infusion set kedalam
botol larutan infuse. Buka saluran hingga cairan infuse memenuhi seluruh selang tanpa
menyisakan udara dalam selang infuse.
3. Lakukan pemasangan infuse.
1.
Tentukan lokasi pemasangan ,sesuaikan dengan keperluan rencana pengobatan, punggung
tangan kanan/kiri,kaki kanan/kiri,1 hari/2 hari. Contoh pasien struma IV line dikaki kiri/kanan,
Tomor mamae IV Line ditangan sisi berlawanan pasien shock :2 line atau vena sectie, pasien
stroke pada sisi yang tidak lumpuh
1. Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk
menggunakan ligator
khusus.
2. Lakukan tindakanaseptik dan antiseptik.
3.
Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan kiri,siapkan IV catheter
ditangan kanan.
4. Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan lubang jarum menghadap keatas,
sudut tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
5.
Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak masuk kedalam bagian
reservoor jarum . hentikan dorongan.
6. Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum sedikit .Lanjutkan
mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
7.
Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul . tahan bagian
kanul dengan ibu jari kiri.
8. Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka saluran
infuse
perhatikan apakah tetesan lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak,menandakan
elestravasasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
9. Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan plester /hypafix dan pada
bayi/balita diperkuat dengan spalk ,
10. kompres dengan kasa betadhin pada lokasi penusukan.
11. Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
12. Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara pemberian infuse ,catat jumlah cairan
masuk dan keluar,catat balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam perincian harian
ruangan.
4.Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV Catheter dapat dilepas dengan

cara:
1. Tutup saluran infuse.
2. Lepaskan plester dengan bantuan bensin.
3. Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV catheter .
4. Kapas difiksasi dengan plester.
5. Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.
prosedur transfusi darah
Transfusi Darah
Transfusi Darah - Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien
yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar
hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti
pada operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit
kekurangan kadar Hb atau kelainan darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau
curah jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui
nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak),
homogenitas (bercampur rata atau tidak).
Tujuan Transfusi Darah
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien anemia.
3.
Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan
untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Alat dan Bahan Transfusi Darah
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
Prosedur Kerja Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).

5.
Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu
sebelum pemberian transfusi darah
6.
Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk
darah : periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien,
periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah
1. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
2. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8. Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian)
6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk
kantong darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi
darah
9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1. Tusuk kantong darah
2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15
menit selama 1 jam berikutnya
12. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
13. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
menghitung balance cairan
Cara menghitung balance cairan
RUMUS BALANCE
CM - CK - IWL
RUMUS IWL
(15 X BB X JAM KERJA) / 24 JAM
RUMUS IWL KENAIKAN SUHU
[(10% X CM) X jumlah kenaikan suhu] / 24 JAM + IWL Normal
Tampilkan lebih banyak
Stats: 12.6kB, 0.04s

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk memoertahankan keseimbangan atau homeostasis
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh.
Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan
anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi.
Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative (anion). Elektrolit
sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan
asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan
transmisi impuls saraf.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa definisi dari kebutuhan cairan dan elektrolit?
2.Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
3.Seperti apa cara perpindahan cairan tubuh, kebutuhan cairan tubuh bagi manusia, pengaturan
volume cairan tubuh dan jenis cairan?
4.Apa yang dimaksud kebutuhan dan pengaturan elektolit, jenis cairan elektrolit, keseimbangan
asam-basa dan jenis asam basa?
5.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
6.Apa saja masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit?
7.Bagaimana proses dan tindakan keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit?
1.3 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit
Untuk mengetahui faktor dan masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit
Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Bab I.Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan
masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan.
Bab II.Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang kebutuhan aktivitas
Bab III.Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan. Studi
kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan
mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang
berkaitan dengan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu

proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
2.2 Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Ginjal. Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti
glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
Kulit. Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan
panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan
yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang
lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui
aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
Paru. Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.
Gastrointestinal. Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal contohnya:
ADH. Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan
air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
Aldosteron. Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium dan system angiotensin rennin.
Prostaglandin. Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang
pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang
hipotalamus untuk rasa haus.
2.3 Cara Perpindahan Cairan Tubuh
Difusi. Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam
tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi
cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding
molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
Osmosis. Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih
pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang
garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan
intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol.
Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan
NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai
kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih
rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
Transport aktif. Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan
dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic
juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih
pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid
adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma.
Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai
konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang
konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan

lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam
plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan
koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan
tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Membran semipermeable. Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat
di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.4 Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh
berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total
berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan.
Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak dalam tubuh dan jenis
kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada
wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria. Kebutuhan air
berdasarkan umur dan berat badan:
Umur Jumlah air dalam 24 jamFungsi
ml/kg berat badan
3 hari250-30080-100
1 tahun 1150-1300120-135
2 tahun1350-1500115-125
4 tahun1600-1800100-110
10 tahun2000-250070-85
14 tahun2200-270050-60
18 tahun2200-270040-50
Dewasa2400-260020-30
2.5 Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk
dan jumlah cairan yang keluar.
Asupan cairan. Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 2500
cc/hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus
dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya pendarahan,
maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
Pengeluaran cairan. Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan
cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah 2300 cc. jumlah air yang paling banyak
keluar dari eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak 1500 cc/hari pada orang dewasa. Hali ini
dihubungkan dengan banyaknya asupan melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran
air melalui ginjal mudah diukur dan sering dilakukan dalam praktis klinis. Pengeluaran cairan
dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).

Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur
karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan
(melalui penguapan) meningkat sehigga sulit untuk diukur. Pada kasus ini, bila volume urine yang
dikeluarkan kurang dari 500 cc/hari, diperlukan adanya perhatian khusus.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan
pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam,
keringat dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang
dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan:
Urine. Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung
kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal
disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudoan diserap kembali ke dalam
aliran darah. Hasil ekresi berupa urine. Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah,
receptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan
mengirimkan kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran
urine.
Keringat. Terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak
mengandung garam, urea, asam laktat dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar
akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.
Feses. Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui
feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar
melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah
rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.
2.6 Jenis Cairan
Cairan nutrien. Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam cairan nutrient
dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( dextrose
dan levulose).
Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah setelah
kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam
kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah.
Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah
luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders
antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini
mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
2.7 Kebutuhan dan Pengaturan Elektrolit
1.Kebutuhan elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient dan sisa

metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam
dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion
Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik.
Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh
kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida,
bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:
Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5
mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram per 100 ml
(mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion
dalam molekul.
2.Pengaturan Elektrolit
Pengaturan Keseimbangan Natrium. Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi
mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan
ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron
dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangankonsentrasi
natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap
kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah
natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar
tubuh, tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan
melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.
Pengaturan Keseimbangan Kalium. Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan
intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal
dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron
juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel).
System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu: Peningkatan konsentrasi
kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron, peningkatan
jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal dan
peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
Pengaturan Keseimbangan Kalsium. Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang,
menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu beberapa
enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh
diatur oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun,
kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
Pengaturan Keseimbangan Klorida. Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel,
tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu
dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
Hipokloremia merupakan siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan
hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam darah
pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
Pengaturan Keseimbangan Magnesium. Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan
yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid.
Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh

konsentrasi kalsium. Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd
dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.
Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat. Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer
(penyangga) dalam tubuh.
Pengaturan Keseimbangan Fosfat. Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi
membentuk gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
2.8 Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan
bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik.
Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan
elektrolit:
Cairan Ringers, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
Cairan Ringers Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
Cairan Buffers, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
2.9 Keseimbangan Asam dan Basa
Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan asam-basa
dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,357,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolism dengan system
buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di
ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, fosfat dan protein.
System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3)
dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui
pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi
standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai.
Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga
meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan
ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan
jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi
alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH,
sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah
konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi
alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut
asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.
2.10 Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat disebabkan
oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium (sodium) laktat dan
natrium bikarbonat. Laktat merupakan agram dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari
cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3),
yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain system pernapasan, ginjal juga
berperan untuk mempertahankan asam-basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion
hydrogen dan membentuk ion bikarbonat dengan pH darah normal. Jika pH plasma turun dan

menjadi lebih asam, ion hydrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.
Masalah Keseimbangan Asam-Basa
sidosis Respiratorik. Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan system
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada
pernapasan, peningkatan pCO2 arteri diatas 45 mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang
dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.
Asidosis Metabolik. Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan
asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari
22 mEq/lt.
Alkalosis Respiratorik. Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat menimbulkan
terjadinya pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan,
emboli paru dan lain-lain.
Alkalosis Metabolik. Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa
pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45
atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat melalui tabel berikut:
HCO3 PlasmapH PlasmapCO2 PlasmaGangguan Asam-Basa
MeningkatMenurunMeningkatAsidosis Respiratorik
MenurunMenurunMenurunAsidosis Metabolik
MenurunMeningkatMenurunAlkalosis Respiratorik
MeningkatMeningkatMeningkatAlkalosis Metabolik
2.11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga dapat
mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Temperature. Temperature ayng tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat
cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
Diet. Apabila kekurangan nutrient, tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan di
dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang
dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
Stress. Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalui proses
peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan metabolism sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yang
rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit
menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal yang
dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
2.12 Masalah-Masalah pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Masalah Kebutuhan Cairan
Hipovolume atau Dehidrasi. Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan
mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh
akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah.

Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:


Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara seimbang.
Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada elektrolit
Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada air
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang
(hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan
daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel
dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan kreatinin meningkat dan menyebabkan
perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi
secara lambat atau cepat dan tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein
dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan serta
berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang
mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal diare, muntah secara terus-menerus,
pemasangan drainase dan lain-lain.
Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:
Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri: pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt; serum natrium
mencapai 159-166 mEq/lt; hipotensi; turgor kulit buruk; oliguria; nadi dan pernapadan meningkat
serta kehilangan cairan mencapai > 10 % BB.
Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10% BB; serum natrium
mencapai 152-158 mEq/lt serta mata cekung.
Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 lt.
Hipervolume atau Overhidrasi. Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan
yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya terdapat diantara
jaringan. Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan berbentuk
cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke
jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan
lain dengan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi
sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan
jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke
permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik
yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru sehingga
menyebabkan edema paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah
penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara napas ronnchi basah. Keadaan edema ini
disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler
darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru. Perawat harus melakukan observasi secara
cermat bila memberikan cairan intravena pada pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab
kelebihan cairan pada kapiler paru terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan.
Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak mampu menampung cairan dalam
jumlah besar. Pada pasien tua, elastisitas pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung
sedikit cairan. Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan

kelainan ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer (pitting edema),
asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basah, penambahan berat badan secara
tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila
kelebihan cairan bersifat akut.
Masalah Kebutuhan Elektrolit
Hiponatremia. Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan,
denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa kering. Hiponatremia
disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalya ketika tubuh mengalami diare
yang berkepanjangan.
Hipernatremia. Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, ditandai
dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik serta kadar
natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi ini dapat disebabkan karena dehidrasi, diare,
pemasukan air yang berlebihan sementara asupan garam sedikit.
Hipokalemia. Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia
dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang mengalami diare
berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu
makan dan muntah-muntah, perut krmbung,lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak beraturannya
denyut jantung (aritmia), penurunan bising usus dan turunnya kadar kalim plasma hingga kurang
dari 3,5 mEq/lt.
Hiperkalemia. Merupakan suatu keadaan diamna kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian kalium yang berlebihan
melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas system pencernaan, aritmia,
kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan diare, adanya kecemasan dan iritabilitas serta kadar
kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.
Hipokalsemia. Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang
dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
Hiperkalsemia. Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada
pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan,
ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar
kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.
Hipomagnesia. Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan
konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.
Hipermagnesia. Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan
adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.
2.13 ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan. Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit

meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral,
parenteral atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses,
muntah atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan
yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
Faktor yang Berhubungan. Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan
cairan seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
Pengkajian Fisik. Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit
seperti system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi
vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata),
system neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan system
gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya. Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit
(natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
B. Diagnosis Keperawatan
1.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya
kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat
serta pendarahan.
2.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat
penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus;
retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1.Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2.Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin,
hematokrit dan Hb.
Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan
minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
Pengurangan asupan garam
Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit pasien
terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk
istirahat dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang
mengalami edema diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3.Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
4.Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1.Pemberian cairan melalui infuse. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara

memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum
infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas
alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan
menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian
ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung
tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek
apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik
jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan
betadineTM dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester;
lalu cuci tangan.
Cara Menghitung Tetesan Infuse
Dewasa:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam
waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
1x3
Anak:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam,
maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit =
250 = 125 tetes mikro/menit
2
2.Tranfusi Darah. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat
tranfusi set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi
jaringan.
Alat dan bahan: standar infuse, tranfusi set, NaCl 0,9 %, darah sesuai dengan kebutuhan pasien,
jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung,
kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan NaCl 0,9% dan tranfusi
set dengan cara menusukkan; isi cairan NaCl 0,9% ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian
ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung

tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek
apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarim infuse/abocath); tarik
jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan
betadineTM dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester;
setelah NaCl 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan;
sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan
tanggal kedaluwarsa; lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian infuse; lalu cuci
tangan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dam elektrolit secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit
dalam batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada penurunan, turgor kulit
baik, tidak terjadi edema dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Ginjal merupakan organ yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan sistem dapar (buffer)
kimia dalam cairan tubuh.
3.2Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga dari
makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih baik bila kita
memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak
mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada Senin, 26 November
2012 pukul 15.00 WIB.
http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-danElektrolit.html diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari diakses pada Senin,
26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
Tampilkan lebih banyak
Blogger

Stats: 15.9kB, 0.19s

blogspot.com
lihat yang asli (lambat dimuat)
Naima Baranusa
Selasa, 31 Januari 2012
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A.Pengertian
Cairan adalah larutan/air(pelarut/solvent) dan solute (elektrolit dan non elektrolit) sedangkan
Elektrolit adalah senyawa kimia yang terlarut dalam suatu larutan yang dibentuk oleh ion-ion.
B.Fungsi cairan Tubuh
-Pembentuk struktur tubuh
-Sarana transportasi (Nutrisi,hormon,dan protein)
-Sebagai sarana metabolisme sel

-Membantu mengeluarkan sisa-sisa metabolisme


-Mengatur suhu tubuh
-Memelihara suhu tubuh dengan kulit
C.Distribusi cairan Tubuh
Jumlah cairan tubuh tergantung umur dan jenis kelamin. Pada bayi lebih besar dari pada orang
dewasa. Orang gemuk lebih kurang dari orang kurus dan perempuan lebih kurang dari pada lakilaki.
1.Total Body Water (TBW)
Pada orang dewasa 60 % dari berat badan dalam kg.
2.Cairan Tubuh dibagi dalam 2 bagian :
a.Cairan Intra seluler
Adalah Cairan dalam semua sel tubuh mengandung 2/3 TBW (40%)
b.Cairan Ekstra seluler
Adalah Cairan yang berada di luar sel tubuh meliputi :
Interstitial 15 %
Intra vaskuler 5%
c.Cairan Transeluler
Cairan yang terdapat dalam rongga badan 1-3 % dari berat badan.
D.Pengaturan Normal Keseimbangan cairan dan Elektrolit
1.Ketentuan Volume cairan
Kebutuhan cairan tubuh yang normal intake dan output
2.Intake cairan normal
Orang dewasa sehat memasukkan cairan 90% dari intake cairan /harinya (2500 cc) dari 10%
intake cairan di hasilkan dari metabolisme
3.Out Put cairan normal
Balance cairan dipertahankan karena: paru-paru, kulit, saluran cerna, ginjal menekresikan
sejumlah cairan sama dengan intake cairan total.
IWL (Insensible water Loss) adalah hilangnya cairan yang tidak dapat dilihat melalui evaporasi
dan respirasi.
-Dewasa : 8-10 cc/kgBB/24 jam
-Anak: 30 cc/kgBB/24 jam
SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati
-Urine: 1-2 CC/kgBB/24 Jam
-Feases: 100-200 cc/kgBB/24 jam
Output urine setiap hari hampir sama dengan intake balance cairan individu dapat diperkirakan
dengan membandingkan intake cairan oral dan output urine.
E.Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Difusi
Adalah Peristiwa dimana gas atau Zat dalam larutan tercampur karena gerakan-gerakan
molekulnya, cenderung mengisi ruang yang ada dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah,
Osmosis
Adalah perpindahan suatu larutan melewati membran semipermeabel ke larutan yang lain yang
mempunyai konsentrasi yang lebih rendah.
Transpor Aktif

Adalah
F.Pengaturan Cairan Tubuh secara Endokrin
Anti Diuretik Hormon Diproduksi di hypothalamus yang dikeluarkan oleh kelenjar pitutary
posterior, bekerja terhadap tubulus renalis untuk menahan air dan menurunkan urine out put,
Aldosteron
Disekresi oleh adrenal kortex bkerja terhadap tubulus renalis untuk reabsorpsi.
Parathormon
Dihasilkan oleh kelenjar paratyroid, melancarkan absorpsi Calsium dari tulang.
G.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Umur
Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan luasnya
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik dan berat badan.
USIA
3 hr
1 thn
2 thn
4 thn
10 thn
18 thn
Dewasa
KEBUTUHAN
ML
250-300
1150-1300
1350-1500
1600-1800
2000-2500
2200-2700
2400-2600
CAIRAN
ML/KGBB
80-100
120-135
115-125
100-110
70-85
40-50
20-30
Temperatur Lingkungan
Stress
Penyakit
Lemak dalam tubuh

Nutrisi
H.Pengeluaran cairan
Melalui : Urine, feases, keringat dan uap air oleh sistem pencernaan, perkemihan, pernapasan.
I.Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Overhydrasi
Disebut juga oedam, terjadi karena kelebihan cairan pada interstitial sebagai akibat dari beberapa
gangguan sirkulasi cairan tubu seperti infeksi dan kongesti paru.
Dehidrasi
Terjadi apabila total output cairan melebihi intake bisa di akibatkan : muntah dan diare serta luka
bakar.macam-macam dehidrasi
Dehidrasi Isotonis
Adalah dehidrasi dimana adanya kekurangan pada cairan extraseluler.
Dehidrasi Hipertonik
Adalah kekurangan banyak cairan yang melebihi kekurangan elektrolit dimana Air keluar dari sel
ke ECF.
Dehidrasi Hypotonik
Adalah kebanyakan air dalam tubuh, tanpa peningkatan elektrolit sehingga air masuk ke dalam sel
menyebabkan sel bengkak.
Gangguan keseimbangan asam dan basa
J.Rumus menentukan jumlah cairan dalam 24 jam adalah :
Misalnya : instruksi dokter memberikan 24 tetes/menit
Maka Rumusnya:
Jumlah tetes x 24 jam (dalam menit)
15 tetes
24 tetes x 24 jam x 60 menit
15 tetes
24 tetes x 1440
15 tts
: 2304 CC
K.Rumus menentukan Jumlah jam dalam 1 botol
Misalnya : Instruksi dokter memberikan 28 tetes/menit, faktor tetes 20 tts/m
Maka Rumusnya :
Jumlah cairan dalam 1 botol x faktor tetes
Jumlah tetes instruksi dokter60 menit
500 x 20
2860 menit
10000
2860 menit
L.Gangguan keseimbangan Elektrolit
Hyponatremia/Hypernatremia
Hypokalemia/Hyperkalemia
Hypokalsemia/Hyperkalsemia
Hypomagnesemia/Hypermagnesemia

St Naima Baranusa di 20.18


Berbagi
1 komentar:
Bagus Dwi19 Maret 2013 01.27
bu St Naima Baranusa, mohon referensinya..
Balas
Tambahkan komentar
Beri komentar sebagai:

Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Foto Saya
St Naima Baranusa
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Stats: 7.2kB, 0.04s
blogspot.com
lihat yang asli (lambat dimuat)
Pemberian Cairan Melalui Infus
A.Definisi
Pemberian cairan melalui infus adalah pemberian cairan yang diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesteril-an
mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan
memasukkan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena
sefalikabasalika dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena) atau vena yang ada dikepala,
seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak).
Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan
pada pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
B.Tujuan
1.Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2.Infus pengobatan dan pemberian nutrisi
C.Alat dan Bahan

1.Standart infus
2.Set infus
3.Cairan sesuai program medik
4.Jarum infus dengan ukuran yang sesuai
5.Tuorniquet
6.Kapas alkohol
7.Plester
8.Gunting
9.Kassa
10.Bethadine
11.Sarung tangan
D.Prosedur Kerja
1.Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.Cuci tangan
3.Hubungkan cairan infus set dengan menusukkan kebagian karet atau akses selang kebotol infus
4.Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem
selang hingga cairan memenuhi slang dan udara selang keluar.
5.Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
6.Lakukan pembendungan dengan tuorniquet (karet pembendung) 10-12 cm diatas tempat
penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular (bila sadar)
7.Gunakan Sarung Tangan Steril
8.Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
9.Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan posisi
jarum (abocats) mengarah keatas.
10.Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocats/surflo). Apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan
tusukan ke dalam vena.
11.Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan, tahan bagian atas vena dengan menekan
menggunakan jari tangan agar darah tak keluar kemudian bagian infus dihubungkan dengan slang
infus
12.Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dosis
13.Lakukan Fiksasi Dengan Kassa Steril
14.Tuliskan tanggal dan waktu pemasaran infus serta catat ukuran jarum
15.Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16.Catat jenis tetesan cairan,letak infus, kecepatan aliran, ukuran, dan tipe jarum infus.
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
apa komentarmu ?

Beranda
Lihat versi web
About Me

Foto Saya
_Ly_`s pageS
lakuin yang buat kamu bahagia tanpa mengecewakan satu orangpun, terutama orangtua.
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Stats: 7.9kB, 0.03s

blogspot.com
lihat yang asli (lambat dimuat)
Materi Asuhan Keperawatan
Rabu, 01 Januari 2014
Menghitung tetesan infus dan dosis obat
Selamat membaca bagi adik-adik dan teman sejawat yang ingin tahu bagaimana menghitung
tetesan infus per menitnya ?????????
Sebelum kita masuk pada pengaplikasian perhitungan kita haru tahu perbedaan antara infus makro
dan juga infus mikro
Perhitungan Tetesan infuss
Perbandingannya adalah
20 tetes/menit infus makro= 1cc=1ml
60 tetes/menit infus mikro=1 cc=1ml
Jadi perbandingan makro:mikro adalah 20:60=1:3 artinya satu tetes makro sama dengan tiga tetes
mikro
Kemudian bagaimana faktor tetes untuk dewasa dan anak-anak
Faktor tetes dewasa= 20 tetes/menit

Faktor tetes anak-anak=60 tetes/menit


Bagaimana rumusnya??????
Jumlah tetesan per menit = (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
Contoh soal:
Seorang Pasien menghabiskan 500 cc IVFD RL dalam waktu 8 jam.
1. Berapakah jumlah tetesan permenitnya ?
2. Berapakah jumlah tetesan perdetiknya ?
3. Hitung untuk pasien dewasa dan juga anak anak ?
Jawab:
1. Mencari jumlah tetesan/ menit
Pasien dewasa
Jumlah tetesan permenit= (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
=(500 x 20 ) : (8 x 60 )
=10.000 : 480
= 20,833 tetes/menit ( kalian bisa bulatkan menjadi 21 tetes permenit )
Pasien anak-anak=(jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
=(500 x 60 ) : (8 x 60)
=10.000 : 480
=20,833 tetes/menit (kalian bisa bulatkan menjadi 21 tetes per menit )
Untuk pembulatan jika diatas 5 kalian bisa bulatkan menjadi 1 misal 0,5=1

2. Mencari jumlah tetesan/ detik


Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka tetesan per detiknya
adalah
1 menit= 60 detik
Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya adalah
60/21= 2,857 ( kalian bulatkan menjadi 3 ) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1 tetes

Mudah dan gampang kan adik-adik ????????????/


Sekarang kita belajar mencari lamanya waktu infus akan habis ya
Saya kasih tahu rumus cepatnya

Untuk yang makro


1.20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam
Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )
2.15 tetes/menit= 11 jam
3.10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
4. 5 tetes permenit= 33 jam
6. 30 tetes/ menit= 6 jam
7. 40 tetes/menit= 4 jam
8. 60 tetes/menit= 3 jam
jadi rumus untuk menghitung lamanya waktu=
Tampilkan lebih banyak
Stats: 4.9kB, 0.09s

blogspot.com
lihat yang asli (lambat dimuat)
vanilla coklat
APR
27
monitoring perawatan infus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Monitoring infus merupakan pemantauan perawat untuk mencatat hasil dari data pasien sebelum
maupun setelah melakukan tindakan perawatan infus.. Pemantauan berkadar tingkat tinggi
dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukan pergerakan ke arah
tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan
kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu.
Perawatan dan mencabut infus merupakan suatu tindakan perawat terhadap pasien/klien untuk
menganti botol,slang infus atau menghentikan terapi intravena.
Menganti botol infus dilakukan apabila cairan sudah berada di leher botol dan tetesan masih
berjalan. Sebaiknya, prosedur ini dilakukan dalam 24 jam untuk mencegah flebitis dan
pembentukan trombus.
Menganti slang infus dilakukan paling lambat setelah 3x24 jam, dan Centers for Disease Control
(CDC) menganjurkan agar tidak lebih dari 2x24 jam. Menghentikan terapi intravena dilakukan
apabila pogram terapi sudah selesai.
1.2 Tujuan

Tujuan umum pada penyusun makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu
kebutuhan dasar manusia (KDM).
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:
1.Untuk mengetahui pengertian monitoring, infus intravena.
2.Untuk mengetahui jenis-jenis set intravena
3.Untuk mengetahui larutan infus yang layak dipakai.
4.Mengetahui cara melepaskan infus
5.Mengetahui cara pergantian set infus
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Monitoring Infus Intrevena
MonitoringInfus intravena adalah pemantauan perawat untuk mencatat hasil dari data pasien
sebelum maupun setelah melakukan tindakan perawatan infus.pemantauan berkadar tingkat tinggi
dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah
tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan
kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu,
pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk memeriksa terhadap proses berikut
objek atau untuk mengevaluasi kondisi atau kemajuan menuju tujuan hasil manajemen atas efek
tindakan dari beberapa jenis antara lain tindakan untuk mempertahankan manajemen yang sedang
berjalan.
2.2 Jenis-jenis Set Intravena
Jenis-jenis paket Set terdiri dari slang panjang dengan tabung tetes dan trocar pada ujung
atasnya, sedangkan pada ujung bawahnya terdapat mulut pipa yang terhubung dengan kanula.
Pada slang terdapat klem untuk mengatur kecepatan tetesan. Jenis Set intravena yang
digunakan untuk transfusi darah memiliki dua tabung tetes dan satu buah filter.
Burette atau alat pengontrol volume harus digunakan bila pompa infus tidak tersedia, agar
kecepatan tetesan dapat diatur lebih baik. Kecepatan tetesan dipengaruhi oleh posisi lengan atau
tangan, terutama bila persendian ditekuk. Kecepatan tetesan dihitung sesuai faktor tetesan
(bervariasi sesuai intruksi pabrik) dan jumlah pesanan. Tabung ini perlu diisi tiap satu jam. Hal ini
dapat membatasi jumlah cairan yang diinfuskan sehingga menurunkan risiko pemberian cairan
yang terlalu banyak terlalu cepat pada ibu.
Syringe drivers salah satu pompa infus y.ang dapat digunakan untuk pemberian obat
misalnya insulin. Berbagai pompa infus dapat mengatur aliran infus secara elektronik, pompa
infus juga harus digunakan sesuai instruksi pabrik.
2.3 Pengaturan tetesan infus
Monitoring merupakan tangung jawab perawat dan meliputi laju arus infus sambil memastikan
kebetahan dan keselamatan pasien/klien. Laju arus infus ditetapkan menurut perintah dokter,
dokter mungkin telah menentukan jumlah infus dalam 8 atau 24 jam. Laju infus dihitung
berdasarkan jumlah tetes larutan per menit. Dibawah ini disertakan rumus yang dapat digunakan
untuk menentukan laju arus infus :
Jumlah tetes per menit =
Tetesan infus diatur sesuai pogram pengobatan, tidak boleh teralu cepat atau terlalu lambat. Ada
dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan, yakni :
1.Jumlah mililiter/jam.jumlah tetesan dihitung dengan mebandingkan voleme cairan yang harus

diberikan ( ml ) dengan lamanya pemberian ( jam ).


Contoh : 3000 ml cairan RL. Harus diberikan dalam 24 jam. Dengan demikian jumlah tetesan =
= 125ml/jam
2.Tetesan/menit. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalikan jumlah cairan yang dibutuhkan (ml)
dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian (menit). Faktor tetes
detentukan berdasarkan alat yang digunakan.
Rumusan pemberian cairan:
Contoh:seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terus menerus. dari
pengkajian itu di temukan tanda-tanda dehidrasi sedang. Berdasarkan pemeriksaan, klien harus
mendapatkan terapi cairan intervena. Dokter menginstruksikan pemberian 3 kolf RL dalam 24
jam.Dengan demikian jumlah tetesan infus/menit untuk klien tersebut adalah :
Tetes/menit =
=
= 20,8 tetes/menit
= 21 tetes/ menit
Faktor tetes, atau jumlah tetes per milimeter, ditentukan oleh ukuran bukan pada peralatan infus.
Faktor tetes yang lebih banyak di pergunakan adalah 15 tetes/ml, 20 tetes/ml, 60 tetes/ml.
2.4 Pemeliharaan laju infus
Banyak faktor yang mengubah laju arus infus intravena :
1.Ketinggian letak botol larutan infus di banding posisi pasien
2.Tekanan darah pasien/klien, dan
3.Posisi pasien sendiri dapat mempengaruhi.
Perawat perlu terus menerus mengecek infus dalam selang waktu yan teratur. Pemeliharaan laju
infus penting karena implikasinya yang berkaitan dengan keseimbangan cairan tubuh pasien. Arus
infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan terjadinya deficit (kekurangan) karena masukan
tidak dapat mengiimbangi pengeluaran, atau memperlambat pemulihan keseimbangan.
2.5 Abocath (jarum infus), Infus set / Transet ( selang infus)
1.Abocath
Abocath itu sebenarnya terdiri dari 2 bagian yang pertama bagian dalam yang isinya adalah jarum.
jarum ini lebih panjang dari bagian yang luar, fungsi dari jarum ini adalah untuk memasukan
abocath yang bagian luar yang terbuat dari plastik. setalah semuanya masuk ke pembuluh darah
maka jarum bagian dalam tadi akan dicabut dan tinggal bagian luarnya yang di dalam pembuluh
darah. karena bagian luarlah ini yang nantinya akan berfungsi sebagai jalan masuknya cairan infus
atau yang lain.
Abocath Terumo 22 Gx1digunakan sebagai alat untuk pemasangan infus yang di pasang pada intra
vena.Abocathini memiliki 3 ukuran standar, yaitu ukuran 20, 22 dan 24. semakin besar angka pada
ukuran abocath maka akan semakin kecil jarum yg terdapat pada abocath.Abocath ini hanya untuk
sekali pemakaian pada saat pemasangan infus, setelah infus dilepas, maka abocath ini sudah tidak
dapat digunakan kembali.
2.Infus set / Transet ( selang infus)
selang infus ini fungsinya untuk jalan masuk cairan. sesuai namanya infus set digunakan untuk
khusus cairan infus kalau transet gunanya untuk tranfusi. infus set tidak bisa digunakan untuk
transet dan transet bisa digunakan untuk infus set, perbedaanya di saringnya kalau transet ada
saringanya kalau infus set tidak ada. gambar dibawah adalah infus set.

2.6Jenis Cairan Intravena


Cairan infus dapat berupa salah satu dari berbagai jenis cairan dengan jenis wadah yang berbedabeda, misal kantong plastik lunak, botol kaca, plastik semi kaku (polyfusor). Wadah dari kaca
memiliki penutup dari karet yang ditutupi oleh segel steril yang harus dibuka kemudian dilap
dengan kapas alkohol sebelum trocar ditusukkan dari ujung atas set. Untuk memperlancar aliran
cairan, dipasang jarum inlet udara steril pada karet penutup botol infus untuk menyimbangkan
tekanan dalam botol. Pada kemasan polyfusor harus digunakan gunting steril untuk memotong
bagian ujung tempat menusukkan trocar, kemudian dimasukkan kedalam slang dan putar agar
terpasang dengan baik.
Jenis cairan intravena ada 3 macam
Isotonik yaitu larutan dengan osmolalitas yang sama dengan plasmacontohnya : salin normal
0.9% atau laktat Ringer. Ketidakseimbangan isotonic diakibatkan oleh kekurangan volume cairan
yang terjadi saat air dan elektrolit yang hilang berada didalam proposi isotonik. Pasien yang
berisiko kekurangan cairan ini yaitu diare, muntah, penghisap lambung.
Hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi solut lebih rendah dari plasma contohnya: Salin
0.45%, Salin 0.33%, Dekstrosa 2.5%
Hipertonik yaitu larutan konsentrasi solute lebih tinggi dari plasma contohnya: Dekstrosa 5%
didalam salin 0.45%, Dekstrosa 5% didalam salin normal, Dekstrosa 5% didalam laktat Ringer,
Salin 3%
Gambar. 2 Jenis Cairan Infus
2.7 Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena
Tindakan ini merupakan prosedur untuk memberikan obat dengan menambahkan obat kedalam
wadah cairan intravena.
2.7.1 Tujuan
Untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah dan
memberikan nutrisi parenteral atau suplemen nutrisi.
INDIKASI
Pemberian obat-obatan misalnya synticinon
Sebelum transfusi darah
KONTRA INDIKASI
Sesudah melakukan transfusi darah
Hipovolemia misalnya pendarahan, syok, dehidrasi
Rumatan cairan dan nutrisi peroral tidak diperbolehkan pada pasien pra dan pascaoprasi
2.7.2 Alat dan Bahan
Spuit dan jarum sesuai ukuran
Obat dalam tempatnya
Wadah cairan (kantong/botol)
kapas alkohol
2.7.3 Pelaksaan
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
Cuci tangan
Memeriksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam spuit
Cari tempat untuk menyuntikan obat pada kantung
Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan hentikan aliran cairan

Lakukan penyuntikan dengan menusukkan jarum spuit ke dalam kantung/wadah cairan


Setelah selesai tarik spuit. Dan campurkan larutan dengan membolak-balikkan kantung cairan
dengan seksama dan perlahan
Atur kecepatan aliran cairan kembali
cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Catat prosedur dan kaji respons pasien
2.8 Perawatan Selama Pemasagan Infus Intravena
1)Perhatikan pasien selama perasat dijalankan
2)kecepatan tetesan harus diobservasi dengan ketat untuk memastikan kecepatan jumlah cairan
yang diinfuskan. Tinggi kantong infus juga akan mempengaruhi tetesan karena gravitasi
meningkatkan kecepatan aliran.
3)Daerah tusukkan infus harus dipantau untuk memastikan tidak adanya tanda-tanda infeksi dan
kanula harus tetap berada pada tempatnya dan tidak tersumbat
4)Kanula harus dibilas secara teratur, setiap selesai pemberian obat IV.
5)Bagi pasien yang masih kekurangan cairan maka diharuskan untuk menggantikan cairan infus
yang sudah kosong dengan cairan yang baru.
6)Jika selang infus terjadi penyumbatan atau kerusakan maka harus segera diganti.
7)Perhatikan keadaan penderita selama dipasang infus bila terjadi reaksi tersebut infus dihentikan
dahulu dan laporkan pada dokter
8)Jangan sampai ada udara masuk kedalam pembuluh udara
9)Bekerja selalu dan ingat dasar-dasar aseptik dan aterilitet
10)Catatlah macam cairan dan banyaknya tetesan permenit
11)Denyut nadi dan tensi darah harus dikontrol selama perasat dijalankan
2.9 Mengganti Set Infus
Menurut johnson (1994), menyarankan untuk mengganti set infus setiap 24 jam untuk
menurunkan resiko infeksi, kecuali bila menggunakan filter jangka panjang (96 jam) sudah
banyak dilakukan. Sedangkan Fuller (1998), menyarankan untuk mengganti set infus setiap 48
jam, karena tidak tampak berhubungan dengan resiko terjadinya flebitis atau infeksi. kecuali jika
set habis digunakan untuk tranfusi darah atau set infus sudah terlalu banyak dimanupulasi. Selain
itu, selang infus juga harus segera diganti bila terjadi penyumbatan atau kerusakan.
Menganti set infus, prosedur ini dilakukan paling lambat setelah 3 x 24 jam, dan Centers for
Disease Control ( CDC ) menganjurkan agar tidak lebih dari 2 x 24 jam.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Pesiapkan peralatan nya :
a.Selang infus termasuk cairan botol infus yang di resepkan
b.Kasa steril berukuran 2 x 2
2.Alirkan cairan sepanjang slang, gunakan botol cairan, dan tutup klem pada standar infus.
3.Sambungkan slang baru ke poros jarum
4.Langkah selanjutnya sama dengan prosedur pemasangan infus baru.
2.10 Mengganti Larutan Infus
2.10.1 Tujuan
Untuk menurunkann terjadinya resiko infeksi dan flebitis pada pasien.
INDIKASI
Bagi pasien yang masih memerlukan larutan atau cairan yang telah dianjurkan dokter.

KONTRA INDIKASI
Pada pasien yang sudah membaik dan memenuhi cairan dalm tubuh, namun hal tersebut
harus sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
2.10.2 Alat dan Bahan
Siapkan larutan yang sudah dipersiapkan di bagian farmasi.
2.10.3 Prosedur
Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup
Pertahankan sterilitas penusuk botol
Buka penutup botol dengan tehnik aseptik atau antiseptik
Perhatikan arah menarik penutup
Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik
aseptik, kemasan infus set jangan diputar
pasang jarum udara
Tekan chamber sampai cairan terisi setengah
Naikkan ujung infus set sejajar chamber
Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar
Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cm
2.9 Melepaskan Infus
2.9.1 Pengertian
Melepaskaninfus adalah pencabutan cairan yang telah dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui
pembuluh darah karena keadaan pasien yang sudah membaik.
2.9.2 Tujuan
Agar tidak timbulnya reaksi alergi, emboli udara, infeksi, edema paru-paru pada pasien.
INDIKASI :
Bagi pasien yang sudah mendapat izin dari dokter untuk pulang, sembuh dan bagi pasien yang
sudah terpenuhi oksigennya
KONTRA INDIKASI:
Bagi pasien yang belum sembuh dan mendapatkan izin dari dokter untuk pulang sarta belum
terpanuhi oksigennya.
2.9.3 Persiapan Alat
1.Perlak dan pengalas
2.Sarung tangan
3.Kapas alkohol larutan antiseptik (klorheksidin glukonat 2%, alcohol 60-90% atau PVI 10%
4.Plester bedah atau band aid steril, kasa 2x2 cm,
5.Gunting plester
6.Bengkok
2.9.4Prosedur
1.Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2.Mendekatkan alat
3.Mencuci tangan
4.Memasang perlak dan pengalas
5.Memakai sarung tangan
6.Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alkohol
7.Melepas plester dan kassa dari kulit

8.Menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan mencabut infus pelan-pelan
9.Menekan kapas alkohol dengan plester
10.Membereskan alat dan merapikan pasien
11.Melepas sarung tangan
12.Mencuci tangan
13.Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kita dapat mengetahui cara pemantauan infus, cairan-cairan yang dimasukan kedalam infus.
Mencabut infus dengan benar. Cairan infus harus diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan.
Pastikan kemasan dan tipe cairan sesuai instruksi dokter, Periksa kejernihan, kadaluarsa,
kebocoran, cairan bervariasi dalam warna, tetapi tidak pernah tampak berawan, keruh atau
separated.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. Buku ajar Fundamental Keperawatn : konsep, proses, dan praktik/praticia A.
Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahasa, Renata komalasari. Penerbit Jakarta : EGC, 2005
Wahit Iqbal Mubarak. Buku ajar Kebutuhan Dasar Manusia : teori & aplikasi dalam praktik.
Penerbit, Jakarta : EGC, 2007.
Diposkan 27th April 2013 oleh alfatan ryuzaki
0 Tambahkan komentar
Add comment
APR
26
persahabatan
persahabatan yang baru dimulai
Diposkan 26th April 2013 oleh alfatan ryuzaki
0 Tambahkan komentar
Memuat...
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
Stats: 5.0kB, 0.21s

Anda mungkin juga menyukai