A. Pengertian
Cairan tubuh merupakan bagian yang penting dari tubuh. Keberadaanya di dalam
tubuh tidak hanya terdiri dari air tetapi juga elektrolit dalam jumlah tertentu. Kondisi
kehilangan cairan atau kelebihan volume cairan memiliki dampak negatif bagi hemostatis
tubuh. Cairan tubuh mengelilingi sel di seluruh tubuh dan cairan juga berada dalam sel.
Cairan tubuh mengandung elektrolit seperti natrium dan kalium serta memiliki derajat
keasamaan. Cairan, elektrolit dan keseimbangan asam basa dalam tubuh diperlukan untuk
mempertahankan kesehatan dan fungsi seluruh system tubuh (yoost and Crawford, 2015
dalam patrisia, ineke dkk , 2020).
Cairan tubuh total didistribusikan terutama di antara dua kompartemen ; cairan
ekstraseluler dan cairan intraseluler. Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
kunci utama dalam mepertahankan homeostatis tubuh dan memegang peranan penting
dalam melindungi fungsi seluler, perfusi jaringan keseimbangan asam basa.
Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam setiap pengelolaan
kondisi klien. ketidakseimbangan elektrolit harus dipertimbangkan sebagai kombinasi
dari kondisi penyakit yang berhubungan dan pemeriksaan yang dilakukan harus bertujuan
untuk mengklarifikasi keadaan untuk mencapai pengobatan yang sukse dan efektif.
Kondisi ketidakseimbangan elektrolit yang paling sering adalah kondisi kelebihan dan
kekurangan natrium, kalium, kalsium dan magnesium, (balci et al, 2003).
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologis
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari pelarut dan zat
tertentu (zat pelarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada didalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusikan keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan dan elektrolit
adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan (Tamsuri,
2004).
B. Etiologi
Secara umum, factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
1. Usia Variasi usia berkaitan dengan luas usia berkaitan dengan luas perkembangan
tubuh, perkembangan tubuh, metabolism yang metabolism yang diperlukan dan berat
badan.
2. Temperatur Lingkungan Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang
dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stress Stress dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine. runkan produksi urine.
5. Sakit Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto & Wartonah, 2010) onah,
2010)
2. Hypervolemia
- Sesak napas
- Ortopnea
- Oedema
E. Patofisiologi Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karena
cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anferior, jika apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi dihipotalamus anferior akan mengalami gangguan pada
pasien.
F. Pemeriksaan Fisik
- Integument:
keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa
- Kardiovaskuler:
distensi vena jugularis, tekanan darah, haemoglobin dan bunyi jantung.
- Mata:
cekung, air mata kering
- Neurology: reflex, gangguan motoric dan sensorik, motoric dan sensorik, tingkat
kesadaran
- Gastrointestinal:
keadaan mukosa mulut, lidah, munt mulut, lidah, muntah-muntah, dan bising ah-muntah,
dan bising usus.
- Berat badan:
menurun atau tidak
- Leher: adanya pembesaran limfa atau tidak
H. Penatalaksaan
Penatalaksanaan medis
1. Terapi cairan IV
2. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap
3. Terapi obat-obatan
4. Transfusi darah (jika diperlukan)
Penatalaksanaan keperawatan
1. Menghitung tetesan infus
2. Rehidrasi oral.
3. Menghitung keseimbangan cairan.IWL = (15 x BB ) : 24 jam = .... cc/jam
2. Hipervolemia
Hipervolemia dalah penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada
saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan CIT ke plasma.
Gejalanya adalah sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat,
asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop.
2) Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
c. Gangguan keseimbangan elektrolit berhubungan dengan:
3) Intervensi
a. Kekurangan volume cairan
Tujuan dan kriteria hasil:
Tujuan:
Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
- Terjadi peningkatan asupan cairan min. 2000ml/hari (kecuali terjadi kontraindikasi
- Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan kebutuhan cairan pada saat stress/cuaca
panas.
- Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
- Tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji cairan yang disukai klien dalam batas diet
b. Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sift, mis: siang 1000 ml,
sore 800ml, dan malam 200ml
c. Kaji pemahaman klien tentang alas an mempertahankan hidrasi yang adekuat
d. Catat asupan dan keluaran
Rasional:
a. Membuat klien lebih kooperatif
b. Mempermudah untuk memantau kondisi klien
c. Pemahaman tentang alasan tersebut membantu pasien dalam mengatasi gangguan
d. Untuk mengontrol asupan klien
Intervensi:
a.Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan
b. Anjurkan klien untu k menurunkan konsumsi garam
c. Anjurkan klien untuk:
- Menghindari makanan gurih, makanan beku, dan makanan kaleng nan kaleng -
Mengkonsumsi makanan tanpa garam dan
- Mengkonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan menambahkan bumbu
aroma bumbu aroma
- Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop, rebusan dll.
Rasional:
a. Untuk mengontrol asupan klien
b. Konsumsi garam berlebihan meningkatkan tekanan darah
c. Makanan yang menggunakan penyedap rasa dan pengawet
Intervensi:
1) Penurunan kadar kalium
a.Observasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo, hipotensi artimia, mual, muntah,
diare, distensi abdomen, penurunan peristaltic, kelemahan otot, dank ram tungkai.
b. Catat asupan dan keluaran
c. Tentukan status hidrasi klien bila terjadi hipokalemia.
Rasional:
a. Mengetahui tanda hiporkalemia, perawat dapat menetapkan tahap selanjutnya
b. Poliuria dapat menyebabkan pengeluaran kalium s engeluaran kalium secara
berlebihan secara berlebihan
c. Kelebihan cairan dapat menyebabkan penurunan kadar kalium serum.
- observasi tanda dan gejala hiperkalemia (misa a.Observasi tanda dan gejala
hiperkalemia (misalnya bradikardia, kram bradikardia, kram abdomen,
oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstermitas)
- Kaji keluaran urin, sedikitnya 25ml/jam atau 600ml/hari. l/hari.
- Laporkan nilai kalium serum yang melebihi 5mEq/l batasi asupan kalium jika
perlu
- Pantau EKG
4) Impelementa (perencanaan)
- Kekurangan Volume Cairan
a. Mengkaji cairan yang Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet lam
batas diet
b. Merencanakan target pemberian pemberian asupan cairan untuk setiap sift, mis:
siang 1000 ml, sore 800ml, dan malam 200ml
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alas an mempertahankan hidrasi yang adekuat
d. Mencatat asupan dan keluaran cairan 1000-1500/24 jam
e. Memantau berat jenis urine
DAFTAR PUSTAKA
Setyowati, Puji. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Cairan.
https://www.academia.edu/36392304/LAPORAN_PENDAHULUAN_KE
BUTUHAN_CAIRAN. (diakses pada tanggal 13 September 2022)