Anda di halaman 1dari 12

A.

Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Kebutuhan caian elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk berespon
terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan dan kekurangan (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake (masukan) cairan dan
output (pengeluaran) cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar
1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1.500 ml/hari,
fese 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml (Tarwoto &
Wartonah, 2006).

2. Klasifikasi
a. Cairan
Menurut Tamsuri (2008), cairan tubuh didistribusikan dalam dua
kompartemen yang berbeda, yaitu :
1) Kompartemen cairan intraseluler (CIS)
Jumlah cairan intraseluler 2/3 dari jumlah total cairan tubuh (67%)
dan terdapat dalam sekitar 75 triliun sel tubuh. Besarnya
konsentrasi dan jumlah zat terlarut dalam masing-masing sel
berubah-ubah, bergabung pada jenis sel yang ada.Cairan
intraseluler mengisi 40% dari berat tubuh.
2) Kompartemen cairan ekstraseluler (CES)
Seluruh cairan diluar sel disebut sebagai cairan ekstraseluler.
Cairan ini mengisi 20% dari berat tubuh atau memenuhi 1/3 dari
jumlah total cairan tubuh. Cairan ekstraseluler dikelompokkan
menjadi plasma dan cairan intersisial.Plasma mengisi ¼ dari
volume cairan ekstraseluler, sedangkan sisanya diisi cairan
intersisial.
b. Elektrolit
Menurut Kozier, et al (2011), klasifikasi elektrolit adalah sebagai
berikut :
1) Natrium
Natrium merupakan kation yang terbanyak di cairan ekstrasel dan
merupakan kontributor utama terhadap osmolaritas serum. Natrium
berfungsi untuk mengendalikan dan mengatur keseimbangan air.
2) Kalium
Kalium merupakan kation untuk di dalam cairan intrasel, hanya
sedikit ditemukan berada di dalam plasma dan cairan
interstitial.Kalium sangat penting dalam mempertahankan
keseimbangan cairan di CIS.
3) Kalsium
Sebagian besar kalsium di dalam tubuh berada dalam sistem
rangka, relative sedikit berada di dalam cairan ekstrasel. Kalium
sangat penting dalam pengaturan kontraksi dan relaksasi otot,
fungsi neuromuskuler dan fungsi jantung.
4) Magnesium
Magnesium terutama ditemukan di dalam tulang rangka dan cairan
intrasel. Magnesium penting untuk metabolisme intrasel, yang
terutama terlibat dalam produksi dan penggunaan ATP.
5) Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam CES.Fungsi klorida
bersama dengan natrium adalah untuk mengatur osmolaritas serum
dan volume darah.
6) Fosfat PO 4
Fosfat merupakan merupakan anion utama dalam cairan
intrasel.Fosfat juga ditemukan dalam CES dan terlibat dalam
banyak kerja kimia sel, fosfat esensial untuk fungsi otot, saraf dan
sel arah merah.Fosfat juga terlibat dalam metabolisme protein,
lemak, dan karbohidrat.
7) Bikarbonat HCO3
Bikarbonat terdapat dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fungsi
utamanya adalah mengatur keseimbangan asam basa sebagai
komponen esensial dari system buffer asam karbonat-bikarbonat.

3. Faktor yang Berpengaruh


Menurut Mubarak dan Chayatin (2008), faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain :
a. Usia
Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan
yang besar yang diimbangi dengan haluaran yang besar pula,
metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat
imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui
ginjal, dan proses penguapan.
b. Temperatur lingkungan
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas,
seseorang akan kehilangan 750-2000 ml air/jam dan 15-30 garam
/hari.
c. Kondisi stress
Kondisi stres mempengaruhi metabolisme sel, konsentrasi glukosa
darah, dan glikosis otot.Kondisi stres mencetuskan pelepasan hormone
anti-dieuretik sehingga produksi urine menurun.
d. Keadaan sakit
Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit antara lain luka bakar, gagal ginjal, dan payah jantung.
e. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi
yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum.
Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak bias masuk ke
pembuluh darah sehingga terjadi edema.Menurut Kozier, et al. (2011),
edema adalah kelebihan cairan interstisial. Pada kelebihan cairan,
rongga intravaskuler dan interstisial mengalami peningkatan
kandungan air dan natrium.Edema biasanya peling jelas tampak di
area yang tekanan jaringannya rendah, seperti disekitar mata.edema
dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme utama yaitu peningkatan
tekanan hidrostatik kapiler, penurunan tekanan onkotik plasma, dan
peningkatan permeabilitas kapiler.

4. Pengaturan cairan dan elektrolit diatur oleh


a. Ginjal
Fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Jumlah urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh aldosteron dengan rata-
rata 1 ml/kg/b/jam
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit. Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar
keringat di bawah pengendalian saraf simpatis, melalui keringat ini
suhu tubuh dapat dikeluarkan dengan air yang dilepaskan.
c. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernapas.
d. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran yang berperan dalam mengalirkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi
normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari
e. Mekanisme rasa haus
Mekanisme rasa haus di atur dalam rangka memenuhi kebutuhan
cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat
menimbulkan produksi angiotensin II sehingga merangsang
hipotalamus untuk rasa haus (A.Aziz Alimul H. 2009).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Tartowo & Wartonah (2006), hal-hal yang perlu dikaji adalah
sebagai berikut :
a. Riwayat Kesehatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan vdan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homestatis cairan dan
elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan
b. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan. Masalah keseimbangan cairan akibat
kehilangan/bertambahnya berat badan dikategorikan ke dalam tiga
kelompok, yaitu :
a) ± 2% : ringan
b) ± 5% : sedang
c) ± 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi pernafasan
dan suhu, pengukuran tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
Pemasukan cairan yang perlu dihitung adalah cairan yang diberikan
melalui NGT dan oral, cairan parental termasuk obat-obatan IV,
makanan yang cenderung mengandung air yang dikonsumsi oleh
klien, dan cairan yang dikonsumsi oleh klien, dan cairan yang
digunakan untuk irigasi kateter atau NGT.
4) Pengukuran pengeluaran cairan
Pengeluaran yang perlu diukur meliputi volume dan
kejernihan/kepekatan urine, jumlah dan konsistensi feses, muntah,
tube drainase, dan IWL (Insensible Water Loss).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada
:
1) Integumen
Pada pemeriksaan integumen yang perlu diperhatikan adalah
keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan kardiovaskuler yang perlu diperhatikan adalah
distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung
3) Mata
Pada pemeriksaan mata perlu diperhatikan mata cekung atau tidak,
air mata kering atau tidak
4) Neurologi
Pada pemeriksaan neurologi yang perlu diperhatikan adalah keadaan
mukosa mulut dan lidah, muntah-muntah, dan bising usus
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bisa berupa pemeriksaan elektrolit, drah
lengkap, Ph, berat jenis urine, dan analisis gas darah.
2. Diagnosis
Menurut NANDA (2015) diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada
pasien diare, yang sesuai dengan diagnosa keperawatan dalam masalah
kebutuhan cairan dan elektrolit :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan
dengan penurunan intake makanan
c. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit

3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan
1) Tujuan (NOC)
a) Fluid balance
b) Hydration
c) Nutrisional status : food
d) Fluid intake
2) Kriteria hasil
a) Memperthanakan urine output sesuai dengan usia dan BB,
urine normal
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak aaaada rasa haus yang
berlebihan
3) Intervensi (NIC)
Fluid management
a) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat
b) Monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah normal)
c) Monitor vital sign
d) Monitor masukan makanan/cairaan dan hitung intake kalori
harian
e) Dorong masukan oral
Hipovolemia management
a) Monitor status cairan termasuk intakee output
b) Monitor tingkat Hb dan hematokrit
c) Monitor tanda-tanda vital
d) Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
e) Monitor berat badan
f) Dorong pasien untuk menambah intake oral
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Tujuan (NOC)
a) Nutrional status
b) Fluid intake
c) Nutrional status : food
d) Nutrional status : nutrien
e) Intake
f) Weight control
2) Kriteria hasil
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
d) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3) Intervensi (NIC)
Nutrition management
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
c) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
d) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
e) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition monitoring
a) Monitor adanya penurunan berat badan
b) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
c) Monitor kekeringan rambut kusam dan mudah patah
d) Monitor mual dan muntah
e) Monitor kalori dan intake nutrisi
c. Resiko syok
1) Tujuan (NOC)
a) Syok prevention
b) Syok management
2) Kriteria hasil
a) Nadi dalam batas normal
b) Irama jantung dalam batas normal
c) Frekuensi nafas dalam batas normal
d) Natrium serum, kalium serum, klorida serum, klorida serum,
kalsium serum, magnesium serum, dan ph darah serum dalam
batas normal
3) Intervensi (NIC)
Syok prevention
a) Monitor warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR dan
ritme, nadi perifer dan kapiler refil
b) Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaaringan
c) Monitor suhu dan pernapasan
d) Pantau nilai labboratorium : Hb, Ht, AGD dan elektrolit
e) Monitor tanda awal syok
f) Tempatkan pasien pada posisi supinasi, kaki elefasi untuk
peningkatan prelowat dengan tepat
g) Lihat dan pelihara kepatenan jalan napas
h) Berikan cairan IV dan oral yang tepat
i) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala
datangnya syok
j) Ajakan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok
Syok management
a) Monitor fungsi neurologis
b) Monitor status cairan input dan output
c) Monitor EKG
d) Monitor nilai laboratorium
(Sumber, NANDA 2015)

4. Implementasi
Melakukan tindakan intervensi sesuai kebutuhan pasien

5. Evaluasi
Menurut Ali, Zaidin (2010) evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam
mempertahankan keseimangan cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan
oleh adanya keseimangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai
elektrolit dan batas normal, berat adan sesuai dengan tinggi badan atau
tidak ada penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema, dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. (2010). Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC
Kozier, Barbara, et al. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi VII.
Alih bahasa Esty Wahyuningsih, et al. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. ( 2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan 2015. Jakarta : EGC
Tamsuri, Anas. (2008). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi ke 3. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai