Anda di halaman 1dari 14

TEORI DASAR

A. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O 2 setiap kali
bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi
kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah, 2010).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel. Pernapasan merupakan sebuah proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan (Hidayat dan Uliyah, 2015).
Kebutuhan oksigenasi merupakan keutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2009).

B. Anatomi Fisiologi
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015) anatomi fisiologi dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Saluran Pernapasan bagian atas
a. Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
berisi kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke
rongga hidung oleh rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lender yang
mengandung pembuluh darah, proses oksigenasi diawali dengan
penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam
vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta
dilembabkan.
b. Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esophagus yang terletak dibelakang nasofaring
(dibelakang hidung) dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring
(laringo faring)
c. Laring (Tenggorokan) merupakan saluran pernapasan setelah faring yang
terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan
membrane, terdiri atas dua lamina yang bersambung digaris tengah.
d. Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
2. Saluran Pernapasan bagian bawah
a. Trakea disebut juga batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih 9
sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira kira ketinggian vetebra
torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lender yang terdiri
atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek
dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah dan
bawah, sedangkan lobus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi


Menurut Hidayat dan Uliyah (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi
oksigenasi adalah:
1. Saraf Otonomik
Saraf ini dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal
ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan,
ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter untuk simpatis dapat
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan
untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokontriksi karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor
adrenergic dan reseptor kolinergik.
2. Hormone dan Obat
Obat yang tergolong parasimpatis seperti sulfas atropine dan ekstrak
balladona dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang
menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2) seperti obat yang
tergolong penyekat beta nonselektif dapat mempersempit saluran napas
(bronkokonstriksi).
3. Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat
dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk seri bunga, makanan dan
lain lain. Faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di
daerah nasal, batuk bisa disaluran pernapasan bagian atas,
bronkokonstriksi pada asma bronchial, dan rhinitis bila terdapat di saluran
pernapasan bagian bawah.
4. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia
perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia premature, yaitu
adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak
tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring
bertambahnya usia.
5. Lingkungan
Dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi,
ketinggian tanah, suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan
adaptasi.
6. Perilaku
Dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam
mengonsumsi makanan (status nustrisi). Sebagai contoh, obesitas dapat
mempengaruhi proses perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi
proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan
proses penyempitan pada pembuluh darah dan lain lain.
D. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas
(NANDA, 2011).

E. Patofisiologi
Pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan
ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Sudarth, 2002).
F. Pathway
Faktor predisposisi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus

Bersihan jalan napas tidak efektif


Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi

Udara terperangkap dalam alveolus

Suplai O2 jaringan rendah PaO2 rendah PaCO2 tinggiSesak napas, napas pendek

kompensasi Gangguan metabolisme jaringan


kardiovaskuler Gangguan pertukaran gas

Hipoksemia

hipertensi Metabolisme anaerob


pulmonal Pola napas tidak efektif
Insufisiensi/ga
gal napas
Gagal jantung kanan Produksi ATP menurun

Defisit energi
Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Lelah, lemah

Intoleransi aktivitas
Kurang perawatan diri
Gangguan pola tidur
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus
mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji
fungsi keperawatan.
a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan
bahwa ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak
napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang
sulit dan tidak nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba
dan dapat didengar.
d. Mengi
Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan tinggi melalui
jalan nafas yng sempit.
e. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri ini paling
sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium,
merupakan akibat inflamasi kantong perikardium, biasanya tidak
menyebar dan dapat terjadi saat inspirasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
 Warna membran mukosa
 Penampilan umum
 Tingkat kesadaran
 Keadekuatan sirkulasi sistemik
 Pola pernapasan
 Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
 Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ?
 Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan
 Taktil fremitus
Getaran meningkat terjadi pneumonia, penumpukan secret,
atelektasis yang belum total, infark atau fibrosis paru. Sedangkan
getaran menurun mengakibatkan pleural effusion, pneumothorak,
penebalan pleura, emphysema atau sumbatan bronchus.
c. Perkusi
Macam suara ketukan:
 Sonor.
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
 Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru
(pemadatan) : tumor, atalektasis, cairan.
 Hipersonor
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan
suara sonor. Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru,
pneumothorak, emphysema paru.
 Tympani
Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang
tertutup. Suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul
gendang. Kalau terdengar di dinding thorak artinya tidak normal.
Normalnya terdengar dibawah diafragma kiri dimana terletak
lambung dan usus besar.
Teknik perkusi
 Jari tengah diletakkan di dinding thorak
 Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal jari
tengah yang berada di dinding thorak
 Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah
mengetuk segera diangkat.
 Bandingkan kiri dan kanan.
 Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.

d. Auskultasi
 Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen,
dan arteri femoral.
 Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara disepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar,
jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau
terjadi obstruksi.

3. Pemeriksaan Diagnostik
 EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
 Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond
jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberiakn informasi
tentang respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
 Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, BGA.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
a. Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau
influenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
c. Sumbatan jalan nafas karena benda asing
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
a. Lemahnya otot pernafasan
b. Penurunan ekspansi paru
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
a. Perubahan suplai oksigen
b. Adanya penumpukan cairan dalam paru
c. Edema paru

C. Intervensi
Diagnosa yang diangkat:
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai
dengan batuk produktif
b.       Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan bradipnea
c.       Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan
1.    1. Auskultasi dada untuk
1.     Pernafasan rochi, wheezing
tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan menunjukkan tertahannya
selama … x 24 jam adanya secret. secret obstruksi jalan nafas
diharapkan bersihan
jalan napas efektif
2.  2. Berikan air minum hangat2.     Membantu mengencerkan
sesuai dengan kriteria: secret
1.    a. Menunjukkan jalan
3.  3. Beri posisi yang nyaman
3.     Memudahkan pasien untuk
nafas bersih seperti posisi semi fowler bernafas
2.   b. Suara nafas normal
tanpa suara tambahan 4.     4. Sarankan keluarga agar
4.     Pakaian yang ketat
3.    c. Tidak ada tidak memakaikan pakaian menyulitkan pasien untuk
penggunaan otot bantu ketat kepada pasien bernafas
nafas
4.     d. Mampu melakukan
5.     5. Kolaborasi penggunaan
5.    Kelembapan mempermudah
perbaikan bersihan nebulizer pengeluaran dan mencegah
jalan nafas pembentukan mucus tebal pada
bronkus dan membantu
pernafasan
2 Setelah dilakukan
1.    1. Kaji frekuensi pernafasan
1.     Mengetahui frekuensi
tindakan keperawatan pasien. pernafasan paasien
selama….X24 jam
diharapkan pola napas
2.     2. Tinggikan kepala dan
2.    Duduk tinggi memungkinkan
efektif dengan kriteria : bantu mengubah posisi. ekpansi paru dan memudahkan
1.     a. Menunjukkkan pola pernafasan
nafas efektif dengan
frekuensi nafas 16-20
3.     3. Ajarkan teknik bernafas HE dapat memberikan
kali/menit dan irama dan relaksasi yang benar pengetahuan pada pasien
teratur tentang teknik bernafas
2.     b. Mampu
menunjukkan perilaku4.    4. Kolaborasikan dalam
4.     Pengobatan mempercepat
peningkatan fungsi pemberian obat penyembuhan dan
paru memperbaiki pola nafas

         
3 Setelah dilakukan 1.   1. Auskultasi dada untuk
1.     Weezing atau mengiindikasi
tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan akumulasi
selama ….X 24 jam adanya secret. sekret/ketidakmampuan
diharapkan pertukaran membersihkan jalan napas 
gas dapat sehingga otot aksesori
dipertahankan dengan digunakan dan kerja
kriteria : pernapasan meningkat.
1.     Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan
2.     2. Beri posisi yang nyaman
2.     Memudahkan pasien untuk
oksigenasi jaringan seperti posisi semi fowler bernafas
2.      Tidak ada sianosis
3.    3. Anjurkan untuk bedrest,
3.      Mengurangi konsumsi oksigen
          batasi dan bantu aktivitas pada periode respirasi.
sesuai kebutuhan

4.     4. Ajarkan teknik bernafas


4.     HE dapat memberikan
dan  relaksasi yang benar. pengetahuan pada pasien
tentang teknik bernafas

5.    5. Kolaborasikan terapi


5.     Memaksimalkan sediaan
oksigen oksigen khususnya ventilasi
menurun

D. Implementasi
Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.

E. Evaluasi
1. Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam
a. Menunjukkan jalan nafas paten
b. Tidak ada suara nafas tambahan
c. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
2. Dx 2:
a. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas
yang normal
b. Tidak ada sianosis
3. Dx 3:
a. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
b. Tidak ada gejala distres pernafasan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Hidayat, A. A. & Uliyah, M. (2015). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik. Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika

Nanda International. (2011). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.


Jakarta : EGC
Wartonah. 2010. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperwatan. Salemba
Medika : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai