Dosen pengampu :
Disusun oleh :
A. DEFINISI
Infark Miokard Akut adalah suatu keadaan infark atau nekrosis otot
jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard
(ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard) (Udjianti,
2011).
Infark Miokard Akut (IMA) oleh orang awam disebut serangan jantung
yaitu penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner sehingga
aliran darah ke otot jantung tidak cukup sehingga menyebabkan jantung mati
(Rendi&Margareth, 2012).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena
adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran
darah ke jaringan otot jantung (Black&Joyce, 2014).
Jadi, infark miokard adalah keadaan infark atau nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah
koroner atau arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot
jantung.
B. ETIOLOGI
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), penyebab Infark Miokard Akut
(IMA) adalah :
1. Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan atherosclerosis,
kekakuan, atau penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau thrombus.
2. Penurunan aliran darah system koronaria menyebabkan ketidak
seimbangan antara miokardial O₂ suplai dan kebutuhan jaringan terhadap
O₂. Penyebab suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh
faktor:
a. Faktor pembuluh darah : Ateroskeloris, spasme, arteritis.
b. Faktor sirkulasi : Hipotensi, stenosos aorta, insufisiensi.
c. Faktor darah Curah jantung yang meningkat :
Penyebab lain:
1. Curah jantung yang meningkat :
a. Aktifitas berlebih
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme.
2. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:
a. Kerusakan miokard
b. Hypertropi miocard
c. Hypertensi diastolic.
3. Faktor predisposisi:
a. Faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah:
C. KLASIFIKASI
Secara morfologis Infark Miokard Akut (IMA) dibedakan atas dua jenis
yaitu: Infark Miokard Akut (IMA) transmural, yang mengenai seluruh
dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner Price
& Wilson (2006):
1. Infark Miokard Akut (IMA) sub-endokardial dimana nekrosis hanya
terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya berupa
bercak-bercak dan tidak konfluens.
2. Infark Miokard Akut (IMA) sub-endokardial dapat regional (terjadi pada
distribusi satu arteri koroner) atau difus (terjadi pada distribusi lebih dari
satu arteri koroner).
Berdasarkan kelainan gelombang ST (Sudoyo, 2006) :
1. STEMI
Infark Miokard Akut (IMA) dengan elevasi segmen ST (ST elevasion
myocardialinfarcion = STEMI) merupakan bagian dari spectrum sindrom
koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pectoris tak stabil, Infark
Miokard Akut (IMA) tanpa elevasi ST, dan Infark Miokard Akut (IMA)
dengan elevasi ST.
2. NSTEMI
Angina pectoris tak stabil (unstable angina = UA) dan miokardakut tanpa
Elevasi ST (Non ST elevation myocardial infarction = NSTEMI)
diketahui merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan
patofisiologi dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya
penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnose NSTEMI ditegakan
jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya
nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus-menerus, terletak di
bagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tak tertahankan. Rasa
nyeri yang tajam dan berat, bisa menyebar ke bahu dan lengan yang
biasanya lengan kiri. Tidak seperti angina, nyeri ini muncul secara
spontan (bukan setelah bekerja berat atau gangguan emosi) dan menetap
selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan
istirahat maupun nitrogliserin Smeltzer (2018).
2. Nyeri sering disertai nafas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing,
mual dan muntah Smeltzer (2018).
Aterosklerosis Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Oksigenturun
Intoleransi aktifitas
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan
perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung
(memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien
dengan AMI:
1. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan
oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja
jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.
2. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan
dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan.
3. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga
mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung
berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan
diri.
4. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan
nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak
diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan
meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa
membebani jantung.
5. Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya
mendapatkan aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah.
Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
6. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung
dan memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin
juga dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark
biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
7. Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat
mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada
pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka
digunakan petidin.
8. Pada prinsipnya jika mendapatkan korban yang dicurigai mendapatkan
serangan jantung, segera hubungi 118 untuk mendapatkan pertolongan
segera. Karena terlambat 1-2 menit saa nyawa korban mungkin tidak
terselamatkan lagi.
Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan AMI diantaranya:
1. Obat-obatan trombolitik.
2. Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah
pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan
miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan
bekuan darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektive
pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh
lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada
pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase.
3. Beta Blocker.
4. Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah
serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk
memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis
yaitucardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non-
cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol).
5. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada
otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat
kelemahan pada otot jantung. Misalnya captropil
6. Obat-obatan antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan
darah pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin.
7. Obat-obatan Antiplatelet
Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet
untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.
Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan
jantung., maka dapat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain
1. Angioplasti
2. Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner
yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan
balon pada ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri
koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk
mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri
akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat diletakan
tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya
tetap terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi obat-obatan yang
mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.
3. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari
bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan
pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan
jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.
Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan
maupn mengikuti program rehabilitasi.
2. Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk
menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain:
menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan
aktivitas fisik.
H. KOMPLIKASI
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus bradikardi,
supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventricular, gangguan konduksi),
disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi), infark ventrikel kanan,
defek mekanik, rupture miokard, aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan
thrombus mural (Nurarif & Kusuma, 2013).
A. ASUHAN KEPERAWATAN (NANDA, NIC, NOC)
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit (keluhan utama, sekarang, dulu, keluarga)
1) Keluhan utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada
substernal, yang rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus
menerus dan dangkal. Nyeri dapat menyebar ke belakang sternum
sampai dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kiri. Nyeri
miokard kadang-kadang sulit dilokalisasi dan nyeri mungkin
dirasakan sampai 30 menit tidak hilang dengan istirahat atau
pemberian nitrogliserin.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian
dada yang dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar
samapi lengan kiri, rahang dan bahu yang disertai rasa mual,
muntah, badan lemah dan pusing.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah
mempunyai riwayat diabetes mellitus, karena diabetes mellitus
terjadi hilangnya sel endotel vaskuler berakibat berkurangnya
produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding
pembuluh darah. Hipersenti yang sebagian diakibatkan dengan
adanya penyempitan pada arteri renalis dan hipo perfusi ginjal dan
kedua hal ini disebabkan lesi arteri oleh arteroma dan memberikan
komplikasi trombo emboli.
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus,
peningkatan kolesterol darah, kegemukan, hipertensi, yang
beresiko diturunkan secara genetik berdasarkan kebiasaan
keluarganya.
b. Pengumpulan Data
1) Aktifitas
Tanda : Takikardi,dispnea pada istirahat / aktifitas
2) Sirkulasi
Tanda : TD dapat normal atau naik/turun.Nadi dapat normal, penuh
/ tak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratur (distritnya). Bunyi jantung: bunyi jantung
ekstra S3 / S4 mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan
kontraktilitas ventrikel.Murmur, bila ada menunjukkan gagal
katub/disfungsi otot papiler. Friksi dicurigai perikarditis. Irama
jantung : dapat teratur/tidak teratur. Edema : distensi vena jugular,
edema dependen / perifer, edema umum krekels mungkin ada
dengan gagal jantung. Warna: pucat/ sianosis/ kulit abu-abu kuku
datar pada membran mukosa dan bibir.
3) Integritas Ego
Tanda: mendak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri
4) Eliminasi
Tanda : normal/bunyi usus menurun.
5) Makanan / Cairan
Tanda : muntah, perubahan berat badan.
6) Higiene
Tanda/gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
Tanda : perubahan mental,kelemahan.
8) Nyeri / ketidaknyamanan
Tanda: Wajah meringis, Perubahan postur tubuh, Menarik diri,
kehilangan kontak mat, Respon otomatik : perubahan frekuensi /
irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit,
kelembaban, kesadaran.
9) Pernafasan
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, Sianosis, Bunyi nafas :
bersih/krekels, Sputum : bersih, merah muda kental.
10) Interaksi social
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, Menarik diri dari
keluarga
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan aliran darah ke alveoli atau
kegagalan utama paru
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan/penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
c. Nyeri akut b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
d. Penurunan curah jantung b.d perubahan factor-faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen
miokard dan kebutuhan
f. Ansietas b.d ancaman actual terhadap integritas biologis
g. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi tentang fungsi
jantung/implikasi
3. Intervensi Keperawatan
No Dx NOC NIC
1 Gangguan pertukaran gas b.d NOC : NIC :
gangguan aliran darah ke Respiratory Status : Posisikan pasien untuk
alveoli atau kegagalan utama Gas exchange memaksimalkan ventilasi
paru Keseimbangan asam Pasang mayo bila perlu
Basa, Elektrolit Lakukan fisioterapi dada
Respiratory Status : jika perlu
ventilation Keluarkan sekret dengan
Vital Sign Status batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
Kriteria Hasil : catat adanya suara
Mendemonstrasikan tambahan
peningkatan ventilasi Berikan bronkodilator ;
dan oksigenasi yang -………………….
adekuat -………………….
Memelihara Barikan pelembab udara
kebersihan paru paru Atur intake untuk cairan
dan bebas dari tanda mengoptimalkan
tanda distress keseimbangan.
pernafasan Monitor respirasi dan
Mendemonstrasikan status O2
batuk efektif dan suara Catat pergerakan
nafas yang bersih, dada,amati kesimetrisan,
tidak ada sianosis dan penggunaan otot
dyspneu (mampu tambahan, retraksi otot
mengeluarkan sputum, supraclavicular dan
mampu bernafas intercostal
dengan mudah, tidak Monitor suara nafas,
ada pursed lips) seperti dengkur
Tanda tanda vital Monitor pola nafas :
dalam rentang normal bradipena, takipenia,
AGD dalam batas kussmaul, hiperventilasi,
normal cheyne stokes, biot
Status neurologis Auskultasi suara nafas,
dalam batas normal catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung
2 Ketidakefektifan perfusi NOC : NIC :
jaringan perifer b.d iskemik, Circulation status Monitor TTV
kerusakan otot jantung, Neurologic status Monitor AGD, ukuran
penyempitan/penyumbatan Tissue Prefusion : pupil, ketajaman,
pembuluh darah arteri cerebral kesimetrisan dan reaksi
koronaria Monitor adanya
diplopia, pandangan
Kriteria Hasil : kabur, nyeri kepala
Tekanan systole dan Monitor level
diastole dalam rentang kebingungan dan
yang diharapkan orientasi
Tidak ada Monitor tonus otot
ortostatikhipertensi pergerakan
Komunikasi jelas Monitor tekanan
Menunjukkan intrkranial dan respon
konsentrasi dan nerologis
orientasi Catat perubahan pasien
Pupil seimbang dan dalam merespon
reaktif stimulus
Bebas dari aktivitas Monitor status cairan
kejang Pertahankan parameter
Tidak mengalami hemodinamik
nyeri kepala Tinggikan kepala 0-45o
tergantung pada
konsisi pasien dan
order medis
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Tentukan analgetik pilihan,
rute pemberian dan dosis
optimal
Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik.
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
muncul.
Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
4. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan tindak
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal.
5. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan asuhan
keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan
keenam. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Pathofisiologi (6th ed.). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C. (2018). KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH Brunner &
Suddarth. (E. A. Mardella, Ed.) (12th ed.). Jakarta: Buku Kedokteran.
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.