PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai
dengan tingkatan usia seseorang,seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang
berbeda dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air yang
tinggi mengingat permukaan tubuh yang relative luas dan persentasi air lebih
tinggi dibandingkan orang dewasa.
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan
khususnya mengenai materi kebutuhan cairan dan elektrolit.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam
tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam
kebutuhan cairan dan elektrolit sehingga berpengaruh besar terhadap
kehidupan klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total
body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel
(Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau
⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50%
cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Exstraseluler
C. Pengaturan Cairan
a. Rasa dahaga Mekanisme rasa dahaga yang dialami setiap individu adalah
sebagai berikut:
1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik
dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa
dahaga.
b. Anti-diuretik hormon (ADH)
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium , natrium serum, dan sistem angiotensin renin serta
sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
D. Pengaturan Elektrolit
a. Natrium
b. Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel yang
berfungsi sebagai exitability neuromukuler dan kontraksi otot. Keseimbangan
kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam
tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
d. Magnesium
e. Klorida
f. Bikarbonat
Bikarbonat adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat
berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme kabohidrat,
pengaturan asam basa.
E. Faktor Pengaruh Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
4. Stress
5. Kondisi
a. Urine
d. Feces
a. Difusi
b. Osmosis
c. Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik
tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur
cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang
memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
d. Transpor Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif
dari tubuh seperti pompa jantung.
Menurut Hidayat (2006), masalah keseimbangan cairan terdiri dari dua bagian
yaitu:
a. Hipovolemik
b. Hipervolemik
a. Hiponatremia
b. Hipernatremia
c. Hipokalemia
d. Hiperkalemia
e. Hipokalsemia
f. Hiperkalsemia
g. Hipomagnesia
h. Hipermagnesia
Persamaan Harris-Benedict:
Faktor Stres
Luka bakar 1,20 – 2,00(perkiraan BEE + % luas permukaan tubuh yang terbakar)
1. Rute Enternal
Keuntungan Kerugian
Fisiologis Membutuhkan waktu untuk mencapai
sokongan yang utuh
Menyediakan fungsi kekebalan Tergantung fungsi saluran cerna
Menyediakan fungsi saluran usus tidak Kontra indikasi pada obstruksi
lebih mahal dibandingkan TPN intestinal
Meningkatkan aliran splanchnic yang Ketidakstabilan hemodinamik : output
melindungi cedera iskemik atau tinggi pada fistulaenterokuntaneus
perfusi diare berat
2. Rute Parental
Nutrisi Parental
Keuntungan Kerugian
Tersedia apabila rute enternal menjadi Berhubungan dengan atrofi jaringan
kontra indikasi limfoid system digestif
Dapat meningkatkan asupan bila oral Morbiditas septic yang meningkat
inadekuat penuh kurang dari 24 jam memberikan dukungan tumbuhnya
bakteri
Sedikit kontraindikasi Translokasi mikroorganisme pada
sirkulasi portal
Nutrisi enteral total (TEN/Total Enteral Nutrition) lebih dipilih dari padaTPN
karena alasan keamanan, murah, fisiologis dan tidak membuat hiperglisemia.
IntoleransiTEN dapat terjadi, yaitu muntah, distensi atau cramping abdomen,
diare, keluarnya makanandari selang nasogastrik. Pemberian TPN secara dini
tidak diindikasikan kecuali pasienmengalami malnutisi berat.
2. Pasien Sepsis
Pada pasien sepsis, Total Energy Expenditure (TEE) pada minggu pertama
kurang lebih25 kcal/kg/ hari, tetapi pada minggu kedua TEE akan meningkat
secara signifikan. Kalorimetriindirek merupakan cara terbaik untuk menghitung
kebutuhan kalori, proporsi serta kuantitaszat nutrisi yang digunakan. Pemberian
glukosa sebagai sumber energi utama dapat mencapai 4– 5 mg/kg/menit dan
memenuhi 50 – 60% dari kebutuhan kalori total atau 60 – 70% dari kalorinon
protein. Pemberian glukosa yang berlebihan dapat mengakibatkan
hipertrigliseridemia,hiperglikemia, diuresis osmotik, dehidrasi, peningkatan
produksi CO2 yang dapatmemperburuk insufisiensi pernafasan dan
ketergantungan terhadap ventilator, steatosishepatis, dan kolestasis. Pemberian
lemak sebaiknya memenuhi 25 – 30% dari kebutuhan totalkalori dan 30 – 40%
dari kalori non protein.
1. Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi social
f. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan.
2. Pengukuran Klinik
a. Berat badan
1) ± 2% : ringan
2) ± 5% : sedang
3) ± 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
b. Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu, pengukuran tingkat kesadaran.
b. Kardiovaskuler
c. Mata
Pada pemeriksaan mata perlu diperhatikan mata cekung atau tidak, air
mata kering atau tidak.
d. Neurologi
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht). Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok. Ht turun : adanya
perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik. Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3 - , PCO2,dan saturasi O2.Nilai
normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3 - : 25 – 29 mEq/l.
Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena
(60 – 85 %).
B. Nursing Care Planning
C. Cara Menghitung Kecepatan Syringe Pump
Bagi teman-teman tenaga medis/paramedis, pasti sudah tidak asing lagi
dengan penggunaan obat lewat syringe pump. Mungkin salah satu kesulitan
adalah bagaimana cara menghitung kecepatan syringe pump sesuai dosis obat
yang dikehendaki. Mari kita bahas bersama Pertama, tentukan konsentrasi obat
dengan rumus : Kandungan sediaan obat (mg) : volume sediaan obat (ml) x 1000
= konsentrasi obat (mcg/ml) Kedua, tentukan kecepatan syringe pump dengan
rumus : Dosis obat (mcg/kg/mnt) x BB x 60 : konsentrasi obat (mcg/ml) =
kecepatan syringe pump (ml/jam)
Contoh :
Jika terdapat instruksi untuk memberikan nitroprusside dengan dosis 0,5
mcg/kg/mnt (sediaan obat : 50 mg dalam 250 ml, berat badan pasien 75 kg),
berapakah kecepatan syringe pump ?
Jawab :
1. DOPAMIN HIDROKLORIDA
Indikasi: 1. Untuk penanggulangan syok syndrom.
Cara pemberian:
2000 2000
jumlah mcg / cc
BB= 50kg.
800 800
______________________ = tts/mnt
jumlah mcg / cc
250 mg Dobutrex
50 cc D5%
Dosis : 3 mcg BB : 50 kg
3 X 50 kg X 60 tts 9000
5000 5000
jumlah mcg / cc
50
Dosis : 3 mcg / BB / mt BB : 50 kg
3 X 50 X 60 mnt 9000
- VES multivokal
- Bradicardi
jumlah mcg/mnt
500
1 cc = ______ = 5 mg
100
Dosis : 2 mg / mnt
2 X 60 tts
= ___________ = 24 tts / mnt
jumlah mg / cc
500
1 cc = ______ = 2,5 mg
200
Dosis : 2 mg / mnt
2 mg x 60 mnt
= ______________ = 48 cc / jam
2,5
dosis x 60 tts
jumlah mcg / cc
50
1 x 60 mnt
= ___________ = 30 cc / jam
20
PEMBERIAN LASIX LEWAT SYRINGE PUMP
Rumus : Dosis
Konsentrasi
misalkan : dosis yang diminta furosemid 1mg/jam diencerkan dalam 50cc spuit
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses
yaitu difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara
dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler
kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB.
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru,
dan gastrointestinal.
3.2 Saran
Barr J et al. Outcomes in critically ill patients before and after the
implementationofanevidencebased nutritional management protocol. Chest 200
4;125:1446-57.
Forbes GB et al. Deliberate overfeeding in women and men: energy cost and
compositionof the weight gain. Br J Nutr 1986;56:1-9.
Leonard R. Enteral and parenteral nutrition. In: Bersten AD, editor. Oh’s
Intensive CareManual. 5th ed. New York: Elsevier; 2004.p.903-12.