Anda di halaman 1dari 28

Makalah Keperatan Kritis

Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan


Elektrolit pada Pasien yang Menjalani
Perawatan di ICU

Oleh : Kelompok 6
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2022
Anggota Kelompok
Rofiqoh Uli Bais
Syafran
Yustina B. Longa
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

a) Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan


atau intraseluler. Hal ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan natrium (Herdman 2009 dalam Arief Dwi 2016).
b)Kebanyakan pasien dalam pemeriksaan fisik yang kebingungan (14%), edema
(10%), dan rales (9%) dan temuan patologis yang sering ditemui adalah sepsis
(11%), pneumonia (9%), dan gagal ginjal akut (7%) ketika mengalami penurunan
cairan dan elektorlit.
c) Pada kondisi sehat asupan cairan lebih banyak pada siang hari dan lebih sedikit
pada sore hari, sedangkan pada malam hari relatif sedikit,
PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah

(1)Bagaimana fisiologi cairan tubuh ?


(2)Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit ?
(3)Bagaimana pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien yang
menjalani perawatan di ruang ICU ?

1.3 Tujuan

(1)mengetahui fisiologi cairan tubuh


(2)mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
(3)mengetahui pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien yang
menjalani perawatan di ruang ICU
PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi Cairan Tubuh

Orang berusia tua mempunyai persentase lemak tubuh yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan orang muda. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah
sekitar 80 – 85 % berat badan danpada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak
70 – 75 %. Air membentuk sekitar 60% berat badan seorang pria dan sekitar 50%
berat badan wanita.
Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yang
dipisahkan oleh membran sel menjadi: cairan intraseluler (CIS) dan cairan
ekstraseluler (CES). Pada orang dewasa, sekitar 40% berat badan atau duapertiga
dari TBW berada dalam sel atau disebut cairan intraseluler (intracellular fluid, ICF).
Cairan ekstraseluler (extracellular fluid, ECF) terbagi kedalam kompartemen cairan
intravaskuler (IVF) atau plasma (5%) dan cairan interstisial-limfe (ISF) yang terletak
antara sel (15%). Selain ISF dan IVF, sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraocular, dan sekresi saluran cerna, membentuk sebagian kecil (1% sampai
2% dari berat badan) dari cairan ekstraselular yang disebut transeluler.
PEMBAHASAN
2.1.1. Cairan Intraseluler

1. Cairan Intraseluler adalah cairan yang terkandung dalam sel. Pada orang dewasa kira-
kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 Kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
2. Cairan intraselular dipisahkan dari cairan ekstraseluler oleh membrane sel selektif yang
sangat permeable terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit
dalam tubuh.
3. Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam mengatur volume dan
komposisi intraseluler. Pompa membrane-bound ATP-dependent akan mempertukarkan
Na dengan K dengan perbandingan 3 : 2. Oleh karena membran sel relatif tidak
permeabel terhadap ion sodium dan ion potasium, ion potasium akan dikonsentrasikan
di dalam sel sedangkan ion sodium akan dikonsentrasikan di ekstra sel.
4. Akibatnya, potasium menjadi faktor dominan yang menentukan tekanan osmotik
intraseluler, sedangkan sodium merupakan faktor terpenting yang menentukan tekanan
osmotik ekstraseluler.
PEMBAHASAN
2.1.2 Cairan Ekstraseluler

(1) Cairan ekstraseluler adalah cairan di luar sel.


(2) Ukuran relatif dari CES menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira
½ cairan tubuh terkandung didalam CES.
(3) Setelah 1 tahun, volume relatfi dari CES menurun sampai kira-kira ⅓ dari volume total.
Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 Kg).
(4) Dua komponen terbesar dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial, yang
merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma, yang hampir seperempat
cairan ekstraseluler, atau sekitar 3 liter.
(5) Fungsi dasar dari cairan ekstraseluler adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya.
(6) Perubahan volume cairan ekstraseluler berhubungan dengan perubahan jumlah total
sodium dalam tubuh bergantung dengan odium intake, ekskresi sidum renal, hilangnya
sodium ekstrarenal.
PEMBAHASAN
A) Komposisi Elektrolit Cairan Intra dan Ekstraseluler
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan noneletrolit.
Noneletrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan
listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam -asam
organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na ⁺), kalium (K ⁺), kalsium
(Ca⁺⁺), magnesium (Mg⁺⁺), clorida (Cl⁻), bikarbonat (HCO₃⁻), fosfat (HPO ₄² ⁻),
sulfat (SO₄²⁻). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsentrasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif
harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. Ada 2 Komposisi Cairan yaitu :

1. Kation
2. Anion
PEMBAHASAN
A.1. Kation
a) Sodium (Na⁺):
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler
2) Sodium penyeimbang cairan di ekstraseluler
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrogen pada ion
sodium di tubulus ginjal: ion hidrogen diekresikan
5) Sumber: snack,kue, rempah-rempah, daging panggang.

b)Potasium (K⁺):
1) Kation berlebih di ruang intraseluler
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
3) Mengatur kontraksi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
4) Sumber: pisang, alpukat, jeruk, tomat, dan kismis
c) Potasium (K⁺):
1)Membentuk garam bersama fosfat, karbonat, flouride di dalam tulang
2)Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
3)Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
4)Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
PEMBAHASAN
A.2. Anion
1) Chloride (Cl⁻)
a) Kadar berlebih di ruang ekstrael
b) Membantu proses keseimbangan natrium
c) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
d) Sumber: garam dapur
2) Bikarbonat (HCO₃⁻)
a) Bagian dari bikarbonat buffer sistem
b)Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam
untuk menurunkan pH.
3) Fosfat (H₂PO₄⁻ dan HPO₄²⁻)
a) Bagian dari fosfat buffer system
b) Berfungsi untuk menjadi energi pada metabolisme sel
c) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
d) Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.
PEMBAHASAN
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

1. Fase I
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam
sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
PEMBAHASAN
Metode perpindahan dari cairan elektrolit tubuh dengan cara :

1. Difusi

Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zay-zat lain terjadi melalui membrane
kapiler yang permeable. Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada faktor
ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang
besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah
berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah.
Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga
proses difusi berjalan lebih cepat.
PEMBAHASAN
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi
lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan
solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosisi penting dalam mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam
tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan
didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan
yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang
isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalan
system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama
dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah
dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang konsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

3. Transport aktif
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
PEMBAHASAN
2.2. Faktor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan
berat badan. Selain itu, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia. Infant dan anak-
anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibantingkan usia dewasa.
Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenkaan gangguan
fungsi ginjal atau jantung.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh.
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga iar tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
2.2. Faktor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit

5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui insensible water lost
(IWL)
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regilator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh.
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Diet
Sie seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albimun dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hla ini menyebabkan edema.
7. Temperature lingkungan
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Panas yang
berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L perhari.
2.2. Faktor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit

8. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
9. Tindakan medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti: suction,nasogastric tube, dan lain-lain.
10.Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki risiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
PEMBAHASAN
2.3. Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien yang menjalani perawatan di ruang ICU

2.3.1. kebutuhan cairan dan elektrolit

Dewasa
Air : 30-35 ml/kgBB, kenaikan suhu 1̊ C bertambah 10-15%
Na⁺ : 1,5 mEq/kg (100 mEq/hari atau sekitar 5,9 g)
K⁺ : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau sekitar 4,5 g)

Bayi dan anak-anak


Air : BB 0-10kg : 40 ml/kg/jam (100ml/kg/hari)
BB 10-20kg : 40ml +2 ml/kg/jam setiap kg diatas 10 kg (1000ml
+50ml/kg diatas 10kg per hari)
BB > 20 kg : 60ml + 1ml/kg/jam setiap kg diatas 20kg (1500ml +
20ml/kg diatas 20kg per hari)
Na⁺ : 2 mEq/kg
K⁺ : 2 mEq/kg
PEMBAHASAN
2.3.2. perubahan cairan tubuh
Gangguan cairan tubuh dapat dibagi dalam tiga bentuk yakno perubahan:
1. Volume
a). Defisit Volume
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi
serum dari natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L),
hiponatremik (<139 mEg/L) atau hipernatremik (150 mEq/L).
Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling sering terjadi (80%),
sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-
10% dari kasus.
Ditinjau dari segi banyaknya defisit cairan dan elektrolit yang
hilang, maka dehidrasi dapat dibagi atas :
1. dehidrasi ringan (defisit 4%BB)
2. dehidrasi sedang (defisit 8%BB)
3. dehidrasi berat (defisit 12%BB)
PEMBAHASAN
b) Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraseluler merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl
ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan air)
ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan GFR), sirosis, ataupun
gagal jantung kongestif.

2. Perubahan konsentrasi
1. Perubahan konsentrasi cairan tubuh dapat berupa hipernatremia atau
hiponatremia maupun hiperkalemia atau hipokalemia.
2. Rumus untuk menghitung defisit elektrolit :
(a)Defisit natrium (mEq total) = (Na serum yang diinginkan – Na serum
sekarang) x 0,6 x BB (kg)
(b)Defisit kalium (mEq total) = (K serum yang diinginkan [mEq/liter] – K
serum yang diukur) x 0,25 x BB (kg)
(c)Defisit klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan [mEq/liter] – Cl
serum yang diukur) x 0,45 x BB (kg)
PEMBAHASAN
3. Perubahan komposisi

Perubahan komposisi itu dapat terjadi tersendiri tanpa mempengaruhi osmolaritas


cairan ekstraseluler. Sebagai contoh misalnya kenaikan konsentrasi K dalm darah dari
4 mEq menjadi 8 mEq, tidak akan mempengaruhi osmolaritas cairan ekstraseluler
tetapi sudah cukup mengganggu otot jantung. Demikian pula halnya dengan gangguan
ion kalsium, dimana pada keadaan hipokalsemia kadar Ca kurang dari 8 mEq, sudah
akan timbul kelainan klinik tetapi belum banyak menimbulkan perubahan osmolaritas.
PEMBAHASAN
2.3.3. Terapi Cairan
Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu :
A)Resusitasi cairan
Ditunjukkan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh, sehingga seringkali
dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditunjukan pula untuk ekspansicepat dari cairan
intravaskuler dan memperbaiki perfusi jaringan.
A)Terapi rumatan
Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh
PEMBAHASAN
Sementara kehilangan darah dapat diperkirakan besarnya melalui beberapa
kriteria klinis seperti pada tabel dibawah ini :
PEMBAHASAN
Pemilihan Cairan

1. Kristaloid
Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal sline dan ringer
laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraseluler.
Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kistaloid akan lebih
banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan koloid maka
kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang intersisial.

2. Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau bisa disebut
“plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai
berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini
cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.
3. Albumin
Albumin merupakan larutan koloid murni yang berasal dari plasma manusia.
Albumin dibuat dengan pasteurisasi pada suhu 600C dalam 10 jam untuk
meminimalisiir risiko transmisi virus hepatitis B atau C atau pun virus
imunodefisiensi. Waktu paruh albumin dalam plasma adalah sekitar 16 jam, dengan
sekitar 90% tetap bertahan dalam intravascular 2 jam setelah pemberian.
PEMBAHASAN
4. Dekstran
Dekstran merupakan semisintetik koloid yang secara komersial dibuat dari
sukrose oleh mesenteroides leukonostok strain B512 dengan menggunakan
enzim dekstran sukrose. Ini menghasilkan dekstran BM tinggi yang kemudian
dilengketkan oleh hidrolisis asam dan dipisahkan dengan fraksionasi etanol
berulang dengan menghasilkan produk akhir dengan kisaran BM yang relatif
sempit.
5. Gelatin
Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen sapi. Preparat yang umum
dipasaran adalah gelatin yang mengalami suksinasi seperti Gelofusin dengan
pelarut NaCl isotonik. Gelatin dengan ikatan urea-poligelin (Haemaccel) dengan
pelarut NaCl isotonik dengan Kalium 5,1 mmol/l dan Ca 6,25 mmol/L.
6. Hydroxylethyl Starch (HES)
Senyawa kanji hidroksietil (HES) merupakan suatu kelompok koloid sintetik
polidisperse yang mempunyai glikogen secara struktural. Kurang dapat
diterima kanji hidroksi (HES) untuk penggantian volume paling mungkin
akibat laporan-laporan adanya koagulasi abnormal yang menyertai substitusi
plasma ini.
Berikut ini tabel beberapa jenis cairan kristaloid dan kandungan masing-masing:
Nama produk Na⁺ K⁺ Mg⁺ Cl⁻ Laktat Dekstrose (gr/L) Kalori (Kcal/L)

Ringer laktat 130 4 - 109 28 - -

NaCl 0,9% 154 - - 154 - - -

Dextrose 5% - - - - - 27 108

Berikut ini tabel yang menunjukkan pilihan cairan pengganti untuk suatu kehilangan cairan
yaitu :
Kehilangan Kandungan rata-rata Cairan pengganti yang sesuai
(mmol/L)
Na⁺ K⁺

Darah 140 4 Ringer asetat/RL/NaCl


0,9%/koloid/produk darah
Plasma 140 4 Ringer asetat/RL/NaCl 0,9%/koloid

Rongga ketiga 140 4 Ringer asetat/RL/NaCl 0,9%


Nasogastrik 60 10 NaCl 0,45% + KCl 20 mEq/L
Sal. Cerna atas 110 5-10 NaCl 0,9% (periksa K⁺ dengan teratur)

Diare 120 25 NaCl 0,9% + KCl 20 mEq/L


PENUTUP
Kesimpulan
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis)
yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekeliruah dan kesalahan yang terdapat di dalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini.
Daftar Pustaka
Anonim. 2000. Resusitasi Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Pegangan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut bagi Dokter
Umum se-Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Ikatan Dokter Spesialis
Anestesiologi Indonesia Cabang Sulawesi Selatan
Kurniawan, Arief. 2016. Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit pada Tn.R di ruang dahlia RSUD Dr.Soedirman Kebumen.
STIKES Muhammadiyah Gombong
Salam, Samsul Hilal. 2016. Dasar – dasar terapi cairan dan elektrolit.
Universitas Hassanudin
Subiyanto, Imam. 2009. Dampak pengaturan cairan pada pasien yang
mendapat terapi cairan intravena di ruang intensive care unit rumah
sakit denkesyah Bandar Lampung. Universitas Indonesia
Ningsih, Suharti, dkk. 2011. Makalah pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit di ruang flamboyan RS M.yunus Bengkulu. STIKES Tri
Mandiri Sakti Bengkulu
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai