Anda di halaman 1dari 31

 

Definisi cairan tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki


fungsifisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan
duaparameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dangaram tersebut. Tubuh
manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan.  

Prosentase cairan tubuh

a.       Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :

1)      Umur

Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.

2)      Kondisi lemak tubuh

Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.

3)      Jenis Kelamin

Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah
lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.

b.      Jumlah normal air pada tubuh manusia


1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :

·  Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan

·  Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan

·  Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Fungsi Cairan

a.      Pelarut universal

1)      Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah

2)      Berperan dalam reaksi kimia.


Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel

3)      Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel

4)      Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi        lain

b.      Pengaturan suhu tubuh

1)      Mampu menyerap panas dalam jumlah besar

2)      Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas

Contoh: Otot-otot selama excercise

c.       Pelicin

1)      Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)

.      Reaksi- d reaksi kimia

1)      Pemecahan karbohidrat

2)      Membentuk protein

e.       Pelindung

1)      Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic

Komposisi Cairan Tubuh

Cairan  tubuh berisikan:

a.       Oksigen yang berasal dari paru-paru

b.      Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan

c.       Produk metabolisme seperti karbondiokasida

d.      Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit.
Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan satu
ion klorida (Cl-). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif
disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan
Ektraselular (CES)

a.       Cairan Intraselular


Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi
sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau
40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion
terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-

b.      Cairan Ekstrasel

Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan
tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transportnutrient,
elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian
dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran mukosa,
penghancuran makanan dalam proses pencernaan.

Cairan ekstrasel terdiri dari:

1)      Cairan interstisial

Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya
sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar
2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.

2)      Cairan intavaskuler

Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnyaplasma,
jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk
mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan
jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya
terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.

3)      Cairan transelular

Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan
serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya
sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+, Mg2+serta
elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3-, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.

,KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT

*ASAM DAN BASA

†Kuntarti, S.Kp
Pendahuluan

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan

sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan

dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki

dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel

.untuk hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di

sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut

homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan

.keseimbangan antara substansi-substansi yang ada di milieu interior

:Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu

volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan

keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk

.mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur

keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang

turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresi ion

.hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh
*

Disampaikan pada “Pelatihan Perawat Ginjal Intensif” di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo 14-13 Juni
2005

Staf Pengajar Bagian Dasar Keperawatan & Keperawatan Dasar FIK-UI 2

Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang

total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu 60%

sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh

meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih

.besar dibandingkan orang dewasa dan lansia

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari

cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar

sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi

CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 20%

dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang 5%

ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu

+cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na

-dan Cl

terutama

+terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K

di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak

dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan

.plasma
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang

,memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial

sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan

.normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar kompartmen

Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi

.perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi keseimbangan kembali

Perpindahan Substansi Antar Kompartmen

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat

yang akan pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila substansi zat 3

.tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut

Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk substansi

tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat

.melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya

Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif

.membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi

Difusi

Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung

menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga

.konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi

Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s

:law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah

.Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi .1


.Peningkatan permeabilitas .2

.Peningkatan luas permukaan difusi .3

.Berat molekul substansi .4

Jarak yang ditempuh untuk difusi .5

Osmosis

Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah

dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini

karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila

.konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun

Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang

/volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air

zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan

.konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis

Filtrasi

Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh

.membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah

Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan

membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut

.tekanan hidrostatik

Transport aktif

Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari

daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan

seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa
.Na-K

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

:Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu

volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan

keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk

.mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut

Pengaturan volume cairan ekstrasel .1

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan

menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat

.menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma

Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka

.panjang

:.Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sbb

a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air

Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada

keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi

karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan

:luarnya. Water turnover dibagi dalam

External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar. (Gambar 3) .1
Pemasukan air melalui makanan dan minuman 2200 ml .1.1

air metabolisme/oksidasi 300 ml

-------------

ml 2500

Pengeluaran air melalui insensible loss (paru-paru & kulit) 900 ml .1.2

urin 1500 ml

feses 100 ml

-------------

ml 2500

Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses .2

.filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal

b. Memperhatikan keseimbangan garam

Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan

sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang

hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai

dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya

dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus

.diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam

:Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara

Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi .1

.Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR)

Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal 6 .2

+Jumlah Na

yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol

tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan


+retensi Na

+di tubulus distal dan collecting. Retensi Na

meningkatkan retensi air

sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah

. arteri

Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau

hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh

.sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkatan volume plasma

Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin

.sehingga mengembalikan volume darah kembali normal

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel .2

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu

larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin

rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis

dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang

.konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah)

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menembus

membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang banyak

ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan

aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium

bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang

tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini

.bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini


:Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui

a. Perubahan osmolaritas di nefron 7

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas

yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh

secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik

di tubulus proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat

permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler

peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi

.hiperosmotik

Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif

memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa

osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi

hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi

bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di

duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung

.pada ada tidaknya vasopresin/ ADH

b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)

Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor

di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypothalamus yang

menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam

darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopressin

dengan resptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di

membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan

terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di
duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam

.tubuh tetap dapat dipertahankan

Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan

osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus

sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali

normal. 8

Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh

system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan

,keseimbangan cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotiikus

.osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor regang di atrium

Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami

kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH dengan

meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume

cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi volume

. natrium dan air

Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan. Sebagai

contoh

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya

.ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan penyakit

Keseimbangan Asam-Basa

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H bebas


.dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35

Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H

terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu

:akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu

pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan .1

bikarbonat

katabolisme zat organik .2

disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme .3

lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi

.melepaskan ion H

:Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain

,perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat .1

.sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas

.mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh .2

mempengaruhi konsentrasi ion K .3

Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti

:nilai semula dengan cara

mengaktifkan sistem dapar kimia .1

mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan .2

mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan .3

:Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu

Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk .1

.perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat

.Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel .2


Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam .3

.karbonat

.Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel .4

Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika dengan

dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan

dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam

darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan

kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi

ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan menambahkan

.bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia

10

Ketidakseimbangan asam-basa

:Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu

Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan .1

.H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H

Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat .2

.hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun

.Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru .3

Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat

gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H

.bebas meningkat

Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi .4

asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi

.karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis

Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir


.bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat

Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan

.ginjal sangat penting

Kesimpulan

:Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu

volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan

keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk

.mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut

11

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur

keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang

turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresi ion

.hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh

Daftar Pustaka

.Sherwood, Lauralee. (2004). Human physiology: From cells to systems. 5th ed .1

.California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc


SIlverthorn, D.U. (2004). Human physiology: An integrated approach. 3rd ed. San .2

Francisco: Pearson Education

Mekanisme Kerja Ginjal :Pertama-tama darah dan zat-zat


lainnya di nefron masuk ke bagian Glomerulus dan Kapsula Bowman . Proses Filtrasi ini menghasilkan
.Urin Primer yang mengandung glukosa,garam-garam, natrium, kalium, asam amino dan protein

Kedua, darah masuk kedalam Tubulus Kontortus Proksimal. Pada Tubulus Kontortus Proksimal ini
darah akan mengalami Reabsorpsi atau penyarapan kembali zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Proses Reabsorpsi ini mengahasilkan Urin Sekunder yang mengandung air, gram-garam,urea, dan
.pigmen

Ketiga, darah akan masuk ke dalam Tubulus Kontortus Distal untuk ditambahkan zat-zat yang sudah
tidak diperlukan oleh tubuh. proses ini disebut Augmentasi. Pada proses ketiga ini dihasilkan Urin
Normal yang mengandung 95% air, urea, amoniak, asam urat, garam mineral (NaCl), zat warna
empedu, dan zat-zat yang berlebih (vitamin,obat,dll)

Urin Normal akan ditampung sementara di Pelvis Ginjal. setelah itu urin akan melewati Ureterdan
akan disimpan kembali di Kantung Kemih. setelah kantung kemih penuh, dinding kantung kemih akan
.tertekan dan menyebabkan rasa ingin buang air kecil. dan urin pun dibuang melaluiUretra

« KUNCI SUKSES
SISTEM KOORDINASI »

SISTEM PENGELUARAN
March 4, 2011 by dewisudarto

1. GINJAL
Mekanisme Kerja Ginjal Berdasarkan Tahapan Filtrasi, Reabsorpsi Dan
Sekresi.
By. DIDI RASIDIN, S.Kep
I.1 Anatomi Fungsional Ginjal

Unit fungsional terkecil dari ginjal adalah nefron. Nefron tersebut terdiri dari struktur vaskuler

yaitu glomerlurus dan struktur non vaskuler yaitu capsula bowman, tubulus proximal, ansa henle

pars desendens dan pars asendens, tubulus distal, dan duktus koligentes. Tiap ginjal mengandung

1,3 juta nefron.


Gambar 1.1 Anatomi Ginjal, Saluran Kencing, Dan Nefron
I.2 Filtrasi Glomerulus

Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju glomerulus

akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada

arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus.

Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk kedalam ansa

henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar

berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan lapisan pembuluh

darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membrane basalis, lapisan epitel yang

melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas membarana glomerulus 100-1000 kali lebih

permiabel dibandingkan dengan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.

Gambar 1.2 Membran Glomerulus

Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration  Rate) dapat diukur dengan menggunakan zat-

zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus.

Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan

jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma.


1.2.1 Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)

Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wnita lebih rendah

dibandingkan pada pria. Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain ukuran

anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang terdapat di
dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya

berbagai tekanan sebagai berikut:

a. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm HG

b. Tekanan pada capsula bowman 10 mmHG

c. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG

Ketiga factor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi tekanan

kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada

capsula bowman. serta tekanan osmotic koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya

filtrasi yang terjadi pada glomerulus.

1.2.2 Komposisi Filtrat Glomerulus

Dalam cairan filtrate tidak ditemukan erytrocit, sedikit mengandung protein(1/200 protein

plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat dalam cairan

interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate glomerulus hampir sama

dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrate tersebut

direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.


1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut:

a. Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi, semakin

tinggi tekanan osmotic koloid plasmasemakin menurun laju filtrasi, dan semakin tinggi tekanan

capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.

b. Aliran dara ginjal: semakin cepat aliran daran ke glomerulussemakin


meningkat laju filtrasi.

c. Perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan menyebabakan

aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabakan laju filtrasi glomerulus

menurun begitupun sebaliknya.

d. Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi peningkatan

laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.

e. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan menyebabkan

vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus.

f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan menyebabkan

vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga menyebabkan penurunan laju filtrasi

glomerulus.

1.3
Reabsorpsi Dan Sekresi Dalam Tubulus
Hampir 99% dari cairan filtrate direabsorpsi kembali bersama zat-zat yang terlarut didalam cairan

filtrate tersebut. Akan tetapi tidak semua zat-zat yang terlarut dapat direabsorpsi dengan

sempurna, antara  lain glukosa dan asamamino. Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada tubulus

melalui dua cara yaitu:


a. Transfort aktif

Zat-zat yang mengalami transfort aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3-,

glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion Na+, melalui sel tubulus

kedalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan ptensial listrik didalam ep-itel

tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan electrochemical gradient ini membentu

terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar sel tubulus

membantu meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya difusi natrium diesbabkan

permiabilitas sel tubuler terhadap ion natrium relative tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena

terdapat banyak mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi

dan dapat berlangsung terus-menerus.


b. Transfor pasif

Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada lumen tubulus,

permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate dan perbedaan

muatan listrikpada
dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transfor pasif, misalnya ureum,
sedangkan air keluar dari lumen tubulusmelalui prosese osmosis.

Perbedan potensial listrik didalam lumen tubulus dibandingkan diluar lumen tubulus menyebabkan

terjadinya proses dipusi ion Na+ dari lumen tubulus kedalam sel epitel tubulus dan selanjutnya

menuju kedalam sel peritubulus. Bersamaan dengan perpindahan ion Na+ diikuti pula terbawanya

ion Cl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan reabsorsi ini ditentukan pula oleh

perbedaan potensial listrik yang terdapat didalam dan diluar lumen tubulus. Untuk menjelaska

proses diatas dapat dilihat pada gambar 1.3 dibawah ini:

Gambar 1.3 Proses Reabsorpsi Dan Sekresi Pada Tubulus

Sedangkan sekresi tubulus melalui proses: sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif merupakan

kebalikan dari transpor aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi dari kapiler peritubuler kelumen

tubulus. Sedangkan sekresi pasif melalui proses difusi. Ion NH3- yang disintesa dalam sel tubulus

selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus melalui proses difusi. Dengan masuknya ion NH3-

kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat keasaman cairan tubulus. Kemampuan

reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmen tubulus berbeda-beda.


Mekanisme Kerja Ginjal  Berdasarkan Tahap Filtrasi,
Reabsorpsi, dan Sekresi
1. Anatomi dan Fungsional Ginjal
           Unit fungsional terkecil dari ginjal adalah nefron. Nefron tersebut terdiri dari struktur
vaskuler  yaitu glomerulus  dan struktur non vaskuler  yaitu capsula bowman, tubulus proximal,
ansa henle pars desensdes dan pars asendens, tubulus distal, dan duktus koligentes. Tiap ginjal
mengandung  1,3 juta nefron.
Anatomi ginjal, saluran kencing dan nefron.
Filtrasi Glomerulus
       Darah yang masuk ke dalam nefron melalui alteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus. Cairan filtrasi pada glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus
masuk menuju ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria,
dan akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus memiliki ciri khas yang berbeda dengan
lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari lapisan endotel kapiler, membrane basalis, lapisan
epitel yang melapisi capsula bowman. Permiabilitas membran glomerulus 100-1000 kali lebih
permiabel dibandingkan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.
      Laju Filtrasi Gomerulus ( GFR ) Glomerulus Filtration Rate dapat diukur dengan
menggunakan zat zat yang difiltrasi glomerulus akan tetapi tidak di sekresi maupun di reabsorpsi
oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat pada urine diukur persatuan waktu dan
dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat pada cairan plasma. Pengaturan GRF rata rata
normal pada laki laki 125ml/menit, GFR pada wanita lebih rendah dibandingkan pada pria.

Faktor faktor yang mempengaruhi  besarnya GFR antara lain :


1.Ukuran anyaman kapiler,
2.Permiabilitas kapiler,

3.Tekanan Hidrostatik dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler.
Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan seperti :
1.Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm Hg,
2.Tekanan pada capsula bowman 10 mm Hg,

3.Tekanan osmotik koloid plasma 25 mm Hg.


       Ketiga faktor diatas berperan penting dalam peningkatan laju filtrasi, semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan pada capsula bowman serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus. Komposisi filtrat pada glomerulus
dalam cairan filtrat tidak ditemukan erytrocit, sedikit mengandung protein ( 1/200 protein
plasma ). Jumlah elektrolit dan zat zat terlarut lainnya sama dengan yang terdapat  dalam cairan
interstilstil pada umumnya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate cairan glomerulus hampir
sama dengan plasma kecuali dengan protein yang terlarut.Sekitar 99% cairan filtrate tersebut di
reabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.

Faktor faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus :


1.Tekanan Glomerulus, semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi semakin
tinggi tekanan osmotic koloid plasma semakin menurun laju filtrasi dan semakin tinggi tekanan
capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
2.Aliran darah ginjal, semakin cepat tekanan darah ke glomerulus semakin meningkat laju filtrasi.

3.Perubahan Arteriol Aferen, apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan menyebabkan
tekanan darah ke glomerulus menurun keadaan ini akan menyebabkan laju filtrasi menurun
begitu pun sebaliknya.

4.Perubahan Arteriol Aferen pada keadaan vasokontriksi arteriol aferen akan terjadi peningkatan
laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.

5.Pengaruh perangsangan simpatis rangsangan simpatis ringan dan sedang akan menyebabkan
vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus.

6.Perubahan tekanan arteri peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus.

Reabsorpsi dan Sekresi pada Tubulus


Hampir 99% dari cairan filtrate di reabsorpsi kembali bersama zat zat yang terlarut di
dalam cairan filtrate tersebut, akan tetapi tidak semua zat zat yang terlarut dapat direabsorpsi
sempurna antara lain glukosa dan asam amino. Mekanisme reabsorpsi pada tubulus melalui dua
cara yaitu: Transpor Aktif zat zat yang mengalami transpor aktif pada tubulus proksimal yaitu ion
Na+, K+, PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion ion terutama ion Na+
melalui sel tubulus ke dalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan potensial listrik
di dalam epitel tubulus ( -70mvolt) dan di luar sel ( -3mvolt ). Perbedaan electrochemichal
gradientini membentuk terjadinya proses difusi. Selain itu, perbedaan konsentrasi ion Na+ di
dalam dan di luar sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya
difusi natrium disebabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion natrium relative tinggi. Keadaan
ini dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses
ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus menerus peritubuler.

 Transpor Pasif, terjadinya transpor pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang


ada pada lumen tubulus permiabilitas membran tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan
filtrate dan perbedaan muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transpor pasif
misalnya, ureum sedangkan air keluar dari lumen tubulus melalui proses osmosis. Perbedaan
muatan listrik di dalam lumen tubulus menyebabkan terjadinya proses difusi ion Na+ dari lumen
tubulus ke dalam sel epitel tubulus dan selanjutnya menuju sel peritubulus bersamaan dengan
perpindahan ion Na+ di ikuti pula terbawanya ion Cl-, HCO 3-, ke dalam kapiler. Kecepatan
reabsorpsi ini ditentukan pula oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat di luar dan di dalam
lumen tubulus.
Hormon apa yang dihasilkan ginjal?
 Ginjal membuat dua hormon utama, vitamin D dan erythropoietin.
 Vitamin D sangat penting untuk sejumlah fungsi yang berbeda dalam tubuh. Sebagian besar
vitamin D yang ada di dalam darah tidak aktif dan hal itu diubah oleh ginjal dan jaringan lain
untuk mengaktifkannya. Aktif vitamin D merangsang penyerapan kalsium dari makanan,
penting untuk pemeliharaan kesehatan tulang dan juga membantu mengatur respon sistem
kekebalan tubuh terhadap infeksi.
 Erithropoietin diproduksi oleh ginjal dan bertindak atas sumsum tulang untuk merangsang
produksi sel darah merah matang. Ginjal juga memproduksi prostaglandin.
 Renin adalah enzim yang diproduksi oleh ginjal yang memainkan peran penting dalam
sistem hormonal renin-angiotensin-aldosteron. Ini membantu untuk mengontrol tekanan
darah. Selain membuat hormon, ginjal juga menanggapi sejumlah hormon, termasuk vitamin
D, aldosteron, prostaglandin, kortisol, hormon paratiroid dan kalsitonin.
 Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea)
daridarah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari
kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.

  
                     A.    Letak
 Ginjal terletak dibelakang peritoneum pada bagian belakang rongga abdomen, mulai
dari vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 3. Ginjal kanan lebih
rendah daripada ginjal kiri karena adanya hati. Saat inspirasi, kedua ginjal tertekan ke
bawah karena kontraksi diafragma. Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul fibrosa, lalu
dikelilingi oleh lemak perinefrik, kemudian oleh fascia perinefrik yang juga
menyelubungi kelenjar adrenal. Korteks ginjal merupakan zona luar ginjal dan
medulla ginjal merupakan zona dalam yang terdiri dari piramida-piramida ginjal.
Korteks terdiri dari semua glomerulus dan medulla terdiri dari ansa henle, fasa rekta,
dan bagian akhir dari duktus kolektivus.
                   B.     Struktur detail
 Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta ada
tidaknya ginjal pada sisi lain.Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki ukuran
panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan berat sekitar
120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan
yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, venarenal, dan ureter.
                  C.    Vaskularisasi
 Pada pelvis ginjal metanefrik menerima suplay darah dari cabang pelvis aorta. Seiring
ginjal bergerak ke atas ke posisi terakhir di abdomen posterior, arteri ini mengalami
regresi dan ginjal diperdarahi oleh arteri renalis, yang berasal dari aorta pada level
yang lebih tinggi. Sering terjadi arteri awal tetap persisten sebagai arteri renalis
tambahan. Dapat terjadi juga satu atau kedua ginjal tetap berada di pelvis. Jika kedua
ginjal tetap berada di pelvis, keduanya dapat salingberdekatan dan berfusi pada
bagian bawah, membentuk ginjal tapal kuda yang tidak dapat bergerak naik karena
adanya arteri mesentrika inferior di atasnya. Jika tonjolan ureter membelah dapat
terbentuk dua ureter atau dua pelvis ginjal yang bermuara pada satu ureter.

                    D.    Bagian-bagian Ginjal
 Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan mengkilap yang
disebutkapsula fibrosa ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.
Di sebelah atas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Ginjal dan kelenjar adrenal dibungkus
oleh fasia gerota. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat
berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh
dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urine. Sebuah nefron
terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula(atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada
dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen.
Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.
Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan
kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring
akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
  Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman
terdapat tiga lapisan:
 1.      kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
 2.      lapisan kaya protein sebagai membran dasar
 3.      selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
 Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel
darah atau pun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat
ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap
hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per
menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal.
 1.      FILTRASI GLOMERULUS
 Filtrasi adalah proses pasif yang terjadi melalui dinding semipermeabel glomerulus
dan kapsul glomerulus. Semua zat dengan massa molekul kurang dari 68 kilodalton
(kDa) terdorong keluar dari kapiler glomerulus untuk masuk ke kapsul Bowman. Jadi,
air dan molekul kecil masuk ke nefron, sedangkan sel darah, protein plasma, dan
molekul besar lainnya bertahan di darah. Isi kapsul Bowman disebut sebagai ”filtrat
glomerulus” dan kecepatan pembentukan cairan ini disebut sebagai “laju filtrasi
glomerulus” (glomerular filtration rate, GFR). Ginjal membentuk sekitar 180 liter
cairan encer setiap hari (GFR sekitar 125ml/mnt). Sebagian besar cairan ini secara
selektif direabsorpsi sehingga volume akhir urine yang dibentuk adalah sekitar 1
sampai 1,5 liter per hari.
 2.       TUBULUS
 a.       Tubulus Kontortus Proksimal
 Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran
yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh
selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru
dan biasanya
 terletak agak berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan).
 Permukaan sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras sikat (brush border).
Tubulus ini terletak di korteks ginjal. Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah
mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85

 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino
dan protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi



 Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus
 a.       Tubulus kontortus distal

 Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis sel
kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus
proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan.
Sitoplasma sel berwarna basofil (kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap
lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi
bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin.

 1.      Ansa Henle

 Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars asendens), bagian tipis
(segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens). Segmen tebal turun mempunyai
gambaran mirip dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik
mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal. Segmen tipis ansa henle
mempunyai tampilan mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya
terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas
terlihat. Selain itu lumennya tampak kosong. Ansa henle terletak di medula ginjal.
Fungsi ansa henle adalah untuk memekatkan atau mengencerkan urin.
 2.      Nefron

 Setiap ginjal memiliki sekitar sejuta nefron, yang masing-masing panjangnya sekitar 3
cm. nefron adalah tubulus yang tertutup di satu ujung dan terbuka ke duktus
koligentes (collecting duct) di ujung yang lain. Nefron memiliki enam region
tersendiri, masing-masing beradaptasi untuk melakukan fungsi spesifik. Terdapat dua
jenis nefron. Sebagian besar nefron (90%) adalah nefron korteks; nefron ini memiliki
ansa Henle (loops of Henle) yang pendek dan terutama berperan dalam pengendalian
volume plasma pada kondisi normal. Nefron jukstaglomerulus, yang memiliki ansa
(lengkung) Henle yang lebih panjang, dapat meningkatkan retensi air apabila
persediaan air kurang.
            Korpustel ginjal terdiri atas kapsul Bowman, suatu tabung buntu, dan
glomerulus, suatu susunan kapiler membentuk kumparan yang dikelilingi oleh
invaginasi kapsul Bowman. Glomerulus membentuk kapiler dengan luas permukaan
yang besar tempat lewatnya berbagai substansi menembus sel epitel gepeng khusus
untuk masuk ke kapsul nefron. Terdapat susunan kapiler ganda yang arterior aferen
memasok kapiler glomerulus dan arterior eferen berjalan dari glomerulus kejaringan
kapiler kedua yang memperdarah bagian nefronsisanya.Vasokonstriksi diferensial
arterior aferen dan eferen mempertahankan tekanan darah di dalam glomerulus agar
konstan sehingga laju filtrasi konstan. Produksi urine bergantung pada tiga tahap:
filtrasi sederhana, reabsopsi selektif, dan sekresi.

A.    HORMON PADA GINJAL
         Hormon yang bekerja pada ginjal
o   Hormon antidiuretik ( ADH atau vasopressin )
Merupakan peptida yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior, hormon ini
menngkatkan reabsorbsi air pada duktus kolektifus.
o   Aldosteron
Merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal, hormon ini
meningkatkan reabsorbsi natrium pada duktus kolektivus.
o   Peptida Natriuretik ( NP )
Diproduksi oleh sel jantung dan meningatkan ekskresi natrium pada duktus
kolektivus.
o   Hormon paratiroid
Merupakan protein yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid, hormon ini
meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorbsi kalsium dan produksi vitamin D pada ginjal.
         Hormon yang dihasilkan oleh ginjal
o   Renin
Merupakan protein yang dihasilkan oleh apparatus jukstaglomerular, hormon ini
menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II berfungsi langsung pada
tubulus proximal dan bekerja melalui aldosteron ada tubulus distal. Hormon ini juga
merupakan vasokonstriktor kuat.
o   Vitamin D
Merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal, berperan meningkatkan
absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
o   Eritropoeitein
Merupakan protein yang diproduksi di ginjal, hormon ini meningkatkan pembentukan
sel darah merah di sumsum tulang.
o   Prostaglandin
Diproduksi di ginjal, memiliki berbagai efek terutama pada tonus pembuluh darah
ginjal.

Tahap Pembentukan Urine:                             

  Proses Filtrasi (ultrafiltrasi)

Filtrasi adalah proses pasif yang terjadi melalui dinding semipermeabel glomerulus
dan kapsul glomerulus. Semua zat dengan massa molekul kurang dari 68 kilodalton (kDa)
terdorong keluar dari kapiler glomerulus untuk masuk ke kapsul Bowman. Jadi, air dan
molekul kecil masuk ke nefron, sedangkan sel darah, protein plasma, dan molekul besar
lainnya bertahan di darah. Isi kapsul Bowman disebut sebagai “filtrat glomerulus” dan
kecepatan pembentukan cairan ini disebut sebagai “laju filtrasi glomerulus”
(glomerularfiltration rate, GFR). Ginjal membentuk sekitar 180 liter cairan encer setiap hari
(GFR sekitar 125 ml/mnt). Sebagian besar cairan ini secara selektif direabsorpsi sehingga
volume akhir urine yang dibentuk adalah sekitar 1 sampai 1,5 liter per hari.

  Proses Absorpsi

Filtrat glomerulus direabsorpsi dari bagian lain nefron ke kapiler di sekitarnya.


Tubulus kontortus proksimalis merupakan bagian yng paling lebar dan panjang dari nefron
keseluruhan (sekitar 1,4 cm panjangnya). Sel yang melapisi bagian dalam saluran ini
mengandung sejumlah besar mitokondria untuk menghasilkan energi untuk manjalankan
transportasi aktif karena sebagian besar reabsorpsi filtrat glomerulus berlangsung disini.
Sebagian zat, misalnya glukosa dan asam amino, direabsorpsi secara total dan dalam keadaan
normal tidak terdapat di urine. Reabsorpsi zat sisa umumnya incomplete sehingga, sebagai
contoh, sejumlah besar urea diekskresikan. Direabsorpsi zat lain berada dibawah
pengendalian beberapa hormone. Hormone antidiuretik (antidiuretic hormone, ADH)
mengembalikan insersi protein ke dalam dinding tubulus kontortus proksimalis dan duktus
koligentes sehingga air dapat meninggalkan filtrate yang menyebabkan jumlah urine
berkurang. Pembentukan urine yang pekat dipermudah oleh susunan fisik ansa Henle dan
kapiler disekitarnya, yang membentuk dan mempertahankan kondisi untuk reabsopsi air oleh
osmosis. Kalsitonin mengatur reabsopsi kalsium dan fosfat aldosteron mempengaruhi
reabsorpsi natrium.

  Proses Sekresi

Tubulus ginjal dapat mensekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan. Filtrasi
selama metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar. Namun, pH darah dan
cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4 (alkalis). Sel tubuh membentuk amoniak yang
bersenyawa dengan asam kemudian disekresi sebagai amonium supaya pH darah dan cairan
tubuh tetap alkalis
AFTAR PUSTAKA

1. Buduanto,A.2005.Guidance to AnatomyII.Surakarta:keluarga Besar Asisten Anatomi


FKUNS 
2. http://www.pediatricnursing.net/ce/2008/article04128135 
3. pdfPura,L,et al(2011) diakses pada tanggal 18 April 2011 pukul 20.48 
4. Ganong,W,F(1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 17. Jakarta:EGC
5. 2.1 Hormon Aldosterone
6. Aldosterone merupakan hormone utama dari mineralkortikoid, di keluarkan oleh
kelenjar adrenal bagian luar yang disebut dengan korteks adrenal.  Aldosterone
termasuk dalam hormone steroid karena struktur utamanya yang terdiri dari unsur
kolesterol. Hormone ini berdifusi dengan mudah ke dalam membrane sel, baik dari
sel asal atau ke target organ.
7. Gambar  2.1 Lapisan pada adrenal korteks
8.
9. Korteks adrenal terdiri atas 3 lapisan atau zona, yaitu zona glomerusa – lapisan
terluar, zona fasikulata – lapisan tengah dan yang terbesar, dan zona retikularis –
lapisan paling dalam. Aldosterone secara eksklusif diproduksi di zona glomerusa,
semua hormone adrenol korteks bersifat lipofilik artinya diangkut ke dalam darah
dalam keadaan terikat ke protein plasma terutama albumin.
2
10. Efek utama hormone aldosterone adalah pada keseimbangan Na+ dan K+ serta
homeostasis tekanan darah. tempat kerja utama aldosteron adalah di tubulus distal
pada ginjal, disini hormone aldosterone akan bekerja dalam mendorong retensi pada
Na+ dan meningkatkan eliminasi K+ sewaktu waktu pada saat proses pembentukan
urine. oleh faktor yang berkaitan dengan penurunan Na+ dan tekanan darah serta
stimulasi langsung korteks adrenal oleh peningkatan konsentrasi K+ plasma. dalam
kerjanya, hormone aldosterone termasuk dalam bagian sistem renin – angiotensin –
aldosterone yang meregulasi volume darah dan tekanan darah.
11.
12. 2.2 Sistem Renin – Angiotensin – Aldosterone
13. Hormon aldosterone dalam kerjanya sebagai regulator absorpsi natrium dan
meningkatkan sekresi kalium. Sistem renin – angiotensin – aldosterone merupakan
suatu sistem yang melibatkan hormone aldosteron, renin dan angiotensin yang
berfungsi untuk mengatur tekanan darah dan volume cairan tubuh. Dalam mekanisme
ini terdapat beberapa hormone diantaranya adalah :
14. 1.      Renin :
15. suatu hormone enzimatik yang dikeluarkan ginjal, renin dikeluarkan ke dalam darah
dalam merespon terhadap NaCl , volume cairan ekstraselular dan tekanan darah.
16. 2.      Angiotensin :
17. merupakan bentukan dari angiotensinogen yang di sekresi oleh hati,  angiotensinogen
akan dirubah kedalam bentuk angiotensin I oleh renin. Angiotensin I memiliki sifat
vasokonstriktor yang ringan tetapi dapat bertahan lama dalam darah. Setelah itu
angiontensin I akan diubah ke angiotensin II oleh angiotensin converting enzyme yang
diproduksi di paru. Angiotensin II merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan
hormone aldosterone
18. 3.      Aldosterone :
19.  sebagai regulator keseimbangan Na+ dan K+ serta homeostasis tekanan darah, retensi
Na+ yang terjadi akibat aldosterone menimbulkan efek osmotik yang menahan lebih
banyak H2O pada cairan ekstraselular.
20.
21. Gambar 2.2 Sistem Renin – Angiotensis – Aldosteron
22.
23. Mekanisme kerja dari sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron dapat dimulai dari
rangsangan penurunan volume darah (contohnya kekurangan cairan) atau tekanan
darah (contohnya saat  terjadi pendarahan). Hal ini akan merangsang ginjal untuk
mengsekresi renin yang akan dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dan bertemu dengan
angiotensinogen yang disekresi oleh hati.  angiotensin akan berubah menjadi
angiotensin I setelah itu bertemu dengan Angiotensin converting enzyme (ACE) yang
dihasilkan di endotel pembuluh paru yang akan berubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II akan menyebabkan beberapa efek, yaitu :
24. 1.      Vasokontriksi di seluruh tubuh terutama di artetiol yang akan meningkatkan
tahanan perifertotal sehingga terjadi peningkatan tekanan arteri.
25. 2.      Menurunkan ekskresi garam dan air sehingga meningkatkan volume ekstra sel
yang menyebabakan peningkatan tekanan arteri juga.
26. 3.      Merangsang sekresi aldosteron di kelenjar adrenal yang meningkatkan reabsorpsi
garam danair oleh ginjal
27. 4.      Dan, merangsan susunan saraf pusat untuk menjadi haus sehingga kelenjar
pituitary posterior mengeluarkan hormone vasopressin (ADH) yang akan
menstimulasi reabsorpsi air dan peningkatan rangsangan simpatis untuk peningkatan
curah jantung.
28.
29. \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\Gambar 2.3. Mekanisme kerja dan efek dari sistem Renin – Angiotensis –
Aldosteron
30.
31. 2.3 Hormon Aldosterone dan aktifitas fisik
32. Hormon aldosteron dalam kerjanya tidak terlepas dari sistem renin – angiotensin –
aldosterone. Sistem Renin – Angiotensin – aldosterone mempunyai peranan utama
dalam meregulasi respon fisiologis dan adaptasi dari keseimbangan cairan elektrolit
sebagaimana yang terjadi pada fungsi kardiovaskular pada saat beraktifitas fisik.
Sedikit penelitian yang membahas tentang keadaan sistem renin – angiotensin –
aldosterone dan aktifitas fisik. Yang terdapat dalam literatur yang beredar adalah
kadar aldosterone akan meningkat seiring dengan intensitas latihan yang dilakukan
oleh sampel.
33. Gambar 2.4 hubungan intensitas beban dengan konsentrasi plasma aldosterone pada
saar aktifitas fisik
34.
35. Dalam literature oleh Buono & Staesen dikatakan bahwa peningkatan konsentrasi
aldosteron terjadi secara lambat untuk 2 penyebab , yang pertama adalah adanya
stimulus angiotensin II, dan yang kedua adalah respon yang meningkatkan aldosteron
itu sendiri yang terjadi setelah beberapa rangkaian dalam sistem renin – angiotensin –
aldosteron.
36. Penelitian lain yang dilakukan oleh Perrault yang melakukan aktifitas fisik jangka
pendek dengan intensitas 67% dari VO2max menggunan ergocycle mengatakan
bahwa dengan intensitas yang tetap akan terjadi peningkatan plasma aldosteron
seiring dengan durasi latihan yang semakin meningkat.
37. Gambar 2.5 hubungan durasi latihan dengan konsentrasi plasma aldosterone pada saat
aktifitas fisik
38. Peningkatan juga terjadi pada konsentrasi renin dan angiotensin. Dikutip dari Scott &
Edward dibuktikan bahwa terjadi peningkatan pada ketiga hormone dalam sistem
sistem renin – angiotensin – aldosteron
39. Gambar 2.6 Konsentrasi aldosterone, renin dan angiotensin II dalam plasma saat
beraktifitas fisik denga intensitas beban
40.
41.             Pelepasan dari aldosterone pada saat beraktifitas fisik dipengaruhi dari
intensitas pada saat aktifitas fisik, dalam satu penelitian oleh Penelitian oleh Montain
1997. melakukan aktifitas fisik intensitas rendah selama 20 menit, peningkatan
sebanyak 12%, intensitas sedang,peningkatan sebanyak 50%, intensitaa berat,
peningkatan 75% sampai 80%. Mekanisme ini nampakanya berhubungan dengan
sistem saraf simpatis dan catecholamine. Aktifitas fisik menyebabkan peningkatan
aktifitas simpatis – catecholamine, hal ini bisa mengakibatkan aktifnya beta
adenoreceptors pada pembuluh arteri di ginjal, sehingga arteri menjadi vasokontriksi
dan mengurangi aliran darah ke ginjal, hal ini mengakibatkan tekanan darah naik dan
merangsang produksi renin oleh ginjal yang berujung pada meningkatnya aldosterone.
42.             pada aktivitas jangka pendek, konsentrasi angiotensin lebih tinggi daripada
konsentrasi aldosterone dikarenakan sekresi renin pada ginjal dan pada aktivitas
jangka panjang sekresi aldosterone akan lebih tinggi dibandingkan angiotensin, ini
diakibatkan keseimbangan cairan tubuh yang terganggu ( dehidrasi ).

DAFTAR PUSTAKA

Buono MJ. Yeager JE.1991. Increases in aldosterone precede those of cortisol during graded exercise. J.
sports Med Phys Fitness.
Garret William E. 2000. Exercise and Sport Science. Lippicott Williams and wilkins.
Guyton AC and Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier Inc, Philadelphia.
Hernawati, Sistem renin-angiotensin-aldosteron : perannya dalam pengaturan tekanan darah dan
hipertensi.  FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Artikel tidak dipublikasi.

H. Perrault, M. Cantin.1991. Plasma Atriopeptin response to prolonged cycling in humans.American


Physiology Society

Ikawati, Zullies. 2008. Pengantar Farmakologi Molekuler. UGM Press. Yogyakarta.


Montain SJ,Laird JE. 1997. Aldosterone and vasopressin responses in the heat: hydration level and
exercise intensity effects. Med Sci Sports Exerc. 29(5):661-8.
Montain SJ, 1997. Aldosterone and vasopressin responses in the heat: hydration level and exercise
intensity effects. Med Sci Sports Exerc. (5):661-8.
Sherwood L. 2004. Human Physiology From Cells to System. 5th ed. Thomson Learning Inc, USA.

Anda mungkin juga menyukai