Anda di halaman 1dari 29

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : KONSEP CAIRAN

KONSEP DASAR PROFESI


(KDP)

BELLA ANDRIYANI
(5019031015)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2020
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : KONSEP CAIRAN
1. Distribusi Cairan Tubuh
Tubuh manusia terdiri atas zat padat dan cairan. 40% tubuh manusia
merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material
organik dan non-organik dan 60% cairan. Proporsi tubuh manusia yang
terdiri atas cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai 60% berat badan
rata-rata orang dewasa adalah air, cairan tubuh primer. Bila tubuh sehat
maka volume ini relatif konstan dan berat badan individu bervariasi
kurang dari 0,2 kg dalam 24 jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan
yang dikonsumsi.

Dari 60% komposisi cairan, 20% merupakan cairan ekstrasel (CES) dan
40% merupakan cairan intrasel (CIS). CES terbagi menjadi dua
kompartemen utama yaitu, 4% cairan intravaskular atau plasma terdapat
didalam sistem vaskular dan 16% cairan interstisial yang mengelilingi sel.
Perbedaan penting pada cairan intravascular atau plasma dan cairan
interstisial adalah adanya protein yang larut dalam cairan intravascular
atau plasma darah namun tidak pada cairan interstisial. Kompartemen CES
yang lain adalah cairan limfe dan transseluler. Contoh cairan transseluler
adalah cairan serebrospinal, perikardial, pankreatik, pleural, intraokular,
biliaris, peritoneal, dan sinovial.

CIS sangat penting untuk fungsi normal sel. CIS mengandung zat terlarut
seperti oksigen, elektrolit, dan glukosa, juga menyediakan medium untuk
tempat berlangsungnya metabolisme sel. Walaupun CES berada di dua
kompartemen yang lebih kecil, CES merupakan sistem transportasi yang
membawa zat gizi ke sel dan produk sisa dari sel, sedangkan cairan
interstisialyang menyusun tida perempat dari CES mentransportasi zat sisa
dari sel melalui sistem limfe serta secara langsung menuju plasma darah
melalui kapiler.
Air sangat penting untuk kesehatan dan fungsi sel, berperan sebagai :
1) Medium untuk reaksi metabolik didalam sel
2) Pengangkut zat gizi, produk sisa, dan zat lain
3) Sebagai pelumas
4) Penyekat dan penyerap guncangan
5) Mengatur dan dan mempertahankan suhu tubuh

Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh mempengaruhi air total tubuh. Bayi
memiliki proporsi air terbesar, sebesar 70% sampai 80% dari berat badan
tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun seiring bertambahnya usia.
Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air dalam tubuh menurun
sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas air, sementara jaringan
tanpa lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air diberikan
presentase, lebih besar dari pada berat tubuh orang kurus dibandingkan
orang gemuk. Wanita, secara proporsional memiliki lebih banyak lemak
dibandingkan pria, dan dapat dikatakan memiliki presentase air yang lebih
sedikit.

2. Komposisi Cairan Tubuh


Cairan ekstrasel dan intrasel mengandung oksigen dari paru, zat gizi
terlarut dari sistem pencernaan, produk ekskresi metabolisme seperti
karbon dioksida dan partikel bermuatan yang disebut ion.

Banyak garam memisahkan diri didalam air, yaitu terurai menjadi ion-ion
yang bermuatan listrik. Garam natrium klorida terurai menjadi ion natrium
(Na+) dan ion clorida (Cl-). Partikel bermuatan ini disebut elektronik
karena mampu menghantarkan listrik. Ion yang membawa muatan positif
disebut kation dan ion yang membawa muatan negatif disebut anion.
Elektrolit umumnya diukur dalam milliquivalen per liter air (mEq/L) atau
miligram per 100 mililiter (mg/100 mL). Istilah milliquivalen merujuk
pada daya ikat kimia ion, atau kemampuan kation ikatan dengan anion
yang membentuk molekul. Aktivitas ikatan ini diukur dalam hubungannya
dengan aktivitas berikatan ion hidrogen (H+). Dengan demikian 1 mEq
anion setara dengan 1 mEq kation.

Komposisi cairan bervariasi antara satu kompartemen tubuh dengan


kompartemen tubuh lainnya. Dalam CES, elektrolit utama adalah natrium,
klorida dan bikarbonat. Elektrolit lain seperti kalium, kalsium, dan
magnesium juga ada tetapi dalam jumlah yang lebih kecil. Plasma dan
cairan interstisial, dua komponen primer dalam CES, pada intinya
mengandung elektrolit dan zat terlarut yang sama, dengan pengecualian
protein. Plasma adalah cairan kaya protein, mengandung sebuah besar
albumin, tetapi cairan interstisial mengandung sedikit atau tidak
mengandung protein.

Komposisi CIS berbeda secara bermaksa dengan CES, kalium dan


magnesium merupakan kation primer yang terdapat dalam CIS, dengan
fosfat dan sulfat sebagai anion utama. Seperti pada CES, elektrolit lain
terdapat dalam sel tetapi dalam konsentrasi yang jauh lebih rendah.

Mempertahankan keseimbangan volume cairan dan komposisi elektrolit


didalam kompartemen cairan tubuh sangat penting bagi kesehatan. Cairan
cairan dan elektrolit yang normal dan tidak biasa harus digantikan jika
ingin mempertahankan homeostatis. Cairan tubuh lain seperti sekresi
lambung dan usus juga mengandung elektrolit. Ini adalah kekhawatiran
khusus jika cairan ini hilang dari tubuh. Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dapat terjadi akibat kehilangan berlebihan melalui rute ini.

3. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Pergerakan cairan antar kompartemen (intrasel, plasma dan interstisial) di
kontrol oleh dua kekuatan yaitu: tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang mendorong air untuk keluar
dari plasma ke interstisial. Tekanan tersebut sekitar 282 mOsmle/L.
Tekanan osmotic merupakan tekanan yang mempertahankan air tetap
dalam plasma dan menarik air dari interstisial. Tekanan osmotic sekitar
281 mOsmole/L.

Komparetemn cairan tubuh dipisahkan satu sama lain dengan membran sel
dan membran kapiler. Membran ini digunakan sebagai permeabel selektif
karena zat bergerak menyebrangi membran dengan beragam tingkatan
kemudahan. Partikel kecil seperti ion, oksigen dan karbon dioksida
bergerak dengan mudah menyebrangi membran ini, tetapi molekul yang
besar seperti glukosa dan protein mengalami kesulitan lebih besar untuk
bergerak diantara kompartemen cairan.

Metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut lain adalah dengan cara
osmosis, difusi, filtrasi dan transpor aktif.
a. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel dari larutan
yang berkonsentasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi.
Dengan kata lain, air bergerak menuju zat terlarut yang berkonsentrasi
lebih tinggi sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi.

Zat terlarut adalah zat yang terlarut dalam cairan, dapat berupa
kristaloid (garam yang mudah larut ke dalam larutan murni) atau
koloid (zat seperti molekul berprotein besar yang tidak mudah terlarut
dalam larutan murni). Sebuah zat pelarut adalah komponen sebuah
larutan yang dapat melarutkan sebuah zat terlarut.
Didalam tubuh, air merupakan zat pelarut; zat terlarut terdiri atas
elektrolit, oksigen dan karbon dioksida, glukosa, urea, asam amino,
dan protein. Osmosis terjadi jika konsentrasi permeabel selektif,
seperti membran kapiler lebih tinggi dibandingkan sisilainnya. Zat
terlarut ini menarik air dari ruang interstisial dan sel kedalam
kompartemen vaskular untuk menyeimbangkan konsentrasi zat terlarut
disemua kompartemen cairan. Osmosis merupakan meknisme penting
untuk mempertahankan homeostatis dan keseimbangan cairan.
Konsentrasi zat terlarut didalam cairan tubuh biasanya osmolalitas.
Osmolalitas ditentukan oleh konsentrasi zat terlarut total didalam
kompartemen cairan dan diukur sebagai bagian dari zat terlarut per
kilogram air.

Osmolalitas dilaporkan sebagai miliosmol per kilogram


(mOsm/kg).natrium sejauh ini sebagai penentu terbesar osmolalitas
serum, dengan kontribusi glukosa dan urea. Kalium, glukosa dan urea
merupakan kontributor primer terhadap osmolalitas caitan intrasel.
Istilah tonisitas dapat digunakan untuk menunjukkan osmilalitas
sebagai larutan. Sebuah larutan isotonik memiliki osmolalitas yang
sama dengan cairan tubuh. Salin normal, kalium klorida 0,9%,
merupakan sebuah larutan isotonik. Larutan hipertonik memiliki
osmolalitas yang lebih tinggi dibandingkan cairan tubuh; natrium
klorida 3% merupakan larutan hipertonik. Larutan hipotonik seperti
setengah salin normal (natrium klorida 0,45%), sebaiknya, memiliki
osmolalitas yang lebih rendah dibandingkan cairan tubuh.

Tekanan osmotik merupakan kekuatan larutan untuk menarik air


menyebrangi membran semi permeabel. Jika dua larutan dengan
konsentrasi zat terlarut berbeda dipisahkan oleh membran semi
permeabel maka larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebi tinggi
mengeluarkan tekanan osmotik yang lebih tinggi, menarik air
menyebrangi membran untuk menyeimbangkan konsentrasi larutan.
Didalam tubuh protein plasma mengeluarkan tekanan osmotik yang
disebut tekanan osmotik koloid atau tekanan onkotik, yang menarik air
dari ruang interstiasial ke kompartemen pembuluh darah. Ini
merupakan mekanisme yang penting dalam mempertahankan volume
pembuluh darah.
b. Difusi
Difusi merupakan percampuran kontinu beberapa molekul didalam
cairan, gas, atau zat padat yang disebabkan oleh pergerakan molekul
secara acak. Proses difusi terjadi bahkan jika kedua zar dipisahkan oleh
sebuah membran tipis. Didalam tubuh difusi air, elektrolit dan zat lain
terjadi melalui pori-pori celah membran kapiler.
Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan; ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan suhu larutan. Molekul yang lebih besar
bergerak sedikit lebih lambat dibandingkan molekul yang lebih kecil
karena memerlukan energi yang lebih besar untuk bergerak. Pada
difusi, molekul bergerak dari sebuah larutan berkonsentrasi tinggi ke
larutan berkonsentrasi rendah. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
keepatan pergerakan molekul dan oleh karena itu meningktkan
kecepatan difuSI.

c. Filtrasi
Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat terlarut
secara bersamaan menyebrangi sebuah memberan dari satu
kompartemen ke kompartemen lain. Pergerakan terjadi dari area
bertekanan tinggi ke arena bertekanan rendah. Tekanan didalam
kompartemen yang menghasilkan pergerakan cairan dan zat terlarut
didalam cairan keluar dari kompartemen disebut tekanan filtrasi.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh cairan
didalam sebuah sistem tertutup pada dinding wadah penampung cairan
tersebut. Tekanan idrostatik dalam darah terhadap dinding pembuluh
darah. Prinsip yang terlibah dalam tekanan hidrostatik adalah bahwa
cairan bergerak dari arena bertekanan tinggi ke arena bertekanan
rendah.
d. Transpor Aktif
Zat dapat bergerak menyebrangi dari sel dari larutan berkonsentrasi
rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi dengan sebuah transpor aktif.
Proses ini berbeda dengan difusi dan osmosis dalam hal energi
metabolik yang dihabiskan. Dalam transpor aktif, sebuah zat berkaitan
dengan sebuah pembawa dipermukaan luar membran sel dan keduanya
bergerak ke permukaan dalam membran sel. Setelah dibawa zat
pembawa berpisah dan zat dilepaskan ke bagian dalam sel. Sebuah
pembawa spesifik dibutuhkan untuk setiap zat, enzim dibutuhkan
untuk transpor aktif dan energi yang dikeluarkan.
Proses ini terutama penting untuk mempertahankan perbedaan
konsentasi ion natrium dan kalium didalam CIS dan CES. Dalam
kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi di CES dan kalium
lebih tinggi di sel. Untuk memperahankan proporsi ini, mekanisme
transpor aktif diaktivasi, memindahkan natrium keluar sel dan kalium
didalam sel.

Total konsentrasi zat terlarut di interstisial sedikit lebih rendah


dibandingkan dengan plasma. Sedangkan konsentrasi air dalam
interstisial lebih tinggi daripada plasma. Perbedaan tersebut diatas
karena adanya protein dalam plasma. Memahami konsep
keseimbangan cairan dan konsentrasi zat terlarut pada setiap
kompartemen ini juga akan memudahkan kita memahami mekanisme
terjadinya edema. Edema diakibatkan karena ketidakseimbangan
pergerakan cairan. Hal ini terjadi karena:
- Protein plasma keluar dari sirkulasi saat dinding pembuluh darah
rusak.
- Pada penyakit hati dimana terjadi penurunan sintesis protein
plasma.
- Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler.
- Obstruksi pembuluh limfatik.
- Reaksi peradangan, respon terhadap infeksi, atau kerusakan
jaringan sehingga kapiler menjadi lebih permeabel
4. Pengaturan Cairan Tubuh
Pada orang sehat, volume dan komposisi kimia kompartemen cairan tetap
berada dalam batas aman yang sempit. Normalnya asupan cairan dan
kehilangan cairan seimbang. Penyakit dapat mengganggu keseimbangan
ini sehingga tubuh memiliki terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan.
a. Asupan Cairan
Selama periode aktivitas sedang padada suhu sedang, rata-rata orang
dewasa meminum sekitar 1.500 mL cairan per hari tetapi
kebutuhannya adalah 2.500 mL per hari, butuh tambahan 1000 mL.
Tambahan ini dapatkan dari makanan dan dari oksidasi makanan ini
selama proses metabolik. Kandungan air dalam makanan relatif besar,
dapat memberikan 750 mL per hari. Kandungan air dari sayuran segar
sekitar 90% dan dari buah-buahan sekitar 85%, serta dari daging tanpa
lemak sekitar 60%.

Air yang dihasilkan dari metabolisme makanan terhitung sebagai


volume cairan sisa yang paling dibutuhkan. Jumlahnya sekitar 200 mL
per hari untuk rata-rata orang dewasa.

Mekanisme haus merupakan pengaturan primer asupan cairan. Pusat


haus berlokasi di hipotalamus otak. Sejumlah stimulus memicu pusat
ini, termasuk osmotik cairan tubuh, volume vaskular dan angiotensin
(hormon yang dilepas sebagai respon terhadap penurunan aliran darah
ke ginjal). Haus normalnya segera hilang setelah meminum sejumlah
kecil cairan, bahkan sebelum cairan tersebut diserap oleh sistem
pencernaan. Reda dari haus hanya bersifat sementara, dan akan
kembali dirasakan setelah 15 menit. Haus hanya sementara setelah
caian yang diminum mendintensi pencernaan atas. Mekanisme ini
melindungi individu agar tidak meminum cairan terlalu banyak, karena
cairan membutuhkan waktu 30 menit sampai 1 jam untuk diserap dan
didistribusikan ke seluruh tubuh.
b. Haluaran Cairan
Cairan yang hilang dari tubuh menjadi penyeimbang asupan cairan
harian rata-rata orang dewasa sekitar 2.500 mL. Terdapat 4 rute haluan
cairan :
1) Urine
Urine yang dibentuk oleh ginjal dan di ekskresikan oleh kandung
kemih merupakan cara utama haluaran cairan. Haluaran cairan
normal untuk orang dewasa adalah 1.400 sampai 1.500 mL per 24
jam, atau minimal 0,5 mL per kilogram per jam. Volume urine
secara otomatis meningkat apabilacairan meningkat. Namun jka
kehilangan cairan melalui keringan cukup besar, volume urin
berkurang untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam
tubuh.
2) Kehilangan cairan yang tidak dirasakan (insebible loss)
Kehilangan cairan yang tidak dirasakan terjadi melalui kulit dan
paru. Kehilangan cairan melalui kulit dapat terjadi dengan dua
cara, air hilang melalui difusi dan keringat dan air hilang melalui
difusi tidak terlihat jelas namun normalnya terjadi sebesar 300 mL
sampai 400 mL per hari. Jenis lain dari kehilangan tidak dirasakan
adalah air yang terdapat dalam udara yang diekspirasikan. Apabila
kecepatan pernafasan meningkat, kehilangan cairan ini dapat
meningkat juga.
3) Kehilangan cairan yang terlihat jelas melalui kulit
4) Kehilangan cairan melalui usus lewat feses
Klime yang melewati usus halus dan usus besar mengandung air
dan elektrolit. Volume klime yang memasuki usus besar pada
orang dewasa normalnya adalah 1.500 mL per hari. Dari jumlah
ini, semua kecuali sekitar 100 mL diserap kembali disetengah
bagian proksimal usus besar. Kehilangan cairan tertentu diperlukan
untuk mempertahankan fungsi tubuh normal. Ini disebut sebagai
kehilangan mutlak. Sekitar 500 mL cairan harus dieksresikan
melalui ginjal orang dewasa setiap hari untuk menghilangkan
produk sisa metabolisme dari butuh. Kehilangan ar melalui
keringat, kulit, dan feses juga merupakan kehilangn mutlak,
dibutuhkan untuk pengaturan suhu dan mengeluarkan produk sisa.
Total semua cairan ini adalah sekitar 1.300 mL per hari.

c. Mempertahankan Homeostatis
Volume dan komposisi cairan tubu diatur melalui beberapa mekanisme
homeostatis. Sejumlah sistem tubuh turut andil pada pengaturan ini,
termasuk ginjal, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, paru dan
sistem pencernaan. Hormon seperti hormon antideuretik, ADH juga
dikenal sebagai arginin vasopresin (AVP), sistem renin angitensin
aldosteron dan faktor natriuretik atrial dilibatkan sebagai mekanisme
untuk memantau dan mempertahakan volume vaskular.
1) Ginjal
Ginjal merupakan pengatur utama keseimbangan cairan dan
elektrolit. Ginjal mengatur volume dan osmolalitas eksternal
dengan mengatur ekskresi air dan elektrolit. Ginjal menyesuaikan
kembali penyerapan kembali air dari filtrasi plasma dan pada
akhirnya jumlah yang dikeluarkan sebagai urine. Walaupun 135
sampai 180 L plasma per hari normalnya disaring pada orang
dewasa, hanya sekitar 1,5 L urine yang di ekskresikan.
Keseimbangan elektrilit dipertahankan oleh retensi dan ekskresi
selektif oleh ginjal. Ginjal juga memainkan peran penting dalam
mengatur asam basa, mengekskresikan ion hidrogen (H +) dan
mempertahankan bikarbonat.

2) Hormon Antideuretik
Hormon antideuretik yang mempertahankan ekskresi dari ginjal,
disentesis dibagian anterior hipotalamus dan bekerja pada duktus
kolektivusmenjadi lebih permeabel terhadap air. Peningkatan
permeabilitas ini memungkinkan lebih banyak lagi air diserap
kembali kedalam darah. Apabila lebih banyak air yang diserap
kembali, haluaran urine berkurang dan osmolalitas serum menurun,
ADH ditekan, duktus kolektivus menjadi kurang permeabel
terhadap dair dan haluaran urine meningkat. Air yang berlebih
diekskresikan dan osmolalitas serum kembali normal. Faktor lain
juga yang mempengaruhi produksi ADH, termasuk volume darah,
suhu, nyeri, stres dan beberapa obat seperti opiat, barbiturat dan
nikotin.

3) Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Reseptor khusus di sel jugstaglomarulus nefron ginjal berespn
terhadap perubahan perfusi renal dan ini memulai sistem enin-
angiotensin-aldosteron. Jika aliran darah atau tekanan dalam ginjal
menurur, renin dilepaskan. Renin menyebabkan pengubahan
angiotensinogen menjadi angitensin I, yang kemudian diubah
menjadi angitensi II oleh enzim pengubah angiotensin. Angiotensin
II bekerja secara langsung pada nefronuntuk menigkatkan retensi
natrium dan air, selain itu juga melepaskan aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron juga meningkatkan retensi natrium di nefron
distal. Efek bersih dari sistem renin-angiotensin-aldosteron adalam
mengembalikan volume darah (dalam perfusi renal) melalui retensi
natrium dan air.

4) Faktor Natriuretik Atrial


Faktor natriuretik atrial (Atrial Natriuretik Factor, ANF)
dilepaskan dari sel didalam atrium jantung sebagai respon terhadap
kelebihan volume darah dan peregangan dinding atrium. Bekerja
pada nefron, ANF meningkatkan pengeluaran natrium dan bekerja
sebagai deuretik kuat, sehingga mengurangi volume vaskular, ANF
juga menghambat rasa haus, sehingga mengurangi asupan cairan.
5. Pengaturan Elektrolit
Elektrolit ion bermuatan yang mampu menghantarkan listrik, terdapat
diseluruh cairan tubuh dan kompartemen tubuh. Sama halnya dengan
mempertahankan keseimbangan cairan yang sangat penting bagi fungsi
tubuh normal, demikian juga mempertahankan keseimbangan elektrolit,
walaupun konsentrasi elektrolit tertentu berbeda diantara kompartemen
cairan, keseimbangan katuon (ion bermuatan positif) dan anion (ion
bermuatan negatif) selalu ada. Elektrolit sangat penting untuk :

 Mempertahankan keseimbangan cairan


 Berperan dalam pengaturan asam-basa
 Memfasilitasi reaksi enzim
 Mentransmisikan reaksi neuromuskular
Sebagian besar elektrolit memasuki tubuh melalui asupa diet dan
diekskresikan didalam urine. Beberapa elektrolit, seperti natrium dan
klorida, tidak disimpan didalam tubuh dan harus dikonsumsi setiap hari
untuk mempertahankan tingkat normal. Disisi lain, kalium disimpan
didalam sel dan kalium disimpan didalam tulang. Saat kadar serum
menurun, ion dapat keluar dari “area” penyimpanan menuju darah guna
mempertahankan kadar serum yang adekuat untuk dapat berfungsi secara
normal.

a. Natrium (Na+)
Natrium merupakan kation yang terbanyak dicairan ekstrasel dan
merupakan kontributor utama terhadap osmolaritas serum. Fungsi
natrium sangat besar dalam mengendalikan dan mengatur
keseimbangan air. Apabila natrium di reabsorbsi dari tubulus ginjal,
klorida dan air direabsorbsi bersamaan dengannya, sehingga
mempertahankan volume CES. Natrium ditemukan dalam banyak
makanan, seperti daging babi asap, daging babi keju olahan dan garam
meja.
b. Kalium (Ka+)
Kalium merupakan kation utama di dalam cairan intrasel, hanya sedikit
ditemukan berada didalam plasma dan cairan intertisial. Seperti halnya
natrium membantu mempertahankan keseimbangan air di CES, kalium
sangat penting dalam mempertahkankan keseimbangan air di CIS.
Kalium merupakan elektrolit yang sangat penting untuk aktivitas otot
rangka, otot jantung, dan otot polos. Kalium juga terlibat dalam
mempertahakan keseimbangan asam-basa dan berperan pada reaksi
enzim intrasel. Kalium ditemukan dalam banyak buah dan sayuran,
daging, ikan dan makanan lain.

c. Kalsium (Ca2+)
Sebagian besar kalsium didalam tubuh berada di dalam sistem rangka,
relatif sedikit berada di dalam cairan ekstrasel. Walaupun kalsium ini
yang berada diluar tulang dan gigi hanya berjumlah sekitar 1% dari
total kalsium didalam tubuh, kalsium sangat penting dalam pengaturan
kontraksi dan relaksasi otot, fungsi neuromuskular, dan fungsi jantung.
Kalsium CES diatur oleh interaksi kompleks antara hormon paratiroid,
kalsitonin, dan kalsitriol, sebuah metabolit vitamin D. Apabila kadar
kalsium di CES menurun, hormon paratiroid dan kalsitriol
menyebabkan kalsium dilepaskan dari tulang ke CES dan eningkatkan
penyerapan kalsium didalam usus, sehingga meningkatkan kadar
kalsium serum. Sebaliknya, kalsitonin menstimulasi deposisi kalsium
ditulang, mengurangi konsentrasi ion kalsium di dalam darah.

Seiring dengan pertambahan usia, usus kurang dapat menyerap


kalsium secara efektif dan lebih banyak kalsium diekskresikan melalui
ginjal. Kalsium berpindah keluar dari tulang untuk menggantikan
kehilangan CES ini, meningkatkan risiko osteoporosis dan fraktur
pergerakan tangan, vertabra, dan panggul. Kurang latihan menahan
beban (yang membantu mempertahankan kalsium tetap berada di
tulang) dan defisiensi vitamin D karena tidak cukup mendapat sinar
matahari turut andil dalam memperbesar risiko ini.
Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium terbesar, makanan
lain seperti sayuran berdaun hijau tua dan ikan salmon kalengan
mengandung kalsium dalam jumlah yang lebih sedikit. Banyak klien
mendapat manfaat dari suplemen kalsium.

d. Magnesium (Mg2+)
Magnesium terutama ditemukan didalam tulang rangka dan cairan
intrasel, yang terutama terlibat dalam produksi dan penggunaan ATP.
Magnesium juga dibutuhkan untuk sintesis protein dan DNA didalam
sel. Hanya sekitar 1% magnesium tubuh berada di CES, di CES
magnesium dilihatkan dalam pengaturan fungsi neuromuskular dan
jantung. Mempertahakan dan memastikan keadekuatan kadar
magnesium adalah bagian penting dalam perawatan pasien gangguan
jantung. Gandum sereal, kacang, buah kering, polong-polongan, dan
sayuran berdaun hijau merupakan sumber magnesium yang baik di
dalam diet, seperti produk sus, daging dan ikan.

e. Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama dalam CES. Fungsi klorida bersama
dengan natrium adalah untuk mengatur osmolaritas serum dan volume
darah. Konsentrasi klorida dalam CES diatur secara sekunder setelah
natrium, apabila natrium diserap kembali di dalam ginjal, klorida
biasanya ikut diserap kembali. Klorida merupakan komponen utama
asam lambung sebagai asam hidroklorida (HCL) dan terlibat dalam
pengaturan keseimbangan asam basa. Klorida juga bekerja sebagai
sebuah bufer dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida di SDM.
Klorida ditemukan dalam makanan yang sama seperti Natrium.

f. Fosfat PO4-
Fosfat merupakan anion utama dalam cairan intrasel. Fosfat juga
ditemukan dalam CES, tulang, otot rangka, dan jaringan saraf. Anak-
anak memiliki kadar fosfat yang lebih tinggi dibandingkan orang
dewasa, dengan bayi baru lahir memiliki kadar fosfat hampir dua kali
dibandingkan orang dewasa. Kadar hormon pertumbuhan yang lebih
tinggi dan laju pertumbuhan tulang rangka yang lebih cepat mungkin
menyebabkan perbedaan ini. Fosfat terlibat dalam banyak kerja kimia
sel, fosfat esensial untuk fungsi otot, saraf, dan sel darah merah. Fosfat
juga terlibat dalam metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
Fosfat diserap dari usus dan ditemukan dalam banyak makanan seperti
daging, ikan, unggas, produk susu, dan polong-polongan.

g. Bikarbonat HCO3-
Bikarbonat terdapat dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fungsi
utamanya adalah mengatur keseimbangan asam-basa sebagai
komponen esensial dari sistem bufer asam karbonat-bikarbonat. Kadar
bikarbonat ekstrasel diatur oleh ginjal, bikarbonat diekskresikan jika
jumlahnya terlalu banyak, jika dibutuhkan lebih banyak, ginjal
meregenerasi dan mereabsobsi ion bikarbonat. Tidak seperti elektrolit
lain yang harus dikonsumsi dalam diet, jumlah bikarbonat yang
adekuat diproduksi melalui proses metabolik untuk memenuhi
kebutuhan tubuh.

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
Ginjal penting untuk pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit,
secara normal ginjal menyaring 170 liter plasma setiap hari pada orang
dewasa, sementara pada saat yang sama hanya mengekskresi 1,5 liter urin.
Ginjal berfungsi baik secara otonom maupun dalam berespon terhadap
pembawa pesan yang dibawa oleh darah, seperti aldosteron dan hormon
anti diuretik (ADH). Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan
keseimbangan cairan yang normal termasuk berikut ini :
 Pengaturan volume dan osmolaritas CES melalui retensi dan ekskresi
selektif cairan tubuh
 Pengaturan kadar elektrolit dalam CES denganretensi selektif substansi
yang dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak
dibutuhkan.
 Pengaturan PH CES melalui retnsi ion-ion hidrogen
 Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.

Dengan adanya fakta-fakta tersebut di atas, dengan jelas terlihat bahwa


gagal ginjal akan mengakibatkan berbagai masalah cairan dan elektrolit.
Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia, sama seperti massa otot
dan produksi kreatinin eksogen tiap harinya. Karena itu, nilai kreatinin
serum yang tinggi-normal dan secara minimal meningkat mungkin
menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal pada usia lanjut.

2. Jantung dan Pembuluh Darah


Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal dibawah tekanan
yang sesuai untuk menghasilkan urin. Kegagalan kerja pompa ini
mengganggu perfusi ginjal karena itu mengganggu pengaturan air dan
elektrolit.

3. Paru-paru
Paru-paru juga vital untuk mempertahankan homeostatis. Melalui
ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada
orang dewasa normal. Kondisi-kondisi abnormal seperti hiperpnea
(respirasi dalam yang abnormal) atau batuk yang terus menerus
meningkatkan kehilangan air ini, ventilasi mekanik dengan air yang
berlebihan menurunkan kehilangan air ini. Paru-paru juga mempunyai
peran penting dalam mempertahankan asam-basa. Perubahan-perubahan
pada proses penuaan yang normal menghasilkan penurunan fungsi
pernafasan, menyebabkan kesukaran dalam pengaturan PH pada individu
usia lanjut yang menderita penyakit gawat atau mengalami trauma.

4. Kelenjar Pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yang dikenal dengan nama
hormon anti diuretik (ADH), yang disimpaan dalam kelenjar pituitari
posterior dan dilepaskan jika diperlukan. ADH kadang disebut sebagai
hormon penyimpan air. Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan
osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan
mengatur volume darah.

5. Kelenjar Adrenal
Aldosteron, suatu mineralokortikoid yang disekresikan oleh zona
glomerulosa (daerah terluar) dari korteks adrenal, mempunyai efek yang
mendalam pada keseimbangan cairan. Peningkatan sekresi aldosteron
menyebabkan retensi natrium (dan karena itu juga retensi air) dan
kehilangan kalium. Sebaliknya, penurunan sekresi aldosteron
menyebabkan kehilangan natrium dan air serta retensi kalium. Kortisol,
hormon adrenokortikoid yang lain, hanya mempunyai sebagian
kemampuan mineralokortikoid dari aldosteron. Meskipun demikian, jika
kortisol disekresi dalam jumlah besar, kortisol juga dapat mengakibatkan
retensi natrium dan cairan serta kekurangan kalium.

6. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid, yang terdapat disudut kelenjar tiroid, mengatur
keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH). PTH
mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus, dan
reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN CAIRAN dan ELEKTROLIT
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan
elektrolit ditujukan/difokuskan pada:
1) Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
- Usia: sangat muda, sangat tua
- Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal
jantung kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM),
malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal ginjal prorogresif),
perubahan tingkat kesadaran.
- Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
- Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
- Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis,
pengisapan nasogastrik, fistula.
2) Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan
kesemutan.
3) Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi,
riwayat anoreksia, kram abdomen dan rasa haus yang berlebihan.
4) Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam
jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik
urine, apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan? Bila ya !
melalui apa? Muntah, diare atau berkeringat.

b. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
2) Berat badan
Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena
gangguan cairan. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi
lebih dini karena 2,5 – 5 kg cairan tertahan di dalam tubuh
sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik atau stabil.
3) Intake dan output cairan
Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral.
Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster,
drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance
cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan
konsentrasi urine
4) Bayi: Fontanela cekung jika kekurangan volume cairan dan
elektrolit, dan menonjol jika kelebihan cairan.
5) Mata:
- Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak
ada.
- Edema periorbital, papiledema.
6) Tenggorokan dan mulut
Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan kering,
saliva menurun, lidah bagian longitudinal mengerut
7) Sistem kardiovaskular :
- Inspeksi:
 Vena leher : JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
 Central venus pressure (CVP) abnormal
 Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
- Palpasi:
 Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum,
dan tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki).
 Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
 Pengisian kapiler
- Auskultasi:
 Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun.
 Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
8) Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles).
9) Sistem gastro intestinal:
- Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah dan diare
- Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
10) Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine
meningkat
11) Sistem neuromuskular :
- Inspeksi: Kram otot, tetani, koma, tremor
- Palpasi: Hipotonisit, hipertonisitas
- Perkusi: Refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,
hiperaktif/meningkat).
2. Pathway

Faktor Predisposisi
Usia, Iklim, Diet, Setress dan Kondisi Sakit

Difusi, Filtrasi, Transport aktif

Kekurangan intake Kelebihan asupan Risiko Gangguan


Cairan Cairan Ketidakseimbangan keseimbangan
Cairan elektrolit :

Hipovolemia Hipervolemia - Hiponatremia &


Hipernatremia
- Hipokalemia &
Hiperkalemia
- Hipokalsemia &
Hiperkalsemia

Risiko
Ketidakseimbangan
elektrolit

3. Analisa Data

No Data Analisa Data & Patoflow Diagnosa


Keperawatan
1. DS : Faktor Predisposisi Hipovolemia
 Merasa lemas berhubungan dengan
 Mengeluh haus Difusi, Filtrasi & Transport kekurangan intake
Aktif
DO : cairan.

 Frekuensi Nadi Kekurangan intake Cairan


meningkat
 Nadi teraba lemah Hipovolemia
 Tekanan darah
menurun
 Tekanan nadi
menyempit
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosa
kering

2. DS : Faktor Predisposisi Hipervolemia


 dispnea berhubungan dengan
DO : Difusi, Filtrasi & Transport kelebihan asupan
Aktif
 Edema perifer cairan.

 Berat badan meningkat Kelebihan Asupan Cairan


dalam waktu singkat
 Jugularis Venous Hipervolemia
Pressure (JVP) dan
Central Venous
Pressure (CVP)
meningkat
 intake lebih banyak
dari output
 oliguria
3. DS : - Faktor Predisposisi Risiko
DO : - Ketidakseimbangan
Difusi, Filtrasi & Transport cairan dibuktikan
Aktif
dengan prosedur
bedah mayor,
Risiko Ketidakseimbangan
Cairan trauma/perdarahan,
luka bakar, aferesis,
asites, obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar
dan disfungsi
intestinal.
4. DS : - Faktor Predisposisi Risiko Keseimbangan
DO : - Elektrolit dibuktikan
Difusi, Filtrasi & Transport dengan
Aktif
Ketidakseimbangan
cairan, kelebihan
Gangguan keseimbangan
elektrolit. volume cairan,
gangguan mekanisme
Risiko Ketidakseimbangan regulasi, efek
Elektrolit
samping prosedur,
diare, muntah,
disfungsi ginjal dan
disfungsi regulasi
endokrin.

4. Diagnosis Keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
dibuktikan dengan Merasa lemas, mengeluh haus, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering.
b. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dibuktikan
dengan dispnea, edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu
singkat, jugularis Venous Pressure (JVP) dan Central Venous Pressure
(CVP) meningkat, intake lebih banyak dari output, oliguria.
c. Risiko Ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan prosedur bedah
mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis, asites, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar dan
disfungsi intestinal.
d. Risiko Keseimbangan Elektrolit dibuktikan dengan
Ketidakseimbangan cairan, kelebihan volume cairan, gangguan
mekanisme regulasi, efek samping prosedur, diare, muntah, disfungsi
ginjal dan disfungsi regulasi endokrin.

5. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil / Intervensi Aktivitas (SIKI)


Keperawatan Tujuan (SLKI) (SIKI)
Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen  Periksa tanda dan gejala
berhubungan tindakan Hipovolemia hipovolemia.
dengan keperawatan  Monitor intake dan output cairan
kekurangan selama 3x 24 Jam  Hitung kebutuhan cairan
intake cairan. Status cairan  Berikan posisi modified
teratasi,  dengan trendelenburg
kriteria hasil :  Berikan asupan cairan
 Kekuatan  Anjurkan memperbanyak
Nadi asupan cairan oral
meningkat
 Anjurkan menghindari
 Turgor kulit perubahan posisi mendadak
meningkat
 Kolaborasi pemberian cairan IV
 Output urine isotonis
meningkat
 Kolaborasi pemberian IV
 Dispnea hipotonis
menurun
 Kolaborasi pemberian cairan
 Edema perifer koloid
menurun
 Kolaborasi pemberian produk
 Keluhan haus darah.
menurun
 Frekuensi
nadi membaik
 Tekanan
darah
membaik
 Membran
mukosa
membaik
 Jugular
venous
pressure
(JVP)
membaik
Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen  Periksa tanda dan gejala
berhubungan tindakan Hipervolemia hipervolemia
dengan kelebihan keperawatan  Identifikasi penyebab
asupan cairan selama 3x 24 Jam hipervolemia
keseimbangan  Monitor status hemodinamik
cairan  Monitor intake dan output cairan
teratasi,  dengan  Monitor tanda hemokonsentrasi
kriteria hasil :
 Monitor tanda peningkatan
 Asupan cairan tekanan onkotik plasma
meningkat
 Monitor kecepatan infus secara
 Haluaran urin ketat
meningkat
 Monitor efek samping diuretik
 Kelembaban
 Timbang berat badan setiap hari
membran
pada waktu yang sama
mukosa
 Batasi asupan cairan dan garam
meningkat
 Tinggikan kepala tempat tidur
 Asupan
30-40º
makanan
 Anjurkan melapor jika BB
meningkat
bertambah >1 kg dalam sehari
 Edema
 Ajarkan cara membatasi cairan
menurun
 Kolaborasi pemberian diuretik
 Tekanan
darah  Kolaborasi penggantian
membaik kehilangan kalium akibat
 Berat badan diuretik.
membaik

Risiko Setelah dilakukan Manajemen  Monitor Status hidrasi


Ketidakseimbang tindakan Cairan  Monitor berat badan harian
an cairan keperawatan  Monitor berat badan sebelum
dibuktikan selama 3x 24 Jam dan sesudah dialisis
dengan prosedur keseimbangan  Monitor hasil pemeriksaan
bedah mayor, cairan laboratorium
trauma/perdaraha teratasi,  dengan  Monitor status hemodinamik
n, luka bakar, kriteria hasil :
 Catan intake-output dan hitung
aferesis, asites,  Asupan cairan balans cairan 24 jam
obstruksi meningkat
 Berikan asupan cairan sesuai
intestinal,  Haluaran urin kebutuhan
peradangan meningkat
 Berikan cairan intravena, jika
pankreas,  Kelembaban perlu
penyakit ginjal membran
 Kolaborasi pemberian diuretik,
dan kelenjar dan mukosa
jika perlu.
disfungsi meningkat
intestinal.  Asupan
makanan
meningkat
 Edema
menurun
 Tekanan
darah
membaik
 Berat badan
membaik
Risiko Setelah dilakukan Pemantauan  Identifikasi kemungkinan
Keseimbangan tindakan Elektrolit penyebab ketidakseimbangan
Elektrolit keperawatan elektrolit
ditandai dengan selama 3x 24 Jam  Monitor kadar elektrolit serum
Ketidakseimbang keseimbangan  Monitor mual, muntah dan diare
an cairan, Elektrolit  Monitor kehilangan cairan
kelebihan teratasi,  dengan  Monitor tanda dan gejala
volume cairan, kriteria hasil : hipokalemia
gangguan  Serum  Monitor tanda dan gejala
mekanisme natrium hiperkalemia
regulasi, efek meningkat
 Monitor tanda dan gejala
samping  Serum kalium hiponatremia
prosedur, diare, meningkat
 Monitor tanda dan gejala
muntah,  Serum klorida hipenatremia
disfungsi ginjal meningkat
 Monitor tanda dan gejala
dan disfungsi  Serum hipokalsemia
regulasi kalsium
 Monitor tanda dan gejala
endokrin. meningkat
hiperkalsemia
 Serum
 Monitor tanda dan gejala
magnesium
hipomagnesemia
meningkat
 Monitor tanda dan gejala
 Serum fosfor
hipermagnesemia
meningkat
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Barbara., Erb, Glenora., Berman, Audrey., Snyder J, Shirlee. 2010.


FUNDAMENTAL KEPERAWATAN. Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.
Haryani, Ani., Halimatussadiah, Irma & Sanusi, Santi. 2009. ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA. Bandung: CV. Cakra.
Brunner & Suddarth. 2013. KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH. Edisi 8
Volume 1. Jakarta : EGC.
Harnanto, Addi Mardi dan Sunarsih Rahayu. 2016. KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA II. Jakarta Selatan : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
INDONESIA (SDKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
INDONESIA (SIKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN
INDONESIA (SLKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai