LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : KONSEP CAIRAN
BELLA ANDRIYANI
(5019031015)
Dari 60% komposisi cairan, 20% merupakan cairan ekstrasel (CES) dan
40% merupakan cairan intrasel (CIS). CES terbagi menjadi dua
kompartemen utama yaitu, 4% cairan intravaskular atau plasma terdapat
didalam sistem vaskular dan 16% cairan interstisial yang mengelilingi sel.
Perbedaan penting pada cairan intravascular atau plasma dan cairan
interstisial adalah adanya protein yang larut dalam cairan intravascular
atau plasma darah namun tidak pada cairan interstisial. Kompartemen CES
yang lain adalah cairan limfe dan transseluler. Contoh cairan transseluler
adalah cairan serebrospinal, perikardial, pankreatik, pleural, intraokular,
biliaris, peritoneal, dan sinovial.
CIS sangat penting untuk fungsi normal sel. CIS mengandung zat terlarut
seperti oksigen, elektrolit, dan glukosa, juga menyediakan medium untuk
tempat berlangsungnya metabolisme sel. Walaupun CES berada di dua
kompartemen yang lebih kecil, CES merupakan sistem transportasi yang
membawa zat gizi ke sel dan produk sisa dari sel, sedangkan cairan
interstisialyang menyusun tida perempat dari CES mentransportasi zat sisa
dari sel melalui sistem limfe serta secara langsung menuju plasma darah
melalui kapiler.
Air sangat penting untuk kesehatan dan fungsi sel, berperan sebagai :
1) Medium untuk reaksi metabolik didalam sel
2) Pengangkut zat gizi, produk sisa, dan zat lain
3) Sebagai pelumas
4) Penyekat dan penyerap guncangan
5) Mengatur dan dan mempertahankan suhu tubuh
Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh mempengaruhi air total tubuh. Bayi
memiliki proporsi air terbesar, sebesar 70% sampai 80% dari berat badan
tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun seiring bertambahnya usia.
Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air dalam tubuh menurun
sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas air, sementara jaringan
tanpa lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air diberikan
presentase, lebih besar dari pada berat tubuh orang kurus dibandingkan
orang gemuk. Wanita, secara proporsional memiliki lebih banyak lemak
dibandingkan pria, dan dapat dikatakan memiliki presentase air yang lebih
sedikit.
Banyak garam memisahkan diri didalam air, yaitu terurai menjadi ion-ion
yang bermuatan listrik. Garam natrium klorida terurai menjadi ion natrium
(Na+) dan ion clorida (Cl-). Partikel bermuatan ini disebut elektronik
karena mampu menghantarkan listrik. Ion yang membawa muatan positif
disebut kation dan ion yang membawa muatan negatif disebut anion.
Elektrolit umumnya diukur dalam milliquivalen per liter air (mEq/L) atau
miligram per 100 mililiter (mg/100 mL). Istilah milliquivalen merujuk
pada daya ikat kimia ion, atau kemampuan kation ikatan dengan anion
yang membentuk molekul. Aktivitas ikatan ini diukur dalam hubungannya
dengan aktivitas berikatan ion hidrogen (H+). Dengan demikian 1 mEq
anion setara dengan 1 mEq kation.
Komparetemn cairan tubuh dipisahkan satu sama lain dengan membran sel
dan membran kapiler. Membran ini digunakan sebagai permeabel selektif
karena zat bergerak menyebrangi membran dengan beragam tingkatan
kemudahan. Partikel kecil seperti ion, oksigen dan karbon dioksida
bergerak dengan mudah menyebrangi membran ini, tetapi molekul yang
besar seperti glukosa dan protein mengalami kesulitan lebih besar untuk
bergerak diantara kompartemen cairan.
Metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut lain adalah dengan cara
osmosis, difusi, filtrasi dan transpor aktif.
a. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel dari larutan
yang berkonsentasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi.
Dengan kata lain, air bergerak menuju zat terlarut yang berkonsentrasi
lebih tinggi sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi.
Zat terlarut adalah zat yang terlarut dalam cairan, dapat berupa
kristaloid (garam yang mudah larut ke dalam larutan murni) atau
koloid (zat seperti molekul berprotein besar yang tidak mudah terlarut
dalam larutan murni). Sebuah zat pelarut adalah komponen sebuah
larutan yang dapat melarutkan sebuah zat terlarut.
Didalam tubuh, air merupakan zat pelarut; zat terlarut terdiri atas
elektrolit, oksigen dan karbon dioksida, glukosa, urea, asam amino,
dan protein. Osmosis terjadi jika konsentrasi permeabel selektif,
seperti membran kapiler lebih tinggi dibandingkan sisilainnya. Zat
terlarut ini menarik air dari ruang interstisial dan sel kedalam
kompartemen vaskular untuk menyeimbangkan konsentrasi zat terlarut
disemua kompartemen cairan. Osmosis merupakan meknisme penting
untuk mempertahankan homeostatis dan keseimbangan cairan.
Konsentrasi zat terlarut didalam cairan tubuh biasanya osmolalitas.
Osmolalitas ditentukan oleh konsentrasi zat terlarut total didalam
kompartemen cairan dan diukur sebagai bagian dari zat terlarut per
kilogram air.
c. Filtrasi
Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat terlarut
secara bersamaan menyebrangi sebuah memberan dari satu
kompartemen ke kompartemen lain. Pergerakan terjadi dari area
bertekanan tinggi ke arena bertekanan rendah. Tekanan didalam
kompartemen yang menghasilkan pergerakan cairan dan zat terlarut
didalam cairan keluar dari kompartemen disebut tekanan filtrasi.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh cairan
didalam sebuah sistem tertutup pada dinding wadah penampung cairan
tersebut. Tekanan idrostatik dalam darah terhadap dinding pembuluh
darah. Prinsip yang terlibah dalam tekanan hidrostatik adalah bahwa
cairan bergerak dari arena bertekanan tinggi ke arena bertekanan
rendah.
d. Transpor Aktif
Zat dapat bergerak menyebrangi dari sel dari larutan berkonsentrasi
rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi dengan sebuah transpor aktif.
Proses ini berbeda dengan difusi dan osmosis dalam hal energi
metabolik yang dihabiskan. Dalam transpor aktif, sebuah zat berkaitan
dengan sebuah pembawa dipermukaan luar membran sel dan keduanya
bergerak ke permukaan dalam membran sel. Setelah dibawa zat
pembawa berpisah dan zat dilepaskan ke bagian dalam sel. Sebuah
pembawa spesifik dibutuhkan untuk setiap zat, enzim dibutuhkan
untuk transpor aktif dan energi yang dikeluarkan.
Proses ini terutama penting untuk mempertahankan perbedaan
konsentasi ion natrium dan kalium didalam CIS dan CES. Dalam
kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi di CES dan kalium
lebih tinggi di sel. Untuk memperahankan proporsi ini, mekanisme
transpor aktif diaktivasi, memindahkan natrium keluar sel dan kalium
didalam sel.
c. Mempertahankan Homeostatis
Volume dan komposisi cairan tubu diatur melalui beberapa mekanisme
homeostatis. Sejumlah sistem tubuh turut andil pada pengaturan ini,
termasuk ginjal, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, paru dan
sistem pencernaan. Hormon seperti hormon antideuretik, ADH juga
dikenal sebagai arginin vasopresin (AVP), sistem renin angitensin
aldosteron dan faktor natriuretik atrial dilibatkan sebagai mekanisme
untuk memantau dan mempertahakan volume vaskular.
1) Ginjal
Ginjal merupakan pengatur utama keseimbangan cairan dan
elektrolit. Ginjal mengatur volume dan osmolalitas eksternal
dengan mengatur ekskresi air dan elektrolit. Ginjal menyesuaikan
kembali penyerapan kembali air dari filtrasi plasma dan pada
akhirnya jumlah yang dikeluarkan sebagai urine. Walaupun 135
sampai 180 L plasma per hari normalnya disaring pada orang
dewasa, hanya sekitar 1,5 L urine yang di ekskresikan.
Keseimbangan elektrilit dipertahankan oleh retensi dan ekskresi
selektif oleh ginjal. Ginjal juga memainkan peran penting dalam
mengatur asam basa, mengekskresikan ion hidrogen (H +) dan
mempertahankan bikarbonat.
2) Hormon Antideuretik
Hormon antideuretik yang mempertahankan ekskresi dari ginjal,
disentesis dibagian anterior hipotalamus dan bekerja pada duktus
kolektivusmenjadi lebih permeabel terhadap air. Peningkatan
permeabilitas ini memungkinkan lebih banyak lagi air diserap
kembali kedalam darah. Apabila lebih banyak air yang diserap
kembali, haluaran urine berkurang dan osmolalitas serum menurun,
ADH ditekan, duktus kolektivus menjadi kurang permeabel
terhadap dair dan haluaran urine meningkat. Air yang berlebih
diekskresikan dan osmolalitas serum kembali normal. Faktor lain
juga yang mempengaruhi produksi ADH, termasuk volume darah,
suhu, nyeri, stres dan beberapa obat seperti opiat, barbiturat dan
nikotin.
3) Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Reseptor khusus di sel jugstaglomarulus nefron ginjal berespn
terhadap perubahan perfusi renal dan ini memulai sistem enin-
angiotensin-aldosteron. Jika aliran darah atau tekanan dalam ginjal
menurur, renin dilepaskan. Renin menyebabkan pengubahan
angiotensinogen menjadi angitensin I, yang kemudian diubah
menjadi angitensi II oleh enzim pengubah angiotensin. Angiotensin
II bekerja secara langsung pada nefronuntuk menigkatkan retensi
natrium dan air, selain itu juga melepaskan aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron juga meningkatkan retensi natrium di nefron
distal. Efek bersih dari sistem renin-angiotensin-aldosteron adalam
mengembalikan volume darah (dalam perfusi renal) melalui retensi
natrium dan air.
a. Natrium (Na+)
Natrium merupakan kation yang terbanyak dicairan ekstrasel dan
merupakan kontributor utama terhadap osmolaritas serum. Fungsi
natrium sangat besar dalam mengendalikan dan mengatur
keseimbangan air. Apabila natrium di reabsorbsi dari tubulus ginjal,
klorida dan air direabsorbsi bersamaan dengannya, sehingga
mempertahankan volume CES. Natrium ditemukan dalam banyak
makanan, seperti daging babi asap, daging babi keju olahan dan garam
meja.
b. Kalium (Ka+)
Kalium merupakan kation utama di dalam cairan intrasel, hanya sedikit
ditemukan berada didalam plasma dan cairan intertisial. Seperti halnya
natrium membantu mempertahankan keseimbangan air di CES, kalium
sangat penting dalam mempertahkankan keseimbangan air di CIS.
Kalium merupakan elektrolit yang sangat penting untuk aktivitas otot
rangka, otot jantung, dan otot polos. Kalium juga terlibat dalam
mempertahakan keseimbangan asam-basa dan berperan pada reaksi
enzim intrasel. Kalium ditemukan dalam banyak buah dan sayuran,
daging, ikan dan makanan lain.
c. Kalsium (Ca2+)
Sebagian besar kalsium didalam tubuh berada di dalam sistem rangka,
relatif sedikit berada di dalam cairan ekstrasel. Walaupun kalsium ini
yang berada diluar tulang dan gigi hanya berjumlah sekitar 1% dari
total kalsium didalam tubuh, kalsium sangat penting dalam pengaturan
kontraksi dan relaksasi otot, fungsi neuromuskular, dan fungsi jantung.
Kalsium CES diatur oleh interaksi kompleks antara hormon paratiroid,
kalsitonin, dan kalsitriol, sebuah metabolit vitamin D. Apabila kadar
kalsium di CES menurun, hormon paratiroid dan kalsitriol
menyebabkan kalsium dilepaskan dari tulang ke CES dan eningkatkan
penyerapan kalsium didalam usus, sehingga meningkatkan kadar
kalsium serum. Sebaliknya, kalsitonin menstimulasi deposisi kalsium
ditulang, mengurangi konsentrasi ion kalsium di dalam darah.
d. Magnesium (Mg2+)
Magnesium terutama ditemukan didalam tulang rangka dan cairan
intrasel, yang terutama terlibat dalam produksi dan penggunaan ATP.
Magnesium juga dibutuhkan untuk sintesis protein dan DNA didalam
sel. Hanya sekitar 1% magnesium tubuh berada di CES, di CES
magnesium dilihatkan dalam pengaturan fungsi neuromuskular dan
jantung. Mempertahakan dan memastikan keadekuatan kadar
magnesium adalah bagian penting dalam perawatan pasien gangguan
jantung. Gandum sereal, kacang, buah kering, polong-polongan, dan
sayuran berdaun hijau merupakan sumber magnesium yang baik di
dalam diet, seperti produk sus, daging dan ikan.
e. Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama dalam CES. Fungsi klorida bersama
dengan natrium adalah untuk mengatur osmolaritas serum dan volume
darah. Konsentrasi klorida dalam CES diatur secara sekunder setelah
natrium, apabila natrium diserap kembali di dalam ginjal, klorida
biasanya ikut diserap kembali. Klorida merupakan komponen utama
asam lambung sebagai asam hidroklorida (HCL) dan terlibat dalam
pengaturan keseimbangan asam basa. Klorida juga bekerja sebagai
sebuah bufer dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida di SDM.
Klorida ditemukan dalam makanan yang sama seperti Natrium.
f. Fosfat PO4-
Fosfat merupakan anion utama dalam cairan intrasel. Fosfat juga
ditemukan dalam CES, tulang, otot rangka, dan jaringan saraf. Anak-
anak memiliki kadar fosfat yang lebih tinggi dibandingkan orang
dewasa, dengan bayi baru lahir memiliki kadar fosfat hampir dua kali
dibandingkan orang dewasa. Kadar hormon pertumbuhan yang lebih
tinggi dan laju pertumbuhan tulang rangka yang lebih cepat mungkin
menyebabkan perbedaan ini. Fosfat terlibat dalam banyak kerja kimia
sel, fosfat esensial untuk fungsi otot, saraf, dan sel darah merah. Fosfat
juga terlibat dalam metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
Fosfat diserap dari usus dan ditemukan dalam banyak makanan seperti
daging, ikan, unggas, produk susu, dan polong-polongan.
g. Bikarbonat HCO3-
Bikarbonat terdapat dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fungsi
utamanya adalah mengatur keseimbangan asam-basa sebagai
komponen esensial dari sistem bufer asam karbonat-bikarbonat. Kadar
bikarbonat ekstrasel diatur oleh ginjal, bikarbonat diekskresikan jika
jumlahnya terlalu banyak, jika dibutuhkan lebih banyak, ginjal
meregenerasi dan mereabsobsi ion bikarbonat. Tidak seperti elektrolit
lain yang harus dikonsumsi dalam diet, jumlah bikarbonat yang
adekuat diproduksi melalui proses metabolik untuk memenuhi
kebutuhan tubuh.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
Ginjal penting untuk pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit,
secara normal ginjal menyaring 170 liter plasma setiap hari pada orang
dewasa, sementara pada saat yang sama hanya mengekskresi 1,5 liter urin.
Ginjal berfungsi baik secara otonom maupun dalam berespon terhadap
pembawa pesan yang dibawa oleh darah, seperti aldosteron dan hormon
anti diuretik (ADH). Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan
keseimbangan cairan yang normal termasuk berikut ini :
Pengaturan volume dan osmolaritas CES melalui retensi dan ekskresi
selektif cairan tubuh
Pengaturan kadar elektrolit dalam CES denganretensi selektif substansi
yang dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak
dibutuhkan.
Pengaturan PH CES melalui retnsi ion-ion hidrogen
Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
3. Paru-paru
Paru-paru juga vital untuk mempertahankan homeostatis. Melalui
ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada
orang dewasa normal. Kondisi-kondisi abnormal seperti hiperpnea
(respirasi dalam yang abnormal) atau batuk yang terus menerus
meningkatkan kehilangan air ini, ventilasi mekanik dengan air yang
berlebihan menurunkan kehilangan air ini. Paru-paru juga mempunyai
peran penting dalam mempertahankan asam-basa. Perubahan-perubahan
pada proses penuaan yang normal menghasilkan penurunan fungsi
pernafasan, menyebabkan kesukaran dalam pengaturan PH pada individu
usia lanjut yang menderita penyakit gawat atau mengalami trauma.
4. Kelenjar Pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yang dikenal dengan nama
hormon anti diuretik (ADH), yang disimpaan dalam kelenjar pituitari
posterior dan dilepaskan jika diperlukan. ADH kadang disebut sebagai
hormon penyimpan air. Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan
osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan
mengatur volume darah.
5. Kelenjar Adrenal
Aldosteron, suatu mineralokortikoid yang disekresikan oleh zona
glomerulosa (daerah terluar) dari korteks adrenal, mempunyai efek yang
mendalam pada keseimbangan cairan. Peningkatan sekresi aldosteron
menyebabkan retensi natrium (dan karena itu juga retensi air) dan
kehilangan kalium. Sebaliknya, penurunan sekresi aldosteron
menyebabkan kehilangan natrium dan air serta retensi kalium. Kortisol,
hormon adrenokortikoid yang lain, hanya mempunyai sebagian
kemampuan mineralokortikoid dari aldosteron. Meskipun demikian, jika
kortisol disekresi dalam jumlah besar, kortisol juga dapat mengakibatkan
retensi natrium dan cairan serta kekurangan kalium.
6. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid, yang terdapat disudut kelenjar tiroid, mengatur
keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH). PTH
mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus, dan
reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
b. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
2) Berat badan
Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena
gangguan cairan. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi
lebih dini karena 2,5 – 5 kg cairan tertahan di dalam tubuh
sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik atau stabil.
3) Intake dan output cairan
Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral.
Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster,
drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance
cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan
konsentrasi urine
4) Bayi: Fontanela cekung jika kekurangan volume cairan dan
elektrolit, dan menonjol jika kelebihan cairan.
5) Mata:
- Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak
ada.
- Edema periorbital, papiledema.
6) Tenggorokan dan mulut
Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan kering,
saliva menurun, lidah bagian longitudinal mengerut
7) Sistem kardiovaskular :
- Inspeksi:
Vena leher : JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
Central venus pressure (CVP) abnormal
Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
- Palpasi:
Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum,
dan tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki).
Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
Pengisian kapiler
- Auskultasi:
Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun.
Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
8) Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles).
9) Sistem gastro intestinal:
- Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah dan diare
- Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
10) Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine
meningkat
11) Sistem neuromuskular :
- Inspeksi: Kram otot, tetani, koma, tremor
- Palpasi: Hipotonisit, hipertonisitas
- Perkusi: Refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,
hiperaktif/meningkat).
2. Pathway
Faktor Predisposisi
Usia, Iklim, Diet, Setress dan Kondisi Sakit
Risiko
Ketidakseimbangan
elektrolit
3. Analisa Data
4. Diagnosis Keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
dibuktikan dengan Merasa lemas, mengeluh haus, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering.
b. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dibuktikan
dengan dispnea, edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu
singkat, jugularis Venous Pressure (JVP) dan Central Venous Pressure
(CVP) meningkat, intake lebih banyak dari output, oliguria.
c. Risiko Ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan prosedur bedah
mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis, asites, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar dan
disfungsi intestinal.
d. Risiko Keseimbangan Elektrolit dibuktikan dengan
Ketidakseimbangan cairan, kelebihan volume cairan, gangguan
mekanisme regulasi, efek samping prosedur, diare, muntah, disfungsi
ginjal dan disfungsi regulasi endokrin.