Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam kehidupan
sehari – hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buah – buahan misalnya
lemon dan jeruk. Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa yaitu sabun dan
deterjen. Untuk menjelaskan mengenai senyawa asam dan basa, terdapat beberapa
teori asam basa, diantaranya yaitu teori Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, teori asam
basa Lewis, dan teori Lux-Flood.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa
asam dan basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus. Senyawa asam
dapat mengubah lakmus biru menjadi berwarna merah, sebaliknya senyawa basa
dapat merubah lakmus merah menjadi lakmus biru. Selain itu untuk membedakan
apakah suatu senyawa bersifat asam atau basa dapat juga menggunakan indikator
phenolphthalein. Jika setelah penambahan phenolphthalen warna larutan

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana komposisi cairan tubuh ?
2) Apa saja teori asam basa ?
3) Bagaimana derajat keasaman larutan (pH) ?
4) Apa larutan elektrolit dan non elektrolit ?
5) Bagaimana sistem buffet tubuh ?
6) Apa larutan isotonik, hipotonik, dan hipertonik ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. KOMPARTEMEN DAN CAIRAN TUBUH


A. Komposisi Cairan Tubuh
Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa.
Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan.
Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan
lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian
(67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%)
berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma
darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang
mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada
kompartmen lain yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya
diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll.
Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan
intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling
sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya
barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan
intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam
keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar
kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen,
maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi
keseimbangan kembali.

2
B. Kompartemen Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan
intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat
badan 70 kg, total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau
sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan
derajat obesitas.
1. Cairan Intraselular (CIS)
40% dari BB total adalah CIS. Cairan Intraselular adalah cairan yang terkandung
di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah
cairan intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg).
Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi yang merupakan cairan intraselular.
2. Cairan Ekstraselular (CES)
20% dari BB total adalah CES. Cairan Ekstraselular adalah cairan diluar sel.
Ukuran relatif dari (CES) dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada
bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam cairan ekstraselular
(CES). Setelah ber usia 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-
kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria
dewasa (70 kg). CES dibagi menjadi:
a. Cairan interstisial (CIT) adalah cairan disekitar sel, pada orang dewasa
volume cairan interstisial kira-kira 8L Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Volume Relatif (CIT) bergantung dengan ukuran tubuh, pada bayi
baru lahir volume cairan interstisial kira-kira 2 kali lebih besar dibanding
orang dewasa.
b. Cairan intravaskular (CIV) adalah cairan yang terkandung di dalam pembuluh
darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak.
Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB).3 L (60%)
dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel
darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja
sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan
trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-
beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain.
Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
- pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
- transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
- pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi

3
- transpor hormon ke tempat aksinya
- sirkulasi panas tubuh
c. Cairan Transelular (CTS) adalah cairan yang terkandung didalam rongga
khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial,
pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu
tertentu volume (CTS) dapat mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar
cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya.
Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan
mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.

C. Perpindahan Substansi Antar Kompartmen


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila substansi
zat Teori asam basa tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel
terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak
permeable untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif)
bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif
membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
 Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan
partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi
ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi

4
 Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang
sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan
menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel
dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut,
maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut
yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini disebut dengan osmosis.

 Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah.
Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini
disebut tekanan hidrostatik.

 Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari
daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan
seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa
Na-K.

5
2. ASAM BASA
A. Pengertian Asam Dan Basa
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam
sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada
asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam
halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin,
bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan
oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian
ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa
semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang
bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini,Istilah asam berasal dari
bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka adalah asam
asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat yang
berasa pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang
menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu
ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah
yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah.
Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam
larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.

B. Teori Asam Basa


1) Teori Asam Basa Arrhenius (Svante August Arrhenius), Teori asam basa Arrhenius
didasarkan pada pembentukan ion dan pada larutan berair (aqueous solution).
Asam adalah spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+ dalam larutan berair. contoh:
HCl, H2SO4, H2CO3, H3PO4,HCN, HNO3 HCl + H2O à H+ + Cl- + H2O Basa adalah
spesies yang menghasilkan ion OH- dalam larutan berair.
Contoh: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Ca(OH)2 NH3 + H2O à NH4+ + OH-
Secara umum : Asam + Basa Garam + Air

6
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat
diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu:
 Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat
menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
 Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada molekul, belum
mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan anion.
 Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung hidrogen dengan
bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam,
sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
 Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-, seperti
Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.

Asam dan basa dapat dikelompokan menjadi asam basa monovalen dan asam basa
polivalen. Asam basa monovalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah satu.
a) Asam lemah monovalen
Contohnya : asam asetat
CH3COOH à H+ + CH3COO-

b) Basa Lemah Monovalen


Contohnya : natrium hidroksida
NH4OH à NH4+ + OH-

c) Asam basa polivalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah lebih dari
satu. Asam dan basa polivalen mengion secara bertahap dan tiap tahap memiliki
nilai tetapan kesetimbangan sendiri.
Contohnya : Asam sulfat
H2SO4 à H+ + HSO4-
HSO4- à H+ + SO42-
Pasangan asam-basa konjugasi secara singkat yaitu asam makin lemah, basa
konjugasinya makin kuat. Ka x Kb = Kw

2) Teori Asam Basa Brønsted-Lowry (Bronsted dan Lowry)

7
Teori asam basa Brønsted-Lowry didasarkan pada transfer proton.
 Asam adalah spesies pemberi (donor) proton.
 Basa adalah spesies penerima (akseptor) proton.
Amfiprotik/ Amfoter: bisa bersifat asam atau basa
Contoh : H2O, NH3, HCH3COO, H2PO4-
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam basa
H2O + NH3 à NH4+ + OH-
Asam basa
Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton dari asam ke basa dan
membentuk asam dan basa konjugasi.
 Asam kuat : basa konjugasi lemah
 Basa kuat : asam konjugasi lemah
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam1 basa1 asam2 basa2

Asam konjugasi memiliki atom H lebih banyak daripada basa konjugasinya sedangkan
basa konjugasi memiliki muatan negatif lebih banyak daripada asam konjugasinya. Semua
asam basa Arrhenius adalah asam basa bronsted lowry
H2PO4- à HPO42-
asam konjugasi basa konjugasi
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam
basa, yaitu:
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa.
Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan
lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini
akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

8
a. Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah
dari asam tersebut.
b. Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton
ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan
konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah
zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter.
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep yang telah
disampaikan Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak terbatas hanya pada
pelarut air saja, namun konsepnya dapat dengan jelas menjelaskan dan menerjemahkan
mengenai reaksi asam dan basa dalam pelarut air, bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.

Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan menggunakan
pelarut benzena. Reaksinya seperti ini :
HCl (benzena) + NH3 (benzena) -> NH4Cl(s)
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry yaitu teori Bronsted-Lowry
memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam dengan basa
dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari yang bersifat asam ke yang bersifat basa.

3) Teori Asam Basa Lewis (Lewis)


Teori asam basa Lewis didasarkan pada transfer pasangan elektron.
a. Asam adalah spesies penerima (akseptor) pasangan elektron.
Contohnya : H+, kation logam (Fe3+, Al3+)
b. Basa adalah spesies pemberi (donor) pasangan elektron.

9
Contohnya : OH-, atom dan ion dari golongan V - VII (F-,Cl-)

Reaksi asam basa merupakan pemakaian bersama pasangan elektron (contohnya : pada
ikatan kovalen koordinasi) dan semua asam basa Arrhenius adalah asam basa Lewis
Adapun kelebihan teori asam dan basa Lewis yaitu:
1) Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan
asam dengan pelarut lain dan bahkan dengan yang tidak mempunyai pelarut.
2) Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan
asam molekul atau ion yang memiliki PEB atau pasangan elektron bebas. Contoh
terdapat pada proses pembentukan senyawa komplek.
3) Teori asam dan basa Lewis mampu menerangkan dan menjelaskan suatu senyawa
bersifat basa dari zat-zat organik, contohnya dalam DNA dan RNA didalamnya
mengandung atom N, nitrogen, dimana memiliki PEB atau pasangan elektron
bebas
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki
kelemahan yaitu hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau oktet.

4) Asam Basa Lux-Flood


Teori Asam Basa Lux-Flood merupakan penghidupan kembali teori asam basa oksigen
yang diusulkan oleh kimiawan Jerman Hermann Lux pada tahun 1939, kemudian
dikembangkan oleh Håkon Flood sekitar tahun 1947 dan masih digunakan sampai sekarang
pada bidang geokimia modern dan elektrokimia lelehan garam. Konsep teori asam basa
Lux-Flood ditinjau berdasarkan ion oksida (O2-).
Menurut teori asam basa Lux-Flood, senyawa yang bersifat asam yaitu senyawa-senyawa
yang menjadi akseptor ion oksida. Sedangkan senyawa yang bersifat basa yaitu senyawa-
senyawa yang menjadi pendonor ion oksida. Contoh reaksi antara CaO (kapur) dan SiO2
(pasir) yang terjadi pada suhu tinggi. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(s)
Reaksi CaO atau SiO2 dapat pula terjadi pada suhu rendah sesuai persamaan berikut:
SO3(g) + H2O(l0 → H2SO4(aq)
SiO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
Adapun kelebihan teori asam basa lux-flood yaitu karakterisasi oksida logam dan non
logam menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri pembuatan logam.

10
Sedangkan kelemahan teori Lux-Flood yaitu teori ini terbatas hanya pada senyawa-senyawa
yang memiliki ion oksida saja. Teori ini tidak dapat menjelaskan sifat kebasaan dan
keasaman suatu senyawa yang tidak memiliki ion oksida di dalamnya.

5) Asam Basa Keras dan Lunak (Konsep HSAB)


Asam basa Lewis diklasifikasikan menurut sifat keras dan lunaknya. Logam dan ligan
dikelompokkan menurut sifat keras dan lunaknya berdasarkan pada polarisabilitas unsur
yang pada akhirnya dikemukakanlah suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base
(HSAB). R.G Pearson awal tahun 1960 mengusulkan bahwa asam basa lewis dapat
diklasifikasikan sebagai asam basa lunak (soft) atau keras (hard).
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Asam Keras, Lunak, dan Intermediet

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Basa Keras, Lunak, dan Intermediet

11
I. Syarat-Syarat Asam-Basa Keras (Hard):
 Jari-jari atom kecil
 Bilangan oksidasinya tinggi
 Polaritasnya rendah
 Elektronegatifitasnya tinggi
II. Syarat-Syarat Asam-Basa Lunak (Soft) :
 Jari-jari atom
 Bilangan oksidasinya rendah
 Polaritasnya tinggi
 Elektronegatifitasnya rendah

Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan


 Asam keras cenderung berikatan dengan basa keras
 Asam lunak cenderung berikatan dengan basa lunak
 Interaksi asam-basa keras cenderung bersifat elektrostatik
 Interaksi asam-basa lunak cenderung bersifat kovalen

6) Teori Asam Basa Sistem Pelarut


Asam basa sistem basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley. Berdasarkan teori
ini, yaitu,
a) Asam sistem pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut tertentu
dapat meningkatkan konsentrasi kation karakteristik dari pelarut tersebut.
Contoh cairan NH4Cl dilarutkan dalam cairan NH3, maka NH4Cl bertindak sebagia
asam sistem pelarut karena dalam NH3, cairan NH4Cl teriosisasi menjadi NH4+ +
Cl-. NH4+ inilah yang disebut kation karakteristik pelarut (KKP).
b) Basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut
tertentu dapat meningkatkan anion karakteristik plarut tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2, maka NaCl disebut anion
karakteristik pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl terurai menjadi Na+ dan
Cl-. Cl- inilah yang disebut AKP.

12
Kelebihan dari teori ini adalah sifat keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat
ditingkatkan karakteristiknya dan kelemahan dari teori ini adalah tidak semua pelarut dapat
atau mampu meningkatkan karakteristik sifat keasaman ataupun kebasaan suatu senyawa.
7) Teori Asam Basa Asam Usanovich
Usanovich merupakan seorang ahli kimia Rusia. Teori Asam Basa Asam Usanovich tidak
diakui oleh dunia atau bisa dibilang bukan teorinya. Hal ini disebabkan teori yang
diungkapkan tersebut merupakan gabungan dari semua teori asam basa yang pernah
diungkapkan ahli-ahli kimia yang lain.
Mikhail Usanovich telah mengembangkan teori umum yang tidak membatasi keasaman
suatu senyawa yang hanya mengandung hidrogen saja, tetapi lebih umum dari teori asam
basa Lewis. Teori Usanovich dapat diringkas,
1) Asam didefinisikan sebagai spesies yang dapat menyumbangkan kation untuk
kemudian bergabung dengan (menerima) anion untuk menetralkan basa
menghasilkan garam.
2) Basa didefinikasikan sebagai spesies yang dapat memberikan anion (elektron) untuk
bergabung dengan kation atau menetralkan asam kemudian menghasikan garam
Definisi Usanovich ini telah mencakup semua definisi yang telah ada sebelumnya dan
konsep redoks (oksidasi-reduksi) sebagai kasus khusus dalam reaksi asam-basa.
Beberapa contoh reaksi asam-basa Usanovich :
Na2O (basa) + SO3 (asam) → 2 Na+ + SO42−(yg dipertukarkan: anion O2−)
3 (NH4)2S (basa) + Sb2S3 (asam) → 6 NH4+ + 2 SbS43−(yg dipertukarkan: anion S2−)
Na (basa) + Cl (asam) → Na+ + Cl−(yg dipertukarkan: elektron)

C. Interaksi Asam Basa Keras Dan Lunak


Berdasarkan prinsip HSAB, asam keras cenderung lebih suka untuk berkoordinasi dengan
basa keras, dan demikian juga halnya dengan asam lunak yang cenderung lebih suka
berkoordinasi dengan basa lunak. Asam keras dan basa keras cenderung mempunyai atom
yang kecil, oksidasi tinggi, kepolaran rendah, dan keelektronegatifan tinggi. Sedangkan asam
dan basa lunak cenderung mempunyai atom yang besar, tingkat oksidasi rendah, dan
elektronegatifan rendah. Interaksi antara asam keras dan basa keras disebut dengan interaksi
ionik, sedangkan interaksi antara asam lemah dan basa lemah lebih bersifat kovalen.
Contohnya antara Cr3+ dan OH-. Cr3+ merupakan asam kuat dan OH- merupakan basa kuat,
sehinnga kedua asam basa ini akan berinteraksi secara kuat melalui pembentukan ikatan

13
koordinasi karena pasangan elektron bebas unsur O pada OH- akan menempati orbital kosong
yang ada di Cr3+.
Pada kenyataannya asam keras yang berikatan dengan dengan basa keras akan memiliki
kestabilan yang lebih tinggi dibandingkan asam keras yang berikatan dengan basa lunak. Asam
keras (misalnya : Fe3+) yang berikatan dengan halogen, kestabilannya akan menurun
berdasarkan urutan : F- > Cl- > Br- > I-. Sedangkan asam lunak (misalnya : Hg2+) yang
berikatan dengan golongan halogen, kestabilannya akan meningkat berdasarkan urutan : F- <
Cl- < Br- < I-. Hal ini disebabkan karena F- dan Cl- merupakan basa keras, sehingga akan
lebih stabil jika berikatan dengan asam keras, sebaliknya I- yang merupakan basa lunak, akan
lebih stabil jika berikatan dengan asam lunak.

D. Reaksi – Reaksi Asam Dan Basa


1) Reaksi Penetralan
Jika larutan asam san larutan basa direaksikan maka terjadi reaksi penetralan, yaitu
reaksi yang saling meniadakan sifat asam dan basa yang menghasilkan garam dan air.
Contoh :
Asam + Basa Garam + Air
HnA + B(OH)m BnAm + H2O
2) Reaksi Oksida Asam dan Oksida Basa
Oksida asam adalah oksida bukan logam yang saat bereaksi dengan air membentuk
asam.
CO2 + H2O H2CO3
SO2 + H2O H2SO3
SO3 + H2O H2SO4
N2O5 + H2O 2 HNO3
P2O5 + H2O 2 H3PO4
 Oksida asam akan bereaksi dengan larutan basa membentuk garam dan air
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
 Oksida basa adalah oksida logam yang saat bereaksi dengan air akan
menghasilkan basa:
Na2O + H2O ---> 2 NaOH
K2O + H2O ---> 2 KOH
 Oksida basa akan bereaksi dengan larutan asam membentuk garam dan air

14
Na2O + H2SO4 ---> Na2SO4 + H2O
Fe2O3 + HNO3 ---> 2 Fe(NO3)3 + 3 H2O

3) Reaksi yang menghasilkan Endapan


Untuk mengetahui suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak....ada dua cara. Cara
pertama menggunakan tabel kelarutan (dengan menghitung nilai perbandingan Ksp
dengan Qsp nya), contoh :
BaCl2(aq) + Na2SO4(aq) ---> BaSO4(s) + 2NaCl (aq)
Reaksi Ion (larutan elektrolit terurai menjadi ion2nya dan yang mengendap tidak
diuraikan).
Ba2+(aq) + 2Cl-(aq) + 2Na+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s) + 2Na+(aq) + 2Cl-(aq)
Reaksi ion bersihnya (ion2 yang sama di ruas kiri dan kanan dihilangkan)
Ba2+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s)

4) Reaksi yang Menghasilkan Gas


a. Reaksi yang menghasilkan gas CO2
CaCO3(s) + 2HCl(aq) ---> CaCl2(s) + H2O(l) + CO2(g)
Na2CO3(s) + H2SO4(aq) ---> Na2SO4(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Kedua reaksi di atas sebenarnya menghasilkan H2CO3 akan tetapi segera terurai
menjadi H2O(l) dan CO2(g).
b. Reaksi yang menghasilkan gas NH3
NH4Cl(s) + KOH(aq) ---> KCl(aq) + H2O(l) + NH3(g)
reaksi di atas sebenarnya menghasilkan NH4OH akan tetapi segera terurai
menjadi H2O(l) dan NH3(g)
c. Reaksi yang menghasilkan gas H2S
FeS(s) + H2SO4 ---> FeSO4 + H2S
d. Reaksi Logam dengan Asam Kuat
Logam + Asam Kuat ---> Garam + gas Hidrogen
Ca(s) + 2HCl(aq) ---> CaCl2(s) + H2O(g)
Na(s) + H2SO4(aq) ---> Na2SO4(aq) + H2(g)

15
E. Sifat – Sifat Asam Dan Basa
Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau senyawa berupa asam
atau basa yaitu:
1) Sifat Asam
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih tanda plus (+)
disebelah atas belakang H). Secara umum, Asam memiliki sifat sebagai berikut:
 Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah)
 Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit (terutama
jika asam pekat)
 Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula
merusak jaringan kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari kain,
kayu atau kertas jika konsentrasinya tinggi (pengalaman pribadi, kalian mau
coba? Dio kayanya semangat nih)
 Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu ionik
(dapat menghantarkan listrik walau tidak selalu berbentuk ion)
 Derajat keasaman (pH) lebih kecil dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah

2) Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya dikasih tanda
minus (-) disebelah atas belakang OH). Basa adalah lawan dari asam. Secara umum,
Basa memiliki sifat sebagai berikut:
 Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
 Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa lemah)
 Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
 Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan elektrolit)
 Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
 Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
 Dapat mengemulsi minyak

16
F. Jenis- Jenis Asam dan Basa
 ASAM
Asam terbagi dua jenis yaitu Asam Kuat dan Asam Lemah.
i. Asam Kuat yaitu Asam yang dapat terionisasi 100% dalam larutan
Contoh asam Kuat:
 Asam sulfat (H2SO4)
 Asam klorida (HCl)
 Asam nitrat (HNO3)
 Asam bromida (HBr)
 Asam iodida (HI)
 Asam klorat (HClO4)
ii. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan
dalam air.
Contoh asam lemah:
o Asam askorbat
o Asam karbonat
o Asam sitrat
o Asam etanoat
o Asam laktat
o Asam fosfat

 BASA
Seperti halnya asam, basa juga terbagi menjadi 2 jenis yaitu Basa Kuat dan Basa Lemah,
i. Basa Kuat
yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure pembentuk basa
tersebut.
Contoh basa kuat:
o Litium hidroksida (LiOH)
o Natrium hidroksida (NaOH)
o Kalium hidroksida (KOH)
o Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
o Stronsium hidroksida (Sr(OH)2)

17
o Rubidium hidroksida (RbOH)
o Barium hidroksida (Ba(OH)2)
o Magnesium hidroksida (Mg(OH)2)

ii. Basa Lemah


yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan. Amonia
adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas ammonia tidak mengandung
ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan
ion hidroksida.
Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia
tetap ada sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida.
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠
1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung
dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).
Berikut ini contoh basa lemah :
o gas amoniak (NH3)
o besi hidroksida (Fe(OH)2)
o Hydroksilamine (NH2OH)
o Aluminium hidroksida (Al(OH)3)
o Ammonia hydroksida (NH4OH)
o Metilamin hydroxide (CH3NH3OH
o Etilamin hydroxide (C2H5NH3OH)

G. Indikator Asam Basa


Indikator asam – basa adalah zat kimia yang mempunyai warna yang berbeda dalam
larutan asam dan basa. Sifat itulah yang menyebabkan indikator asam – basa dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa. Ada beberapa jenis indikator asam –
basa diantaranya fenolftalein, metil orange, bromotimul biru, metil ungu, bromokresol
ungu, fenol merah, timolftalein dan metil orange. Jika kita meneteskan larutan asam – basa
kedalam larutan tersebut, kita akan melihat perubahan warna larutan indikator. Perhatikan
tabel berikut:
Indikator asam – basa

18
2.6.1 Trayek Perubahan Warna Indikator Asam Basa

19
3. DERAJAT KEASAMAN LARUTAN (pH)
A. Derajat Keasaman (pH)
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang
dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH
> 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan
keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang
berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain
menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang berkerja
berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai
tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi
tinggi. Istilah pH berdasarkan dari “p”, lambing metematika dari negatif logaritma, dan “H”,
lambang kimia dari unsur Hidrogen.

B. Penentuan pH
Asam dan basa adalah besarang yang sering digunakan untuk pengolahan sesuatu zat, baik
di industry maupun kehidupan sehari-hari, pada industry kimia, keasaman merupakan variabel
yang menentukan mulai dari pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yang
diharapkan sampai pengendalian limbah industry agar dapat mencegah pencemaran pada
lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah pertanian perlu
diketahui. Untuk mengetahui dasar pengukuran derajat keasaman akan diuraikan dahulu
pengertian derajat keasaman itu sendiri.
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang
terjadi antaar larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membran gelas) yang telah
diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini
dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang
ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro
kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda pembanding.
Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.

C. Menghitung pH Asam Basa Konsentrasi Encer


Menghitung nilai pH dari larutan asam ataupun basa kuat yang sangat encer, hal ini menjadi
pertanyaan besar bagi kita. Ketika pengenceran hingga sangat encer dilakukan pada larutan

20
asam atau basa pada suatu titik akan muncul pengaruh dari auto–disosiasi dari molekul air
yang berperan sebagai pelarut.
H2O ⥄ H+ + OH-
Ketika konsentrasi H3O+ dari asam (atau konsentrasi dari OH– dari basa) turun sedikit saja
dari 10–7 M maka kontribusi dari disosiasi air mulai memiliki efek yang nyata pada
keseluruhan [H3O+] (atau [OH–] dalam kasus basa kuat) dalam larutan. Misalnya kita
mengambil contoh untuk menentukan nilai pH dari larutan KOH 10 -7 M. Ada 4 metode yang
digunakan dalam menghitung pH larutan asam/basa kuat yang sangat encer, yaitu :
1) Metode pertama
Menghitung pH larutan KOH 10-7 M
pOH = - log [OH-]
= - log [10-7 ]
=7
pH = 14 – pOH
= 14 – 7
=7
Metode ini tidak tepat dalam pengukuran pH asam//basa konsentrasi encer.

2) Metode kedua
Menghitung pH larutan KOH 10-7 M
Diketahui bahwa [OH- ]H2O = 10-7 sedangkan [ OH-]KOH = 10-7
Pada metode ini konsentrasi dari [OH-]H2O mempengaruhi konsentrasi [OH-]KOH. Sehingga
untuk konsentrasi total OH- adalah penjumlahan dari konsentrasi dari [H + ]H2O dan
konsentrasi dari [OH-]KOH.
H2O ⥄ H+ + OH-
KOH  K+ + OH-
[OH- ] = [OH- ]H2O+ [OH-]KOH
= 10-7 + 10-7
= 2 x 10-7
pOH = - log [OH-]
= - log 2 x 10-7
= 7 – log 2
= 7- 0,3010
= 6,6990
21
pH = 14 – pOH
= 14 – 6,6990
= 7,301
Metode ini tidak tepat dalam pengukuran pH asam//basa konsentrasi encer.

3) Metode ketiga
Menghitung pH larutan KOH 10-7 M
H2O ⥄ H+ + OH-
KOH  K+ + OH-
[H3O+][OH–] = 1 × 10–14
Substitusikan ke dalam persamaan kesetimbangan untuk
[H3O +] = 10–7– x dan untuk [OH–] = [2 × 10–7- x] sehingga menjadi:
[H3O+][OH–] = kw
[H3O+][OH–] = 1 × 10–14
[10–7 – x] [2 × 10–7- x]= 1 × 10–14
2×10–14 - 2×10–7x + 10-7x - x2 = 10–14
x2 –3×10–7x + 10-14 = 0
Dengan menggunakan rumus persamaan kuadrat ABC nilai x dapat dihitung :
-b± √ b2 -4ac
x1x2 =
2a
3 x 10-7 ± √ (-3 x 10-7 )2 -4×1× 10-14
=
2
3 x 10-7 ± √ 9 x 10-14 -4× 10 -14
=
2
3 x 10-7 ± √ 5 x 10-14
=
2
-7 -7
3 x 10 ± 2,2361 x 10
=
2
-7
0,7639 x 10
= 2
¿
= 0,3820 x 10-7
Subtitusikan nilai x pada persamaan berikut :
[OH-] = 2 × 10–7- x
= 2 × 10–7- 0,3820 x 10-7

22
= 1,618 × 10–7

Sehingga nilai pH-nya dapat dihitung :


pOH = - log [OH- ]
= - log 1,618 × 10–7
= - log 16,18 × 10–8
= 8 – log 16,18
= 8 – 1,2040
= 6,7990
pH = 14 – pOH
= 14 – 6,7990
= 7,2010
Metode ini benar tetapi tidak tepat dalam pengukuran pH asam//basa konsentrasi
encer karena metodenya terlalu panjang
.
4) Metode Keempat
Mempertimbangkan keseimbangan muatan di larutan, dimana muatan kation harus sama
dengan muatan anion.
Menghitung pH larutan KOH 10-7 M
H2O ⥄ H+ + OH-
KOH  K+ + OH-
Didalam larutan air terdapat ion Cl- , H+ , OH-. Ingat bahwa :
Kw = [H3O+][OH–]
-14
10
[H+] = -
[OH ]
[K+] + [H+ ] = [OH–]
−14
10-7 + [H+ ] = 10
¿¿
10-7 [H+ ]+ [H+ ]2 = 10-14
[H+ ]2 + 10-7 [H+ ] - 10-14 = 0
Hitung nilai [H+ ] menggunakan persamaan kuadrat (rumus ABC) :

23
-b± √ b2 -4ac
[H+ ]1,2 =
2a
- 10-7 ± √ ( 10-7 ) 2 -4 × 1 × - 10-14
=
2
- 10 -7 ± √ 10-14 + 4 x 10 -14
=
2
- 10-7 ± √ 5× 10-14
=
2
-7 -7
- 10 ± 2,2361 x 10
=
2
-7
1,2361 x 10
=
2
= 0,6180 x 10-7
pH = - log [H+]
= 7 – log 0,6180
= 7 + 0,2090
= 7,2090

24
4. LARUTAN ELEKTRONIK DAN NON ELEKTRONIK
A. Pengertian Larutan
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-
masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut
dan pelarut dalam larutan ini dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau sovulasi.

B. Pengertian Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit


Larutan elektrolit adalah Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Svante Arrhenius,
ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit pada tahun 1884. Menurut
Arrhenius, ‘‘larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik
positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan
sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral’’ Ion-
ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.
Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung gas
dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan (kation dan
anion). Larutan ini dapat bersumber dari senyawa ion (senyawa yang mempunyai ikatan ion)
atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai ikatan kovalen polar).

C. Awal Mula Larutan Elektrolit


Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit
dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion
dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan
tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut
bersifat non elektrolit.Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hantaran
listrik melalui larutan dapat dtunjukkan dengan alat uji elektrolit . Jika larutan menghantarkan
arus listrik, maka lampu dalam rangkaian tersebut akan menyala dan timbul gas atau endapan
pada salah satu atau kedua elektroda.
Pada tahun 1884, svante arrhennius mengajukan teorinya, bahwa dalam larutan elektrolik
yang berperan menghantar listrik adalah pertikel partikel bermuatan (ion) yang bergerak
bebas di dalam larutan. Biala kristal NaCL akan terurai menjadi ion positif Na +( kation) dan

25
ion negatif CL- (anion) yang bebas bergerak .ion ion inilah yang bergerak sambil membawa
muatan listrik dan kedua ujung kawat ( kutub elektrode) alat uji elektrolit.Peristiwa pergerakan
ion negatif dan positif ke kutub elektrode dapat diperagakan dengan percobaan sederhana.
Kertas saring yang di basahi dengan larutan CuCrO 4 dijepit dengan jepit buaya yang
dihubungkan dengan sumber arus. Pada kutub yang bermuatan positif akan berwarna kuning
( warna ion CrO2-4 ) dan kutub negatif kertas saring menjadi warna biru ( warna ion Cu2+)
Dari pengamatan itu dapat disimpulkan bahwa ion ion positif bergerak menuju ke kutub
negatif dan ion ion negatif akan bergerak ke kutub positif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
suatu zat dapat menjadi elektrolit bila di dalam larutannya zat tersebut terurai menjadi ion ion
yang bergerak.
Zat elektrolit dapat berasal dari senyawa ion atau beberapa senyawa kovalen yang di dalam
larutan dapat terurai menjadi ion ion.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat ionisasi = 1) menjadi ion-
ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Karena banyak ion yang
dapat menghantarkan arus listrik, maka daya hantarnya kuat.
Contohnya: NaCl

D. Sumber Ion Dalam Larutan Elektrolit


 Senyawa ion
Senyawa ionik tersusun atas ion-ion sekalipun dalam dalam bentuk padat atau
kering. Senyawa-senyawa ionik dalam keadaan padat tidak dapat menghantarkan
arus listrik karena ion-ion yang terikat dengan kuat, sehingga ion-ion tersebut tidak
mengalami mobilisasi ketika diberi beda potensial. Namun apabila senyawa ionik
dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air, maka senyawa ionik akan menjadi
elektrolit. Hal ini disebabkan ion-ion yang awalnya terikat kuat pada kisi terlepas
kemudian segera masuk dan menyebar, dengan air sebagai medium untuk bergerak.
Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionik yang dapat larut dalam pelarut polar
seperti air dan lelehan senyawa ionik merupakan suatu elektrolit. Lelehan senyawa
ionik memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding larutannya. Hal ini
disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih rapat dibanding
dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih cepat
bergerak menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial.

26
 Senyawa kovalen
Senyawa-senyawa kovalen baik kovalen polar maupun nonpolar dalam keadaan
murni tidak dapat menghantarkan arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar dapat
menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Hal ini
disebabkan senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk
ion-ion. Misalnya senyawa kovalen polar mampu membentuk ion di dalam air
sehingga dapat menghantar arus listrik. HCl, NH3 dan CH3COOH merupakan
beberapa contoh senyawa kovalen polar.

E. Jenis Jenis Larutan Elektrolit


 Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat
ionisasi = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung
ion-ion. Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya
hantarnya kuat.
Contohnya: NaCl
Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
o Menghasilkan banyak ion
o Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
o Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
o Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan
banyak, lampu menyala
o Penghantar listrik yang baik
o Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HClO4); basa kuat
(NaOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, LiOH), garam NaCl

 Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian (derajat
ionisasi = 0 < α < 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit
mengandung ion. Hal ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi
tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Contohnya: air biasa, dan NH3

27
Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya tidak terionisasi dalam larutan,
sehingga tidak ada ion yang bermuatanyang dapat menghantarkan arus listrik.
(derajat ionisasi = 0) Contohnya: Larutan urea, dan glukosa
Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
o Menghasilkan sedikit ion
o Molekul netral dalam larutan banyak
o Terionisasi hanya sebagian kecil
o Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit,
lampu tidak menyala
o Penghantar listrik yang buruk
o Derajat ionisasi mendekati 0
Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah
[Al(OH)3, NH4OH, Mg(OH)2, Be(OH)2]; garam NH4CN

 Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik
karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion – ion ( tidak
mengion ). Yang tergolong jenis larutan ini adalah larutan urea, larutan sukrosa,
larutan glukosa, alcohol dan lain – lain.

28
5. SISTEM BUFFER TUBUH
A. Pengertian Buffer
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa atau
ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan
garamnya. Buffer dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki buffer maka ketika
minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam ) (Anonim,
2008). Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah dan garamnya. Asam
lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya adalah HCO3-. Buffer
tersebut dapat mempertahankan pH darah sekitar 7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut :
H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3 Ketika masuk zat asam dalam tubuh
maka yang bertugas menetralisir adalah asam lemah (asam karbonat). Jika masuk zat basa, yang
bertugas menetralisisr adalah garamnya. Ketika masuk zat asam ketika hal ini terjadi asam
karbonatlah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si asam ini dan bereaksi dengannya.
Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa garam yang
banyak. Garam ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui urin. Jadi kalo banyak
makan atau minum yang asam asam, kita akan banyak menghasilkan urin. Karena asam karbonat
bereaksi dengan asam untuk menetralkan tadi, maka jumlah asam karbonat akan berkurang
sehingga kita perlu mempeolehnya dari pernafasan CO2. Ketika masuk zat basa ketika hal ini
terjadi garam lah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si basa ini dan bereaksi dengannya.
Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa asam
karbonat yang banyak. Asam karbonat ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui
nafas (CO2). Jadi kalo banyak makan atau minum yang basa basa, kita akan banyak menghasilkan
CO2.

B. Fungsi Larutan dalam tubuh manusia


Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaksi
yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya dapat bekerja dengan
baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap bekerja secara optimum,
diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relative tetap, unutk itu maka diperlukan
larutan penyangga. Didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi
yang berfungsi sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra sel
(dalam sel) dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga tersebut unutk
mempertahankan harga pH cairan tersebut. System penyangga ekstra sel yang penting
adalah penyangga karbonat ( H2CO3/HCO3-) yang berperan dalam menjaga pH darah, dan

29
system penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) yang berperan menjaga pH cairan intra s.
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia,
biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia,
kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH.
Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah
manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus
dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.
 Darah Sebagai Larutan Penyangga
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya
penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat. a. Penyangga
Karbonat Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H 2 CO 3 )
dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO 3 ). H 2 CO 3 (aq) –> HCO 3(aq) + H +
(aq) Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah.
Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang
disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion
bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal,
diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa
oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah. Kadar
oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih cepat,
sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO 2 dapat larut
dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik.
Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan,
kadang-kadang karena cemas dan histeris).
 Penyangga Hemoglobin Pada darah
terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke
seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin
adalah: HHb + O 2 (g) HbO 2 - + H + Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +,
sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa.
Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam
hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3
merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat
metabolisme. c. Penyangga Fosfat Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat

30
sangat penting dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran
dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 - ) dengan monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ). H 2 PO 4 -
(aq) + H + (aq) –> H 2 PO 4(aq) H 2 PO 4 - (aq) + OH - (aq) –> HPO 4 2- (aq) ) +
H 2 O (aq) Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di
luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
 Air Ludah sebagai Larutan Penyangga
Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang
rusak dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat
mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan
penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-
sisa makanan.

31
6. LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK DAN HIPERTONIK

Suatu larutan adalah campuran cairan homogen dari dua atau lebih komponen. Suatu larutan
dibuat dengan melarutkan zat terlarut dalam pelarut. Ada tiga jenis larutan yang
dikelompokkan berdasarkan konsentrasi mereka. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat
terlarut yang ada dalam satuan volume larutan. Konsentrasi larutan menentukan tekanan
osmotiknya ; tekanan minimum yang diperlukan untuk menghindari larutan mengalir melalui
membran semipermeabel.Perbedaan utama antara larutan hipotonik isotonik dan hipertonik
adalah bahwa larutan isotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dan
larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih rendah sedangkan
larutan hipertonik adalah larutan dengan tekanan osmotik tinggi.

A. Larutan Isotonik
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama. Ini karena
konsentrasi zat terlarut yang mereka miliki sama. Larutan isotonik memiliki jumlah zat
terlarut yang sama per satuan volume larutan dan jumlah air yang sama.
Ketika dua larutan isotonik dipisahkan dari membran semipermeabel, tidak ada
pergerakan bersih zat terlarut di membran karena tidak ada gradien konsentrasi antara
kedua larutan. Tingkat pergerakan air dari satu larutan ke larutan lainnya adalah sama.
Karena itu, sel-sel tetap dalam keadaan normal. Bentuk sel tidak berubah; tidak terjadi
pembengkakan atau penyusutan.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang perlu diterapkan untuk menghindari
pergerakan zat terlarut ini melalui membran semipermeabel. Larutan isotonik memiliki
tekanan osmotik yang sama karena laju pergerakan molekul melalui membran
semipermeabel adalah sama.

32
B. Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih rendah.
Tekanan osmotik yang rendah adalah hasil dari konsentrasi zat terlarut yang rendah.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang perlu diterapkan untuk menghindari pergerakan
zat terlarut ini melalui membran semipermeabel. Ketika larutan hipotonik dipisahkan
dari larutan lain melalui membran semipermeabel, gerakan zat terlarut melalui membran
lebih sedikit. Karena itu tekanan yang perlu diterapkan untuk menghentikan gerakan ini
juga kurang.
Ketika sel terpapar ke lingkungan hipotonik, jumlah air di dalam sel kurang dari
larutan hipotonik. Ini karena, dalam larutan hipotonik, jumlah zat terlarut yang lebih
sedikit dilarutkan dalam jumlah air yang tinggi. Kemudian sel membengkak. Tekanan
internal sel meningkat dan sel-sel itu bahkan bisa pecah.
Larutan hipotonik dapat menyebabkan turgiditas dalam sel tanaman. Ketika air
memasuki sel tanaman, sel membengkak. Akibatnya, membran sel didorong ke arah
dinding sel tanaman. Dinding sel dapat menghindari pecahnya sel. Proses ini
turgiditas, atau kami menyebut sel yang membengkak ini sebagai “sel turgid”.

C. Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih tinggi jika
dibandingkan dengan larutan lain. Karena larutan hipertonik memiliki konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi, tekanan yang sangat tinggi harus diterapkan untuk
menghindari larutan ini mengalir melalui membran semipermeabel.
Ketika larutan hipertonik dan larutan lain (yang bukan hipertonik) dipisahkan dari
membran semipermeabel, zat terlarut larutan hipertonik cenderung bergerak melintasi
membran semipermeabel. Ini karena larutan hipertonik memiliki konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi dan zat terlarut dapat bergerak sepanjang gradien konsentrasi (dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Membran semipermeabel adalah membran
biologis atau sintetis yang memungkinkan beberapa molekul dan ion melewatinya.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang perlu diterapkan untuk menghindari
pergerakan zat terlarut ini melalui membran semipermeabel. Karena konsentrasi
larutan hipertonik sangat tinggi, tekanan yang diperlukan untuk menghindari
pergerakan zat terlarut juga tinggi. Karenanya tekanan osmotiknya tinggi.
Larutan hipertonik digunakan untuk mengawetkan makanan. Sebagai contoh, ketika
beberapa buah atau ikan dicelupkan ke dalam garam hipertonik atau dikemas dengan

33
larutan hipertonik, ia dapat membunuh mikroba di lingkungan di dalam paket. Ini
karena sel mikroba memiliki jumlah air yang tinggi daripada zat terlarut dan jumlah
air dalam larutan hipertonik sangat rendah. Karena itu air mengalir keluar dari sel
sesuai dengan gradien konsentrasi. Kekurangan air menyebabkan penyusutan sel dan
akhirnya membunuh mikroba.

D. Perbedaan Antara Larutan Isotonik Hipotonik dan Hipertonik


 Definisi
o Larutan Isotonik: Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki
tekanan osmotik yang sama.
o Larutan Hipotonik: Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki
tekanan osmotik rendah.
o Larutan Hipertonik: Larutan hipertonik adalah larutan yang memiliki
tekanan osmotik yang relatif lebih tinggi.

 Konsentrasi terlarut
o Larutan Isotonik: Larutan isotonik memiliki konsentrasi zat terlarut
yang sama.
o Larutan Hipotonik: Larutan hipotonik memiliki konsentrasi rendah.
o Larutan Hipertonik: Larutan hipertonik memiliki konsentrasi tinggi.

 Efek pada Sel


o Larutan Isotonik: Lingkungan isotonik tidak menunjukkan efek pada
sel.
o Larutan Hipotonik: Lingkungan hipotonik menyebabkan sel
membengkak.
o Larutan Hipertonik: Lingkungan hipertonik menyebabkan sel
menyusut.

 Pengawet Makanan
o Larutan Isotonik: Larutan isotonik tidak membantu dalam pengawetan
makanan.

34
o Larutan Hipotonik: Larutan hipotonik tidak membantu dalam
pengawetan makanan.
o Larutan Hipertonik: Larutan hipertonik sangat membantu dalam
pengawetan makanan karena mereka membunuh mikroba dalam paket
makanan.

35
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Seluruh cairan tubuh di distribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu cairan
intraseluler (CIS) dan cairan ekstra seluler (CES).
2. Asam adalah suatu zat atau senyawa yang menyebabkan rasa masam.
3. Basa adalah zat atau senyawa yang bisa bereaksi dengan asam dan dapat
menghasilkan senyawa yang disebut garam.
4. pH (power of hydrogen adalah deajat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan yang didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen yang
terlarut.
5. Larutan elektrolit adalah suatu zat yang terlarut atau terurai kedalam bentuk ion-ion
dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektronik, ion-ion merupakan atom-atom
bermuatan elektrik.
6. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat mengantarkan arus listrik.
7. Sistem buffer tubuh adalah suatu larutan yang daoat mempertahankan nilai pH larutan
agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena adalanya penambahan asam
atau basa.
8. Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolaritas yang sama atau konsentrasi
yang terlarut dengan larutan lain.
9. Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih
rendah dibandingkan dengan dengan larutan lain.
10. Larutan hipertonik adalah lautan yang memiliki tekanan osmotik lebih tinggi jika
dibandingkan dengan larutan lain.

36
DAFTAR PUSTAKA

Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.

Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L. 1993. Inorganic Chemistry. New York.
HarperCollins College Publisher.

Petrucci, Ralph. H.1985. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Anonim. 2013. Materi Kimia Kelas X Asam Basa.


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/asam-basa/

Anonim. 2013.http://santrinitas.wordpress.com.

Anonim, 1997, Oxford Kamus Lengkap Kimia, hal 187, Erlangga: Jakarta

Basset, J,dkk, 1994, Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi IV, EGC:
Jakarta

Chang, Raymond, 2004, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Edisi III, Erlangga:
Jakarta

Rahayu, 2008, Indikator, diakses dari


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah web/2008/RAHAYU 060127/indikator.html,

Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar: Yogyakarta

37

Anda mungkin juga menyukai