Anda di halaman 1dari 21

BAB : 2 KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN ASAM-BASA

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu


exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan
cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang
60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat
makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang, dan
menjalankan fungsinya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh


lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada
kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi
yang ada di milieu interior.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting,


yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran
garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion
hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh.

A. KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH

1. Jumlah dan distribusi


Air dalam tubuh total (total body ater [TBW]) tergantung pada usia, berat
badan, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Kandungan ini secara perlahan
berkurang seiringpertambahan usia. Pada bayi sekitar 80 persen berat
badannya adalah air. Karena bayi memiliki area permukaan yang lebih
besar dibandingkan berat badannya, bayi mengalami kehilangan air yang
atak kasat mata(difusi molekul air melalui sel-sel kulit). Kebutuhan
cairannya juga lebih tinggi kerena pertumbuhan yang cepat dan
peningkatan metabolisme yang mengakibatkan peningkatan produksi
urine. Pada orang dewasa, total body waternya mencapai 60 persen berat
tubuh(sekitar 40 liter) laki-laki muda dan 50 persen berat badan (sekitar 30
liter) perempuan muda. Total body water perempuan lebih sedikit karena
lrmsk subkutanmya sangat banyak. Jaringan adiposa selular mengandung
air hanya sekitar 10 persen. Obesitas dapat terjadi pada manuasia yang
hanya memiliki total body water berkisar 25 persen berat tubuhnya.
Pada manusia berusia di atas 65 tahun, total body water nya mungkin
hanya mencapai 40 persen berat badannya. Bayi lansia dan penderita

obesitas sangat rentan terhadap kehilangan air. Kekurangan air (dehidrasi)


dappat terjadi dengan cepat selama berlangsungnya mekanisme kehilangan
air seperti berkeringat, demam, muntah dan diare. Distribusi total body
water tersebar 50 persen dalam otot, 20 persen dalam kulit 20 persen
dalam organ lain, dan 10 persen dalam darah.

2. Kompartemen cairan tubuh


a) Kompartemen cairan interselular (CIS) mengacu pada cairan dalam
miliaran sel tubuh. Kurang lebih dua pertiga cairan tubuh.
Kompartemen cairan ekstraselular
b) (CES) yang terdiri dari cairan tubuh di luar sel, mengandung
sepertiga cairan tubuh. CES kemudian dikelompokkan lagi menjadi
tiga yaitu : 1. Cairan interstisial adalah ciran di sekitar tubuh dan
limfe atau ciiran dalam pembuluh limfatik. Gabungan kedua cairan
ini mencapai tiga perempat CES. 2. Plasma Darah adalah bagian
cair dari darah dan mencapai seperempat CES. 3. Cairan
Transelular, sekitar 1 persen sampai 3 persen berat badan meliputi
seluruh berat badan yang dipisahkan dari CES oleh lapisan sel
epitel, sub kompartemen ini meliputi keringat, cairan serebrospinal,
cairan sinovial, cariran dalam peritonium, perikardiak, dan rongga
pleura, cairan dalam ruang-ruang mata, dan caian dalam sistem
pernafasan, percernaan, dan urinaria.

3. Pergerakan/perpindahan cairan antarkompertemen


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi
mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atan
membran tersebut. Bila substansi zattersebut dapat melalui membran,
maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut.Jika tidak dapat
menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila
beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat
menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif.
Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak
membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak
dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel
tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum
Fick (Ficks law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut
lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan
volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh
molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut
meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan dipisahkan
oleh suatu membran yang semi permeabel dengan larutan yang volumenya
sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi
perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut
yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang
dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding
dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan
permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut
tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah
berdifusi pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang
konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi
(ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh:Pompa Na-K.
a) Distribusi antara sel dan CES, bergantung pada tekana osmotik,
tekanan osmotik berkitan dengan konsentrasi zt terlarut total
(osmolalitas) di dalam dan di luar sel. Air akan bergerak dari regia
berosmolalitas trendah ke regia osmolalitas tinggi. Noormalnya
osmolalitas di dalam dan di luar sama dan tidak ada penarikan atau
pengeluaran air menuju dan keluar sel. Jika zat terlarut atau tidak
bertambah ataupun hilang ekuilibrum osmotik sementara akan
terganggu. Air kemudian akan bergerak masuk kedalam atau
keluar sel sampai ekuilibrium baru tercapai.
b) Antara plasma dan cairan interstisial. Pergerakan air menembus
membran sel kapilar diatur oleh tekanan hidrostatik dan osmotik
sesuai dengan tekana yang dijelaskan dalam hipotesis straling-
landis. Cairan dan protein berlebih dikeluarkan melalui sistem
limfatik. Peningkatan hidrostatik kapilar atau penurunan tenanan
osmotik koloid plasma mengakibatkan semakin banyak cairan
yang bergerak dari kapilar menuju cairan interstisial. Sebalikanya,
penurunan tekanan hidrostatik kapilar atau peningkatan tekanan
osmotikkoloid plasma menyebabkan pergerakan cairan interstisial
ke dalam kapilar.
4. Pengaturan keseimbangan air
a) Asupan dan output air harian
Asuapan dan pengeluaran air dari seseorang dengan aktivitas
sedang dan suhu tubuh sedang adalah seimbang, yaitu sekitar 2.500
ml. Dalam tubuh yang sehat penyesuaian terhadap keseimbangan
air terjadi melalui peningkatan asupan air dalam mekanisme haus
atau melaui penurunan keluaran air oleh ginjal. Asupan air dalam
24 jam didapat terutama dari diet. Makanan yang ditelan
mengandung sekitar 700 ml air. Daging mengandung 50-70 persen
air dan nenerapa jenis sayur dan buah mmnegandung 95 persen air.
Air atau minuman lain yang dikonsumsi mencapai sekitar 1.600
ml. Air metabolik yang dihasilakan katabolisme mencapai sekitar
300 ml air. Katabolisme 1 g lemak menghasilkan 1,07 ml air, 1
gram karbohidrat 0,555 ml air dan 1 gram protein menghasilkan
0,41 ml air. Berikut tabel kandungan air dalam beberapa jenis
sayur :

Keluaran air(kehilangan air) terjadi melalui beberapa rute.


Pertama ginjal bertanggung jawab untuk mengeluarkan air terbesar
sebanyak 1.500 ml. Kedua air hilang melalui kulit yaitu pada saat
berkeringat dan melalui perspirasi tak kasat mata sekitar 500 ml,
serta melalui saluran gastrointestinal sekitar 200 ml.
b) Haus atau keinginan secara sadar untuk mendapatkankan air
Haus adalah pengatur utama asupan air. Pengaturan haus
dikendalikan oleh pusat haus dalam hipotalamus. Pusat ini
mengandung saraf spesifik yang disebut osmoreseptor yang
letaknya dekat dengan neuron yang mensekresi hormon
antidiuretik (ADH.). stimulus utama untuk pusat haus adalah
peningkatan osmolalitas plasma dan penurunan volume darah.
Peningktan osmolalitas plasma diakibatkan oleh ingesti natrium
klorida meyebabkan osmoreseptor kehilangan air, mengecil dan
berdepolarisasi, impuls memberi sinyal korteks serebral untuk
memulai sensasi haus yang dapat dihilangkan dengan meminum
air. Penurunan volume darah terjadi akibat hemoragi dirasakan
oleh baroreseptor kardiovaskular, dan impuls ditransmisikan ke
osmoreseptor dalam hipotalamus untuk mengaktivasi mekanisme
haus. Juga pelepasan renin oleh ginjal mengakibatkan produksi
anglotensin yang langsung bekerja pada otak untuk menstimulasi
sensasi haus. Selanjutnya keadaan mulut dan kerongkongan yang
kering mengakibatkan sensasi haus. Berikut gambar dari
hipotalamus, yang salah satu fungsinya adalah menstimulasikan
rasa haus :

c) Pengaturan hormonal untuk keluaran air.


Hormon ADH diproduksi untuk merspon stimulus osmotik dan
nonosmotik yang akan menyebakan sensasi haus. ADH
mengakibatkan retensi air oleh ginjal dan penurunan keluaran
urine. Peningkatan osmolalitas plasma menstimulasi osmoreseptor
hipotalamus dan menyebabkan refleks sekresi ADH. Peningkatan
konsentrasi ion natrium dan glukosa plasma merupakan stimulus
utama untuk pelepasan ADH. Penurunan volume darah sekitar 10-
15 persen dirasakan oleh osmoreseptor hipotalamus dan
mengakibatkan peningkatan produksi ADH. Selanjutnya ada
mekanisme renin-angiotensin-aldosteron mengendalikan reabsorpsi
ginjal terhadap ion natrium dan eksresi ion kalium. Angiotensin
menstimulasi aldosteron yang disekresikan oleh korteks adrenal
untukbekerja pada tubulus kontortus distal agar reabsorpsi natrium
meningkat. Karena air secara osmotik mengikuti natrium maka
akan terjadi retensi air.
5. ganguan keseimbangan air
a) Dehidrasi adalah kekurangan air dalam suatu periode waktu yang
tidak dapat diganti melalui mekanisme reguator normal. Dengan
demikian tubuh berada dalam keseimbangan air yang negatif.
Kehilangan air akibat kondisi abnormal atau stres atau keringat
yang berlebihan.
b) Overhidrasi (intoksi air) adalah suuatu kadaan klinis akibat
kelebihan cairan ekstraseluler secara keseluruhan atau kelebihan
cairan baik kompartemen plasma maupun kompartemen cairan
interstisial.

B. KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh dinyatakan dalam miliequivalen per


liter (mEq/L), yaitu ukuran sejumlah ion dalam larutan dikali jumlah muatan
listrik yang dibawa ion dalam setiap liternya.

1. Natrium
a) Keseimbangan.
Sumber utama natrium adalah makanan. Asupannya bervaria si
mulai dari 4 g smapai 20 g nacl. Natrium dikeluarkan melalui kulit,
ginjal, dan gastroinstetinal.
Keseimbangan natrium positif terjadi ketika asupan melebihi
keluaran. Akrena air yang terikat dengan natrium, maka volume
CES dan plasma akan meningkat. Retensi air dan natrium dapat
mengakibatkan penambahan berat badan dan terjadinya edema.
Gagal jantung komgesitif atau penyakit ginjal adalah kondisi-
kondisi klinis yang dapat menyebabkan keseimbangan natrium
positif.
Keseimbangan natrium negatif terjadi jika keluaran melebihi
asupan. Peningkatan kehilangan natrium menyebabkan penurunan
volume CES dan plasma dengan disertai tekanan darah rendah dan
sirkulasi yang tidak memadai.
b) Pengaturan Natrium
Dalam tubuh terjadi terutama melalui ekskresi natrium oleh
ginjal bukannya melalui asupan natrium. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanisme ginjal meliputi gangguan pada volume
darah, tekanan darah, atau natrium plasma.
Laju filtrasi glomerular mengatur jumlah natrium yang difiltrasi
sebagai contoh penurunan tekanan darah mengakibatkan refleks
vasokonstriksi arteriol aferen yang mengurangialiran darah dalam
glomerolus. Akibatnya, laju filtrasi glomerular menurun, jumlah
natrium yang difiltrasi berkurang, jumlah natrium dan air yang
disekresikan berkurangsehingga simpanan garam dan air akan
meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, peningkatan kadar
natrium darah disertai peningktan tekanan darah pada akhirnya
akan meningkatkan laju filtrasi glomerular dan ekskresi natrium
dan air.
Aldosteron menstimulasi reabsorpsi ion natrium dari tubulus
pengumpul dan saluran distal ginjal serta dari kelenjar keringat,
kelenjar saliva, dan saluran gastroinstsetinal. Yang akan
meningkatkan ekskresi ion kalium dan hidrogen pada tubulus
kontortus distal dan duktus pengumpul. Kenadali pada sekkresi
aldosteron memiliki beberapa komponen.
2. Kalium
Kalium adalah kation intraselular utama(95%), yang penting dalam
aktivitas listrik saraf dan jaringan otot. Ion ini mempertahankan
osmolalitas dalam sel dan penting dalam metabolisme selular. Ion ini secra
normal dikonsumsi dan disekresikan dalam jumlah yang seimbang, yaitu
10 % dari asupan harian dieksresikan dalam feses dan 90% dalam urine.
Kalium dalam CES mempengaruhi keseimbangan cairan. Kadar kalium
dalam darah dikendalikan oleh aldosteron. Sementara hormon lain
menstimulasi asupan selular terhadap kalaium adalah insulin dan
epinafrin.
3. Kalsium dan fosfat
Kalsium pada dasrnya adalah elektrolit ekstraselular. Sebagaian besar
kalsium (99%) berada dalam rangka, tempatnya berikatan dengan fosfat
dlam membentuk kristal hidroksiapatit matriks. Sisanya berada di CES dan
sejumlah jaringan. Selain peran struktural dalam tulang dan gigi kalsium
CES diatur secara seksama karena penting dalam molalitas sel, pembekuan
darah, kontraksi otot, konduksi saraf, respon hormonal, dan proses
sekretorik.
Konsentrasi fosfat dalam CIS tinggi dan dalam CES rendah. Produk
konsentrasi kalsium dan fosfat dalam plasma akan tetap konstanwalaupun
ada peningkatan atau penurunan salah satu ion. Umumnya perubahan
konsentrasi fosfat dalam CES hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki efek fisiologis.
Keseimbangan, faktor yang mempengaruhi jumlah kasium dalam
plasma adalah jumlah kalsium yan dikonsumsi, jumlah yang diabsorpsi dai
saluran pencernaan, dan jumlah yang dieksresikandalam feses dan urine.
Pengaturan konsentrasi kalsium dalam CES dan plasma darah terutama
dilakuan memlauui mekanisme hormonal. Hormon paratiroid
messtimulasian osteoklas dalam tulang untuk melepaskan kalsium dan
fosfat ke dalam CES. Hormon ini meningkatkan ar\bsorpsikalsium dari
saluran pencernaan dan reabsorpsi dari tubulus ginjal, juga menurunkan
eksresi kasium. Konsentrasi kalsium darah yang rendah akan
menstimulasikan pelepasan hormon paratiroid.
Kalsitonin dari kelenjar tiroid dilepas untuk merespons konsentrasi
kalsium drah yang tinggi. Kalsitonin menghambat osteoklas dan
menstimulasi oosteoblas untuk membentuk tulang.
Vitamin d, esensial untuk pembentukan tulang baru diaktivasi oleh
hormon tiroid. Vitamin ini meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran
pencernaan dan reabsorpsi dari tubulus ginjal.. modulator lain untuk
kadarkasium dalam darah antara lain stres mekanis pada tulang, aktivitas
muskular yang berat dan lama, perubahan pH darah, dan juga dipengaruhi
hormon kelamin
4. Anion lain
Seperti klorida dan bikarbonat diatur bersamaan dengan pengaturan ion
natrium dan keseimbangan asam-basa tubuh. Sulfat, nitrat, dan laktat
memiliki maksium transfor (transfor maximum [Tml]). Jika maksium
transfornya terlewati, ion yang berlebihan akan disekresikan.

C. KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Tinjauan singkat
Asam adalah setiap senyawa kimia yang melepas ion hidrogen ke suatu larutan
atau ke senyawa basa. Contoh asam dalam tubuh manusia antara laian asam
klorida, asam asetat, atau iun amonium (NH4+).
Basa adalah senyawa kimia yang menerima ion hidrogen. Contoh basa antara
lain adalah natrium hidroksida, kalium hidroksidadan ion bikarbonat.
Asam atau basa kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat
dilarutkan dengana air dan menghasilkan sejumlah ion hidrogen semaksimal
mungkin
Asam atau basa lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat
dilarutkan dalam air dan hanya menghasilkan sedikit ion hidrogen.
Buffer asam-basa adalah larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia yang
mencegah terjadinya perubahan yang signifikan pada konsentrasi ion hidrogen
(pH) jika asam atau basa ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Sistem buffer
terdiri dari asam lemah seperti asam karbonat dan garam asam seperti natirum
bikarbonat. Tujuan dari sistem buffer adlah untuk mengganti asam lemah dengan
asam kuat, atau mengganti basa lemah dengan basa kuat.

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi


ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri
7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH
darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas
metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke
cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan
berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal
sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat,
sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha
mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera.
Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada
kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai
ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
ammonia.
Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H
menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi
paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis
uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat
sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal
ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat
alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi
pernapasan dan ginjal sangat penting.

D. PENGATURAN HOMEOSTASIS
Homeostasis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap
lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci
keberhasilan, bertahan dan tetap hidup, atau suatu keadaan seimbang yang
sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian
atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan.
Homeostatis adalah Proses yang terjkadi dalam organism hidup untuk
mempertahankan lingkungan intern ini dalam kondisi agar optimal bagi
kehidupan organisme. Jadi, kesimpulan dari homeostasis adalah Suatu proses
perubahan yang terus menerus atau suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya yang sifatnya dinamis
yang berlangsung secara konstan, dan terjadi pada setiap organisme.
Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga
tubuh secara alamiyah akan melakukam mekanisme pertahanan diri untuk
menjaga kondisisi nyang seimbang.
Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu
system endokrim dan saraf otonom. Secara alamiah proses homeostasis dapat
terjadi dalam tubuh manusia.
Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini dapat melalui 4
cara diantaranya:
1.Self regulation dimana sistem ini terjadi secara ototmatis pada orang yang sehat
seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
2. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan
dalam tubuh sebagai contoh apabila secara tiba-tiba lingkungan menjadi dingin
maka proses dalam tubuh khususnya pembuluh darah akan mengalami kontraksi
pembuluh darah perifer dan merangsang pada pembuluh darah bagian dalam
untuk meningkatkan kegiatan pada otot yang akhirnya menggigil yang dapat
menghasilkan panas sehingga suhu tetap stabil.
3. Dengan cara system umpan balik negative, proses ini merupakan
penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh
dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri
mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan yang
ada. Cara umpam balik untuk mengkoreksi untuk ketidak seimbangan fisiologis ,
hal ini dapat dicontohkan apabila seseorang terjadi hipoksia akan terjadi proses
peningkatan denyut jantung yang cepat untuk membawa darah dan oksigen yang
cukup kesel tubuh.
4. Pengaturan fisiologis digunakan untuk mengembalikan keadaan normal apabila
terganggu.pengaturan sifat pendaparan dilakukan oleh ginjal dan pernafasan.
Cairan tubuh merupakan objek homeostasis karena dalam cairan tubuh diatur
keseimbangan bermacam-macam elektrolit.
Homeostasis juga mengatur keseimbangan asam dan basa. Cairan tubuh diatur
agar suhunya selalu konstan 370C dengan cara mekanisme produksi dan
pelepasan panas. Contoh homeostasis yang ringkas ialah:Apabila cuaca panas,
sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan peluh melalui kelenjar keringat
pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darahnya meningkat, pembuluh darah
akan mengembang untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga
menyebabkan kulit berwarna merah. Apabila kadar glukosa dalam darah telah
habis atau berkurang dari jumlah tertentu, hati akan dirangsang oleh insulin untuk
mengubah glikogen menjadi glukosa supaya dapat digunakan sebagai tenaga
untuk kontraksi otot.
Organ-organ yang terlibat dalam pengaturan homeostasis antara lain:

Hati
Ginjal
Kulit

Tubuh kita melakukan sistem pengaturan dengan sistem umpan balik. Sistem
umpan balik adalah suatu siklus yang memantau tubuh kita, mengevaluasi,
mengubah, memantau kembali, mengevaluasi kembali, dan demikian seterusnya
sampai tercapai kondisi homeostasis. Sistem umpan balik terdiri dari 3 komponen,
yaitu reseptor, pusat kontrol, dan efektor.

Reseptor adalah struktur tubuh yang memonitor terjadinya perubahan dalam


tubuh kemudian mengirimkan inputnya ke pusat kontrol. Biasanya ini dilakukan
melalui sinyal listrik atau kimia dalam tubuh. Contoh: cuaca yang dingin terpapar
pada kulit kita. Saraf pada kulit kita akan mengirimkan sinyal ke otak sebagai
pusat kontrol.

Pusat kontrol menerima masukan dari reseptor, mengevaluasinya, dan


memberikan komando berupa keluaran tertentu jika diperlukan. Biasanya sistem
kontrol ini dilakukan oleh otak. Contoh: sinyal dari sistem saraf dibaca oleh otak
bahwa terjadi penurunan suhu di luar tubuh yang jika didiamkan saja akan
mengakibatkan suhu normal tubuh turun dan menimbulkan kondisi yang
berbahaya bagi tubuh sehingga otak memberikan komando dengan mengirimkan
perintah keluaran ke efektor.

Efektor penerima keluaran dari pusat kontrol yang kemudian mewujudkannya


dalam bentuk suatu respons tubuh. Dalam hal ini hampir semua organ tubuh dapat
berperan sebagai efektor. Contoh: komando dari otak diterima oleh efektor,
misalnya sistem gerak. Otak memberikan komando kepada sistem gerak untuk
bergerak menghangatkan tubuh, yaitu dengan cara menggigil sehingga
menghasilkan panas tubuh
Ada dua macam respons umpan balik yang dapat muncul, yaitu respons umpan
balik negatif dan respons umpan balik positif. Kedua respons ini juga memiliki
tujuan yang sama, yaitu mencapai keadaan homeostasis.

Respons umpan balik negatif merupakan respons yang memberikan suatu


kondisi yang berkebalikan dengan kondisi yang sedang terjadi. Misalnya adalah
darah yang mengalir dalam pembuluh darah kita memberikan tekanan pada
dinding pembuluh darah. Jika denyut jantung lebih cepat, tekanan pada dinding
pembuluh darah meningkat. Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah ini
akan terbaca oleh reseptor pada dinding pembuluh darah tertentu yang disebut
dengan baroreseptor. Baroreseptor mengirimkan pesannya ke otak, kemudian otak
melakukan evaluasi dan mengirimkan komando ke jantung untuk menurunkan
denyutnya. Hasilnya, tekanan darah pun akan turun. Pada proses ini, respons yang
diberikan adalah yang berlawanan dengan kejadian semula, yaitu adanya
peningkatan denyut jantung yang direspons dengan penurunan denyut jantung.

Respons umpan balik positif merupakan respons yang memberikan suatu


kondisi yang menguatkan kondisi sebelumnya. Misalnya pada proses persalinan,
ketika bayi akan lahir, mulut rahim terdesak oleh bayi dan melebar. Pada mulut
rahim ini banyak terdapat reseptor yang mengirimkan pesan ke kontrol pusat yaitu
otak. Otak akan mengevaluasi, kemudian memberikan komando kepada kelenjar
hormon untuk mengeluarkan hormonnya ke dalam darah agar sampai ke rahim.
Hormon yang dikeluarkan ini memberi efek pada rahim untuk semakin kuat
mendorong bayi keluar. Proses ini baru berhenti jika bayi sudah dilahirkan, karena
tidak ada lagi yang memicu melebarnya mulut rahim. Pada proses ini respons
yang diberikan adalah yang menguatkan kondisi sebelumnya, yaitu rahim yang
mendorong bayi keluar dan melebarkan mulut rahim akan direspons untuk
mendorong bayi semakin kuat.

Apabila mekanisme ini mengalami gangguan atau perubahan yang terjadi


terlalu berat untuk diatasi, akan timbul ketidakseimbangan homeostasis yang
menyebabkan tubuh kita mengalami suatu penyakit. Jika hal ini terjadi, tubuh kita
memerlukan bantuan dari luar untuk mengembalikan ke kondisi homeostasis,
misalnya dengan obat. Inilah salah satu proses pertahanan tubuh yang dimiliki
oleh tubuh kita untuk menjaga kondisi tubuh tetap dalam kondisi homeostasis.

Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap sistem tubuh ikut berperan dalam
mempertahankan homeostasis, sehingga lingkungan yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup dan fungsi semua sel yang membentuk tubuh dapat
dipertahankan.

Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis:

1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.

2. Konsentrasi O2 dan CO2.

3. Konsentrasi zat-zat sisa.

4. pH.

5. Konsentrasi garam-garam, air, dan elektrolit-elektrolit lain.

6. Suhu.

7. Volume dan tekanan.

Terdapat sebelas sistem tubuh utama yang berkontribusi terpenting dalam untuk
homeostasis

1. Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang membawa berbagai zat.

2. Sistem pencernaan, menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil


zat gizi yang dapat diserap kedalam plasma untuk didistribusikan keseluruh tubuh.

3. Sistem respirasi, mengambil O2 dari dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan


eksternal.

4. Sistem kemih, mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari
plasma melalui urin, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem rangka, memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan
organ-organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan
kalsium(Ca++).

6. Sistem otot, menggerakan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Sistem ini


memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Panas yang
dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu.

7. Sistem integumen, sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegah cairan
internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh.
Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh.

8. Sistem imun, mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel-sel
tubuh yang telah menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk
perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.

9. Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem pengatur(kontrol) utama
tubuh. Sistem ini sangat penting terutama untukmendeteksi dan mencetuskan
reaksi terhadap berbagai perubahan lingkungan intrnal. Sistem ini juga
bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya
ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.

10. Sistem endokrin adalah sistem kontrol utama lainnya. Sistem ini terutama
penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan, dengan menyesuaikan
fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal.

11. Sistem reproduksi, tidak esensial bagi homeostasis. sehingga tidak penting
bagi kelangsungan hidup individu, akan tetapi sistem ini penting bagi
kelangsungan hidup suatu spesies
Contoh Kasus
Ny.Z, Umur 46 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah, haus.
Pada pemeriksaan fisik didapat tekanan darah 80/65 mmhg, nadi 120 x/m lemah
dan dalam. Mukosa mulut kering, tirgor menurun, kesadaran apatis, kulit dingin
dan lembab, mata cekung. Berat badan dan tinggi badan sebelum sakit 50 kg /
150 cm. Hasil laboratorium Kalium : 2,9 mEq/liter, Natrium : 125 mEq/liter.

Kemungkinan penyebab gangguan yang terjadi pada Ny. Z adalah :

a. Dehidrasi.

Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai output
yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang
hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit

b. Shock

Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisienci sirkulasi akibat
disparitas(ketidakseimbangan ) antara volume darah dan ruang vaskuler.

Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan ini adalah :

-Faktor yang menyebabkan bertambahnya kapasitas ruang susunan vaskuler.

- Faktor yang menyebabkan berkurangnya volume darah.

Kesimpulan
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar
(milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa
darah dan cairan tubuh lainnya. Keseimbangan cairan sangat diperlukan oleh
tubuh kita, agar tubuh kita dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran
garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion
hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai