Anda di halaman 1dari 23

Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit.

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur
air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa
darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan
bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu
liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10%
nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir
melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.
Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit.
Merupakan  bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan
cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah
yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas
lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas
ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan
dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas
otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible
water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan
respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal,
cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan
cairan dapat melalui system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:

a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis
posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi
merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta
mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam
mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang
pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga
merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

2.3 Cara perpindahan cairan tubuh.


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu : 
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk
ke dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi
mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran
tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran
tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka
membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut.Membran disebut
semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi
partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui membran
ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan
transport pasif tidak membutuhkan energi.
a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat
padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur
dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain
terjadi melalui membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi
bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan
temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan
konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses
difusi berjalan lebih cepat.

b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel
biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosis
penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam
dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka
larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.
Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan
isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang
dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan
intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan
kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
c). Transport aktif.
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
terutama penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
1. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic
juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut
untuk menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi
koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan
cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic
ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang
sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena
mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena
bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding
konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding
tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam
plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga
membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel.
Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam
ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.
2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang
terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke
jaringan.

2.4 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara
fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan
tubuh, sementara itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan,
persentase tubuh dapat dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir
75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa
55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan tubuh
berpariasi bergantung pada faktor  usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika
lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :
Umur Kbutuhan air Ml/kg berat badan
Jumlah air dalam 24 jam
3 hari 250 -  300  80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 – 30

2.5 Pengaturan volume cairan tubuh.


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen
kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam
kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang
terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit,
ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-
kira1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per
harisehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang
diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah :
Kebutuhan Cairan (mL/24
No. Umur Berat Badan (kg)
Jam)
1 Hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20,0 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45,0 2200 – 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 – 2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.Perasaan kering di
mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi
secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
2 .Output Cairan
 Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang
dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap
harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme
difusi.Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalahberkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
iniberasal dari anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces : 
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). 
2.6 Jenis cairan.
1. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini
dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme.
Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient
terdiri atas:
a.       Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert
sugar ( ½ dextrose dan ½ levulose).
b.      Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c.       Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
d.      Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume
pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah
sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka
pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien
dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis
blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga
secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
2.7 Kebutuhan elektrolit.
            Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya
disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion
elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan
elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh
kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
            Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi
elektrolit dalam plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt,
Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt,
Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam
satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml).
Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion
dalam molekul.
2.8 Pengaturan elektrolit.
a) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan
osmolaritas dan volume cairan tubuh.
b) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi
mengatur keseimbangan elektrolit.Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Sistem
pengaturannya melalui tiga langkah:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan produksi aldosteron.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang
dikeluarkanmelalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel
menurun.
c) Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
d) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan
intrasel.
e) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat
ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu
dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam
darah.
f) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam
tubuh.
g) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan
tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
2.9 Jenis cairan elektrolit.
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas
cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal
saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
1.      Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2.      Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3.      Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
2.10 Keseimbangan asam basa.
Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa.
Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam
keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa
dapat dipertahankan melalui proses metabolism dengan system buffer pada seluruh
cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di ginjal). 3
macam system larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, fosfat dan
protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3),
kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan
keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan
CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar
(normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan
kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar
ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2
sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan
ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil
konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran
CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam
cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan
mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH,
sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan
mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi
kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi
ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion
H+ yang rendah disebut alkalosis.
2.11 Jenis asam basa.
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis
dapat di sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali
antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan
garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga
mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3),
yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan,
ginjal juga berperan untuk  mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat
kompleks.
2.12 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
2.13 Masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit.
Maslah-masalah kebutuhan cairan :
1. Asidosis respiratorik,
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolic
 Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik
 Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat
menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa
pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26
mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
Masalah-masalah kebutuhan elektrolit :
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual,
muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan
adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini
dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare
berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik.
Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5)  Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai
dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi
pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D
secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang,
relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3
mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai
dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan
adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa
dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH
cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui
pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem
larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan  bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan
larutan buffer protein.
2.14 Proses keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Pengkajian
a.Riwayat keperawatan
Berisi informasi mengenai masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja
terjadi, yang menyebabkan resiko terjadinya ketidak seimbangan
b. Pemeriksaan fisik
Karena gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua
sistem, kita harus mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya
abnormalitaspada tubuh. Seperti  denyut nadi dan tekanan darah, sistem
pernapasan, sistem gastrotestinal, sistem ginjal, sistem neuromuscular, kulit
c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut
tentang keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi
kadar elektrolit serum, hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine,
dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk
mengembalikan status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali
makan, diantara waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan
parenteral yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka
waktu lama
4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan
dalam jumlah yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam
saluran gastrotestinal. Ketika mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang
mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak
mampu menelan  cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik,
gastrostomi, atau jejunostomi harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan
16.00, yakni periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali
mkanserta meminum sejumlah besar obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00
dan pukul 23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a.       Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus
set,bertujuan memenhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a.       Jarum yang sesuai
b.      Larutan yang benar
c.       Infuse set
d.      Standart infuse
e.       Papan penopang ( jika perlu )
f.       Handuk atau pengalas
g.      Alcohol dan swab pembersih
h.      turniket
i.        Kasa atau balutan transparan
j.        Plester
k.      Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c.       Pasang pengalas
d.      Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e.       Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan
gerakkan klem pen ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f.       Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g.      Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat
mengalir dari bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi
penghentian cairan setelah selang terisi
h.      Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i.        Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j.        Pilih vena
k.      Pakai sarung tangan
l.        Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m.    Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n.      Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum
infus/abocath)
o.      Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p.      Buka tetesan
q.      Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r.        Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s.       Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1.      Dewasa :
Tetesan / Menit = Jumlah Cairan yang Masuk
                              Lamanya infus (jam) x 3            
2.      Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
                                                  Lamanya infus (1 jam)
b.      Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan alat transfuse set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan Bahan :
1.      Standar infuse
2.      Tranfusi Sel
3.      NaCl 0.9 %
4.      Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5.      Jalan infuse / abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6.      Pengalas
7.      Tourniquet / pembendung
8.      Kapas alcohol 70 %
9.      Plester
10.  Gunting
11.  Kasa steril
12.  Betadine
13.  Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4.      Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi
dan udaranya keluar.
5.       Letakkan pengalas
6.      Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.      Gunakan sarung tangan
8.      Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9.      Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10.  Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum
infuse/abocath)
11.  Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12.  Buka tetesan
13.  Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14.  Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15.  Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang
sudah disiapkan
16.  Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis
golongan darah, dan tanggal kedaluwarsa
17.  Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18.  Cuci tangan
5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara
umunm dapat dinilai dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam
24 jam, penurunan atau tidak adanya edema dependen, turgor kulit baik dan lain
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
            Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”
3.2 Saran.
            Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun
petugas medis harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan
keperawatan agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit
maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai