#
oleh: Kuntarti, Skp., M. Biomed
Pendahuluan
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya.
Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis.
Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara
subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan
ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen
dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60%
total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai
dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari
total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang
dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di
dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi
cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan
cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen
tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun
volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll.
Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion
protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan
intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan
dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi
keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau
tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen
sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang
akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat
melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat
menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut
semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak
dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif
membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari
daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi
partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Ficks law of diffusion). Faktor-faktor
tersebut adalah:
2. Peningkatan permeabilitas.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan
konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air
telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan,
konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel
dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi
perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran.
Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan
yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas
membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah
yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini
membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan
ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan
antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya
pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water
turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan
lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen,
seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na + dan retensi Na+ di tubulus distal dan
collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini
disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan
reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan
volume darah kembali normal. 2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak
dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium
menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama
yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan
ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab
dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak
merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar
kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di
kedua kompartmen ini.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan
secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan
reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus
distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus
distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan
akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada
tidaknya vasopresis (ADH).
Keseimbangan Asam-Basa
Ketidakseimbangan Asam-Basa
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
www.perawatonline.com
Pelarut universal
Pelicin
Mengurangi gesekkan
Reaksi-reaksi kimia
Pemecahan karbohidrat
Membentuk protein
Pelindung
Cairan Interstitial
Plasma Darah
Electrolytes
Cations (+)
Calcium, Ca++
Magnesium, Mg ++
Potassium, K +
Sodium, Na +
Anions (-)
Bicarbonate, HCO3-
Chloride, Cl-
Phosphate, HPO4--
Asupan (intake) cairan harus seimbang dgn keluaran (out put) cairan
Feces
Produksi urin
dan Elektrolit
Pengaturan Keseimbangan
Asam-Basa Darah
Acidosis pH <>
Pengaturan Keseimbangan
Asam-Basa Darah
Buffers darah
Pernapasan
Buffers Darah
yaitu : Raksi kimia utk mencegah perobahan konsentrasi ion hidrogen (H+) :
Asam kuat bereaksi dgn Ion Bicarbonate (HCO3) agar berubah menjadi asam lemah
Basa kuat dipisahkan Asam carbonic menjadi basa lemah dan air
Carbon dioxide pd darah diobah menjadi ion bicarbonate dan dipindahkan oleh plasma
pH Urine : 4.5-8.0
Keseimbangan Cairan
DEFINISI
Air masuk ke dalam tubuh terutama melalui penyerapan dari saluran pencernaan.
Air meninggalkan tubuh terutama sebagai air kemih yang dikeluarkan dari ginjal.
Ginjal bisa mengeluarkan sampai beberapa liter air kemih dalam sehari atau dapat
menahannya dengan membuang kurang dari 0,5 L air kemih dalam sehari.
Sekitar 1 L air juga dibuang setiap harinya melalui penguapan dari kulit dan paru-
paru.
Keringat yang berlebihan (misalnya karena latihan berat atau Cuaca panas), bisa
meningkatkan jumlah air yang hilang melalui penguapan.
Bila otak dan ginjal berfungsi dengan baik, tubuh dapat mengatasi perubahan yang
ekstrim dalam asupan cairan.
Seseorang biasanya dapat minum cairan yang cukup untuk menggantikan
kehilangan air yang berlebihan dan mempertahankan volume darah dan konsentrasi
dari garam-garam mineral yang terlarut (elektrolit) dalam darah.
Jika seseorang tidak dapat minum air yang cukup untuk menggantikan kehilangan
air yang berlebihan (seperti yang terjadi pada muntah berkelanjutan atau diare
hebat), maka bisa mengalami dehidrasi.
Jumlah air dalam tubuh berkaitan erat dengan jumlah Elektrolit tubuh.
Konsentrasi natrium darah merupakan indikator yang baik dari jumlah cairan dalam
tubuh.
Tubuh berusaha untuk mempertahankan jumlah total cairan tubuh sehingga kadar
natrium darah tetap stabil.
Jika kadar natrium terlalu tinggi, tubuh akan menahan air untuk melarutkan
kelebihan natrium. Akan timbul rasa haus dan lebih sedikit mengeluarkan air kemih.
Jika kadar natrium terlalu rendah, ginjal mengeluarkan lebih banyak air untuk
mengembalikan kadar natrium kembali ke normal.
Dalam tubuh kita mengenal istilah Total Body Water (TBW) atau berat total seluruh cairan dalam
tubuh kita. berat cairan dalam tubuh kita berkisar 60% dari berat badan kita. Hal ini menunjukan
komponen terbesar dalam tubuh kita adalah air, bukan otot. Perlu diketahui, semakin kurus
seseorang TBWnya akan semakin tinggi. Namun, bila orangnya gemuk, TBW akan semakin
rendah. Hal ini disebabkan orang gemuk berisi lebih banyak lemak, sehingga TBWnya lebih
rendah. Itu mengapa kebanyakan orang gemuk akan lebih mudah haus dan mengalami dehidrasi.
60% air dalam tubuh kita, terbagi dalam 3 komponen utama. cairan intraselular, cairan
interstisium, dan cairan plasma, dengan komponen terbanyaknya yakni cairan intraselular.
Untuk memudahkan cairan plasma dan interstisium dipisahkan oleh membran kapiler. sedangkan
cairan interstisium dan intrasel dipisahkan oleh membran sel. Walaupun punya memiliki
kompartemen masing-masing, namun komposisi diantara ketiganya bisa berubah karena
pengaruh lain, sebagi contoh pasien yang diberikan terapi cairan secara berlebihan dapat terkena
edema paru di cairan ekstraselulernya. Hal ini akan dijelaskan di bawah.
Setelah berbicara mengenai pembagian cairan dalam tubuh kita, sekarang kita akan membahas
mengenai KOMPOSISI CAIRAN
Cairan Plasma. Cairan plasma mengandung Kation Na & K dimana jumlah ion Na lebih
banyak daripada K, sedangkan untuk anionnya adalah Cl. (transport pasif)
Cairan Intrasel. Pada cairan ini jumlahnya terbalik, K lebih banyak daripada Na (transport
aktif)
RESUSITASI CAIRAN.
Terapi cairan terdiri dari 2 fungsi, yaitu resusitasi (mengembalikan) dan maintenance
(mempertahankan). Resusitasi berarti memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu
singkat dengan tujuan merestorasi cairan. Jenis cairan yang dapat digunakan koloid atau
kristaloid . Cairan koloid dan kristaloid mengandung elektrolit yang sesuai dnegan osmolalitas
plasma, sehingga dapat diberikan dalam waktu cepat dengan jumlah yang banyak.
KAPAN perlu dilakukan resusitasi?
Pada percobaan bunuh diri dengan memotong arteri radialis yag kemudian menyebabkan
perdarahan hebat, pada pasien2 diare, kolera, dan pada masien muntah2 hebat. dimana pada
kondisi yang disebutkan terjadi kehilangan cairan yang banyak.
MAINTENANCE
Fungsi maintenance ini mirip dnegan fungsi untuk mempertahankan homeostasis. Misalnya
dnegan menggunakan elektrolit komposisi lengkap (Na, Cl, K, Mg, Zn), atau cairan bernutrisi
seperti dextrose, xylitol, asam amino, lipid dll.
Contoh cairan yang digunakan adalah KNMY, KNIB, KN 3A,triofulsin dll.
Sederhananya, untuk membedakan cairan untuk resusitasi dan untuk maintenance kita bisa
melihat komposisi cairan itu. Bila mengandung glukosa, protein, dan lipidnya berarti digunakan
untuk MAINTENANCE, sedangkan bila berisi albumin, NaCl, berarti untuk RESUSITASI
Pada aplikasinya bila ada pasien shock, kita lakukan dahulu resusitasi cairan (misalnya dengan
RL). Bila pasien sudah dalam kondisi stabil, kita segera mengganti cairan RL dengan cairan
untuk maintenance seperti triofulsin. Bila pasien tiba-tiba shock lagi, kita dapat mengganti lagi
dengan RL.
DEXTROSE 5%
Dextrose 5% adalah cairan yang tidak mempunyai elektrolit, Na nya 0, Cl nya juga 0, oleh
karena itu cairna ini tidak boleh dipergunakan untuk resusitasi, karena justru dapat menyebabkan
swelling. Namun cairan ini dapat digunakan untuk maintenance.
KOLOID
Cairan koloid mengandung berat molekul yang tinggi sehingga dapat bertahan lebih lama di
intravaskular (albumin 5% dapat bertahan 24 jam). Cairan jenis ini dapat mempertahankan
volume intravaskular lebih lama dibandingkan cairan kristaloid. .
Intinya semakin tinggi BM semakin lama di intravaskular. Namun tidak berarti kita lantas
memberikan cairan yang tinggi BM sebab efek samping dari BM yang tinggi dapat berupa renal
failure atau perdarahan tiba-tiba.
Pertanyaan terakhir. Mana yang lebih baik? Kristaloid tidak berefek smaping, murah tapi tidak
bertahan lama? ataukah cairan koloid yang mampu bertahan lebih lama di intravaskular?
Menurut dosen saya, sebenernya mereka berdua sama aja, perdebatan mengenai ini blum selesai
hingga sampe sekarang. Ada yang pro kristaloid, ada yang pro koloid, dan ada jga yang pro
kombinasi keduanya.
Cairan Tubuh dan Keseimbangan Asam Basa
Cairan tubuh merupakan cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia atau
hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Contoh cairan tubuh adalah: Darah dan plasma
darah, Sitosol, Cairan serebrospinal, Korpus vitreum maupun humor vitreous, Serumen,
Humor aqueous, Cairan limfa, Cairan pleura, Cairan amnion
Pelarut universal :
o Berperan dalam reaksi kimia contoh : Glucose larut dalam darah dan
masuk ke sel
Air penting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya harus tetap dijaga
o Plasma Darah = 5 %
o albumin
o immunoglobin (antibodi)
o hormon
Elektrolit
Kations (+)
o Calcium, Ca++
++
o Magnesium, Mg
+
o Potassium, K
+
o Sodium, Na
Anions (-)
o Bicarbonate, HCO3-
o Chloride, Cl-
o Phosphate, HPO4
Asupan (intake) cairan harus seimbang dgn keluaran (out put) cairan
o Feces
o Produksi urin
Buffers Darah
yaitu : Raksi kimia utk mencegah perobahan konsentrasi ion hidrogen (H+) :
Asam kuat bereaksi dgn Ion Bicarbonate (HCO3) agar berubah menjadi asam
lemah
Basa kuat dipisahkan Asam carbonic menjadi basa lemah dan air