Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A.    Definisi

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap

stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,

ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau

kekurangan

B.     Atomi Fisiologi

1.      Ginjal

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur

kebutuhan cairan dan elektrolit.Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur

air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa

darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan

bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu

liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10%

nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian

mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang

dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan

aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam

2.      Kulit

Merupakan  bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses

pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh

vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan


caravasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan

dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya

darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas

lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi

(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas

ke permukaan yang lebih dingin).

3.      Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water

loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons

akibat perubahan upaya kemampuan bernapas

4.      Gastroinstestinal

Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan

melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan

hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan

dapat melalui system endokrin, seperti: system hormonal

5.      ADH

Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan

keseimbangan air dalam tubuh.Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di

hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan

menurunkan cairan ekstrasel.

6.      Aldosteron

Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus

ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan

konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin


7.      Prostaglandin

Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons

radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur

pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur

sirkulasi ginjal

8.      Glukokortikoid

Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan

volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium

9.      Mekanisme rasa haus

Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang

pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga

merangsang hipotalamus untuk rasa haus

C. Etiologi

1.      Defuse

Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat

secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam

sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi

melalui membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi,

bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature

cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul

kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi

tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang

tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan

lebih cepat.
2.      Osmosi

Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel

biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan

dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah

larutannya.Air merupakan solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosis

penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan

menggunakan satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur

keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam

dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka

larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.

Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl

mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan

isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang

dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding

larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan

kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane

semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya

akanberkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah

volumenya.

3.      Transport aktif

Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama

penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses

pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:


a.  Tekanan cairan

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic

juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut

untuk menarik larutan melalui membrane.

Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai

konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut

koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat

bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam,

tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma.Secara

normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi.

Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan

intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse

intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma

darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam

intrasel.Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya

kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan

lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena

konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding

cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud

membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul

larutan yang bergerak dalam ruang tertutup.Hal ini penting guna mengatur

keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.


b.      Membrane semi permeable

Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.

Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang

terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke

jaringan.

D. Klasifikasi

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari

total berat badan tubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara

keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru

lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita

dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan.

Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak dalam

tubuh dan jenis kelamin.


E. Fatofisiologi

Su

mber : bersamaraihprestasi.wordpress.com
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah

cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

1.      Asupan cairan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500

cc/hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan

lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme

haus.Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan

adalah hipotalamus.Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh

dimana asupan cairan kurang atau adanya pendarahan, maka curah jantung

menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

2.      Pengeluaran cairan

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan

pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ± 2300 cc. jumlah air yang

paling banyak keluar dari eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak ± 1500 cc/hari

pada orang dewasa. Hali ini dihubungkan dengan banyaknya asupan melalui

mulut.Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur

dan sering dilakukan dalam praktis klinis.Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan

melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).Pengeluaran

cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat

diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah

pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehigga sulit untuk

diukur.Pada kasus ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500

cc/hari, diperlukan adanya perhatian khusus.


Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan

asupan dan pengeluaran cairan secara khusus.Peningkatan jumlah dan kecepatan

pernapasan, demam, keringat dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan

secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara

berlebihan adalah muntah secara terus menerus. Hasil-hasil pengeluaran cairan:

a.       Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria

(kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang

utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal

untuk kemudoan diserap kembali ke dalam aliran darah.Hasil ekresi berupa urine.

Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, receptor atrium jantung kiri

dan kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan

kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran

urine.

b.      Keringat

Terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas.Keringat

banyak mengandung garam, urea, asam laktat dan ion kalium. Banyaknya jumlah

keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.

c.       Fases

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.Pengeluaran air

melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya.Jika

cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat

mengakibatkan tubuh menjadi lemas.Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui

feses adalah 100 ml/hari.


1.      Kebutuhan elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh.Cairan tubuh mengandung oksigen,

nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut

dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion

elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan

elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik.Ion yang

bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation.Contoh

kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.Sedangkan anion

contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma

adalah:

Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt,

Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd

an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau

milligram per 100 ml (mg/100 ml).Equivalen tersebut merupakan kombinasi

kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.

2.      Pengaturan elektrolit

a.  Pengaturan keseimbangan natrium

Pengaturan Keseimbangan Natrium. Natrium merupakan kation dalam tubuh yang

berfungsi mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh.Natrium paling banyak

terdapat pada cairan ekstrasel.Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh

ADH dan aldosteron.Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi

mempertahankan keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya

dibantu oleh ADH.ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam
ginjal dari tubulus renalis.Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah

natrium yang diserap kembali oleh darah.Natrium tidak hanya bergerak ke dalam

atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari

natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat

dan air mata.

b.   Pengaturan keseimbangan kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan

berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.Keseimbangan kalium diatur oleh

ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi

aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium

dalam plasma (cairan ekstrasel).

System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:

Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan

peningkatan produksi aldosteron, peningkatan jumlah aldosteron akan

mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal dan peningkatan

pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.

c.    Pengaturan keseimbangan kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls

kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim

pancreas.Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat.Konsentrasi kalsium

dalam tubuh diatur oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar

kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan

hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

d.   Pengaturan keseimbangan klorida


Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat

ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel.Fungsi klorida biasanya bersatu

dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam

darah. Hipokloremia merupakan siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam

darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah.

Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.

e.   Pengaturan keseimbangan magnesium

Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua

dalam cairan intrasel.Keseimbangannya diatur oleh kelenjar

paratiroid.Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.Magnesium dalam

tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipmagnesium terjadi bila

konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila

kadar magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.

f.       Pengaturan keseimbangan bikarbonat, Bikarbonat merupakan elektrolit utama

larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

g.      Pengaturan keseimbangan fosfat. Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium

berfungsi membentuk gigi dan tulang.Posfat diserap dari saluran pencernaan dan

dikeluarkan melalui urine.

F. Mainfestasi Klinis

1.      Hipomelemi atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan kelebihan

pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan

mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan

interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini
terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan

eksternal, yaitu:

a.       Dehidrasi isotonic, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit

secara seimbang.

b.      Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada

elektrolit

c.       Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit

daripada air

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel

berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak

terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya

sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea,

nitrogen dan kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke

pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau

cepat dan tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein

dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara

berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat

terjadi pada pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok,

ginjal diare, muntah secara terus-menerus, pemasangan drainase dan lain-lain.

2.      Hipervolume atau Overhidrasi

Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu

hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada

interstisial).Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan

hanya terdapat diantara jaringan. Pitting edema merupakan edema yang berada
pada darah perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang

bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik

tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain

dengan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan

ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan

membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular

meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan

interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh.Peningkatan

tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke

membrane kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru dan dapat

mengakibatkan kematian.Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum,

dispnea, batuk dan adanya suara napas ronnchi basah.Keadaan edema ini

disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan peningkatan

penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan

paru.Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan

intravena pada pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan

pada kapiler paru terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat

membahayakan.Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak

mampu menampung cairan dalam jumlah besar.Pada pasien tua, elastisitas

pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan.Kelebihan

cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan kelainan

ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer

(pitting edema), asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basah,

penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit

pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

Masalah Kebutuhan Elektrolit

3.      Hiiponatremia

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang

ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa

haus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane

mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara

berlebihan, misalya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.

Hipernatremia. Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma

tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk

dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,

konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145

mEq/lt. Kondisi ini dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang

berlebihan sementara asupan garam sedikit.

4.      Hipokalemia

Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai

dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam

plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang

dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan

sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

5.      Hipokalsemia
Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai

dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam

plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang

dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan

sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

6.      Hiperkalsemia

Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada

pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D

secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu

ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3

mEq/lt.

7.      Hipomagnesia

Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan

adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,

disoriensi dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari

1,3 mEq/lt.

8.      Hipermagnesia

Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan

adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari

2,5 mEq/lt.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan

a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).

b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan


elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).

f. Faktor psikologis (perilaku emosional).

2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :

1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.

b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.

c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:

1) Cairan oral : NGT dan oral


2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :

a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani


dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah
dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida,
ion bikarbonat.

b. Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).

Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.

Hb naik : adanya hemokonsentrasi

Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.

c. pH dan berat jenis urine


Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

d. Analisa gas darah


Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29
mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 –
98 %) dan vena (60 – 85 %).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :

kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.

Batasan Karakteristik :

a Ketidak cukupan asupan cairan per oral.


b Balanc negative antara asupan dan haluaran.
c Penurunan berat badan.
d Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
e Peningkatan natrium serum.
f Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g Urine pekat atau sering berkemih.
h Penurunan turgor kulit.
i Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :

a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes


insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat
nyeri mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :

Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban


cairan intraseluler atau interstisial.

Batasan Karakteristik :

a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.

c. Asupan melebihi haluaran.


d. Sesak napas

e. Kenaikan berat badan


Faktor yang berhubungan :

a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat


gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang
rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites,
dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas,
bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia
c. Kram tungkai
d. Mual
e. Hipotensi
f. Bradikardia
g. Kesemutan
Faktor yang berhubungan :

a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.


b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan
ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium.
C. Intervensi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Terjdi peningkatan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih


asupan cairan min. disukai klien dalam kooperatif.
2000ml/hari (kecuali batas diet. b. Mempermudah untuk
terjadi b. Rencanakan target memantauan kondisi
kontraindikasi). pemberian asupan klien.
b. Menjelaskan perlu- cairan untuk setiap
nya meningkatkan sif, mis : siang 1000
asupan cairan pada ml, sore 800 ml dan
saat stress/cuaca malam 200 ml.
panas. c. Kaji pemahaman
c. Mempertahankan klien tentang alasan c. Pemahaman tentang
berat jenis urine mempertahankan alsan tsb membantu
dalm batas normal. hidrasi yg adekuat. klien dlm mengatasi
d. Tidak menunjukan d. Catat asupan dan gangguan.
tanda-tanda haluaran. d. Untuk mengontrol
dehidrasi. e. Pantau asupan per asupan klien.
oral, min. 1500 ml/ 24 e. Untuk mengetahui
jam. prkembangan status
f. Pantau haluaran kesehatan klien.
cairan 1000-1500ml /
24jam. Pantau berat
jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
klien.

Kriteria hasil Intervensi Rasional

a. Klien akan a. Kaji asupan diet dan a. Untuk mengontrol


menyebutkan faktor kebiasaan yg asupan klien.
penyebab & metode mendorong terjadi- b. Konsumsi garam yg
pencegahan edema. nya retensi cairan. berlebihan me-
b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan klien ningktkan tekanan
penurunan edema. untuk menurunkan darah.
konsumsi garam. c. Makanan yg meng-
gunakan penyedap
rasa dan pengawet.
c. Anjurkan klien
d. Na+
untuk:
mengikat air, jadi
i.Menghindari
tubuh akan lebih
makanan gurih,
merasa lebih cepat
makanan kaleng &
haus.
makanan beku.
e. Venostasis dapat
ii.Mengkonsumsi
mkann tnpa garam mengakibatkan
dan menambahkan terhambatnya aliran
bumbu aroma.
darah.
iii.Mggunakan cuka
pengganti garam utk
penyedap rasa sop, f. Guna memperlancar
rebusan dll. sirkulasi.

d. Kaji adanya tanda g. Perlukaan pada


venostasis dan daerah yang sakit

bendungan vena menyebabkan kurang

pada bagian tubuh lancarnya sirkulasi

yang mengantung. peredaran darah di

e. Untuk drainase daerah tsb.

limfatik yang tidak h. Semua kegiataan


adekuat: tersebut
i.Tinggikan ekstremitas memperparah
dengan mnggunakn keadaan klien
bantal, imobilitas,
i. Untuk mepercepat
bidai/ balutan yang
kuat, serta perbaikan jaringan
berdiri/duduk dlm tubuh.
waktu yg lama

ii.Jngn memberikan
suntikan/infuse pd
lengan yang sakit.

iii.Ingatkan klien untuk


menghindari detergen
yang keras, membawa
beban berat,
memegang rokok,
mencabut kutikula/
bintil kuku, me-
nyentuh kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.

iv. Lindungi kulit yg


edema dari cidera.

3. Ganguan keseimbangan elektrolit (kalium)


Tujuan : Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa dalam 48
jam.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Klien menjelaskan Penurunan kadar kalium a. Dengan meng-


diet yang sesuai utk a. Observasi tanda dan etahui tanda hipo-
mmpertahnkan kadar kalemia, perawat
gejala hipokalemia
kalium dlam batas dapat menetapkn
(vertigo, hipotensi
normal. ariotmia, mual, lngkh slanjutnya.
b. Klien berpartipasi muntah, diare, distensi b. Poliuria dpat me-
untuk melaporkan abdomen ,pnurunn nyebabkan pe-
tanda – tanda klinis peristaltis, kelemahan ngeluaran kalium
hipokalemia/hiper- otot, dan kram secara berlebihan.
kaenia. tungkai). c. Kelebihan cairan
c. Kadar kalium dlam b. Catat asupan dan dapat menyebab-
batas normal/dapat haluaran. kan pnurunan ka-
ditoleransi. c. Tentukan status dar kalium se-rum.
hidrasi klien bila d. Nilai kalium yg
terjadi hipokalemia. rendah dapat me-
d. Kenali perubahan nyebabkan kon-
tingkah laku yang fusi, mudh mrah,
merupakan tanda- depresi mental.
tanda hipokalemia. e. Kalium memban-tu
e. Anjurkan klien dan menyeimbang-kan
keluarga untuk cairan tubuh.
mngkonsmsi makan- f. Segmen ST dan
an tinggi kalium (mis. gelombang T yg
Buah-buahan, sari datar atau terbalik
buah, buah kering, merupkn indikasi
syur, daging, kacang- hipokalemia.
kacangan, teh, kopi, g. Utk mengurangi
dan kola). resiko iritasi
f. Laporkan perubahan mukosa lambung.
EKG; segmen ST yg h. Streoid kortison
memanjang, depresi. dapat menyebab-
g. Encerkan suplemen kan retensi natri-
kalium per oral um dan ekresi
sedikitnya dalam kalium.
113,2 gram air/sari i. Nilai kalium yang
buah utk mngurangi rendah dapat me-
resiko iritasi mukosa ningkatkan kerja
lambung. digitalis.
h. Pantau nilai kalium j. Dengan menge-
serum pada klien yang tahui tanda hipo-
mendapat obat diuretic kalemia, perawat
dan steroid. dpt menetapkan
i. Kaji tanda dan gejala langkah slnjutnya
toksisitas digitalis jika k. Haluaran urin yg
klien tengah mendapat sedikit dapat me-
obat golongan digitalis nyebabkan hiper-
dan diuretik atau kalemia.
steroid. l. Nilai kalium lebih
Peningkatan Kadar dari 7mEq/ l dapat
Kalium menye-babkan
a. Observasi tanda dan henti jantung.
gejala hiperkalemia m. Untuk melihat
(mis.Bradikardia, adanya pelebaran
kram abdomen, kompleks QRS dan
oliguria, ksemutan& gelombang T tggi
kebas pd ekstremtas) yg merupkan tanda
b. Kaji haluaran urin. hiperka-lemia.
Sedikitnya 25ml/jam
atau 600 ml/ hari.
c. Laporkan nilai kalium
serum yang melebihi
5mEq/l batasi asupan
kalium jika perlu.
d. Pantau EKG

D. Implementasi (Penatalaksanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000
ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang
adekuat Mencatat asupan dan haluaran.
d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
i. Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku.
ii. Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
iii. Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.
d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang
mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila
memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
i. Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.

ii. Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.

iii. Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.

iv. Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa


beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku,
memyentuh kompor gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.

v. Melindungi kulit yang edema dari cidera

3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)


Penurunan kadar kaliu:

a. Mengobservasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo,hipotensi ariotmia, mual,


muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan otot, dan
kram tungkai
b. Mencatat asupan dan haluaran. (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran
kalium secara berlebihan).
c. Menentukan status hidrasi klien bila terjadi hipokalemia. (kelebihan cairan
dapat menyebabkan serum).
d. Mengenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia.
Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi
mental.
e. Menganjurkan klien dan keluarga untuka mengkonsumsi makanan tinggi
kalium (mis. Buahbuahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacang-
kacangan, teh, kopi,dan kola)
f. Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang nmemanjang, depresin segmen
ST dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia.
g. Mengencerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air/sari
buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.
h. Memantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretic dan
steroid. (Streoid kortisonndapat menyebabkan retensi natrium dan ekresi
kalium).
i. Mengkaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat
golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat
meningkatkan kerja digitalis.
Peningkatan Kadar Kalium:

a. Mengobservasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis. Bradikardia, kram


abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).
b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/ jam atau 600 ml/ hari (haluaran urin
yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/ l. batasi asupan kalium
jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/ l dapat menyebabkan henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan
gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalema..

Tindakan Keperawatan

1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral


a. Penambahan intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien-pasien tertentu,
misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000 cc per hari.
c. Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi
cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi
cairan per oral secara adekuat.
2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextrosa
dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water (DSW) dan
amigen, aminovel.
2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik, maupun
hypertonik. Yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL
0,9%.
3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh
darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik
darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam
pemenuhan personal hygiene, membantu mobilitas.
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1) Infiltrat : masukkannya cairan ke sub kutan.
Gejala : bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.

2) Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.


Gejala : nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.

3) Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat.


d. Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat
menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang lambat dapat
menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak adekuat. Faktor yang
mempengaruhi jumlah tetesan :

1) Posisi pemasangan
2) Posisi dan patency tube/selang
3) Tinggi botol infus
4) Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.

Prosedurnya :

1) Siapkan botol yang baru.


2) Klem selang.
3) Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4) Gantungkan botol.
5) Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6) Pasang label.
7) Catat tindakan yang dilakukan.
f. Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :

1) Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.


2) Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta tutup klem.
3) Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang.
4) Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
5) Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g. Menghentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan
yang baru. Langkah-langkahnya :

1) Tutup klem infus.


2) Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
3) Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas tusukan
dengan kapas beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan.
4) Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
5) Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang
tersisa dalam botol.
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah
Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah ke
dalam sirkulasi vena.

Tujuannya yaitu untuk :

a. Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.


b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.
c. Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik.
Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu :

a. Hemofilik : terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin dengan tipe


sama bertemu.
b. Febris : karena adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas dari sel
darah putih.
c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor.
Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS, dsb.

E. Evaluasi tindakan keperawatan


1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy
intravena atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien,      Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada Senin,

26 November 2012 pukul 15.00 WIB.


http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-dan-

Elektrolit.html diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.

http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari 

Anda mungkin juga menyukai