Anda di halaman 1dari 33

Tugas Keperawatan Dasar 1

CAIRAN & ELEKTROLIT


Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Dasar 1

DOSEN:

Muh. Rudini, S. Kep, Ns

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

ABSEN 1 – 27

KELOMPOK 2

ABSEN 28 - 55

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BARAMULI PINRANG
1. Proses Keseimbangan Cairan & Elektrolit
Keseimbangan cairan tubuh adalah aspek homeostasis organisme ketika
jumlah cairan dalam organisme perlu dikendalikan melalui osmoregulasi dan
perilaku sehingga konsentrasi elektrolit (garam terlarut) dalam berbagai cairan
tubuh berada dalam kisaran yang normal. Prinsip pokok dari keseimbangan
cairan tubuh adalah bahwa jumlah air yang keluar dari tubuh harus sama
dengan jumlah air yang masuk; misalnya, pada manusia, keluarnya cairan
tubuh (melalui pernapasan, keringat, buang air kecil, buang air besar,
dan meludah) harus sama dengan volume cairan yang masuk (melalui makan
dan minum atau dengan asupan parenteral). Euvolemia adalah keadaan
volume cairan tubuh normal, termasuk volume darah, volume cairan
ekstraseluler, dan volume cairan
intraseluler; hipovolemia dan hipervolemia merupakan kondisi
ketidakseimbangan cairan tubuh. Air diperlukan untuk semua kehidupan di
Bumi. Manusia dapat bertahan hidup selama beberapa pekan tanpa makanan
tetapi hanya untuk beberapa hari tanpa air.

Ketidakseimbangan antara air dan elektrolit dalam tubuh dapat


mengakibatkan sakit kepala dan kelelahan jika ketidakseimbangannya dalam
tingkat yang ringan, mengakibatkan penyakit jika sedang, dan bahkan
kematian jika berat. Sebagai contoh, keracunan air (yang
mengakibatkan hiponatremia), akibat mengonsumsi terlalu banyak air dalam
waktu yang terlalu cepat, bisa berakibat fatal. Defisit cairan tubuh
menyebabkan kontraksi volume dan dehidrasi pada
organisme. Diare merupakan ancaman bagi keseimbangan volume air dan
kadar elektrolit sehingga jika kondisi ini terjadi, diperlukan penanganan untuk
mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.
2. Proses Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion
hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang
dikeluarkan oleh sel.3 Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada
tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa
lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat
rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen.
Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah
sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar
rendah pH 7,4.4 Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar
antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan
asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan
optimal.4 Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua
sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi
CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.4 Beberapa prinsip yang
perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah4 : 1. Istilah asidosis mengacu pada
kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45 2. CO2
(karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah
40 mmHg. 3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan
disebut juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa. 5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan
jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah komponen asam.
3. Mekanisme Pertahanan Keseimbangan Elektrolit Pada Ion
Natrium, Kalium dan Kalsium dan Kloride

Mekanisme Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Pergerakanzat dan air di bagian-


bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi terdiri dari
difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi . ATP yaitu pompa
Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran semipermeabeldari
larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga
kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga
tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma
darah ialah 270-290mOsm/L4. Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-
pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi
rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam1,4. Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit antar kompartemen.
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler
dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran.
Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran
molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang berperan
mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah, tetapi akan
mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan
muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di
kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan
konsentrasi ion Yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui
membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut1,3,4
.2. Osmolalitas dan Osmolarita

Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik


berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu
adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan
metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini
didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas
adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut
dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu1,4.

3. Tekanan Koloid Osmotik


Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid
yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam
kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan
berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5% dari
osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting. Karena, hal ini
menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga
mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air
antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik,
akan menyebabkan timbulnya edema paru3,4.

4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)


Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg
pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler
masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini
pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung
4. Mekanisme Tekanan Hydrostatik

Pada sistem tubuh manusia, tekanan hidrostatik dan onkotik/osmotik


mempengaruhi sistem kerja dan peredaran zat dan seldalam tubuh
manusia.Keseimbangan sistem ini akan membantu pemenuhan kebutuhan zat
makan, oksigen dan sel dalam tubuh manusia.

Dengan tekanan hidrostatik yang dipengaruhi oleh cairan dalam pembeluh


darah terhadap sistem gravitasi maka diharapkan cairan tubuh tetap berada
pada tempatnya sesuai kebutuhannya, dan sebagian cairan dapat mengalir
bersamaan dengan bekerjanya sistem osmotic. Dengan menjaga tekanan
hidrotatik pembuluh darah dan pembuluh darah kapiler pada titik
tertentu,maka stabilitas kontraksi jantung dan juga pengaruh dari sifat
permiabilitas kapiler menjaga sistem hidostatik pembuluh darah tetap optimal.
Namun,pada saat terjadi perdarahan,maka tekanan hidrostatik pada titik
perdarahan akan berubah, sehingga menyebabkan darah mengalir dan
mengarah pada tekanan yang lebih rendah dan merangsang jantung untuk
bekerja lebih berat untuk mengkompensasi perubahan tekanan ini.

5. Mekanisme Tekanan Osmotik

tekanan osmotic berperan penting dalam mekanisme utama


pengangkutan air ke bagian atas pada tumbuhan. Pasalnya, daun terus-
menerus kehilangan air ke udara, dalam proses yang disebut dengan
transpirasi, sehingga konsentrasi zat dalam cairan daun meningkat.

Sebagai gambaran, nantinya air didorong ke atas melalui batang, cabang, dan
ranting-ranting pohon oleh tekanan osmotik. Supaya bisa bekerja dengan baik,
diperlukan tekanan sebesar 10-15 atm untuk mengangkut air ke daun di pucuk
pohon redwood di California yang tingginya mencapai sekitar 120 meter.
6. Mekanisme Difusi

Proses difusi dapat terjadi di zat padat, zat cair, atau zat gas. Dalam hal ini,
prosesnya tidak memerlukan energi karena itulah proses difusi disebut juga
sebagai sistem transpor pasif
Proses difusi adalah kondisi dimana terjadinya pergerakan partikel zat
dengan gerakan acak yang berdifusi dari bagian berkonsentrasi tinggi menuju
ke bagian yang lebih rendah melalui membran sel.
Sebuah partikel dapat melewati membran tersebut jika ukuran partikel sangat
kecil dan dapat larut dalam air maupun lemak.

7. Mekanisme Osmosis

osmosis merupakan proses difusi khusus yang hanya melibatkan air


sehingga disebut sebagai difusi air.  Mekanisme terjadinya osmosis pada sel
hewan dapat dipengaruhi oleh konsentrasi zat pelarut di dalam sel.  Jika dalam
keadaan isotonis yaitu konsentrasi zat pelarut di dalam sel dan di luar sel
seimbang tidak akan ada aktivitas osmosis di dalamnya. 

Sedangkan jika dalam keadaan hipertonis atau konsentrasi zat pelarut di


dalam sel lebih tinggi dari konsentrasi zat pelarut di luar sel akan
menyebabkan terjadinya osmosis.  Aktivitas osmosis ini dapat dilihat dengan
adanya krenasi atau penyusutan yang terjadi pada sel hewan.
8. Mekanisme Transport Aktif Cairan

Jenis mekanisme transpor aktif ini memerlukan energi dalam bentuk ATP
secara langsung untuk membawa molekul melawan gradient

konsentrasi.Akibat adanya transpor aktif primer ini membuat terjadinya


potensi membran. transpor ion K yang masuk ke dalam sel,dan menjaga
gradien konsentrasi ion K dalam sel lebih besar dari pada di luar sel.
Sebaliknya terjadi pada ion Na yang dijaga konsentrasi didalam sel lebih
rendah dari pada diluar sel. Mekanisme transpor ini juga sering disebut
sebagai Sodium-Potassium pump. Ion Na+ akan melekat pada protein di
dalam membrane sel.

Ketika ATP dihidrolisis menjadi ADP, fosfat yang dihasilkan akan melekat
pada protein. Melekatnya fosfat pada protein menyebabkan protein berubah
bentuk. Perubahan bentuk protein membuat ion Na+ keluar dari dalam sel
Bersamaan dengan itu, ion K+ akan mel;ekat pada protein dan fosfat akan
lepas. Lepasnya fofsfat menyebabkan bentuk protein kembali seperti semula.
Ion K+ akan masuk ke dalam sel.

Proses transport aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan kalium


dan natrium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi
normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar
kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler. Untuk mempertahankan keadaan
ini diperlukan mekanisme transport aktif melalui pompa natrium-kalium.

9. Peningkatan Kadar Natrium➡Hipernatremi (mekanisme


terjadinya

& penatalaksanaannya)

Hipernatremia didefinisikan sebagai peningkatan kadar natrium lebih dari


145 mmol/L. Hal ini merupakan suatu kondisi hiperosmolar yang disebabkan
oleh penurunan total body water (TBW) relatif terhadap kandungan elektrolit.
Hipernatremia dapat disebabkan oleh kehilangan air (peningkatan kehilangan
atau penurunan asupan) atau, walaupun jarang, karena kelebihan asupan
natrium.
Mekanisme terjadinya

 Kehilangan air ekstrarenal (Uosm >700-800 mOsm/L)


o Saluran cerna: muntah, drainase nasogastrik (NGT), diare osmotik, fistula
o Insensible loss: demam, keringat saat aktivitas, ventilasi, luka bakar
 Kehilangan air di ginjal (Uosm <700-800 mOsm/L)
o Diuresis: osmotik (glukosa, manitol, urea), diuretik loop (misal furosemid)
o Diabetes insipidus, bisa bersifat sentral yaitu defisiensi ADH atau
resisten terhadap ADH (nefrogenik)
 Sentral: penyakit hipotalamus atau gangguan pituitari posterior
(kongetial, trauma/bedah, tumor, penyakit infiltratif/IgG4), dapat
pula idiopatik, esefalopati hipoksik, keracunan etanol
 Nefrogenik: kongenital (mutasi reseptor V2 ADH, mutasi
aquaporin-2), obat-obatan (liitum, amphotericin, demeclocycline,
foscarnet, cidofovir), metabolik (hiperkalsemia, hipokalemia
berat, malnutrisi protein, kelainan kongenital), penyakit
tubulointerstitial (posobstruksi, fase pemulihan acute tubular
necrosis/ATN, penyakit ginjal polikistik, sickle cell, Sjogren,
amiloidosis), kehamilan (produksi vasopresinase dari plasenta)
 Lainnya (Uosm >700-800 mOsm/L)
o Overload natrium: cairan hipertonik (misalnya resusitasi dengan cairan
bikarbonat/NaHCO3), kelebuhan mineralokortikoid
o Kejang: peningkatan osmol intraseluler menyebabkan pergeseran air ke
dalam sel sehingga menyebabkan hipernatremia sementara di serum

Tatalaksana Hipernatremia

Langkah pertama yang dilakukan ialah menetapkan etiologi hipernatremia.


Setelah etiologi ditetapkan, pada langkah berikut dicoba menurunkan kadar
natrium dalam plasma ke arah normal. Pada diabetes insipidus, sasaran
pengobatan ialah mengurangi volume urin. Bila penyebabnya ialah asupan
natrium berlebihan, pemberian natrium dihentikan.

Pengobatan dilakukan dengan koreksi cairan berdasarkan penghitungan


jumlah defisit cairan. Koreksi hipernatremia dapat dilakukan dengan
memberikan larutan natrium klorida yang hipo-osmotik atau dengan larutan
dekstrosa. Pemberian larutan tersebut pada pasien dengan peningkatan kadar
natrium kronis harus dengan kecepatan lambat. Alasannya ialah hipernatremia
juga meningkatkan aktivitas mekanisme pertahanan yang melindungi sel dari
perubahan volume. Mekanisme pertahanan ini ialah sebaliknya dari yang
terjadi pada hiponatremia, dan terdiri atas mekanisme yang meningkatkan
kadar natrium intrasel dan zat terlarut lainnya.
Pengurangan maksimum konsentrasi natrium serum yang disarankan ialah
12 mmol/L dalam 24 jam.14 Perhitungan defisit tubuh air total (TBW) ialah
Defisit air = TBW saat ini x (serum [Na]/140 - 1). Untuk total body water
(TBW) saat ini dipergunakan patokan sebagai berikut, yaitu pria muda: 60%
berat badan tanpa lemak; wanita muda: 50% berat badan tanpa lemak; pria
lansia: 50% berat badan tanpa lemak; dan wanita lansia: 45% berat badan
tanpa lemak. Formula ini memberikan perkiraan volume cairan tambahan
yang diperlukan untuk memperbaiki konsentrasi natrium serum hingga
140mmol/L.
10. Penurunan Kadar Natrium➡Hiponatremi (mekanisme
terjadinya &

penatalaksanaannya)

Hiponatremia adalah gangguan elektrolit yang terjadi ketika


kadar natrium (sodium) dalam darah lebih rendah dari normalnya. Tidak
normalnya kadar natrium ini dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kondisi
kesehatan hingga penggunaan obat-obatan tertentu. 

Mekanisme terjadinya

Pada kondisi normal, kadar natrium dalam darah adalah 135–145 mEq/liter
(miliequivalen per liter). Seseorang dengan kadar natrium kurang dari 135
mEq/liter dianggap mengalami hiponatremia. Penurunan kadar natrium ini
dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain:

 Perubahan hormon
Kekurangan hormon adrenal, misalnya akibat menderita penyakit Addison,
dapat memengaruhi keseimbangan kadar air, natrium, dan kalium dalam
tubuh. Kadar hormon tiroid yang rendah juga dapat menyebabkan
hiponatremia.
 Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH)
Kondisi ini menghasilkan anti-diuretic hormone (ADH) dalam jumlah besar,
yang membuat tubuh menahan air yang seharusnya keluar melalui urine. Air
yang berlebih dalam tubuh akan melarutkan natrium dan membuat kadarnya
menurun.
 Diare atau muntah parah dan kronis
Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan natrium dan memperbanyak
produksi ADH.
 Obat-obatan tertentu
Obat-obatan, seperti obat diuretik, antidepresan, dan obat pereda nyeri, dapat
mengganggu fungsi hormon atau ginjal dalam menjaga kadar natrium.
 Kondisi kesehatan
Gagal jantung, penyakit ginjal, dan sirosis, dapat menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh dan melarutkan natrium, sehingga kadar natrium dalam
darah menjadi rendah.
 NAPZA
Obat golongan amfetamin, seperti ekstasi, dapat membuat seseorang
mengalami hiponatremia berat.

Tatalaksana Hiponatremia

Penatalaksanaan hiponatremia berdasarkan onset dan tingkat keparahan


gejala hiponatremia. Berdasarkan onsetnya, hiponatremia dibedakan menjadi
hiponatremia akut jika terjadi <24−48 jam, atau kronis jika >48 jam.[1,6,16]

Hiponatremia Akut Gejala Berat


Hiponatremia diklasifikasikan menjadi gejala berat jika serum natrium <125
mEq/L. Penatalaksanaan hiponatremia akut dengan gejala berat adalah:

 Infus saline 3% dengan dosis 1‒2 mL/kgBB/jam

 Target kenaikan serum natrium 6‒8 mEq/L dalam 24 jam

 Tidak boleh terjadi kenaikan serum natrium >10−12 mEq/L dalam 24 jam,
atau >18 mEq/L dalam 48 jam

 Evaluasi serum natrium setiap 2 jam hingga target yang diharapkan terpenuhi

 Periksa gejala apakah sudah hilang, bila belum maka pertimbangkan


pemberian desmopresin 1‒2 mcg setiap 4‒6 jam
 Ganti infus dengan cairan isotonik bila target serum natrium telah tercapai dan
gejala sudah hilang [1,2,6]
Pilihan cara terapi lainnya adalah:

 Bolus saline 3% dengan dosis 100−150 ml, intravena

 Target serum natrium meningkat 2−3 mEq/L

 Evaluasi serum natrium setiap 20 menit hingga gejala membaik

 Bila gejala belum membaik, dapat diulang pemberian bolus salin hingga 2 kali

 Setiap 20 menit selesai memberikan bolus, evaluasi serum natrium[1,2,6]

Hiponatremia Akut Gejala Ringan Sedang


Hiponatremia gejala ringan jika serum natrium 130−134 mEq/L, dan gejala
sedang jika 125−129 mEq/L. Untuk hiponatremia gejala ringan hingga sedang
diberikan terapi:

 Infus saline 3% dengan dosis 0,5‒2 mL/kgBB/jam

 Evaluasi serum natrium setiap 2 jam hingga serum natrium mencapai


normal[1,2,6]

Hiponatremia Kronis Tanpa Gejala


Hiponatremia kronis sering tanpa gejala. Terapi hiponatremia kronis dilihat
berdasarkan status volume hiponatremia sebagai berikut:

 Hiponatremia hipovolemik: berikan cairan normal saline 0,9%


 Hiponatremia euvolemik: obati penyakit yang mendasari

 Hiponatremia hipervolemik: batasi pemberian cairan, berikan diuretik atau


antagonis vasopresin, dan obati penyakit yang mendasari[1,2,6,12]
11. Peningkatan kadar kalium→ hiper kalemi (mekanisme terjadinya &
penatalaksanaannya )

Terdapat tiga hal yang mendasari timbulnya hiperkalemia, yaitu kelebihan


asupan kalium, penurunan ekskresi kalium, dan terjadinya pergeseran kalium
intrasel ke ekstrasel. Manifestasi klinis hiperkalemia dapat berbeda pada masing-
masing pasien, mulai dari tanpa gejala hingga menimbulkan aritmia yang
mengancam nyawa. Keparahan gejala yang timbul berhubungan dengan tingkat
kenaikan kalium dalam plasma. Hiperkalemia ringan biasanya tidak
menimbulkan gejala, sedangkan hiperkalemia berat dapat menimbulkan
kelemahan otot, aritmia, paralisis respiratorik, dan henti jantung.

Penatalaksanaan hiperkalemia difokuskan terhadap tiga hal, yaitu menangani


abnormalitas konduksi jantung, meregulasi perpindahan kalium ekstrasel ke
intrasel, dan menginduksi ekskresi dari kalium.

12. Penurunan kadar natrium→hipokalemi (mekanisme terjadinya &


penatalaksanaannya)

Hipokalemia terjadi apabila kadar kalium serum < 3,5 mEq/L atau < 3,5
mmol/L. Hipokalemia sedang apabila kadar kalium serum antara 2,5 – 3,0
mEq/L dan hipokalemia berat apabila kadar kalium serum < 2,5 mEq/L.
Hipokalemia dapat diakibatkan oleh asupan kalium yang tidak adekuat,
peningkatan ekskresi kalium atau terjadinya pergeseran kalium ekstrasel menuju
ruang intrasel. Peningkatan eksresi kalium merupakan penyebab yang paling
sering menjadi penyebab hipokalemia

Penatalaksanaan utama hipokalemia adalah manajemen penyebab yang


mendasari atau eliminasi faktor kausatif seperti menghentikan penggunaan
laksatif, penggunaan diuretik hemat kalium, penatalaksanaan kondisi diare dan
muntah, penggunaan penyekat H2 pada pasien dengan nasogastric suction.

13. Asidosis Respiratorik (mekanisme terjadinya & penatalaksanaannya )

Asidosis respiratorik meningkatkan kadar asam di dalam tubuh, tetapi dengan


mekanisme yang berbeda. Kondisi ini terjadi ketika kadar karbon dioksida di
dalam darah meningkat akibat adanya masalah di sistem pernapasan, seperti:

• Gangguan pernapasan, seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruksi kronis)

• Gangguan di jaringan paru, seperti fibrosis paru

• Gangguan di tulang dada yang bisa memengaruhi pernapasan, seperti skoliosis


dan kifosis

• Gangguan sistem saraf yang memengaruhi proses pernapasan, seperti


myasthenia gravis, Guillain-Barré Syndrome, dan ALS (amyotrophic lateral
sclerosis)
• Penggunaan obat-obatan yang bisa memengaruhi sistem pernapasan, seperti
penggunaan opioid atau kombinasi obat golongan benzodiazepine dengan
alkohol

• Kondisi lain yang bisa memengaruhi pernapasan, seperti obesitas dan sleep
apnea

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk memperbaiki fungsi


paru-paru. Dalam kasus asidosis respiratorik akut, pengobatan dilakukan
dengan menangani penyebabnya. Sedangkan penanganan pada asidosis
respiratorik kronis biasanya dilakukan untuk mencegah kondisi bertambah
parah.Umumnya, dokter akan memberikan antibiotik, kortikosteroid,
bronkodilator, atau diuretik. Jika kondisi pasien cukup parah, dokter dapat
melakukan prosedur pemasangan alat bantu napas (ventilator) yang disebut
continous positive airway pressure (CPAP).

14. Mekanisme terjadinya Alkalosis Respiratorik (mekanisme terjadinya &


penatalaksanaannya)

Alkalosis respiratorik terjadi bila aliran darah tidak mengandung cukup


karbondioksida.sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan alkalosi respiratorim

Pengobatan Alkalosis

Rencana pengobatan untuk alkalosis akan tergantung pada penyebabnya.


Tingkat karbon dioksida perlu kembali normal jika seseorang mengalami
alkalosis respiratorik. Namun, jika seseorang memiliki pernapasan cepat yang
disebabkan oleh kecemasan, mengambil napas dalam-dalam yang lambat
seringkali dapat memperbaiki gejala dan mengatur kadar oksigen. Sementara
jika tes mengungkapkan bahwa seseorang memiliki tingkat oksigen yang
rendah, ia harus menerima oksigen tambahan melalui masker.

Jika pernapasan cepat disebabkan oleh rasa sakit, maka mengobati rasa sakit
akan membantu mengembalikan laju pernapasan menjadi normal dan
memperbaiki gejala. Jika alkalosis disebabkan oleh hilangnya bahan kimia
seperti klorida atau kalium, maka ia akan diberi resep obat atau suplemen untuk
menggantikan bahan kimia ini

Beberapa kasus alkalosis disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit,


yang dapat diperbaiki dengan minum banyak cairan atau minuman yang
mengandung elektrolit. Jika seseorang memiliki kasus ketidakseimbangan
elektrolit lanjut, ia perlu dirawat di rumah sakit. Kebanyakan orang sembuh dari
alkalosis setelah mereka menerima pengobatan.

Pencegahan Alkalosis

Kurangi risiko untuk mengembangkan kondisi ini dengan menjaga kesehatan


yang baik, makan-makanan yang sehat, dan tetap terhidrasi. Memilih makanan
tinggi nutrisi dan kalium dapat membantu memerangi kekurangan elektrolit.
Nutrisi dan kalium terutama ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran, serta
beberapa makanan lain, seperti:

- Wortel;
- Pisang;
- Susu;
- Kacang polong;
- Bayam.

Sementara itu, langkah-langkah yang dapat kamu lakukan untuk mencegah dehidrasi
antara lain:

- Minum air putih 8–10 gelas per hari.


- Minum air putih sebelum, selama, dan setelah berolahraga.
- Menggunakan minuman pengganti elektrolit untuk latihan intensitas tinggi.
- Menghindari soda atau jus yang memiliki kandungan gula tinggi dan dapat
memperburuk dehidrasi.
- Membatasi kafein, yang ditemukan dalam soda, teh, dan kopi.

Penting untuk diingat bahwa kamu sudah mengalami dehidrasi jika sudah
merasa haus. Dehidrasi juga dapat terjadi dengan cepat jika kamu kehilangan
banyak elektrolit. Ini bisa terjadi ketika kamu muntah karena flu. Jika kamu
tidak dapat menyimpan makanan kaya kalium di perut, pastikan untuk tetap
minum cukup cairan, seperti air, minuman olahraga, dan sup kaldu.

15. Mekanisme terjadinya Asidosis Metabolik (mekanisme terjadinya &


penatalaksanaannya)

Ada beberapa jenis asidosis yang termasuk asidosis metabolik, yaitu:


1. Asidosis diabetik

Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik disebabkan oleh produksi keton


yang berlebihan. Kondisi ini terjadi saat diabetes tidak terkontrol.

2. Asidosis laktat

Asidosis laktat disebabkan oleh produksi asam laktat yang berlebihan akibat
rendahnya kadar oksigen di dalam tubuh. Beberapa penyebabnya adalah:

- Kanker
- Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
- Gagal hati
- Gagal jantung
- Hipoglikemia dalam jangka panjang

- Sepsi

3. Asidosis hiperkloremik

Peningkatan kadar asam dalam tubuh pada kondisi ini terjadi akibat kehilangan
bikarbonat secara berlebihan dalam waktu yang lama. Asidosis hiperkloremik
biasanya disebabkan oleh gangguan saluran pencernaan dan penyakit ginjal.

4. Asidosis tubulus renalis

Kondisi ini terjadi ketika ginjal tidak dapat membuang asam melalui urine
sehingga asam terkumpul di dalam darah. Hal ini biasanya terjadi bila kerusakan
ginjal disebabkan oleh penyakit autoimun atau kelainan genetik.

16. Mekanisme terjadinya Alkalosis Metabolik (mekanisme terjadinya &


penatalaksanaannya)

Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh kekurangan banyak zat asam, atau
malah kelebihan zat basa. Kondisi ini dapat disebabkan oleh :

Muntah yang berlebihan dan berkepanjangan hingga tubuh kehilangan elektrolit


(terutama klorida dan kalium).

Keluarnya asam lambung dari selang lambung sebagai bagian dari prosedur
pengobatan yang dilakukan di rumah sakit.
Konsumsi obat tertentu secara berlebihan, seperti diuretik, antasida, aspirin, atau
obat pencahar.

Cystic fibrosis

Dehidrasi

Penyakit ginjal

Penyakit kelenjar adrenal.

Konsumsi terlalu banyak bikarbonat, seperti baking soda.

Kecanduan alkohol

Untuk mengatasi alkalosis metabolik, dokter akan memberikan pengganti


cairan tubuh dan elektrolit melalui infus. Sementara pada alkalosis akibat
kekurangan kalium, dokter dapat memberi tablet kalium. Alkalosis metabolik
yang gejalanya ringan tidak selalu memerlukan penanganan medis. Sebaliknya,
jika gejalanya tergolong berat, pasien harus dirawat di rumah sakit agar diberikan
cairan infus khusus. Untuk alkalosis metabolik yang disebabkan oleh
penggunaan obat secara berlebihan, dokter akan meminta pasien untuk
menghentikan penggunaan obat tersebut.

17. Proses terjadinya Edema & penatalaksanaannya

PROSES TERJADINYA EDEMA

Edema terjadi ketika cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di


sekitarnya. Cairan tersebut kemudian menumpuk dan membuat jaringan tubuh
menjadi bengkak. Edema pada kasus yang ringan dapat terjadi akibat: Berdiri
atau duduk yang terlalu lama.Selain kelebihan retensi air, edema disebabkan juga
oleh kelebihan jumlah garam (natrium atau sodium) yang ada di dalam tubuh.
Ketika tubuh menyimpan banyak garam, maka tubuh juga akan menyimpan lebih
banyak cairan sehingga menyebabkan salah satu bagian tubuh membengkak.

PENATALAKSANAAN EDEMA

1.untuk mengatasi dan mengurangi pembengkakan yang sudah terjadi pada tubuh
Anda, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan yang memiliki kandungan
furosemide.
2. Pembatasan konsumsi garam. Dokter mungkin akan menyarankan penderita
edema untuk mengurangi asupan garam dalam makanan atau minuman

3. Pemberian obat-obatan. Untuk mengeluarkan cairan berlebih yang menumpuk,


dokter dapat memberikan obat diuretik

4. Pemberian albumin

5 Cuci darah.

18. Proses terjadinya Dehidrasi & penatalaksanaannya

Gejala dan Penyebab Dehidrasi

Beberapa tanda awal seseorang mengalami dehidrasi adalah haus, mulut dan kulit


kering, jarang buang air kecil, serta urine yang berwarna lebih gelap dan berbau
lebih kuat. Sedangkan gejala awal dehidrasi pada bayi antara lain sedikit atau
tidak keluarnya air mata ketika menangis, mulut kering, dan popok tetap kering
setelah beberapa jam.

Salah satu kondisi yang berisiko menyebabkan dehidrasi adalah diare. Selain itu,


dehidrasi juga dapat terjadi saat seseorang muntah, berkemih secara berlebihan
akibat menderita penyakit, atau berkeringat berlebihan akibat berolahraga di
cuaca panas.

Pengobatan dan Pencegahan Dehidrasi

Dehidrasi ringan bisa diatasi dengan banyak minum, baik itu air putih, air
mineral, jus buah yang diencerkan, maupun infused water. Penderita juga dapat
mengonsumsi berbagai pilihan makanan untuk mengatasi dehidrasi. Sementara
pada penderita dehidrasi berat, penanganan harus diberikan di rumah
sakit.Dehidrasi dapat dicegah dengan menjaga asupan cairan, terutama bila
mengalami muntah, diare, atau berkeringat berlebihan, baik setelah melakukan
aktivitas berat maupun akibat cuaca panas.

Minum air putih, cairan rehidrasi oral (ORS), atau minuman olahraga untuk
menggantikan cairan yang hilang dapat membantu mencegah dehidrasi. Mencari
tempat yang sejuk juga dapat membantu.

CARA MENGATASI DEHIDRASI


MENCARI PERAWATAN MEDIS

Segera periksa ke dokter jika Anda :

1.Pusing atau bingung

2 .Merasakan haus yang amat sangat

3.Tidak sering buang air kecil atau kencing dalam jumlah sedikit

4.Tidak mengeluarkan air mata saat menangis

5.Lelah atau kelelahan

Kunjungi dokter jika Anda :

-Terus menerus mengeluarkan cairan

-Terkena diare atau muntah berat

-Memiliki bayi yang tidak buang air kecil 

19. Terapi Total Parenteral Nutrition (TPN)

Parenteral adalah metode pemberian nutrisi, obat, atau cairan melalui


pembuluh darah. Metode ini sering kali dilakukan pada pasien yang mengalami
gangguan fungsi pencernaan, seperti malabsorpsi, atau pasien yang baru
menjalani operasi saluran cerna.

Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut, Anda bisa mendapatkan


asupan nutrisi secara parenteral dari dokter. Selain untuk memberikan nutrisi dan
cairan, metode parenteral juga bisa dilakukan untuk memberikan obat-obatan
melalui suntikan ke pembuluh darah atau infus. Cara pemberian obat seperti ini
biasanya dilakukan pada pasien yang sulit atau tidak bisa menelan, atau memiliki
gangguan pencernaan.

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang membuat seseorang perlu mendapatkan
nutrisi parenteral:

• Kanker pada saluran pencernaan, misalnya kanker lambung dan kanker usus
besar

• Penyakit radang usus, seperi penyakit Crohn dan kolitis ulseratif


• Riwayat operasi pada usus

• Gangguan pada aliran darah atau iskemia

• Penyumbatan di usus, misalnya ileus obstruktif

• Malabsorpsi

• Kesulitan menelan atau disfagia

Pemberian nutrisi parenteral dilakukan melalui suntikan atau infus. Secara


umum, ada dua jenis metode pemberian nutrisi secara parenteral, yaitu:

1. Nutrisi parenteral total (total parenteral nutrition/TPN)

2. Nutrisi parenteral parsial (partial parenteral nutrition/PPN)

Meski bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh,


pemberian nutrisi secara parenteral juga dapat menimbulkan beberapa risiko dan efek
samping berikut ini:

• Infeksi, biasanya pada pembuluh darah vena

• Pembengkakan di tangan, tungkai, wajah, atau di organ tertentu, seperti paru-paru

• Sesak napas

• Gangguan elektrolit

20. Terapi Central Venous kateter

Apa itu central venous catheter? Central venous catheter (CVC) adalah
pemasangan tabung kecil (kateter) pada pembuluh darah besar. Prosedur ini
mirip dengan pemasangan infus, tetapi untuk jangka waktu yang lebih lama. Pada
CVC, kateter masuk ke dalam pembuluh darah vena pada lengan, leher, atau
dada.

Indikasi utama dari pemasangan kateter vena sentral ditujukan pada pasien-
pasien dengan pemasangan vena perifer yang sulit (pasien dengan obesitas,
pasien dengan intravenous drug abusers, pasien agitasi yang tidak kooperatif).
Pasien yang mendapat obat-obatan vasokonstriktor, hypertonic solutions (nutrisi
parenteral) atau multiple parenteral medications (penggunaan kateter intravena
multilumen). Pasien yang mendapatkan prolonged parenteral drug therapy.
Pasien yang menjalani hemodialisa, transversus cardiac pacing, atau yang
membutuhkan monitoring hemodinamik invasive (kateter swan ganz pada arteri
pulmonal).

Komplikasi pemasangan Central Venous Catheter (CVC) antara lain adalah


pneumothorak, hematothorak, kerusakan vena atau struktur sekitarnya,
thrombosis vena, tromboflebitis, infeksi, embolisasi kateter atau guidewire,
aritmia jantung dan perdarahan. Tempat pemasangan CVC bisa dilakukan pada
vena jugularis interna, vena subklavia dan vena femoralis. Kateter pada vena
femoralis dapat secara akurat mengukur tekanan CVP intratorakal terkecuali
pada pasien dengan tekanan intraabdominal yang tinggi, namun tempat insersi di
daerah ini berkaitan dengan terjadinya peningkatan risiko trombosis vena dalam
atau deep vein thrombosis (DVT) dan kolonisasi bakteri. Pencegahan infeksi
pemasangan kateter vena sentral merupakan suatu kewajiban bagi petugas
kesehatan yang akan memasangnya. Pencegahan infeksi dilakukan bertujuan
untuk meminimalisir kejadian catheterrelated bloodstream infections yang erat
dengan pasien dengan criticall ill dan sepsis.

Fungsi Central Venous Catheter

Seseorang mungkin akan dipasangkan CVC untuk menjalani pengobatan


kanker atau kondisi medis lainnya. Secara garis besar, penggunaan CVC dapat
berfungsi untuk:

1.Memberikan obat kemoterapi dan obat-obatan lainnya. Sebagai medium untuk


memberikan cairan intravena (IV) dan nutrisi parenteral. Berfungsi untuk
menyediakan transfusi darah dan trombosit pada tubuh pasien. Mengambil
sampel darah seseorang. Perlu diketahui bahwa CVC juga dapat mengurangi
jumlah suntikan, atau penggunaan jarum suntik pada tubuh selama perawatan
kondisi tertentu.

2. Mengurangi rasa sakit dari terapi intravena (IV).

3.Mencegah timbulnya rasa terbakar yang terkadang dirasakan saat mendapatkan


obat dengan metode IV lainnya.

4.Mengurangi risiko peradangan dan jaringan parut yang dapat terjadi pada
pembuluh darah, setelah seseorang menerima banyak tusukan jarum suntik.
5.Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kecemasan bagi orang yang sering
membutuhkan terapi IV dan pengambilan sampel darah.

Jenis-Jenis Central Venous Catheter

Tiga jenis CVC yang umum adalah kateter vena sentral terowongan, kateter
sentral yang dimasukkan ke perifer (PICC) dan implanted port, atau port yang
ditanam.

Dokter biasanya akan merekomendasikan jenis CVC yang harus dipergunakan


tergantung dari situasi dan kondisi seseorang, berapa lama CVC mungkin
diperlukan. CVC dapat dimasukkan baik di departemen x-ray khusus dengan
pembekuan lokal dan sedasi ringan atau di ruang operasi menggunakan anestesi
umum.

Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis dari CVC:

1. Tunneled CVC

Tunneled CVC merupakan tabung kateter CVC seperti terowongan yang


dipasang di bawah kulit dada. Jenis CVC ini dipasang untuk memasuki vena
besar di dekat tulang selangka dan tulang benang di dalam vena, untuk menetap
di atas bilik kanan (atrium) jantung. Namun, ujung kateter pada sisi satunya akan
tetap berada di luar tubuh. Selain itu, tunneled CVC biasanya digunakan selama
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

2. CVC yang Dimasukkan Secara Perifer (PICC)

CVC yang dimasukkan secara perifer, atau PICC, sering dianggap sebagai area
pemasangan intravena yang sangat besar di lengan. Meskipun dimasukkan ke
lengan, PICC adalah kateter vena sentral, di mana ujung kateternya terletak di
vena besar di dekat jantung.

3. Implanted Port CVC

Jenis CVC ini menggunakan perangkat port atau penghubung yang ditanamkan.
Perangkat ini nantinya dimasukan dengan kateter yang terpasang dan
ditempatkan di bawah kulit melalui operasi. Biasanya penempatannya akan
berada pada bagian atas dada.
Central venous catheter (CVC) memiliki beragam jenis. Berikut adalah
beberapa jenisnya:

1. Peripherally-inserted central catheter (PICC)

PICC dipasang pada pembuluh darah vena lengan atas. Jenis ini mudah dilepas
dan umumnya prosedur ini selama berminggu-minggu hingga beberapa bulan.

2. Tunneled catheter

Tunneled catheter ditempatkan pada pembuluh darah bagian dada atau leher dan
kemudian melewati bawah kulit, melalui prosedur pembedahan. Salah satu ujung
kateter keluar melalui kulit, sehingga dokter dapat memasukkan obat atau cairan
ke dalamnya. Kateter ini bisa bertahan hingga setahun atau lebih.

3. Implanted port

Implanted port mirip dengan tunneled catheter, tetapi ditempatkan seluruhnya


pada bagian bawah kulit. Obat-obatan diberikan dengan jarum yang ditempatkan
melalui kulit ke dalam kateter. Jenis ini dapat bertahan selama beberapa bulan
hingga tahunan.

Peringatan penggunaan central venous catheter

Prosedur central venous catheter mungkin tidak cocok pada pasien yang
memiliki masalah pembekuan darah. Pasalnya, pemasangan kateter pada pasien
tersebut bisa berisiko menimbulkan perdarahan.Oleh karena itu, selalu pastikan
dengan dokter bahwa jenis perawatan yang akan Anda jalankan memang aman
dan bermanfaat untuk Anda.

Apa alternatif lain selain CVC?

Melansir dari John Hopkins Medicine, alternatif lain selain CVC adalah terus
menerima obat-obatan secara oral atau mengambil darah menggunakan infus atau
jarum setiap kali Anda menjalani prosedur pengobatan.Dokter akan selalu
memastikan jenis pilihan alternatif yang tersedia memang aman dan sesuai
dengan kebutuhan medis Anda. Tanyakan kepada dokter untuk informasi lebih
lanjut.

Bagaimana prosedur central venous catheter?


Anda akan berbaring pada tempat tidur khusus dengan mesin rontgen sinar X
dekat Anda. Kemudian, dokter akan membersihkan area kulit sekitar area
pemasangan kateter. Rambut yang ada pada sekitar area kulit juga akan dicukur
terlebih dahulu agar tidak menghalangi proses pemasangan.Pada area kulit
tersebut pun, dokter akan menyuntikkan obat bius lokal agar Anda tidak
merasakan sakit selama prosedur. Setelah itu, central venous catheter dokt akan
mulai memasukkan jarum suntik melalui kulit Anda.Jarum suntik tersebut akan
membuat semacam terowongan yang menjadi tempat masuknya kateter. Selang
kateter kemudian akan masuk ke dalamnya hingga ujungnya berada pada
pembuluh darah vena sentral dekat jantung.Ujung lain dari kateter akan keluar
dari kulit beberapa senti. Agar ujung ini tertahan pada tempatnya, dokter akan
menggunakan klip atau menjahit kateter tersebut ke area kulit Anda.Adapun
selama prosedur berjalan, dokter akan menggunakan mesin sinar-X atau alat tes
pencitraan lainnya, seperti USG, untuk memastikan kateter berada pada posisi
yang benar.

Perawatan setelah central venous catheter

Setelah prosedur selesai, Anda akan pindah ke ruang pemulihan selama beberapa
jam. Saat berada di ruang pemulihan ini, perawat akan memantau kondisi Anda,
termasuk tekanan darah dan detak jantung.Sebelum pulang ke rumah, perawat
akan memberikan instruksi tentang cara merawat kateter. Namun, sebagai
gambaran, berikut adalah beberapa hal mengenai CVC, termasuk perawatannya,
yang perlu Anda perhatikan selama di rumah:Anda mungkin akan merasakan
nyeri pada area kateter selama 1-2 minggu setelah pemasangan CVC. Hal ini
mungkin akan membatasi aktivitas Anda.Hindari aktivitas yang dapat
menyebabkan kateter tertarik atau nyeri. Untuk menghindari masalah tersebut,
Anda bisa menempelkan kateter ke kulit Anda dengan menggunakan
plester.Pastikan kulit sekitar kateter tetap kering dan bersih untuk mencegah
infeksi.Anda mungkin baru boleh mandi setelah jahitan Anda sembuh. Bila
sudah boleh mandi, sebaiknya tetap tutupi area kateter dengan bungkus plastik
agar air tidak masuk.Jangan lupa untuk selalu membersihkan area kulit sekitar
CVC dengan kapas yang sebelumnya Anda basahi dengan hidrogen
peroksida.Selalu cuci tangan Anda sebelum memegang atau membersihkan
kateter dan kulit sekitarnya.Setelah bersih, selalu tutup area kateter dengan
perban. Anda pun perlu mengganti perban setiap hari dan ketika basah.Selain
cara perawatan, perawat biasanya akan memberikan jadwal untuk check up
lanjutan dan pengobatan atau prosedur medis yang akan Anda jalani berikutnya.
Konsultasikan dengan dokter atau perawat Anda untuk informasi lebih
lanjut.Risiko & komplikasi central venous catheter:

Pemasangan CVC merupakan prosedur medis yang aman dan seringkali tidak
menimbulkan masalah. Meski demikian, sejumlah risiko atau komplikasi bisa
saja terjadi.

Berikut adalah beberapa risiko atau komplikasi dari pemasangan CVC:

1. Infeksi pada area yang terpasang kateter.

Perdarahan.

2. Detak jantung tidak teratur atau gangguan irama jantung.

3. Cedera pada pembuluh darah vena atau saluran getah bening dekat vena.

4. Gelembung udara dalam darah yang menghalangi aliran darah ke jantung, paru-
paru, otak, atau organ lainnya.

5. Penggumpalan darah yang menyumbat aliran darah.

6.Kateter terlepas dari posisinya karena pemasangan yang kurang tepat.

7. Paru-paru kolaps (pneumotoraks) atau penumpukan darah antara paru-paru dan


dinding dada (hemothorax).Cedera saraf.

21. Terapi Intravena & perhitungan jumlah tetesan infus (makrodrip &
mikrodrip)

Terapi intravena adalah metode untuk memberikan cairan obat secara


langsung ke dalam vena. Karena menggunakan drip chamber atau ruang tetes, infus
seringkali diistilahkan sebagai tetesan. Sedangkan obat yang masuk melalui intravena
disebut obat khusus.

Terapi intravena mengirim dua jenis cairan, kristaloid dan koloid. Kristaloid
adalah cairan yang tersusun dari mineral, garam, dan zat-zat yang dapat larut dalam
air, contohnya solusi garam, dekstrosa dalam air, dan laktat Ringer. Sebagian dokter
memberi kristaloid pada pasien dehidrasi dan yang memerlukan penggantian
elektrolit. Di sisi lain, koloid adalah molekul yang tak dapat larut dalam air. Solusi
koloid memiliki partikel-partikel besar yang dimanfaatkan sebagai pengganti darah,
ekspansi volume, dan mempertahankan tekanan darah normal.

Terapi intravena memiliki beberapa manfaat, termasuk proses pemberian cairan


obat ke dalam sistem tubuh yang cepat dan menjamin obat dengan bioavailabilitas
penuh.

Cara menghitung tetesan infus mikro dan makro dapat dilakukan dengan
memperhatikan rumus dan faktor tetesnya. Faktor tetes adalah metode pemberian
infus. Setiap tetesan infus memiliki arti dalam dunia medis.

Cairan infus biasanya dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah


dengan jumlah yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya, setiap pasien
memiliki kebutuhan infus yang berbeda-berbeda.

Cara menghitung tetesan infus ini dapat dilakukan dengan mengetahui volume
dari cairan infus, durasi waktu pemberian infus, dan juga faktor tetesnya. Bagi
para tenaga medis, tentu pengetahuan dan istilah-istilah yang digunakan dalam
hal pemasangan infus ini sudah sangat familier.

Berikut ini terdapat cara menghitung tetesan infus mikro dan makro

Perlu diketahui, Infus merupakan terapi parenteral yang digunakan dan


disesuaikan dengan kebutuhan cairan dan atau kalori harian pasien. Infus
dipasang menggunakan alat bantu alat steril intravena yang kemudian
dihubungkan dengan set infus yang berguna mengalirkan cairan dari botol
infus/obat. Pemasangan infus hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis dan
dievaluasi secara berkala frekuensi tetesan dan ada tidaknya udara pada selang.
Dalam pemberian infus, terdapat dua metode yaitu set makro dan set mikro.
Berikut penjelasan mengenai mikro dan makro, yaitu:

1. Set makro biasanya digunakan pada pasien dengan pembuluh darah besar,
yang dalam hal ini merupakan orang dewasa. Umumnya untuk set makro, faktor
tetes yang dikeluarkan adalah 10-20 tetes/mL.

2. Set mikro digunakan pada mereka dengan pembuluh darah yang kecil,
termasuk anak-anak. Umumnya untuk set mikro, faktor tetes yang dikeluarkan
adalah 45-60 tetes/mL.

Anda mungkin juga menyukai