Anda di halaman 1dari 15

SISTEM KESEIMBANGAN AIR DAN ASAM BASA PADA HEWAN

Disusun Oleh :

Nama : Tasya Fakhira Harahap


NIM : 2002101010034
Mata Kuliah : Fisiologi Veteriner
Dosen Pengampu : drh. Nanda Yulian Syah, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Keseimbangan asam-basa dikendalikan secara seksama karena perubahan pH dapat


memberikan pengaruh terhadap beberapa organ tubuh. Keseimbangan asam-basa terkait dengan
pengaturan konsentrasi ion hidrogen bebas dalam cairan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen sangat
mempengaruhi proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh karena hampir semua
aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen. Menurunnya pH urin menunjukkan
bahwa tubuh mengalami keadaan asidosis metabolik yaitu gangguan keseimbangan asam-basa
yang ditandai dengan penurunan pH darah sebagai akibat rendahnya kadar bikarbonat dalam
darah atau peningkatan konsentrasi ion hidrogen (Jauharany dan Widyastuti, 2017).
Tubuh hewan merupakan suatu sistem terdiri dari berbagai proses fisikokimia yang
menunjang kehidupan sehari–hari. Tubuh selalu berusaha agar seluruh nilai yang ada berada
dalam rentang normal dalam suatu kondisi yang disebut homeostasis. Maka dari itu, homeostasis
adalah sistim kendali pada tubuh dalam mempertahankan nilai berbagai faktor relatif stabil. Pada
keadaan ini, seluruh sistem metabolisme bekerja sama satu dengan lainnya dalam menjalankan
fungsinya. Salah satu syarat agar seluruh sistem metabolisme tubuh dapat bekerja secara optimal
ialah konsentrasi ion hidrogen atau pH berada dalam rentang normal. Sebagian besar enzim yang
terlibat dalam proses metabolisme dapat bekerja optimal pada pH 7,35–7,45. Perubahan pH akan
menyebabkan gangguan fungsi dan perubahan struktur enzim yang terlibat pada berbagai proses
metabolisme. Nilai pH normal tersebut dipertahankan oleh beberapa faktor, antara lain
keseimbangan air dan elektrolit, sistem bufer, sistem respirasi dan ginjal. Bila sistem bufer,
respirasi, dan ginjal tidak mampu mengendalikan pH, maka fungsi organ dengan sendirinya akan
terganggu (Moenadjat, 2017).

2.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan air dan asam basa?
2. Bagaimana konsep/ sistem keseimbangan air dan asam basa pada mamalia?
3. Bagaimana konsep/ sistem keseimbangan air dan asam basa pada unggas?
4. Bagaimana konsep/sistem keseimbangan air dan asam basa pada reptile dan amphibi?
5. Bagaimana konsep/ sistem keseimbangan air dan asam basa pada ikan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KESEIMBANGAN AIR DAN ASAM BASA

Cairan dan elektrolit merupakan komponen penting dari tubuh untuk menjamin
kehidupan normal dari semua proses yang berlangsung di dalam tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit diatur oleh suatu mekanisme kompleks yang melibatkan berbagai enzim, hormon,
dan sistem saraf.
Kontrol keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan oleh para klinisi. Keadaan
yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit harus diatasi sebelum terganggunya
fungsi dari sel, jaringan, dan organ.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit disebabkan oleh berbagai penyakit, dari
yang bersifat ringan sampai berat. Terapi cairan dan elektrolit bertujuan untuk membantu
mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tersebut.
Cairan tubuh dapat dibagi kedalam dua kompartemen, cairan intraseluler (CIS) dan cairan
ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler merupakan kompartemen utama, yaitu 55% dari cairan
tubuh, sedangkan CES 45% dari cairan tubuh. Cairan ekstraseluler terdiri dari 3 kompartemen,
yaitu cairan intravaskuler yang merupakan 15% dari CES, cairan interstitial yang merupakan
45% dari CES, dan cairan transeluler yang merupakan 40% dari cairan ekstraseluler. Cairan
intravaskuler terdiri atas plasma, komponen darah, hormon, dan nutrisi (Suwarsa, 2018).
Homeostatis adalah kecenderungan makhluk hidup untuk tetap mempertahankan
kestabilan diri di saat lingkungan di sekelilingnya mengalami perubahan. Faktorfaktor yang
mempengaruhi homeostasis adalah: a). ketersedian zat makanan sebagai sumber energi dalam
kehidupan organisme; b). konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam tubuh yang berperan di
dalam reaksi kimia; c). sisa metabolisme; d). pH berperan di dalam keseimbangan asam basa
cairan tubuh dan kerja enzim; e). air, garam dan elektrolit akan mempengaruhi ukuran sel; f).
volume dan tekanan; g) temperatur; h). parameter sosial pada serangga sosial (Delfita, 2014).
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH yang sangat
rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen
dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.
Hewan mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi
organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh mamalia diatur oleh dua
sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam. Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu yaitu :
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam. CO2
juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen
metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam (Viswanatha dan Putra, 2017).

2.2. KONSEP/ KESEIMBANGAN AIR DAN ASAM BASA PADA MAMALIA

Ada beberapa hal yang mendasari osmoregulasi, yaitu potensial kimia air, tekanan
osmosis, partisi ion ekstra seluler dan intraseluler, dan transpor zat melintasi membran. Potensial
kimia atau energi bebas molar parsial merupakan perubahan suatu sistem jika satu mol zat
ditambahkan ke dalamnya. Potensial kimia dapat juga diartikan sebagai suatu ukuran dari
kecenderungan terlepas dari suatu komponen. Jika potensial kimia dari suatu komponen di dalam
setiap fase tidak sama, maka komponen tersebut cenderung berpindah fase, di mana komponen
yang memiliki potensial kimia yang tinggi berpindah ke komponen yang memiliki potensial
kimia yang lebih rendah. Jika potensial kimianya sama di dalam kedua fase, maka
kecenderungan terjadinya perpindahan dari satu fase ke fase lainnya tidak ada. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa potensial kimia air dalam cairan sel atau tubuh menjadi penentu dalam
osmoregulasi. Jika potensial kimia air lebih tinggi pada suatu kompartemen, maka air akan
berpindah ke kompartemen yang memiliki potensial kimia air lebih rendah. Potensial kimia air
ini sangat tergantung kepada suhu, tekanan dan komposisi atau komponen zat terlarut
Tekanan osmosis atau tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan partikel zat
pelarut agar tidak berpindah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Proses
osmosis terjadi apabila kedua larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel memiliki
tekanan osmotik yang berbeda. Pelarut (air) akan berpindah ke dalam larutan yang memiliki
konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Dengan kata lain, air akan berpindah dari larutan yang
mengandung air banyak (konsentrasi zat terlarut rendah) ke larutan yang mengandung sedikit air
(konsentrasi zat terlarut tinggi). Partisi ion pada kompartemen ekstraseluler dan intraseluler
berkaitan kelarutan ion-ion dalam cairan sel. Pada larutan yang encer, ion-ion akan bergerak
bebas tanpa berinteraksi dengan sesamanya sehingga konsentrasi massa dari suatu ion sama
dengan aktivitasnya. Adapun cairan yang kental membuat ion-ion zat terlarut saling berinteraksi
termasuk dengan ion air, dan tidak bergerak bebas sehingga aktivitas ion berbeda. Partisi ion
inilah yang akan menyebabkan perbedaan jumlah ion yang terlarut atau pelarut yang bisa
berpindah. Transportasi zat melintasi membran berkaitan dengan arah perpindahan zat dari satu
kompartemen ke kompartemen yang lainnya. Pada difusi, jika ada perbedaan konsentrasi, maka
zat terlarut yang tidak bermuatan akan berpindah dari kompartemen yang memiliki konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Transpor aktif terjadi ketika fluks
dipasangkan dengan proses eksergonik di membran plasma, yang memungkinkan adanya
hidrolisis ATP (transpor aktif primer) atau pasif fluks ion lain (transpor aktif sekunder) yang
diangkut baik dalam arah yang sama (cotransport) atau dalam arah yang berlawanan (counter
transport).

Proses pengaturan asam basa meliputi:


1. Sistem Buffer, Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh,yang dengan
segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen
yang berlebihan. Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan
tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang
disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai
buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu:
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena
peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem pernafasan
bekerja normal
c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion bikarbonat.
Ada 4 sistem buffer :
1. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan
yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
4. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan
pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia. Proses
eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang kinerja
sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan
bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang,
kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek,
tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan
untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45 (Viswanatha dan Putra, 2017).
2. Sistem Paru, Paru-paru dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida,
dan karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru
melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon
dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2)
merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam
darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas
efek yang dihasilkan oleh PaCO2. Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan
meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk
mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan 7
diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).
3. Sistem Ginjal Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus
mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan
asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan
bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada
proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi
kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai
efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis
sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria
pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP. Produksi ion hidrogen sangat banyak
karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat
bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal
dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk
sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis
(Asli et al., 2020).

2.3. KONSEP/SISTEM KESEIMBANGAN AIR DAN ASAM BASA PADA UNGGAS

Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses
mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan dari
laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti
bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung
mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan
dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut
menghadapi kelebihan garam didalm tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang
banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan
oleh garam.
Pada burung, seperti pada mamalia, terutama dua organ bertanggung jawab untuk
menjaga fisiologi asam-basa normal atau mengkompensasi gangguan asam-basa. Paru-paru
bertanggung jawab untuk mengatur konsentrasi CO2 darah (lebih banyak CO2 dalam darah, pH
lebih asam). Perubahan asam-basa pernapasan yang mengacaukan (meningkatkan atau
menurunkan) konsentrasi karbon dioksida umumnya merupakan akibat dari disfungsi neurologis,
musku-loskeletal pernapasan, atau sistem ekstrarespirasi. Ginjal mengandung banyak mekanisme
pengaturan yang mengontrol jumlah asam atau basa yang diekskresikan dalam urin. Saluran
pencernaan dapat menjadi sumber peningkatan kehilangan asam basa melalui muntah atau diare.
Metabolisme sel, konsumsi toksin dengan karakteristik asam atau basa, dan disfungsi hati yang
mengubah metabolisme normal dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan asam atau
basa dalam tubuh. Semua perubahan fungsi fisiologis ini adalah gangguan asam basa
nonrespirasi (atau metabolik).

2.4. KONSEP/SISTEM KESEIMBANGAN AIR DAN ASAM BASA PADA REPTILE


DAN AMFIBI

Pada Reptile
Hewan dari kelas reptil, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kering
dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut merupakan cara beradaptasi yang
baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Kulit Reptil kering,
berzat tanduk dan impermeabel terhadap air. Air hilang terutama melalui penguapan lewat kulit.
Kehilangan air karena penguapan pada seluruh Reptil ternyata lebih besar daripada lewat
pernafasannya. Misalnya pada ular air, kehilangan air lewat kulit sebesar 88% dan lewat
pernafasan 12%, pada kura-kura gurun kehilangan panas lewat kulit 76% dan lewat pernafasan
sebesar 24%.. Jadi Reptil dapat kehilangan air lewat penguapan, pernafasan, dan urin. Untuk
lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat,
yang pengeluarannya hanya membutuhkan sedikit air. Nitrogen tersebut dikonsumsi secara tidak
langsung melalui asupan nutrisi dalam bentuk protein maupun asam nukleat. Asam urat tersebut
dihasilkan Reptil pada kelenjar kulitnya, yang disintesis dari ammonia yang dihasilkan pada
proses reabsorbsi. Asam urat digunakan Reptil untuk mengusir musuh. Selain itu, Reptil juga
melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-
kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan
disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-
ion lain dalam tubuh.5 Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan
antara asupan atau produksi ion hidrogen 4 dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion
hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat
melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi,
produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem
kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh

Pada Amfibi
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air
yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat berada di air, banyak
air yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Ketika di air tawar, kulit katak terakumulasi
garam tertentu dari air dengan transpor aktif, dan ginjal mengekskresikan urin encer. Pada saat
berada di darat harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Dehidrasi adalah
masalah yang paling menekan, katak menghemat cairan tubuh oleh reabsorbing air melintasi
epitel kandung kemih. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan
lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal
renal berfungsi untuk membuang bahan-bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa
aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk
konservasi air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada saat
berada di darat air diserap kembali kedalam darah menggantikan air yang hilang melalui
evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.
2.5. KONSEP/SISTEM KESEIMBANGAN AIR DAN ASAM BASA PADA IKAN

Ikan Air Tawar

Ikan-ikan yang hidup di air tawar memiliki cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik
terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui permukaan
tubuh yang semipermeable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan
menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan
tubuh tidak sanggup menyokong fungsi-fungsi fisiologis secara normal.
Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal memiliki
glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih sanggup
menahan garam-garam tubuh semoga tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-
banyaknya. Ketika cairan dari tubuh malpighi memasuki tubulus ginjal, glukosa akan diserap
kembali pada tubulus proksimal dan garam-garam diserap kembali pada tubulus distal. Dinding
tubulus ginjal bersifat impermiable (kedap air).

Air seni yang dikeluarkan ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa
nitrogen, seperti:

• Asam Urat
Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan
memiliki daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, alasannya daya larutnya di dalam air
rendah. Asam urat dioksidasi oleh asam nitrat pekat membentuk asam dialurat dan aloksan. Zat-
zat ini berkondensasi dengan ammonia membentuk mureksida (ammonium purpurat) yang
berwarna ungu kemerahan.

• Kreatinin
Rs = 0, 249 nm, Ru = 0, 375 nm. Kadar kreatinin = 0,249/0,375 X 1500/1 X 1/1000 = 0,996
g/24jam. Kreatinin disintesis di dalam hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka
kreatinin difosforilasi untuk membentuk fosforilkreatin yang merupakan simpanan tenaga
penting bagi sintesis ATP. ATP yang terbentuk oleh glikolisis dan fosforilasi oksidatif bereaksi
dengan kreatin untuk membentuk ADP dan banyak fosforilkreatin.

• Amoniak
Meskipun air seni mengandung sedikit garam, keluarnya air yang berlimpah menyebabkan
jumlah kehilangan garam yang cukup besar. Garam-garam juga hilang alasannya difusi dari
tubuh. Kehilanan garam ini diimbangi dengan garam-garam yang terdapat pada masakan dan
absorpsi aktif melalui insang.

• Kreatin
Pada golongan ikan Teleostei, gelembung air seni (urinary bladder) sanggup dipakai untuk
menampung air seni. Disini dilakukan absorpsi kembali terhadap ion-ion. Dinding gelembung air
seni bersifat impermiable terhadap air.

Ikan Air Laut

Ikan bahari hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya,
sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam.
Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’ air bahari sebanyak-banyaknya. Dengan demikian
berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal kekurangan cairan
tubuh dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan bahari
dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit
dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal bisa berfungsi sebagai penahan air. Jumlah
glomerulus ikan bahari cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan air
tawar. Kira-kira 90% hasil buangan nitrogen yang sanggup disingkirkan melalui insang, sebagian
besar berupa amonia dan sejumlah kecil urea. Meskipun demikian, air seni masih mengandung
sedikit senyawa tersebut. Air seni Osteichthyes mengandung:
• Kreatin
Pada golongan ikan Teleostei, gelembung air seni (urinary bladder) sanggup dipakai untuk
menampung air seni. Disini dilakukan absorpsi kembali terhadap ion-ion. Dinding gelembung air
seni bersifat impermiable terhadap air.
• Kreatinin
• Senyawa nitrogen
• Trimetilaminoksida (TMAO)

Insang merupakan organ pertama tempat penyaringan air yang masuk ke dalam tubuh
ikan (respirasi), tempat keseimbangan asam-basa, regulasi ionik dan osmotik. Ikan mempunyai
sistem ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut urogenital. Lubang
urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran kelamin yang berada tepat
dibelakang anus. Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang
jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus
sehingga penyaringan sisa hasil metabolism berjalan lambat. Selain itu,ginjal juga berfungsi
mengekresikan zat yang jumlahnya berlebihan,misalnya vitamin yang larut dalam air,
mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan,serta
mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin.
BAB III
KESIMPULAN

3.1. KESIMPULAN

Cairan dan elektrolit merupakan komponen penting dari tubuh untuk menjamin
kehidupan normal dari semua proses yang berlangsung di dalam tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit diatur oleh suatu mekanisme kompleks yang melibatkan berbagai enzim, hormon,
dan sistem saraf.
Kontrol keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan oleh para klinisi. Keadaan
yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit harus diatasi sebelum terganggunya
fungsi dari sel, jaringan, dan organ.
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH yang sangat
rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen
dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4. Hewan mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Asli, K., McCalley, E. H. dan Wotton, K. (2020). Cairan, Elektrolit, dan Keseimbangan Asam
Basa. Elsevier, Singapore.
Delfita, R. (2014). Fisiologi Hewan Jilid 1. STAIN Batu Sangkar Press, Padang.
Jauharany, F. F. dan Widyastuti, N. (2017). Keseimbangan asam-basa tubuh dan kejadian
sindrom metabolik pada remaja obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 14(1): 36-44.
Moenadjat, Y., Madjid, A., Siregar, P., Wibisono, L. K. dan Loho, T. (2017). Gangguan
Keseimbangan Air Elektrolit dan Asam Basa. Badan Penerbit, Jakarta.
Purnamasari, R. dan Santi, D. R. (2017). Fisiologi Hewan. Program Studi Arsitektur UIN Sunan
Ampel, Surabaya.
Viswanatha, P. A., & KAH, P. (2017). Keseimbangan asam basa. Gangguan Keseimbangan Air-
Elektrolit dan Asam-Basa, 60-71.
Yustina dan Darmadi. (2018). Buku Ajar Fisiologi Hewan. CV Draft Media, Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai