Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tasya Fakhira Harahap

NIM : 2002101010034
Kelas : 03
Mata Kuliah : Manajemen Kesehatan Ternak Potong/Perah
Dosen Pengampu : drh. Zainuddin, M.Si

A. Fase Awal Laktasi


Laktasi adalah karakteristik yang spesifik bagi ternak mamalia. Susu adalah produk yang dihasilkan
oleh glandula mamae dan merupakan nutrisi bagi anaknya untuk mendapatkan imunitas pasif. Susu
mempunyai susunan kimia yang kompleks. Konstituen utamanya adalah air yaitu sebesar 46 – 90 %,
tergantung spesies ternaknya. Pada peternakan sapi perah, siklus reproduksi dimanipulasi dengan
tujuan setiap ekor harus beranak setiap tahun dengan masa laktasi sekitar 10 bulan. Betina yang belum
matang secara seksual belum memiliki kelenjar mammae yang berkembang namun secara structural
pembuluh mammae dan alveolinya tumbuh. Pada sapi laktasi berlangsung selama 305 hari. Hormon
yang mempengaruhi pada proses laktasi ini adalah prolactin, insulin, thyroid hormones dan growth
hormone (BST).
Periode laktasi dibagi menjadi 3 periode yaitu periode awal laktasi berlangsung selama 1-2 bulan
masa laktasi. Sapi perah pada awal laktasi kebutuhan energinya tinggi untuk menunjang produksi susu
yang mulai naik. Periode tengah laktasi dimulai pada bulan ke-3 sampai bulan ke-6 , proporsi produksi
setiap bulannya masing – masing sekitar 12 % , 12 % , 10 % , dan 10 % total produksi selama masa
laktasi. Masalah utama yang dapat terjadi dalam tahap ini adalah menurunya peroduksi susu yang tajam
dan kadar lemak susu rendah. Periode akhir laktasi dimulai bulan ke – 7 sampai bulan ke-10. Pada
periode terakhir laktasi produksi susu makin menurun , proporsi produksi susu pada bulan ke – 7 , ke – 8
, ke – 9 ,dan ke – 10 masing – masing 9 % , 8 % , 7 % dan 6 % dari total peroduksi selama masa laktasi .

B. Radang Paru-Paru pada Pedet


Pneumonia adalah istilah untuk menunjukkan adanya suatu keradangan pada paru-paru. Pneumonia
ini dapat bersifat lobular (bronkopneumonia) dan pneumonia lobar. Pneumonia dapat terjadi pada
parenkim paru-paru, bronkiolus, pleura, jaringan alveoli dan jaringan interstitial. Pneumonia dapat
terjadi secara akut atau kronis yang ditandai dengan gangguan pernafasan. Faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya antara lain yaitu perkandangan metode lama dan volume pemberian kolustrum, musim
kelahiran dan distokia pada induk saat pedet dilahirkan.
Gejala klinis dari pedet yang terkena pneumonia yaitu demam,batuk atau bersin, sesak napas atau
napas cepat, lesu, muntah, mengeluarkan dahak atau air liur yang berwarna kuning dan penurunan
berat badan. Pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan obat antibiotic dan anti peradangan
dengan pengulangan 3 kali sehari dengan dosis 1 ml/ 40 kg BB. Pencegahan dapat dilakukan dengan
desinfeksi kandang dan lingkungan kandang setiap satu minggu sekali, deteksi dini penyakit pneumonia
dengan kontrol kesehatan rutin, sanitasi rutin setiap pagi hari dan menghindari terjadinya stress pada
ternak.

C. Mastitis Pada Sapi


Mastitis adalah suatu peradangan pada ambing yang bersifat akut, subakut atau kronis/menahun
dan terjadi pada semua jenis mamalia. Pada sapi penyakit ini sering dijumpai pada sapi perah dan
disebabkan oleh berbagai jenis bakteri atau micoplasma. Berbagai jenis bakteria telah diketahui sebagai
agen penyebab mastitis antara lain adalah Streptococcus agalactiae, Streptococcus disgalactiae,
Streptococcus uberis dan lainnya. Sapi penderita mastitis dapat diketahui dengan adanya pembengkakan
pada ambing dan puting yang terjadi pada satu kwartir atau lebih. Rasa sakit timbul sewaktu diperah
dan diikuti oleh penurunan produksi yang bervariasi mulai dari ringan sampai berat bahkan tidak keluar
susu sama sekali.
Kejadian mastitis pada sapi perah disebabkan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi.
Faktor-faktor seperti jumlah ternak, kondisi iklim daerah peternakan, variasi dalam praktik sosial
budaya, pemasaran susu, tingkat kendidikan peternak, sistem pemberian pakat dan manajemen atau
pengelolaan dan pemeliharaan merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi kejadian mastitis.
Pengobatan mastitis dapat diberikan antibiotik (Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol), Injeksi
kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan antihistamin dianjurkan juga. Mastitis
yang akut dapat diberikan pengobatan suntikan prokain penicilin G + dihidrostreptomycin 2 cc/100 kg
berat badan setiap hari. Sulfamethazine 120 mg/kg berat badan per os melalui mulut, dianjurkan
dengan 60 mg/ kg berat badan setiap 12 jam selama 4 hari. Pencegahan mastitis dapat dilakukan dengan
Menjaga kebersihan kandang, kebersihan sapi dan pengelolaan peternakan

D. Ektoparasit Caplak

Ektoparasit adalah parasit yang hidup dan tinggal berkembang dibagian luar tubuh hewan, dan
dibedakan menjadi 2 yaitu obligat (seluruh tahapan stadium dari awal - akhir bergantung pada inang)
dan fakultatif (hanya bergantung pada inang saat makan). Tipe- tipe caplak : caplak adalah ektoparasi
penghisap darah pada vertebrata yang terdiri atas 2 famili yaitu Ixodidae (caplak keras) dan Argasidae
(caplak lunak). Penyakit yang dapat ditularkan pada sapi yaitu anaplasmosis, babesiosis, theileriosis.
Siklus hidup caplak dari telur- larva- nimfa-dewasa. Gejala klinis dari terinfeksi caplak pada sapi antara
lain adanya dermatosis, penyebaran berbagai penyakit, iritasi, dan terjadinya penurunan produksi.

Gejala klinis sapi yang terkena caplak yaitu dermatosis, penyebaran berbagai penyakit, iritasi,
penurunan produksi. Kerugian yang ditimbulkan pada sapi adalah kerusakan kulit local, anemia pada
sapi, kelumpuhan akibat toksin, mengganggu kenyamanan ternak dan menurunkan produktivitas ternak.
sedangkan pada kerugian ekonomi yaitu penambangan biaya produksi untuk pengobatan, kematian
ternak menurun. Pengendalian caplak dapat dilakukan dengan dipping, pemberian bahan kimia, tidak
melepas ternak beberapa waktu agar tidak tertular, dan melakukan pengasapan kandang. Untuk
pengobatan dapat diberikan pada sapi vitamin B kompleks dan obat anti ektoparasit.

Anda mungkin juga menyukai